Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

(1)

SKRIPSI

OLEH NADYA BALQIS

NIM. 111000049

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

HUBUNGAN NILAI ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR DAN NON AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

DI KELURAHAN PEKAN GEBANG KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH NADYA BALQIS

NIM: 111000049

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

(4)

ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN NILAI ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR DAN NON AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN PEKAN GEBANG KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2015

(NADYA BALQIS) NIM. 111000049


(5)

dikarenakan telah terjadi perubahan sosial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang membuat pemikiran masyarakat sekarang mulai berkembang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisis korelatif. Penelitian ini menghubungkan nilai anak dengan keikutsertaan KB. Populasi dari penelitian ini berjumlah 2.128 pasangan usia subur baik akseptor KB maupun non akseptor KB. Besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow sebanyak 82 PUS yang terdiri dari 41 akseptor KB dan 41 non akseptor KB.

Dari hasil penelitian didapatkan nilai anak dari segi ekonomi dengan hasil analisis Chi Square sebesar 2,370 dengan tingkat signifikan 0,124 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor. Sedangkan nilai anak dari segi psikologi hasil analisis Chi Square sebesar 3,216 dengan tingkat signifikan 0,073 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor. Sementara itu nilai anak dari segi agama hasil analisis Chi Square sebesar 0,53 dengan tingkat signifikan 0,817 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor. Dan nilai anak segi sosial hasil analisis Chi Square sebesar 0,767 dengan tingkat signifikan 0,381 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak dijumpai perbedaan antara nilai anak dari kelompok akseptor dengan kelompok non akseptor KB. Saran yang diberikan dari penelitan ini adalah perlunya dibentuk suatu wadah pemberdayaan masyarakat berupa konseling serta kegiatan sosialisasi agar pemahaman tentang nilai anak lebih baik lagi, serta perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor internal yang mempengaruhi PUS untuk ikut program KB.


(6)

iv

ABSTRACT

In modern era, rural people may have culture shift where this could make the changing in the value perspective of child. It is caused by the effect of several factors that assumed can change the people's mind toward family planning programs. Basically there are four aspects of the child value. In this study researcher need to know whether those values have been changing among the rural people.

This is a quantitative study which used comparative analytic methode. This study is correlated between child value with participation fertile aged couples to family planning programe. The population in this study was 2.128 fertile aged couples which consists of the family planning acceptors and non acceptors. The sample size was counted by Lemeshow formula. Output from this formula were 82 fertile aged couples which divided to 41 acceptors and 41 non acceptors.

From this study, the child in terms of economic value to the results of the analysis of Chi Square of 2,370 with a significant level of 0,124 (p> 0,05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups. While the value of the child in terms of the psychology of the results of the analysis of Chi Square of 3,216 with a significant level of 0,073 (p> 0,05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups. Meanwhile the value of the child in terms of religion on the analysis Chi Square of 0,53 with a significant level of 0,817 (p> 0,05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups. And social value of children in terms of the results of the analysis of Chi Square of 0,767 with a significant level of 0,381 (p> 0.05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups.

Conclusion from this study is not founded significance correlation between value of the child on acceptors and non acceptors family planning group. This study suggests the neccesity to increase the people's involvement and participation through socialization of the child value to the fertile aged couples. The fertile aged couples are expected to have a better understanding about the child values. Furthermore, this study also suggests the further study of internal factors which may influence the participation the fertile aged couples toward family planning programs.


(7)

Nama : NadyaBalqis

Tempat : Gebang

TanggalLahir : 25 April 1993

SukuBangsa : Melayu

Agama : Islam

Nama Ayah : Andi Abbas

SukuBangsa Ayah : Melayu

NamaIbu : Darnelis

SukuBangsaIbu : Tionghoa

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1998 – 1999 : TK Al-IqraGebang

1999 – 2005 : SD Negeri 050765 Gebang

2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Gebang

2008 – 2011 : SMA Swasta Dharma Patra Pangkalan Berandan


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana Di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015” adalah wujud persembahan penulis atas ilmu yang diperoleh selama ini khususnya di FKM USU. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Penulis mengetahui skripsi ini hanyalah suatu hasil karya dari seorang manusia yang tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan, maka dengan rendah hati penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari pembaca guna pengembangan diri penulis pada penelitian-penelitian mendatang.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan dorongan dari orang lain, maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dr. Linda T Maas, MPH selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen Penasehat Akademik yang dengan sabar dan penuh perhatian mengarahkan penulis mulai dari awal sampai berakhirnya pembuatan skripsi serta selalu memberikan semangat dari awal perkuliahan penulis sampai dengan berakhirnya studi penulis.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Ketua Departemen PKIP yang dengan sabar dan penuh perhatian mengarahkan penulis mulai dari awal sampai berakhirnya pembuatan skripsi.

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.


(9)

dengan sabar memberikan motivasi, saran, waktu, dan kasih sayang kepada istri dan calon anaknya.

7. Calon anakku yang sedang didalam kandungan, yang selalu menemani bundanya saat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua saya, ayahanda Andi Abbas dan ibunda Darnelis, serta adik saya M. Uwais Alqarni yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya.

9. Mertua saya ayahanda Dr. Zulfirman SH, MH dan Dra. Masnun, serta kakak dan adik-adik saya, Fiki Wahyumi, SE, Fikri Anugrah, dan Aya Sophia Haifa SE yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya.

10. Ibu Hj. Erlina SKM selaku Kepala Puskesmas beserta seluruh staf pegawai Puskesmas Gebang atas bantuan dan izin yang diberikan kepada penulis dalam skripsi ini.

11.Ibu Aisyah beserta BKKBN Gebang atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

12.Seluruh dosen di Departemen PKIP atas bantuan dan dukungan yang diberikan.

13. Sahabatkuh tersayang Rina, Ira, Imeh, dan Uyun yang selalu ada untukku disaat susah maupun senang dimulai dari awal kuliah sampai berakhirnya pendidikan penulis.

14.Sahabatkuh sekaligus patner kerja Rici, Yolanda, dan Gabriella yang dimulai dari semester VI sampai sekarang merasakan susah senang dalam menjalani kehidupan sebelum bekerja.

15.Teman- teman satu PBL Bang Dian, Kak Ade, Kak Ira, Julhijah, Evita atas dukungannya.

16. Teman-teman satu LKP Kak Nella, Kak Nia dan Kak Vina atas dukungannya.


(10)

viii

17. Teman- teman satu diklat Bang Ical, Bang Yusuf, Haris, Dani, Arum, Oya, Nila, Irma atas dukungannya.

18. Teman- teman PKIP lainnya yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

19.Seluruh teman- teman satu perjuangan stambuk 2011 atas bantuan dan dukungannya.

20.Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya.

Medan, Oktober 2015


(11)

HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI ……… ii

ABSTRAK ……… iii

ABSTRACT ………. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. v

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 7

1.3 Tujuan Penelitian ……….………. 7

1.4 Hipotesis Penelitian ……… 8

1.5 Manfaat Penelitian ..……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Nilai Anak didalam Keluarga ………. 9

2.2 Kategori Nilai Anak ……….. 11

2.2.1 Nilai Anak Segi Agama ……….. 11

2.2.2 Nilai Anak Segi Sosial ……….. 12

2.2.3 Nilai Anak Segi Ekonomi ……… 13

2.2.4 Nilai Anak Segi Psikologi ……… 13

2.3 Hubungan Nilai Anak dengan Jumlah Anak ………. 14

2.4 Hubungan Nilai Anak dengan Keikutsertaan KB ………. 16

2.5 Definisi KB ……… 17

2.6 Sejarah KB ………. 18

2.6.1 Situasi KB di Indonesia ………. 18

2.7 Sasaran KB ………. 21

2.8 Metode Kontrasepsi ………. 22

2.9 Metode Kontrasepsi dengan Alat ……… 24

2.10 Pengertian Pasangan Usia Subur, Akseptor KB, dan Non Akseptor KB ……….. 24

2.11 Landasan Teori……….. 25

2.12 Kerangka Konsep ……… 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 30

3.2.1 Lokasi Penelitian ……….. 30


(12)

x

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian …….………... 31

3.3.1 Populasi ……… 31

3.3.2 Sampel ……….……… 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ……….. 33

3.4.1 Data Primer ……….. 33

3.4.2 Data Sekunder ….……….………. 33

3.5 Definisi Operasional ……….. 33

3.6 Instrumen dan Cara Pengukuran …..……….. 35

3.6.1 Instrumen ……… 35

3.6.2 Cara Pengukuran ………. 35

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data ………. 36

3.7.1 Metode Pengolahan Data ………. 36

3.7.2 Analisa Data ……… 37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ………. 38

4.1.1 Gambaran Geografis ……… 38

4.1.2 Gambaran Demografis ………. 38

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ……… 39

4.3 Nilai Anak Segi Agama ……… 42

4.4 Nilai Anak Segi Psikologi ……….. 44

4.5 Nilai Anak Segi Sosial ………. 46

4.6 Nilai Anak Segi Ekonomi ……… 48

4.7 Analisis Nilai Anak ……… 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ……… 53

5.2 Gambaran Nilai Anak Segi Sosial ……… 55

5.3 Gambaran Nilai Anak Segi Psikologi ………. 56

5.4 Gambaran Nilai Anak Segi Ekonomi ……….. 58

5.5 Gambaran Nilai Anak Segi Agama ……….. 60

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ……….. 62

6.2 Saran ……… 62

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(13)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ……… 41

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ……… 41

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak dan Umur 42

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Agama ……. 42

Tabel 4.7 Distribusi Nilai Anak Segi Agama Berdasarkan Agama …………. 44

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Psikologi … 45 Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Sosial ….…. 46 Tabel 4.10Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Ekonomi …. 49 Tabel 4.11Nilai Anak Segi Ekonomi ……… 51

Tabel 4.12Nilai Anak Segi Psikologi ……… 51

Tabel 4.13Nilai Anak Segi Agama ……… 51


(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action ……… 27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ……… 28


(15)

Lampiran 3. Karakteristik Responden

Lampiran 4. Surat Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Lampiran 5. Surat Penelitian Dari Puskesmas Gebang


(16)

iii ABSTRAK

Di zaman modern sekarang ini, masyarakat pedesaan mulai mengalami pergeseran budaya yang merubah pandangan terhadap nilai anak. Hal ini dikarenakan telah terjadi perubahan sosial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang membuat pemikiran masyarakat sekarang mulai berkembang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisis korelatif. Penelitian ini menghubungkan nilai anak dengan keikutsertaan KB. Populasi dari penelitian ini berjumlah 2.128 pasangan usia subur baik akseptor KB maupun non akseptor KB. Besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow sebanyak 82 PUS yang terdiri dari 41 akseptor KB dan 41 non akseptor KB.

Dari hasil penelitian didapatkan nilai anak dari segi ekonomi dengan hasil analisis Chi Square sebesar 2,370 dengan tingkat signifikan 0,124 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor. Sedangkan nilai anak dari segi psikologi hasil analisis Chi Square sebesar 3,216 dengan tingkat signifikan 0,073 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor. Sementara itu nilai anak dari segi agama hasil analisis Chi Square sebesar 0,53 dengan tingkat signifikan 0,817 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor. Dan nilai anak segi sosial hasil analisis Chi Square sebesar 0,767 dengan tingkat signifikan 0,381 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi nilai anak dari kelompok akseptor dan kelompok non akseptor.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak dijumpai perbedaan antara nilai anak dari kelompok akseptor dengan kelompok non akseptor KB. Saran yang diberikan dari penelitan ini adalah perlunya dibentuk suatu wadah pemberdayaan masyarakat berupa konseling serta kegiatan sosialisasi agar pemahaman tentang nilai anak lebih baik lagi, serta perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor internal yang mempengaruhi PUS untuk ikut program KB.


(17)

factors that assumed can change the people's mind toward family planning programs. Basically there are four aspects of the child value. In this study researcher need to know whether those values have been changing among the rural people.

This is a quantitative study which used comparative analytic methode. This study is correlated between child value with participation fertile aged couples to family planning programe. The population in this study was 2.128 fertile aged couples which consists of the family planning acceptors and non acceptors. The sample size was counted by Lemeshow formula. Output from this formula were 82 fertile aged couples which divided to 41 acceptors and 41 non acceptors.

From this study, the child in terms of economic value to the results of the analysis of Chi Square of 2,370 with a significant level of 0,124 (p> 0,05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups. While the value of the child in terms of the psychology of the results of the analysis of Chi Square of 3,216 with a significant level of 0,073 (p> 0,05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups. Meanwhile the value of the child in terms of religion on the analysis Chi Square of 0,53 with a significant level of 0,817 (p> 0,05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups. And social value of children in terms of the results of the analysis of Chi Square of 0,767 with a significant level of 0,381 (p> 0.05), which indicates that there are no significant differences between children's perception of the value of the group acceptor and non-acceptor groups.

Conclusion from this study is not founded significance correlation between value of the child on acceptors and non acceptors family planning group. This study suggests the neccesity to increase the people's involvement and participation through socialization of the child value to the fertile aged couples. The fertile aged couples are expected to have a better understanding about the child values. Furthermore, this study also suggests the further study of internal factors which may influence the participation the fertile aged couples toward family planning programs.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia menghadapi masalah dengan peningkatan jumlah penduduk, dan kualitas sumber daya manusia, hal ini dapat dilihat pada angka kelahiran di Indonesia yang telah mencapai 5.000.000 penduduk per tahun (BKKBN,2014a). Peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat mempengaruhi derajat kehidupan bangsa karena akan meningkatkan kebutuhan penduduk terkait lapangan pekerjaan, perumahan dan kesehatan yang pada akhirnya akan meningkatkan beban negara. Usaha pemerintah untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya secara bersamaan dua program yaitu: program pembangunan ekonomi dan program keluarga berencana. Tujuan diterapkannya program keluarga berencana adalah untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.

Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk; (a) mendapatkan objektif-objektif tertentu; (b) menghindari kehamilan yang tidak diinginkan; (c) mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan; (d) mengatur interval diantara kehamilan; (e) mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri; (f) menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO Expert Committee, 1970 dalam Report of a WHO Expert Committe., 1975).

Program KB yang terlaksana dengan baik belum tentu dapat menjaga pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia tetap stabil, seperti apa yang


(19)

disampaikan oleh Armida S.A (BKKBN, 2014b) yang mengatakan bahwa pada 20 tahun mendatang Indonesia akan mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yang luar biasa. Ia berpendapat pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia

diperkirakan akan bertambah menjadi sebanyak 305 juta jiwa. Pertambahan penduduk tersebut disebabkan bertambahnya angka harapan hidup masyarakat sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah penduduk negara Indonesia. Prediksi yang disampaikan oleh Armida tersebut berlaku bila program KB terlaksana dengan optimal, namun bila program KB tidak terlaksana dengan baik maka jumlah penduduk warga Indonesia pastinya akan melebihi angka prediksi tersebut.

Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia tersebut akan menambah beban negara, sehingga untuk mengurangi beban tersebut maka perlu dilakukan tindakan-tindakan yang dapat membantu terlaksananya program KB dengan optimal. Bila melihat hasil pendataan keluarga tahun 2012 (BKKBN, 2013) terlihat prevalensi PUS yang ikut program KB sebesar 62,84%. Data tersebut menunjukkan bahwa sudah 50% lebih PUS menggunakan alat kontrasepsi. Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012 (BKKBN, 2013) tersebut pula menunjukkan selisih angka prevalensi yang amat kecil dari PUS yang ikut program KB antara wilayah kota dengan wilayah pedesaan. Hal ini menggambarkan bahwa program KB berjalan tidak hanya di wilayah perkotaan, namun juga berjalan di daerah pedesaan.

Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa salah satu usaha pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan mengaktifkan kembali program KB. Untuk melihat efektifitas program KB dalam


(20)

3

mengendalikan pertumbuhan penduduk, kita dapat melihat persentase Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program KB dibandingkan dengan jumlah seluruh PUS, serta melihat rata-rata jumlah anggota rumah tangga. Hasil pendataan keluarga tahun 2012 (BKKBN, 2013) menunjukkan bahwa jumlah PUS seluruh Indonesia berjumlah 45.504.450 pasangan, dari seluruh jumlah PUS tersebut sebanyak 12.731.107 pasangan atau 27,98% tidak mengikuti program KB, dan ini berarti sekitar 72,02% PUS ikut dalam program KB. Dari pendataan keluarga tahun 2012 tersebut (BKKBN, 2013), terlihat bahwa propinsi Sumatera Utara memiliki PUS berjumlah 2.156.756 dan sekitar 37,16% (801.482) PUS diantaranya tidak mengikuti program KB, sehingga dapat dikatakan bahwa sekitar 62,84% PUS yang ikut dalam program KB (BKKBN, 2013).

Di Kabupaten Langkat, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) bertambah jumlahnya dari tahun 2008, dimana pada tahun 2008 terdapat 181.692 PUS dan meningkat sebanyak 1,21 persen pada tahun 2009 yaitu menjadi 183.927 PUS. Persentase akseptor KB aktif berfluktuasi dari tahun ke tahun, tapi pada umumnya berada diatas angka 50 persen dari jumlah PUS. Efek dari tingginya persentase akseptor KB tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anggota rumah tangga dari tahun 2005-2009 sebesar 4,3 jiwa (BPS Kab Langkat,2014). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing keluarga memiliki jumlah anak rata-rata dua orang dan memperlihatkan bahwa program KB terlaksana dengan baik di Kabupaten Langkat.

Data Kecamatan Gebang pada tahun 2012 jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak 9.593 PUS. Dari jumlah PUS di Kecamatan Gebang tersebut sebanyak 6.698 PUS yang menggunakan alat kontrasepsi, dan hanya 2.895 PUS yang tidak


(21)

menggunakan alat kontrasepsi. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah Pasangan Usia Subur yaitu 10.292 PUS dengan jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 7.024 pasangan, dan 3.272 PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sama halnya dengan tahun sebelumnya, PUS pada tahun 2014 juga mengalami peningkatan jumlah yaitu mencapai 10.297 PUS dan sebanyak 7.165 PUS diantaranya yang menggunakan alat kontrasepsi, serta 3.132 PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN Gebang, 2014).

Bila dilihat dari jumlah anggota rumah tangga, Kecamatan Gebang tidak menunjukkan peningkatan angka yang berarti. Pada tahun 2005-2008 rata-rata anggota rumah tangga yaitu sebesar 4.8 jiwa, sedangkan hanya terjadi penurunan yang sedikit pada tahun 2009 yaitu rata- rata anggota rumah tangga sebesar 4,6 jiwa. Hal ini dapat disimpulkan rata-rata jumlah anak yang ada di keluarga yaitu 2-3 anak (BPS Kab Langkat, 2014).

Hasil survei awal menunjukkan bahwa dahulu masyarakat di pedesaan Kecamatan Gebang terutama di Kelurahan Pekan Gebang, dimana daerah ini masih tergolong daerah pedesaan masih menerapkan sistem budaya terkait dengan nilai anak yang begitu kental. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Fazidah yang mengatakan nilai anak di pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan (Siregar, 2003).

Kabupaten Langkat memiliki keberagaman suku di daerahnya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Langkat tahun 2010 memperlihatkan bahwa mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87%), diikuti dengan suku Melayu (14,93 %), Karo (10,22 %), Tapanuli /Toba (4,50%), Madina ( 2,54%) dan lainnya (10,94%). Sedangkan pada Kecamatan Gebang suku bangsa mayoritas adalah suku melayu


(22)

5

(18,28%), diikuti dengan suku Karo (2,50 %), Simalungun (0,03 %), Tapanuli /Toba (13,21%), Madina ( 2,22%), Pak-pak (0,04%), Nias (0,19%), Jawa (53,37%), Minang (0,91%), Cina (0,57%), Aceh (1,74%) dan lainnya (6,94%) (BPS Langkat, 2014). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Langkat khususnya di daerah Kecamatan Gebang termasuk daerah yang heterogen. Penilaian persepsi terhadap nilai anak pada masyarakat Kelurahan Pekan Gebang dapat menggambarkan secara umum terhadap persepsi nilai anak dari masing-masing suku.

Tanggapan masyarakat Kelurahan Pekan Gebang terhadap nilai anak dari survei awal yang dilakukan peneliti adalah pertama, orang tua menganggap bahwa banyak anak banyak rezeki. Anak adalah sebuah anugerah dari tuhan, maka dari itu tuhan pasti akan memberikan rezeki yang berlipat ganda kepada keluarganya serta memiliki anak yang banyak akan lebih banyak mendapatkan pertolongan dari keluarga-keluarga terdekat. Selain itu ketika anak lahir, orang tua menganggap anak tersebut memiliki utang timbal balik antara orang tua dan anak. Akibatnya anak diminta untuk membiayai kehidupan orang tuanya saat mereka dewasa. Pembayaran utang tersebut dilakukan dengan melaksanakan kewajiban anak terhadap ibunya. Hal ini nilai anak dikategorikan sebagai nilai anak segi agama.

Kedua, sebagian orang tua mengganggap ketika sudah mempunyai anak maka pasangan suami istri akan mempertimbangkan keputusannya bila ingin bercerai. Selain itu, pentingnya anak laki-laki didalam suatu keluarga adalah untuk meneruskan marga atau adat orangtuanya. Hal inilah yang menjelaskan nilai anak dapat dikategorikan sebagai nilai anak segi sosial.


(23)

Ketiga, anak laki-laki juga bisa menggantikan kepala rumah tangga dan menjadi tulang punggung keluarga jika kepala keluarga sudah tidak ada. Peranan anak disini berupa bantuan ekonomi dari segi tenaga kerja maupun bantuan materi. Kategori pemikiran tersebut termasuk didalam golongan nilai anak segi ekonomi.

Keempat, anak mempunyai segi nilai psikologis positif maupun negatif. Nilai yang positif dapat dilihat dari adanya kenyataan yang dialami oleh para orangtua bahwa anak dapat menimbulkan perasaan aman, terjamin, bangga dan puas. Pasangan Usia Subur (PUS) menganggap jika mempunyai anak maka jaminan hari tua mereka akan diberikan oleh anak -anaknya. Anak-anak ini yang nantinya diharapkan akan mengurusi orang tuanya ketika sakit dan melindunginya ketika mereka sudah masa lanjut usia dan sudah tidak dapat mencari pendapatan lagi.

Di zaman modern sekarang ini, masyarakat pedesaan mulai mengalami pergeseran budaya yang merubah pandangan terhadap nilai anak. Hal ini dikarenakan telah terjadi perubahan sosial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang membuat pemikiran masyarakat sekarang mulai berkembang.

Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah (2014) memperoleh kesimpulan bahwa masyarakat pedesaan telah mengalami perubahan pemikiran, dimana awalnya mereka menganut nilai “banyak anak, banyak rezeki” mulai mengalami

perubahan pemikiran menjadi menganut nilai “banyak anak, banyak beban”. Dan nilai anak laki-laki sudah mengalami perubahan, dimana mereka beranggapan anak laki-laki dan anak perempuan sama nilainya.

Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melihat apakah di Kelurahan Pekan Gebang telah terjadi perubahan nilai anak yang menyebabkan perubahan


(24)

7

terhadap penentuan jumlah anak sehingga pada akhirnya akan memengaruhi PUS untuk ikut dalam program KB.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan nilai anak pada PUS Akseptor dan Non Akseptor KB di Kelurahan Pekan Gebang.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Nilai Anak pada PUS Akseptor KB dan Non Akseptor KB.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan persepsi PUS terhadap nilai anak dari segi agama pada Akseptor dan Non Akseptor KB.

2. Mengetahui hubungan persepsi PUS terhadap nilai anak dari segi psikologi pada Akseptor dan Non Akseptor KB.

3. Mengetahui hubungan persepsi PUS terhadap nilai anak dari segi sosial pada Akseptor dan Non Akseptor KB.

4. Mengetahui hubungan persepsi PUS terhadap nilai anak dari segi ekonomi pada Akseptor dan Non Akseptor KB.

1.4Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah nilai anak pada Non akseptor KB lebih tinggi dibandingan Akseptor KB


(25)

1.5Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai gambaran dari aspek sosio budaya (nilai anak) pada PUS Akseptor dan Non Akseptor KB.

2. Memberikan masukkan kepada instansi kesehatan untuk dapat mengambil tindakan terhadap perilaku PUS yang tidak mau mengikuti program KB karena adanya pengaruh nilai anak.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi Nilai Anak Di Dalam Keluarga

Nilai anak adalah fungsi-fungsi yang dilakukan atau dipenuhinya kebutuhan orangtua oleh anak (Esphenshade,1977). Nilai anak bagi orangtua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan pertimbangan oleh sepasang suami istri untuk membatalkan keinginannya bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan dan harta kekayaan keluarga diwariskan, dan anak juga menjadi tempat orangtua menggantungkan berbagai harapan (Ihromi, 1999).

Penelitian yang dilakukan Puspasari (2014) menyimpulkan bahwa jumlah anak yang ingin dimiliki oleh PUS dipengaruhi oleh nilai anak yang dianut dalam masyarakat, dan penentuan jumlah anak oleh PUS tersebut akan mempengaruhi PUS untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi. Nilai anak berhubungan erat dengan kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, dimana setiap masyarakat memiliki nilai tertentu mengenai sesuatu yang mereka miliki. Nilai itu umumnya tidak mudah berubah, karena setiap individu telah disosialisasikan dengan nilai-nilai tersebut. Melalui proses sosialisasi, setiap individu anggota masyarakat telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup didalam masyarakat itu, mulai dari kecil sampai dewasa, sehingga konsep-konsep nilai tersebut berakar dalam jiwanya.


(27)

Koentjaraningrat (1981) melihat sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup, dan biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi individu dalam bertingkah laku. Nilai anak adalah bagian dari nilai budaya dalam suatu masyarakat. Nilai anak merupakan suatu penilaian individu atau masyarakat terhadap arti dan fungsi anak dalam keluarga. Anak secara umum dianggap sebagai salah satu kebutuhan orang-tua, baik sebagai kebutuhan ekonomi, sosial maupun psikologis. Ihromi (1999) berpendapat bahwa nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat bagi orang tua untuk mencurahkan kasih sayangnya, anak sebagai sumber kebahagiaan keluarga, anak sebagai bahan pertimbangan pasangan suami-istri ketika ingin bercerai, anak sebagai tempat untuk mensosialisasikan nilai–nilai dalam keluarga dan harta kekayaan keluarga diwariskan, dan anak sebagai tempat orang tua dalam menggantungkan berbagai harapannya.

Serupa dengan Koentjaraningrat dan Ihromi, Hoffman (1973) menyampaikan bahwa nilai anak berkaitan dengan fungsi anak bagi orang-tua. Nilai-nilai ini terikat pada struktur sosial dan dipengaruhi oleh perbedaan budaya dan perubahan sosial. Maksudnya bahwa nilai yang dianut oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam kehidupan dan kebiasaan mereka sehari-hari. Begitu juga kebutuhan orang-tua akan perhatian anak (kebutuhan psikologis). Kebutuhan tersebut sudah tentu akan dipengaruhi pula oleh aturan/norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Salah satu


(28)

11

contoh adanya pengaruh budaya dalam penentuan jumlah anak (nilai anak) adalah adanya pandangan dalam masyarakat yang mengatakan bahwa "Banyak Anak Banyak Rezeki". Pandangan tersebut berkembang akibat adanya anggapan bahwa pasangan yang memiliki jumlah anak yang banyak akan lebih mudah kehidupannya karena terbantu oleh karena adanya anak-anak mereka. Disamping itu banyaknya jumlah anak-anak juga akan memberi anggapan bahwa pasangan suami istri tersebut akan terbantu kehidupannya saat dihari tua nanti. Pandangan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh pola kebudayaan zaman dahulu yang masih tradisional.

Nilai anak dalam kehidupan sosial, tampak dalam hal anak berperan sebagai penerus keturunan dan sebagai ahli waris. Dalam peranannya sebagai ahli waris, anak tidak semata-mata mewarisi harta peninggalan orang tua (warisan yang bersifat material), akan tetapi juga mewarisi kewajiban adat (warisan yang bersifat immaterial) (Ihromi, 1999).

2.2Kategori Nilai Anak

Nilai anak dapat ditinjau dalam berbagai segi, yaitu dalam segi agama, sosial, ekonomi, dan psikologis (Ihromi, 1999).

2.2.1 Nilai Anak Segi Agama

Nilai anak dalam segi keagamaan, dilandasi oleh adanya prinsip (utang) secara timbal-balik antara orangtua dan anak. Pembayaran utang tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan kewajiban satu terhadap yang lain. Pengorbanan orangtua terhadap anak mulai dilakukan sejak bayi masih didalam kandungan (Ihromi, 1999). Selain itu anak adalah anugerah dan titipan dari Tuhan yang harus dirawat dan dijaga. Anak


(29)

wajib menghormati dan menyenangkan orang tua semasa hidupnya. Kewajiban tersebut dilandasi oleh adanya utang anak kepada orangtua yang telah melahirkannya. Seperti penderitaan yang dialami oleh ibu dan ayah pada saat lahirnya bayi (anak) tidak dapat dibayar walaupun dalam waktu seratus tahun.

2.2.2 Nilai Anak Segi Sosial

Nilai anak dalam kehidupan sosial, tampak dalam hal anak berperan sebagai penerus keturunan dan sebagai ahli waris. Dalam peranannya sebagai ahli waris, anak tidak semata-mata mewarisi harta peninggalan orangtua (warisan yang bersifat material), akan tetapi juga mewarisi kewajiban adat (warisan yang bersifat immaterial), seperti halnya menggantikan orangtua dalam melakukan proses adat. Pewarisan material dan immaterial tersebut diwarnai oleh sistem kekerabatan patrilineal. Oleh karena itu, warisan diteruskan melalui garis keturunan laki-laki. Kaidah-kaidah hukum adat tersebut merupakan salah satu faktor yang dijadikan pertimbangan oleh pasangan suami istri untuk lebih mengharapkan lahirnya anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Ihromi, 1999).

2.2.3 Nilai Anak Segi Ekonomi

Nilai ekonomi anak dapat dilihat dari peranan anak dalam memberikan bantuan yang bernilai ekonomi kepada orangtua (Ihromi, 1999). Bantuan tersebut umumnya berupa bantuan tenaga kerja maupun bantuan materi. Bantuan tenaga kerja anak mempunyai arti penting dalam hal anak sebagai tenaga kerja dalam usaha tani keluarga. Hal ini merupakan ciri masyarakat tradisional yang anggota masyarakatnya


(30)

13

kebanyakan hidup bertani. Bantuan semacam ini, umumnya diharapkan dari anak laki-laki. Masyarakat yang anggotanya telah bekerja disektor industri, bantuan anak sebagai tenaga kerja keluarga tidak diperlukan lagi. Dalam masyarakat seperti ini, bantuan ekonomi anak bentuknya berupa materi. Bantuan ekonomi anak dalam bentuk materi, oleh para orang tua diakui sangat penting artinya dalam meringankan beban ekonomi rumah tangga. Nilai ekonomi anak selain dilihat dari peranan anak dalam memberi bantuan yang bernilai ekonomi kepada orangtua, juga dapat dilihat dari adanya pengorbanan orangtua terhadap anak berupa berbagai pengeluaran biaya untuk kepentingan anak. Khotimah (2009) berpendapat bahwa jenis bantuan ekonomi yang diberikan oleh anak laki-laki dan anak perempuan pada prinsipnya tidak berbeda.

2.2.4 Nilai Anak Segi Psikologi

Dari segi psikologis, tampaknya anak mempunyai nilai positif maupun negatif. Nilai psikologis yang positif dapat dilihat dari adanya kenyataan yang dialami oleh para orangtua bahwa anak dapat menimbulkan perasaan aman, terjamin, bangga dan puas. Perasaan semacam ini umumnya dialami oleh suami istri yang telah mempunyai anak laki-laki. Mereka merasa puas, aman dan terjamin karena yakin telah ada anak yang diharapkan menggantikannya kelak dalam melaksanakan kewajiban adat, dilingkungan kerabat maupun masyarakat. Selain itu, anak juga dirasakan dapat menghibur orang tuanya, memberi dorongan untuk lebih semangat bekerja, dan menghangatkan hubungan suami istri. Nilai psikologis yang negatif dapat dilihat dari adanya kenyataan yang dialami


(31)

oleh beberapa orangtua yang anaknya sering sakit, sehingga anaknya itu menimbulkan perasaan khawatir/was-was. Selain itu, ada juga kenyataan bahwa beberapa orangtua mengeluh setelah punya anak, karena merasa kurang bebas kalau akan pergi atau bekerja. Dalam hal seperti ini, anak dirasakan membuat hidupnya repot. Namun demikian, apabila dibandingkan ternyata lebih banyak orangtua yang merasakan bahwa anak mempunyai nilai positif dalam hidupnya (Ihromi, 1999).

2.3 Hubungan Nilai Anak Dengan Jumlah Anak

Jumlah ideal anak dalam satu keluarga dapat merujuk pada jumlah anak yang disampaikan oleh BKKBN. BKKBN dari hasil survei yang dilakukan pada daerah di Kalimantan memperoleh hasil bahwa jumlah anak yang ideal dari satu keluarga adalah berkisar 2 atau 3 anak (BKKBN, 2014c). Jumlah anak sangat berpengaruh dengan nilai anak yang dianut oleh suatu keluarga. Seperti telah disampaikan di atas, bahwa keluarga yang memiliki nilai anak yang bersifat negatif maka jumlah anggota keluarga akan sedikit, sedangkan keluarga yang memiliki nilai anak yang positif akan cenderung memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Ambarsari (1997) yang menemukan bahwa keluarga yang memiliki nilai anak yang positif akan memiliki jumlah anggota keluarga anak yang banyak, begitu pula sebaliknya. Pada masa sekarang ini telah terjadi perubahan pandangan terhadap jumlah anak yang ideal dalam satu keluarga. Bila pada masa dahulu keluarga dengan jumlah anak yang banyak maka akan meningkatkan derajat suatu keluarga, namun pada masa sekarang hal itu


(32)

15

sudah berubah (Sujarno, dkk. 1999). Masyarakat pada masa sekarang akan memiliki pandangan bahwa jumlah anak yang banyak akan menambah beban hidup keluarga tersebut. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan pola hidup masyarakat, dimana pada masa dahulu untuk mendapatkan penghasilan masyarakat cukup mengandalkan fisik saja, namun pada masa sekarang ini untuk mendapatkan penghasilan yang layak dibutuhkan kemampuan pemikiran yang lebih tinggi dan itu hanya dapat diperoleh dengan mengenyam suatu pendidikan. Mengenyam suatu pendidikan akan membutuhkan biaya tertentu, dan hal inilah yang akan menambah beban hidup keluarga.

Pandangan dari sisi ekonomi terhadap nilai anak juga mengalami perubahan seiring perubahan zaman. Pada masa dahulu kedudukan anak laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki dari sisi ekonomi memiliki fungsi mencari nafkah, sedangkan anak perempuan hanya bertugas mengurus keluarga di rumah. Perempuan dianggap tidak layak untuk bekerja dan memperoleh pendapatan, sehingga muncul anggapan bahwa laki-laki bertugas dilapangan sedangkan perempuan bertugas di dapur. Pada masa sekarang ini kedudukan anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama. Akibatnya, tidak ada lagi pemisahan tugas dalam mencari nafkah keluarga (Khairuddin, 1997). Adanya perubahan terhadap pandangan anak laki-laki dan anak perempuan tersebut mengakibatkan keinginan keluarga untuk mendapatkan salah satu jenis kelamin menjadi hilang dan bergeser kepada kualitas kehidupan dari anak tersebut.


(33)

2.4Hubungan Nilai Anak Dengan Keikutsertaan KB

Nilai anak tersebut dapat dipengaruhi oleh nilai kebudayaan dimana PUS itu berada, sehingga kebudayaan satu daerah secara tidak langsung akan mempengaruhi PUS untuk ikut serta didalam mengikuti program KB. Kebudayaan tercipta bukan hanya dari buah pikir dan budi manusia, tetapi juga dikarenakan adanya interaksi antara manusia dengan alam sekitarnya (Koentjaraningrat, 1993). Suatu interaksi dapat berjalan apabila ada lebih dari satu orang yang saling berhubungan atau komunikasi. Dari interaksi itulah terjadi sebuah kebudayaan yang akan mempengaruhi PUS untuk mengikuti program KB. Perubahan kebudayaan bisa saja terjadi akibat perubahan sosial dalam masyarakat, begitu pula sebaliknya. Manusia sebagai pencipta kebudayaan dan pengguna kebudayaan, oleh karena itu kebudayaan akan selalu ada jika manusia pun ada. Pada suku Bonai menyimpulkan nilai anak yang tinggi cenderung tidak mendukung responden untuk mengikuti program KB. BKKBN (2000) menyimpulkan semakin tinggi nilai anak yang di anut dalam keluarga maka semakin sulit untuk memberikan motivasi agar berpartisipasi dalam program KB.

2.5Definisi Keluarga Berencana

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk; (a) Mendapatkan objektif - objektif tertentu, (b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (d) Mengatur interval di antara kelahiran, (e)


(34)

17

Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan (f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Menurut UU No.10 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera (1992) keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepeduliaan dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) ,pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu Ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas. Secara umum tujuan 5 lima tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB dimuka adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat dimasa mendatang,sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkuaitas 2015 dapat tercapai.

2.6 Sejarah Keluarga Berencana 2.6.1 Situasi KB di Indonesia


(35)

Tahun 1950-an (Yuhedi & Kurniawati, 2013)

1. Pada era ini, perhatian terhadap masalah kependudukan khususnya terhadap gagasan keluarga berencana telah tumbuh di kalangan tokoh masyarakat.

2. Pemerintah pada waktu itu menyatakan tidak setuju dengan pembatasan kelahiran sebagai upaya pengendalian penduduk (Pidato Presiden Soeharto di Palembang pada tahun 1952).

3. Pada tahun 1957 mulai diorganisasikan pelaksanaannya oleh suatu badan swasta Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Kegiatan PKBI masih sangat terbatas dan dilakukan secara diam-diam karena situasi politik Indonesia tidak memungkinkan.

Awal dekade 1960-an (Yuhedi & Kurniawati, 2013)

1. Indonesia mengalami “baby boom” yang ditandai dengan ledakan

tingkatan kelahiran yang cukup tinggi.

2. Masalah kependudukan tidak mendapatkan penanganan sewajarnya dari pemerintah orde lama yang berpaham pronatalis. Pemerintah menekankan bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan suatu potensi yang besar untuk menggali dan mengolah berbagai sumber kekayaan alam Indonesia tanpa memperhitungkan kualitas sumber daya manusia dan dana yang menopangnya.

3. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan dua puluh sembilan pemimpin dunia lain menandatangani Deklarasi Kependudukan Sedunia. Penandatanganan tersebut merupakan peristiwa yang menjadi titik balik dari sikap pemerintah Orde Lama yang


(36)

19

menganut paham pronatalis, menjadi sikap pemerintah Orde Baru yang lebih realistis antinatalis.

4. Pemerintah orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang berorientasi pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat mempunyai komitmen politis sangat besar terhadap masalah kependudukan.

5. Pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang berstatus sebagai lembaga seni pemerintah.

6. KepPres No.8/1970, LKBN diganti menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang berstatus sebagai lembaga pemerintah penuh.

Tahun 1970 (Yuhedi & Kurniawati, 2013)

1. Tepatnya tanggal 29 Juni 1970, Presiden Soeharto melantik Dewan Pembimbing Keluarga Berencana. Tanggal pelantikan ini kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Program Keluarga Berencana (KB) Nasional.

2. Sejak Pelita I, KB secara resmi menjadi program pemerintah dan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

3. Selama enam Pelita (1969/1970-1998/1999), pelaksanaan program KB nasional diselenggarakan berdasarkan Ketetapan MPR yang dituangkan dalam GBHN dan Keputusan Presiden tentang Program Keluarga Berencana Nasional.


(37)

4. Landasan legal pelaksanaan program KB nasional semakin kuat dengan disahkannya UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembngunan Keluarga Sejahtera oleh MPR. 5. Organisasi KB terus berkembang dan makin besar, mulai dari

tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan/desa, jumlah tenaga, sarana, prasarana dan dana makin meningkat dan merata sesuai tuntutan perkembangan program.

Pelita I = 6 Provinsi Pelita II = 16 Provinsi

Pelita III= Mencakup seluruh provinsi di Indonesia

Era reformasi (Yuhedi & Kurniawati, 2013)

Program KB diarahkan pada pengembangan SDM potensial sehingga diperlukan upaya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas, selain itu juga diarahkan pada pengaturan kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan. Perkembangan KB di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dibagi menjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang menghambat penyebarluasan program KB di Indonesia, antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluasan program KB, antara lain adanya komitmen politis, dukungan pemerintah, dukungan TOGA/TOMA, dan dukungan masyarakat terkait masalah kependudukan.


(38)

21

2.7Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran program keluarga berencana nasional lima tahun kedepan yang sudah tercantum dalam RPJM 2004/2009 adalah sebagai berikut (Yuhedi & Kurniawati, 2013):

1. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi 1,14% per tahun.

2. Menurunkan angka kelahiran TFR menjadi 2,2 setiap wanita. 3. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%.

4. Menurunkan pasangan usia subur PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahirannya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi (unmeet need) menjadi 6%.

5. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien.

6. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

7. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

8. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan KB (Keluarga Berencana) dan Kesehatan Reproduksi.

2.8 Metode Kontrasepsi


(39)

Metode amenore laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun hingga 6 bulan.

2. Metode Kontrasepsi Alamiah

Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode untuk mengatur kehamilan secara alamiah, tanpa mengunakan alat apapun.

3. Metode Kalender (Orgino-Knaus)

Metode kalender atau pantang berkala dicetuskan oleh Kyusaku Ogino (Jepang) dan Herman Knaus (Austria) pada tahun 1930. Knaus berpendapat bahwa ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum menstruasi yang akan datang. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum siklus menstruasi berikutnya.

4. Metode Suhu Basal (Termal)

Metode kontrasepsi ini dilakukan berdasarkan pada perubahan suhu tubuh. Pengukuran dilakukan dengan mengukur suhu basal (pengukuran suhu yang dilakukan ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur).

5. Metode Simpto Termal

Metode ini menggunakan perubahan siklus lender serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen untuk menentukan saat yang aman bersenggama.


(40)

23

Koitus Interuptus adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengakhiri senggama sebelum ejakulasi intravaginal terjadi dan ejakulasi dilakukan diluar/jauh dari genital eksternal wanita.

7. Metode Kontrasepsi Sterilisasi Pria dan Wanita

Metode kontrasepsi sterilisasi pada pria merupakan metode kontrasepsi dengan memotong atau menyumbat vas deference melalui operasi. Begitu pula pada wanita kontrasepsi sterilisasi dilakukan dengan cara tubektomi yaitu memotong atau menyumbat saluran tuba falopii pada wanita yang bertujuan mencegah pertemuan sperma dengan ovum.

2.9Metode Kontrasepsi dengan Alat

Metode kontrasepsi dengan alat adalah metode untuk mengatur kehamilan dengan menggunakan alat tertentu seperti: (1) Kondom pria, (2) kontrasepsi barrier intra-vagina, (3) Diafragma, (4) KAP Serviks, (5) Spons, (6) Kondom Wanita, (7) Kontrasepsi kimiawi yang terdiri dari spermisida, (8) Alat kontrasepsi dalam Rahim, (9) Kontrasepsi hormonal (pil dan suntik), (10) Cincin vagina, (11) Kontrasepsi transdermal/koyo, (12) Kontrasepsi darurat yang terdiri dari emergency contraceptive pill dan

morning after IUD insertion.

2.10 Pengertian Pasangan Usia Subur, Akseptor KB dan Non Akseptor KB


(41)

Definisi Pasangan Usia Subur (PUS) menurut BKKBN (2015) adalah pasangan suami isteri yang isterinya berumur antara 19-49 tahun, berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Bila mengikuti pengertian yang disampaikan oleh BKKBN, maka tidak ada batasan umur pada pria untuk menjadi syarat dikatakan Pasangan Usia Subur.

Peserta KB (Akseptor KB) adalah pasangan usia subur yang suami/isterinya sedang memakai atau menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan pendataan keluarga/pemutakhiran data keluarga (BKKBN, 2015). Sedangkan Bukan Peserta KB (NonAkseptor KB) adalah pasangan usia subur yang tidak memakai atau menggunakan salah satu alat/cara kontrasepi modern, dimana Bukan Peserta KB sedang dalam keadaan salah satu dibawah ini, yaitu: (1) Hamil; adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan keluarga/pemutakhiran data keluarga, tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi karena sedang hamil, (2) Ingin Anak Segera; adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan keluarga/pemutakhiran data keluarga sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, dan tidak sedang hamil karena menginginkan anak segera (batas waktu kurang dari dua tahun), (3) Ingin Tunda Anak; adalah pasangan usia subur yang apda saat pendataan keluarga/pemutakhiran data keluarga, sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, tetapi ingin menunda (batas waktu dua tahun atau lebih) untuk kelahiran anak berikutnya, dan (4)


(42)

25

Tidak Ingin Anak Lagi; adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan/pemutakhiran data keluarga, sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, tetapi juga tidak menginginkan anak lagi.

2.11 Landasan Teori

Teori Alasan Berperilaku (Theory Of Reasoned Action)

Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku secara umum. Sebenarnya teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan (Maulana, 2009). Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah focus (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting.

Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan sesorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang-orang untuk mengikuti pikiran tersebut. Jika orang yang dianggap penting (kelompok referensi)


(43)

setuju dengan tindakan tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku.

Teori Kehendak Perilaku menghubungkan Nilai Keyakinan (Belief), Sikap (Attitude), kehendak (intensi dalam berperilaku). Intensi (kehendak) ditentukan oleh:

1. Sikap

Merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku dan pentingnya konsekuensi yang akan terjadi bagi individu.

2. Norma Subjektif.

3. Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan memotivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut (Syafruddin & Fratidhina, 2009).


(44)

27

Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action Keyakinan

Berperilaku

Hasil Evaluasi Perilaku

Keyakinan Normatif

Motivasi untuk Melaksanakan

Sikap

Norma subjektif

Niat untuk Menampilkan

Perilaku


(45)

2.12 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

Garis putus-putus (---) = Variabel yang tidak diteliti Keyakinan PUS

terhadap:

Nilai anak dari segi agama

Nilai anak dari segi psikologis

Nilai anak dari segi sosial

Nilai anak dari segi ekonomi

Hasil Evaluasi Keyakinan Terhadap

Nilai Anak

Keyakinan Normatif Tentang Jumlah

Anak

Motivasi memiliki banyak anak atau

sedikit anak berdasarkan orang

yang dianggap penting

Sikap

Norma subjektif

Niat Ikut KB/ Tidak Ikut KB

Perilaku menjadi akseptor KB atau tidak menjadi akseptor KB


(46)

29

Untuk mengungkapkan perbandingan gambaran nilai anak pada pasangan usia subur Akseptor dan Non Akseptor KB, maka peneliti mencoba mengungkapkannya dengan menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Teori ini digunakan untuk mengetahui persepsi PUS terhadap nilai anak, dimana peneliti berusaha mengetahui bagaimana keyakinan PUS terhadap nilai anak dari segi agama, psikologi, sosial, dan ekonomi.


(47)

Jenis penelitian ini bersifat analisis komparatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui hubungan nilai anak pada akseptor dan non akseptor KB di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015. Rancangan penelitian survei menyediakan gambaran angka atau secara kuantitatif dari arah, perilaku, atau opini dari populasi dengan meneliti sampel dari populasi tersebut. Dari hasil meneliti sampel tersebut peneliti mengambil kesimpulan tentang populasi tersebut (Creswell, 2009).

Analisis data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis komparatif. Analisis data komparatif adalah penelitian dengan menggunakan metode studi perbandingan yang dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tertentu (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah:


(48)

31

1. Kelurahan Pekan Gebang merupakan salah satu desa di Kecamatan Gebang, dimana diyakini masih banyak pemikiran tradisional mengenai nilai anak.

2. Masih ada masyarakat yang memiliki anak >2 orang. 3. Angka pemakaian alat kontrasepsi sudah diatas 50%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Oktober 2015.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur yang berdomisili di Kelurahan Pekan Gebang. Populasi dari penelitian ini berjumlah 2.128 pasangan. Dengan jumlah akseptor KB sebesar 1.361 PUS dan non akseptor KB sebesar 767 PUS. Adapun kritera inklusi dan kriteria ekslusi dari populasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

-Pasangan suami istri, dimana istri memiliki umur antara 19-49 tahun. -Istri yang berumur dibawah 49 tahun harus belum memasuki masa

menopause (tidak haid lagi).

-Pasangan yang salah satu pihak (baik suami ataupun istri) sedang menjadi Akseptor KB ataupun Non Akseptor KB.

-Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Kriteria Eksklusi:

-Pasangan suami istri, dimana istri memiliki umur lebih dari atau sama dengan 50 tahun.

-Istri sudah memasuki masa menopause (tidak haid lagi). -Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.


(49)

3.3.2 Sampel

Besar sampel dari penelitian diambil dari populasi yang sudah diketahui dengan menggunakan rumus (Lemeshow, 1997). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Besar sampel tersebut akan dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar. Dua kelompok tersebut adalah kelompok PUS akseptor KB, dan kelompok PUS non akseptor KB. Pada masing-masing kelompok pada akhirnya akan memiliki jumlah 41 orang. Penarikan sampel dari populasi

Keterangan:

n = besar sampel

N = besar populasi kunjungan selama tahun 2014(2128) Z = standar deviasi normal(1,96 dengan Cl 95%) P = target populasi (0,5)

d = derajat ketepatan yang digunakan(=10%)


(50)

33

akan dilakukan dengan menggunakan tehnik convenience (accidental) sampling. Tehnik convenience (accidental) adalah tehnik dimana responden dipilih berdasarkan sifat kebetulan, atau orang terdekat yang ditemui oleh peneliti yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel dalam penelitian (Cohen, Manion & Morrison, 2011). Berdasarkan tehnik tersebut maka peneliti akan memilih responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan cara menunggu di puskesmas serta ke lapangan. Responden akan dipilih bila PUS yang berobat ke puskesmas atau dijumpai dilapangan tersebut memenuhi syarat dari kriteria inklusi yang terdapat pada penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui tanya jawab dengan menggunakan kuesioner secara langsung terhadap responden penelitian yang berada di Kelurahan Pekan Gebang.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya adalah data dari Puskesmas Gebang, dan data BKKBN Gebang.

3.5 Definisi Operasional

1. Karakteristik adalah faktor-faktor yang ada pada responden tentang gambaran nilai anak pada akseptor dan non akseptor KB.

a. Akseptor/Non Akseptor KB adalah keikutsertaan atau ketidak ikutsertaan seseorang dalam menjalankan program keluarga berencana.


(51)

b. Agama adalah kepercayaan seseorang yang diwujudkan dalam suatu peribadatan.

c. Tingkat pendidikan adalah pendidikan yang diperoleh seseorang pada periode waktu tertentu dengan situasi resmi disahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai adanya ijazah setelah selesai pendidikan.

d. Suku adalah status kebudayaan seseorang yang diturunkan oleh orangtuanya.

e. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat pelaksanaan wawancara, yang dinyatakan dalam satuan tahun.

f. Jumlah anak adalah banyaknya anak didalam suatu keluarga.

2. Gambaran Nilai Anak yang dianut oleh PUS adalah tanggapan responden tentang nilai dari segi agama, sosial, psiokologi, dan ekonomi.

a. Nilai anak dari segi agama adalah kepercayaan anak memiliki peran dalam nilai-nilai agama.

b. Nilai anak dari segi sosial adalah kepercayaan anak memiliki peran dalam aspek sosial.

c. Nilai anak dari segi psikologi adalah kepercayaan anak memiliki pengaruh psikologis terhadap keluarga.

d. Nilai anak dari segi ekonomi adalah kepercayaan bahwa anak memiliki peran dalam aspek ekonomi keluarga.


(52)

35

3.6 Instrumen dan Cara Pengukuran 3.6.1 Instrumen

Pengukuran terhadap nilai anak pada masing-masing segi akan dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan penjelasan teori pada masing-masing segi nilai anak. Jumlah item pernyataan dalam kuesioner penelitian ini berjumlah 40 buah, dimana masing-masing segi nilai anak berjumlah 10 buah item pernyataan. Pernyataan tersebut dinilai dengan menggunakan 4 poin skala Likert,

yaitu: “1=sangat tidak setuju”, “2=tidak setuju”,“3=setuju”, dan “4=sangat

setuju”. Pada kalimat pernyataan yang bersifat negatif maka penilaian akan dilakukan secara terbalik. Kalimat yang bersifat negatif adalah kuesioner nomor 9, 16, dan 28. Pernyataan bersifat negatif berguna untuk mengetahui apakah responden menjawab dengan benar dan tidak hanya mengisi secara tidak benar.

3.6.2 Cara Pengukuran

Penilaian persepsi responden terhadap nilai anak dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing nilai pada setiap item pernyataan. Penilaian akan dilakukan pada masing-masing segi pada nilai anak, yaitu persepsi nilai anak pada segi agama, segi ekonomi, segi sosial, dan psikologi. Responden memiliki nilai anak pada masing-masing segi tersebut dikatakan tinggi bila memiliki jumlah skor >50% dari skor tertinggi yaitu


(53)

skor diatas 20 , dan dikatakan rendah bila memiliki jumlah skor <50% yaitu skor dibawah <20.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dari hasil memberikan kuesioner kepada responden akan dilakukan secara beberapa tahap yaitu: tahap editing, tahap coding, tahap entry, dan tahap cleaning.

1. Editing (Pengeditan)

Dalam pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data isi kuisioner, kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik dan menghasilkan informasi yang benar. Karena jika ditemukan bagian-bagian yang tidak ada data nya tentu akan menyulitkan pengolahan data.

2. Coding

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti melakukan tahap coding dimana peneliti akan memberi nilai dari masing-masing jawaban pertanyaan kuesioner, pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Entri

Tahap entry adalah tahap dimana peneliti memasukkan hasil penilaian ke salah satu program yang ada dikomputer, memasukkan data-data


(54)

37

yang ada pada kuisioner ke program yang ada pada komputer untuk dianalisis dan didapatkan kesimpulan.

4. Tahap cleaning adalah tahap dimana peneliti melakukan pengecekan terhadap hasil data yang diperoleh.

3.7.2 Analisis Data

Analisis dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dengan langkah awal mendeskripsikan setiap variabel penelitian untuk memperoleh hubungan nilai anak pada Akseptor dan Non Akseptor KB. Hasil deskripsi nilai anak tersebut kemudian dilakukan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara masing-masing segi nilai anak pada kelompok Akseptor dan Non Akseptor.


(55)

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Geografis

Pekan Gebang merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Kelurahan Pekan Gebang memiliki 8 lingkungan yaitu :

Lingkungan I : Desa Tegal Rejo

Lingkungan II : Desa Air Tawar Luar

Lingkungan III : Desa Air Tawar Dalam

Lingkungan IV : Desa Simpang Kolam Luar

Lingkungan V : Desa Simpang Kolam Dalam

Lingkungan VI : Desa Pekan Gebang

Lingkungan VII : Desa Pringgan

Lingkungan VIII : Desa Katib Darus

4.1.2 Gambaran Demografis

Jumlah penduduk Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang tahun 2014 menurut data yang didapatkan dari Puskesmas Gebang yaitu sebanyak 11.301 orang atau 6.921 Kepala Keluarga (KK). Jumlah


(56)

39

penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5.354 orang dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 5.947 orang. Jumlah pasangan usia subur di wilayah kelurahan Pekan Gebang sebanyak 2.128 PUS.

4.2 Gambaran Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah pasangan usia subur yang menjadi akseptor dan non akseptor program KB di Kelurahan Pekan Gebang, dimana total seluruh PUS yang menjadi responden berjumlah 82 PUS seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Program Keluarga Berencana

Keluarga Berencana

Akseptor Non-Akseptor

41 50% 41 50%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase responden yang menjadi akseptor dan non akseptor KB adalah sama, yaitu 50% dimana total jumlah masing-masing kelompok adalah 41 PUS akseptor KB dan 41 PUS non akseptor KB.


(57)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase (%)

1 Jawa 43 52.44%

2 Batak 17 20.73%

3 Melayu 16 19.51%

4 India 3 3.66%

5 Tionghoa 2 2.44%

6 Aceh 1 1.22%

Total 82 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa suku responden yang terbanyak adalah suku Jawa, yaitu sebanyak 43 orang (52,44%) sedangkan responden yang paling sedikit dengan suku Aceh sebanyak 1 orang (1,22%). Tabel di atas menunjukkan bahwa heterogenitas suku dari responden penelitian ini cukup tinggi, meskipun jumlah dari masing-masing suku tidak sama besar. Namun, hal tersebut sesuai dengan proporsi masing-masing suku di Kabupaten Langkat.


(58)

41

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 Tamat SD 16 19.51%

2 Tamat SMP 20 24.39%

3 Tamat SMA 37 45.12%

4 Tamat Sarjana 9 10.98%

Total 82 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki tingkat pendidikan paling banyak adalah tamat SMA, yaitu sebanyak 37 orang (45.12%), diikuti terbanyak kedua adalah responden yang tamat SMP sebanyak 20 orang (24.39%), terbanyak ketiga adalah responden yang tamat SD sebanyak 16 orang (19.51%) dan tamat Sarjana 9 orang (10.98%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (orang) Persentase

1 Islam 80 97.56%

2. Kristen 2 2.44%

Total 82 100%

Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden beragama Islam yaitu sebanyak 80 orang (97.56%), sedangkan sebagian kecil responden beragama Kristen yaitu sebanyak 2 orang (2.44%).


(59)

Tabel 4.5 Gambaran Karakteristik Jumlah Anak dan Umur Responden

KARAKTERISTIK KATEGORI

Jumlah Anak

<2 >2

37 45

Umur

<35 >35

44 38

Bila dilihat dari gambaran karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dan umur responden dapat dilihat bahwa responden banyak yang berusia dewasa muda (<35 tahun) dan responden paling banyak memiliki anak lebih dari dua orang.

4.3 Nilai Anak Segi Agama

Hasil jawaban responden terhadap persepsi nilai anak dari segi agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Agama

No Jawaban STS TS S SS Total

N % N % N % N %

1 Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan

0 0 0 0 13 15.9 69 84.1 82

2 Anak adalah

titipan dari Tuhan 0 0 0 0 20 24.4 62 75.6 82

3 Anak harus dijaga dan dirawat oleh keluarganya

0 0 1 1.2 33 40.2 48 58.5 82

4 Anak wajib menghormati orangtuanya

0 0 0 0 17 20.7 65 79.3 82


(60)

43

menghargai orangtuanya

6 Anak sebagai pewaris agama selanjutnya

0 0 1 1.2 43 52.4 38 46.3 82

7 Jumlah anak mempengaruhi perkembangan suatu agama

2 2.4 20 24.4 46 56.1 14 17.1 82

8 Anak harus berbakti kepada orangtua

0 0 1 1.2 30 36.6 51 62.2 82

9 Agama membatasi

jumlah anak 2 2.4 4 4.9 59 72.0 17 20.7 82

10 Mencegah kehamilan dilarang dalam agama

5 6.1 37 45.1 35 42.7 5 6.1 82

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa ada beberapa pilihan jawaban yang paling banyak dipilih oleh responden, dimana pilihan pernyataan tersebut dipilih oleh lebih dari 50% responden. Pada pilihan

jawaban “sangat setuju” yang memiliki persentase diatas 50% ada pada item pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan 8, dimana secara berurutan adalah 69%, 62%, 65%, 58,5% dan 62%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa responden memiliki jawaban sangat setuju pada item-item pernyataan tersebut. Pada pilihan jawaban “setuju” yang menjawab lebih dari 50% responden ada pada pernyataan nomor 6,dan 7, dimana persentase pada masing-masing pernyataan tersebut secara berturut adalah 52,4%, dan 56,1%. Pada pernyataan nomor sembilan ada sebanyak 59 responden (72%) menjawab setuju. Penyataan nomor sembilan adalah pernyataan yang bersifat negatif, dimana pada pernyataan tersebut dinilai berkebalikan dari item-item pernyataan lainnya. Sedangkan item


(61)

pernyataan nomor 10 sebanyak 45,1% yang memilih jawaban “tidak setuju”.

Tabel 4.7 Gambaran Nilai Anak Segi Agama Pada Masing-Masing Agama

Agama Responden Jumlah Nilai Anak Segi Agama

Islam 80 Tinggi

Kristen 2 Tinggi

Responden dalam penelitian ini terdiri dari hanya dua agama, yaitu Agama Islam, dan Agama Kristen. Bila nilai anak pada masing-masing agama dilihat tinggi rendahnya, maka dapat dilihat pada kedua agama sama-sama memiliki nilai anak segi agama yang tinggi. Namun dari hasil tersebut kita tidak dapat membandingkan secara pasti nilai anak segi agama dari masing-masing agama karena proporsi dari masing-masing agama tidak sama besar.

4.4 Nilai Anak Segi Psikologi

Hasil jawaban responden menurut masing-masing pernyataan dalam menilai persepsi responden terhadap nilai anak dari segi psikologi adalah sebagai berikut:


(62)

45

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Psikologi

No Jawaban STS TS S SS Total

N % N % N % N %

1 Anak sebagai tempat untuk kita mencurahkan kasih sayang

0 0 2 2.4 47 57.3 33 40.2 82

2 Anak menjadi sumber kebahagiaan didalam suatu keluarga

0 0 0 0 47 57.3 35 42.7 82

3 Jika tidak mempunyai anak banyak maka hidup terasa tidak lengkap

1 1.2 38 46.3 38 46.3 5 6.1 82

4 Anak banyak membuat kita lebih merasakan kehidupan yang lebih indah dibandingkan mempunyai anak sedikit

1 1.2 39 47.6 37 45.1 5 6.1 82

5 Jika tidak mempunyai anak maka kita akan merasa sedih dan tidak sempurna hidupnya

0 0 15 18.3 56 68.3 11 13.4 82

6 Orang yang tidak memiliki anak maka tidak akan kesepian didalam hidupnya

2 2.4 20 24.4 53 64.6 7 8.5 82

7 Kehadiran anak-anak membuat suasana rumah lebih meriah

0 0 4 4.9 63 76.8 15 18.3 82

8 Anak menjadi sumber hiburan bagi kita

0 0 1 1.2 68 82.9 13 15.9 82

9 Anak memberikan kontribusi yang besar untuk orangtuanya semangat bekerja

0 0 1 1.2 56 68.3 25 30.5 82

10 Anak membuat


(63)

keharmonisan hubungan suami istri

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa ada beberapa pilihan jawaban yang paling banyak dipilih oleh responden, dimana pilihan pernyataan tersebut dipilih oleh lebih dari 50% responden. Pada pilihan

jawaban “setuju” yang memiliki persentase diatas 50% ada pada item

pernyataan nomor 5, 6, 7, 9, dan 10, dimana secara berurutan adalah

68,3%, 64,6%, 76,8%, 68,3% dan 73,2%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa responden memiliki jawaban setuju pada item-item pernyataan tersebut. Pada pernyataan nomor delapan ada sebanyak 53 responden (82,9%) menjawab setuju. Penyataan nomor delapan adalah pernyataan yang bersifat negatif, dimana pada pernyataan tersebut dinilai berkebalikan dari item-item pernyataan lainnya.

4.5 Nilai Anak Segi Sosial

Hasil jawaban responden menurut masing-masing pernyataan dalam menilai persepsi responden terhadap nilai anak dari segi sosial adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Sosial

No Jawaban STS TS S SS Total

N % N % N % N %

1 Anak sebagai penerus marga keluarga

0 0 1 1.2 69 84.1 12 14.6 82

2 Anak membuat pasangan menjadi tidak

0 0 15 18.3 49 59.8 1 8

22.


(64)

47

bercerai

3 Anak menjadi simbol identitas suatu keluarga

0 0 7 8.5 67 81.7 8 9.8 82

4 Anak laki-laki lebih penting dibandingkan anak

perempuan

8 9.8 51 62.2 18 22.0 5 6.1 82

5 Anak yang banyak akan membuat suatu keluarga yang besar sedangkan anak yang sedikit membuat keluarga kecil

2 2.4 27 32.9 49 59.8 4 4.9 82

6 Dengan mempunyai anak banyak membuat hidup kita menjadi tentram dan teratur

0 0 40 48.8 41 50.0 1 1.2 82

7 Anak diharapkan menggantikan orangtuanya dalam melaksanakan kewajiban adat

0 0 16 19.5 63 76.8 3 3.7 82

8 Anak tidak sebagai ahli waris orangtuanya

0 0 12 14.6 62 75.6 8 9.8. 82

9 Anak diharapkan menggantikan orangtuanya dalam kegiatan masyarakat

0 0 7 8.5 73 89.0 2 2.4 82

10 Anak diharapkan untuk saling membantu sesama keluarga dan tetangga

0 0 0 0 73 89.0 9 11.


(65)

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa ada beberapa pilihan jawaban yang paling banyak dipilih oleh responden, dimana pilihan pernyataan tersebut dipilih oleh lebih dari 50% responden. Pada pilihan

jawaban “setuju” yang memiliki persentase diatas 50% ada pada item pernyataan nomor 1, 2, 3, 7, 9 dan 10, dimana secara berurutan adalah 84,1%, 59,8%, 81,7%, 76,8%, 89% dan 89%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa responden memiliki jawaban setuju pada item-item pernyataan tersebut. Sedangkan item pernyataan nomor 4 sebanyak 62,2%

yang memilih jawaban “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor delapan

jawaban terbanyak adalah menjawab setuju yaitu 75,6%, seharusnya responden menjawab terbanyak pada pernyataan sangat tidak setuju dikarenakan pernyataan ini adalah pernyataan yang bersifat negatif yang dinilai berkebalikan dengan penilaian pernyataan lainnya.

4.6 Nilai Anak Segi Ekonomi

Hasil jawaban responden menurut masing-masing pernyataan dalam menilai persepsi responden terhadap nilai anak dari segi sosial adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden dari Nilai Anak Segi Ekonomi

No Jawaban STS TS S SS Total

N % N % N % N %

1 Banyak anak banyak

rezeki 2 2.4 18 22.0 49 59.8 13 15.9 82

2 Dengan mempunyai anak pekerjaan di rumah menjadi ringan karena terbantu oleh anak


(1)

kategori persepsi nilai

psikologi anak * kelompok 82 100,0% 0 0,0% 82 100,0%

kategori persepsi nilai psikologi anak * kelompok Crosstabulation kelompok

Total akseptor non akseptor

kategori persepsi nilai psikologi anak

Rendah Count 21 13 34

% within kelompok 51,2% 31,7% 41,5%

Tinggi Count 20 28 48

% within kelompok 48,8% 68,3% 58,5%

Total Count 41 41 82

% within kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3,216a 1 ,073

Continuity Correctionb 2,462 1 ,117

Likelihood Ratio 3,240 1 ,072

Fisher's Exact Test ,116 ,058

Linear-by-Linear Association 3,176 1 ,075

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,00. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

NilaiSosial 82 100,0% 0 0,0% 82 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

NilaiSosial Mean 28,46 ,219

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 28,03


(2)

5% Trimmed Mean 28,36

Median 28,00

Variance 3,931

Std. Deviation 1,983

Minimum 24

Maximum 34

Range 10

Interquartile Range 3

Skewness ,811 ,266

Kurtosis ,855 ,526

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

NilaiSosial ,214 82 ,000 ,928 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori persepsi nilai anak

segi sosial * kelompok 82 100,0% 0 0,0% 82 100,0%

kategori persepsi nilai sosial anak * kelompok Crosstabulation kelompok

Total akseptor non akseptor

kategori persepsi nilai sosial anak

Rendah Count 15 12 27

% within kelompok 36,6% 27,5% 32,1%

Tinggi Count 26 29 55

% within kelompok 63,4% 72,5% 67,9%

Total Count 41 41 82

% within kelompok 100,0% 100,0% 100,0%


(3)

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,767a 1 ,381

Continuity Correctionb ,407 1 ,524

Likelihood Ratio ,769 1 ,380

Fisher's Exact Test ,477 ,262

Linear-by-Linear Association ,757 1 ,384

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,84. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

TABULASI

Akseptor

Akseptor

Non-Akseptor

41

50

41

50

Suku

Melayu

Batak

Minang

Jawa

India

Minang

Aceh

Tionhoa

16

19.51

17

20.73

0

0

42

51.22

3

3.66

0

0

1

1.22

2

2.44

Pendidikan

SD

SMP

SMA

Sarjana

Master

Doktor

16

19.51

20

24.39

37

45.12

9

10.98

0

0

0

0

Agama

Islam

Kristen

Hindu

Budha

80

97.56

2

2.44

0

0

0

0

Jenis Kelamin

Laki-laki

Wanita


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 15

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 1 21

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 12

Determinan Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

0 0 18

Determinan Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

0 0 2

Determinan Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

3 6 9