Pengetahuan Sadari (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri)

(1)

PENGETAHUAN SADARI

(

Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri “SADARI” )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Jurusan Antropologi Sosial

O

L

E

H

WENDY FEBRIANTI

050905051

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

WENDY FEBRIANTI, PENGETAHUAN SADARI (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat,Skripsi 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan wanita usia subur terhadap SADARI sebagai suatu usaha yang baik utuk mencegah dan mengetahui penyakit kanker payudara sejak awal, di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat .

Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaan. Penerapan dari ilmu antropologi mula – mula adalah terhadap masalah pembangunan masyarakat, kemudian lebih luas lagi, yaitu terhadap masalah ekonomi masyarakat, terhadap masalah kesehatan masyarakat, dan lain – lain.

Kaum wanita masih sangat rentan menderita penyakit kanker payudara

yang dapat mengakibatkan kematian. Kanker payudara merupakan 1-3%

penyebab kematian pada wanita diseluruh dunia. Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Dimana SADARI sebaiknya dilakukan seminggu


(3)

setelah selesai haid. SADARI dilakukan pada usia 20-30 tahun. SADARI merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survai dengan pendekatan explanatory research untuk menganalisis pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Metoe pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh atau diambil oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga akan mendapatkan data observasi sebagai kelengkapan data primer. Sedangkan data sekunder didapat melalui instansi terkait berupa data-data pendukung.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari

analisa sebagaimana yang telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa, tingkat pengetahuan responden terhadap SADARI dibagi dalam 3 bagian. Adapun ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut: Tanda-tanda penderita kanker payudara, Pelaksanaan kegiatan SADARI yang benar, Pemeriksaan SADARI

Dari 3 kelompok permasalahan ini dibuat beberapa pertanyaan yang kemudian diberi skor setiap masing-masing jawaban dari pertanyaan tersebut. Setiap jawaban daripertanyaan yangbenar diberi nilai angka 10. Untuk permasalah pertama contohnya, nilai tertinggi itu adalah 40, karena mengandung 4 pertanyaan. Dari 4 pertanyaan tersebut dapat dibuat 3 tingkatan penilaian sebagai berikut:


(4)

(∑ Nilai Tertinggi - ∑ Nilai Terendah) Nilai Rentang (NR) =

3 40 - 4

Contoh Nilai Rentang =

3 Rentang Nilai = 12

Hasil penelitian yang dilakukan, yang berhubungan dengan tanda-tanda penderita kanker payudara, berdasarkan besaran benjolan kanker payudara pada payudara yang terserang penyakit tersebut, dari 30 responden hanya 6 atau 20 % responden yang dapat menjawab dengan benar bahwa benjolan yang ada pada payudara hanya sebesar 5 cm. Dan lebih banyak para responden menjawab benjolan itu sebesar 3 cm, yaitu sebanyak 16 responden atau 53.3 %.


(5)

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya. Salawat beriring salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGETAHUAN SADARI (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang SADARI)”. Penelitian yang dilakukan di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Adapun penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas akhir program S1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Jurusan Antropologi Sosial pada Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan petujuk demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:

Ayahanda Eddy Supriadi,SE dan Ibunda Nurlaila Tanjung yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada ananda selama ini sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis. DTH & M.Ak selaku Rektor Universitas


(6)

Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA. Selaku Ketua Departemen Antropologi

Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Bapak Drs. Irfan S. MSi, selaku Sekretaris Depertemen Antropologi Sosial

fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas sumatera Utara.

Bapak Drs. Nurman Achmad, S.Sos. M.soc. Selaku pembimbing skripsi, yang telah bersedia mengorbankan waktu untuk menuntun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Jurusan Antopologi Sosial Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan mengajar penulis selama dalam perkuliahan.

Seluruh Karyawan dan Staf Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan dan selama dalam penyusunan skripsi.

Bapak Mariono Kepala Desa Sidomulyo beserta para staf-staf dan warga

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian guna penyusunan skripsi.

Semua kerabat Antropologi FISIP USU khususnya stambuk 2005 yang


(7)

Tasvin dan Andri penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Seiring doa, semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis serta menyerahkan diri kepadanya, seraya mengharap ridhoNya dengan segala kerendahan hati penulis menyerahkan karya ilmiah ini yang jauh dari kesempurnaan dan penulis juga berharap masukan yang konstruktif guna perbaikan skripsi ini.

Tidak dapat kiranya penulis semua membalas semua bantuan dan kebaikan yang diberikan, penulis berharap semoga ALLAH SWT dapat membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AMIN YA RABBAL’ALAMIN.

Medan, Maret 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK………..

i

KATA PENGANTAR………..

iv

DAFTAR ISI………..

vii

DAFTAR GAMBAR……….

xi

DAFTAR TABEL……….

xii

DAFTAR DIAGRAM……….

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang………..………. 1

B. Perumusan Masalah…………..……… 6

C. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian…... 6

D. Hipotesis………. 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

8

1. Tinjauan pustaka……… 8

1.1 Tingkat pengetahuan………. 9


(9)

2.1.2. Tanda-tanda Kanker Payudara.………... 12

2.1.3. Pemeriksaan Kanker Payudara.………... 13

2.1.4. Manfaat Periksa Payudara Sendiri (SADARI)… 14

2.1.5. Dasar Melakukan Pemeriksaan payudara Sendiri (SADARI)………. 15

2.2. Pemeriksaan Lengkap SADARI………. 16

2.2.1. Inspeksi Payudara Kiri dan Kanan………... 16

2.2.2. Palpalasi Puting Susu………. 18

2.2.3. Palpalasi Payudara Kiri………... 18

2.2.4. Palpalasi Payudara Kanan………..… 19

2.3. Pemeriksaan Mamografi……….. 20

2.4. Karakteristik Wanita Usia Subur Yang Mempengaruhi Pengtahuan tentang Payudara Sendiri (SADARI) 21 2.4.1. Umur Wanita Usia Subur……….…… 21

2.4.2. Pendidikan Wanita Usia Subur……… 22

2.4.3. Pekerjaan Wanita Usia Subur………..….. 23

2.4.4. Sumber Informasi Wanita Usia Subur………. 24

2.4.4.1. Media………..… 24

2.4.4.2. Non Media……….… 26

2.5. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………….. 27

2.5.1 Profil Desa Sidomulyo………. … 27


(10)

2.5.3 Pendidikan………... 29

2.5.4. Sejarah Desa Sidomulyo……… 31

2.5.5. Adanya Kepemimpinan Pemerintahan Awal Desa Sidomulyo………. 34

2.6. Struktur Pemerintahan Kepala Desa Sidomulyo 35 2.6.1. Gambar Peta Desa Sidomulyo……….. 36

BAB III

METODOLOGI……….….

37

3.1. Jenis Penelitian……….……… 37

3.2. Lokasi Penelitian……….. 37

3.3. Populasi dan Sampel……… 37

3.4. Metode Pengumpulan Data……… 38

3.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas data…………..… 38

3.5. Pengukuran Pengetahuan………... 40

3.6. Pengolahan dan Analisa Data……… 42

3.6.1. Pengolahan Data………... 42

3.6.2. Analisa Data……… 43

BAB IV

HASIL PENELITIAN……….……

44

4.1. Karakteristik Responden………. 44

4.2. Sejarah kesehatan Responden………. 47

4.3. Pengetahuan Tentang Penyakit……….. 49


(11)

SADARI……….….. 53

4.5. Tanda-tanda Penderita Kanker Payudara….…. 53

4.6. Pelaksanaan Kegiatan SADARI yang benar….. 57

4.7. Cara Melakukan SADARI……… 62

4.8.

Sumber Pengetahuan SADARI………..…. 67

BAB V

ANALISA DATA………...………..

68

5.1. Tanda-tanda Penderita Kanker Payudara…….. 68

5.2. Pelaksanaan Kegiatan SADARI Yang Benar..… 70

5.3. Pemeriksaan SADARI………... 72

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN………..……….

77

6.1 Kesimpulan……….. 77

6.2 Saran………. 79

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Sel Pembentuk Kanker Payudara………... 11

Gambar 2.2. Sel berliat ganda dan menyebabkan infeksi pada payudara.. 12

Gambar 2.3. Tahapan terjadinya kanker payudara………... 13

Gambar 2.4. Pemeriksaan kanker payudara……… 16

Gambar 2.5. Pemeriksaan kanker payudara……… 17

Gambar 2.6. Pemeriksaan kanker payudara……… 17

Gambar 2.7. pemeriksaan kanker payudara……… 18

Gambar 2.8. Pemeriksaan kanker payudara ………... 19

Gambar 2.9. Pemeriksaan kanker payudara……… 20

Gambar 2.10. Mesjid Ar-Rahim yang terletak di Dusun III……….… 28

Gambar 2.11. Vihara Budhidarma satu-satunya tempat ibadah bagi orang Budha yang ada di Dusun III Desa Sidomulyo……… 28

Gambar 2.12. SD Negeri 054866 yang ada di Desa Sidomulyo, di desa ini khususnya Dusun III hanya terdapat Sekolah Dasar……….… 30

Gambar 2.13. Struktur Pemerintahan Kepala Desa Sidomulyo………….... 35


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jumlah penduduk berdasarkan usia Tahun 2009………. 28

Tabel 2.2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan……….. 30

Tabel 4.1 Karakteristik umum responden……… 44

Tabel 4.2 Karakteristik responden dari nomor anak dalam keluarga…….. 46

Tabel 4.3 Karakteristik respodenberdasarkan status dalam ekonomi…….. 47

Tabel 4.4 Karakteristik keluara responden yang menderita kanker payudara 48 Tabel 4.5 Pengertian penyakit secara umum………... 49

Tabel 4.6 Pengertian penyakit kanker payudara………... 51

Tabel 4.7 Benjolan yang terdapat pada payudara penderita………. 54

Tabel 4.8 Pengetahuan responden terhadap tanda-tanda penderita kanker Payudara……….. 56

Tabel 4.9 Saat yang tepat melakukan SADARI……….. 58

Tabel 4.10 Usia 20-30 tahun melakukan SADARI……… 59

Tabel 4.11 Usia 30-40 tahun melakukan SADARI……… 60

Tabel 4.12 Usia 40 – 50 Tahun Melakukan SADARI……….. 61

Tabel 4.13 SADARI Berdasarkan Usia Subur……….. 61

Tabel 4.14 Tempat Melakukan SADARI………..… 62

Tabel 4.15 Tahapan SADARI……….. 63

Tabel 4.16 Inspeksi Payudara Di Depan Cermin……….. 64

Tabel 4.17 Pemeriksaan Palpalasi Puting Susu………. 65


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 5.1. Pengetahuan Tentang Tanda-Tanda Kanker Payudara…. 69

Diagram 5.2. Pengetahuan Pelaksanaan SADARI……….. 70


(15)

ABSTRAK

WENDY FEBRIANTI, PENGETAHUAN SADARI (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat,Skripsi 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan wanita usia subur terhadap SADARI sebagai suatu usaha yang baik utuk mencegah dan mengetahui penyakit kanker payudara sejak awal, di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat .

Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaan. Penerapan dari ilmu antropologi mula – mula adalah terhadap masalah pembangunan masyarakat, kemudian lebih luas lagi, yaitu terhadap masalah ekonomi masyarakat, terhadap masalah kesehatan masyarakat, dan lain – lain.

Kaum wanita masih sangat rentan menderita penyakit kanker payudara

yang dapat mengakibatkan kematian. Kanker payudara merupakan 1-3%

penyebab kematian pada wanita diseluruh dunia. Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Dimana SADARI sebaiknya dilakukan seminggu


(16)

setelah selesai haid. SADARI dilakukan pada usia 20-30 tahun. SADARI merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survai dengan pendekatan explanatory research untuk menganalisis pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Metoe pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh atau diambil oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga akan mendapatkan data observasi sebagai kelengkapan data primer. Sedangkan data sekunder didapat melalui instansi terkait berupa data-data pendukung.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari

analisa sebagaimana yang telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa, tingkat pengetahuan responden terhadap SADARI dibagi dalam 3 bagian. Adapun ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut: Tanda-tanda penderita kanker payudara, Pelaksanaan kegiatan SADARI yang benar, Pemeriksaan SADARI

Dari 3 kelompok permasalahan ini dibuat beberapa pertanyaan yang kemudian diberi skor setiap masing-masing jawaban dari pertanyaan tersebut. Setiap jawaban daripertanyaan yangbenar diberi nilai angka 10. Untuk permasalah pertama contohnya, nilai tertinggi itu adalah 40, karena mengandung 4 pertanyaan. Dari 4 pertanyaan tersebut dapat dibuat 3 tingkatan penilaian sebagai berikut:


(17)

(∑ Nilai Tertinggi - ∑ Nilai Terendah) Nilai Rentang (NR) =

3 40 - 4

Contoh Nilai Rentang =

3 Rentang Nilai = 12

Hasil penelitian yang dilakukan, yang berhubungan dengan tanda-tanda penderita kanker payudara, berdasarkan besaran benjolan kanker payudara pada payudara yang terserang penyakit tersebut, dari 30 responden hanya 6 atau 20 % responden yang dapat menjawab dengan benar bahwa benjolan yang ada pada payudara hanya sebesar 5 cm. Dan lebih banyak para responden menjawab benjolan itu sebesar 3 cm, yaitu sebanyak 16 responden atau 53.3 %.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaan. Penerapan dari ilmu antropologi mula – mula adalah terhadap masalah pembangunan masyarakat, kemudian lebih luas lagi, yaitu terhadap masalah ekonomi masyarakat, terhadap masalah kesehatan masyarakat, dan lain – lain. Masih dalam rangka pembangunan masyarakat, para ahli antropologi sering diminta oleh para dokter kesehatan masyarakat dan para dokter lainnya untuk membantu mereka dalam hal meneliti atau memberi data mengenai masalah konsepsi dan sikap penduduk tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap obat – obatan tradisional, terhadap pengobatan modern, terhadap kebiasaan – kebiasaan dan pantangan – pantangan dan sebagainya.

Sehat adalah sebuah kondisi yang diinginkan oleh setiap orang. Namun kondisi ini tidak mudah dicapai. Karena setiap manusia, baik tua maupun muda, baik miskin maupun kaya, baik mereka yang mempunyai tingkat pendidikan rendah maupun mereka yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi selalu terkena dari serangan penyakit --- suatu kondisi lawan dari sehat. Artinya, penyakit akan menyerang siapa saja tanpa melihat statusnya.


(19)

Salah satu dari sekian banyak penyakit yang menyerang manusia adalah kanker payudara. Kanker payudara sebenarnya bukan hanya menyerang kaum wanita, kaum pria juga bisa terkena kanker payudara. Penyakit ini dapat mematikan. Faktor resiko kanker payudara menurut Tara (2001) faktor resiko kanker payudara yaitu, gender (kewanitaan), sedangkan pada pria 1%, usia di atas 30 tahun, wanita yang tidak memiliki anak (tidak menyusui), memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara, sebelumnya pernah ditemukan kanker disalah satu payudara, siklus menstruasi pada usia dini, terlambat menopause setelah usia 50 tahun, terlambat melahirkan setelah usia 30 tahun, diet tinggi lemak, peminum alcohol, obesitas pada wanita post menopause, pernah mengalami radiasi, mendapat terapi hormonal dalam jangka panjang.

Kaum wanita masih sangat rentan menderita penyakit kanker payudara yang dapat mengakibatkan kematian. World Health Organization (WHO) menunjukkan 5 juta jiwa wanita lebih awal menemui ajalnya kerena penyakit

kanker payudara. WHO juga menunjukkan bahwa, setiap tahun jumlah

penderita kanker payudara bertambah sekitar 7 juta jiwa. Hingga saat ini frekuensi wanita yang terkena penyakit kanker payudara mencapai angka 20% dari seluruh penyakit kanker di dunia. Kanker payudara merupakan 1-3% penyebab kematian pada wanita diseluruh dunia.

Di Eropa dan Amerika, penyakit kanker payudara merupakan penyakit keganasan terbanyak dijumpai pada kelompok wanita. Angka berkisar 70-75kasus per-100.000, penduduk setiap tahun (Swiss). Di Benua Australia, satu


(20)

dari sebelas wanita meninggal akibat kanker payudara setiap tahunnya. Sebaliknya di Asia, kanker payudara mempunyai insiden rendah. Diperkirakan di Jepang berkisar 15 hingga 18 kasus per-100.000 penduduk pertahun. Kuwait sekitar 15 hingga 17 per-100.000 penduduk, dan di negeri Tirai Bambu, Cina kejadiannya dibawah 10 kasus per-100.000 penduduk per-tahun. (Tapan E,2005).

Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Penderita kanker payudara di Indonesia ada yang baru berusia 18 tahun. Padahal di Neclara Eropa dan Amerika, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di Negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang balk. Di negara Eropa dan Amerika kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga dapat segera diobati dan disembuhkan. Sedangkan di Indonesia kebanyakan kasus penyakit kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut, dimana penyembuhannya sudah sulit untuk dilakukan. Padahal mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah, cukup beberapa menit, sebulan sekali, dimana dengan melakukan pemenksaan payudara sendiri atau di singkat SADARI.

Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Masalah pokok dalam penanggulangan kanker payudara adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kanker payudara,


(21)

termasuk cara pencegahan dan deteksi dini kanker payudara. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri (SADARI). (Rakmah.2007).

Penyakit ini semakin menjadi momok bagi wanita khususnya dikarenakan penderita kanker payudara akan kehilangan salah satu mahkota tubuhnya, yaitu payudara. Selain fungsi payudara dari segi biologis terganggu, kehilangan fungsi payudara sebagai body image tidak terpenuhi. Mereka yang menderita kanker payaudara sudah dapat dipastikan menjadi seorang wanita yang tidak sempurna. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bagi wanita keindahan dalam konsep body image menjadi suatu masalah besar. Banyak sekali penyakit yang disebabkan untuk mencapai atau member penampilan tubuh sesuai dengan body image. Body berubah hampir pada semua penderita kanker payudara dan jika perubahan ini tidak terintegrasi dengan konsep diri maka kualitas hidup akan menurun secara drastis. Dalam sebuah penelitian juga terungkap wanita yang mengalami kanker payudara akan mengalami gangguan body image yaitu merasa menjadi wanita yang kurang sempurna karena secara fungsi sebagai seorang ibu yaitu tidak bisa menyusui anak. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi wanita mengalami gangguan body image menurut Thomson (dalam Nirmala, 1996), yaitu body image distortion dan body image dissatisfaction (Ketidak puasan Citra Tubuh).


(22)

kanker payudara dalam pengobatan rawat jalan tercatat sebanyak 56 wanita, sedangkan rawat inap karena penyakit kanker payudara sebanyak 73 wanita. (Profil Dinas Kesehatan). Tingginya angka kejadian wanita yang terkena penyakit kanker payudara, karena kurangnya pengetahuan wanita untuk melakukan deteksi dini kanker payudara. Banyak wanita datang merneriksakan penyakit kanker payudaranya sudah pada stadium lanjut, dimana penyembuhannya sudah sangat sulit untuk dilakukan (Rakmah,2007).

Suatu hal yang hampir dilupakan adalah bahwa kanker payudara dapat disembuhkan dan pencegahan dini dapat dilakukan. Data yang tercatat dari RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2008, tercatat 121 kasus kanker payudara, tercatat berada pada stadium I-IV (Rekam Medik). Pengobatan kanker payudara dapat dicegah sedini mungkin, dimana kemungkinan.untuk sembuh akan lebih besar. SADARI cara yang telah diakui manfaatnya, aman dan

sederhana, serta.. penting karena hampir 85% terjadinya kanker payudara

ditemukan oleh penderita sendiri. Bagaimana pun SADARI merupakan bagian yang penting dari perawatan kesehatan, yang merupakan salah satu cara melindungi wanita dari resiko terkena kanker payudara. Dalam hal pelaksanaan SADARI ini, perlu adanya pendidikan kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan wanita.

Pemerintah, melalui dinas kesehatan sepakat bahwa SADARI merupakan sebuah usaha perawatan tubuh yang merupakan pengetahuan dini tentang keberadaan penyakit kanker payudara. Sehingga dengan diketahuinya penyakit


(23)

kanker payudara tersebut, dapat diambil tindakan pengobatan lebih awal. Dengan demikian angka kematian disebabkan penyakit kanker payudara dapat diturunkan. Namun seberapa jauh masyarakat mengetahui SADARI ini menjadi sebuah tujuan penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : "Bagaimana Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Lebih rincinya dari perumusan masalah itu muncul pertanyaan-pertanyaan yang akan menjawab antara lain:

Apa yang mereka ketahui tentang penyakit dan penyakit kanker payudara. Sejauh mana mereka mengetahui SADARI sebagai sebuah perawatan kesehatan tubuh untuk mencegah atau mengetahui penyakit kanker payudara sejak dini.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Wanita usia subur tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat .


(24)

Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi Desa Setempat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi pada kepala desa tentang pengetahuan wanita usia subur mengenai periksa payudara sendiri (SADARI) untuk dilakukan dan dijadikan sebagai intervensi.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam mengaplikasikin mata kuliah metodologi penelitian.

c. Bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini berguna bagi mahasiswi Fisip Program Studi Antropologi Sosial dimana dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang memilih topik yang sama.

D. Hipotesis

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian awal bahwa penelitian ini untuk melihat tingkat pengetahuan wanita usia subur terhadap SADARI sebagai suatu usaha yang baik utuk mencegah dan mengetahui penyakit kanker payudara sejak awal. Penelitian ini meihat hubungan yang linear, sehingga hipotesis yang dibangun adalah : Tingginya tingkat pengetahuan usia subur di desa Sidomulyo terhadap SADARI.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

1. Tinjauan Pustaka

Menurut Antroplogi “kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa tindakan dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan”, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar, yaitu (tindakan naluri, refleks, tindakan – tindakan yang dilakukan akibat suatu proses psikologi), maupun berbagai tindakan membabi buta yang terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri, sehingga menjadi tindakan kebudayaan (Koentjaranigrat, 1996:72-73).

Dalam prespektif ini kebudayaan dilihat sebagai konsep – konsep, teori – teori, dan metode – metode yang diyakini kebenarannya oleh warga masyarakat yang menjadi pemiliknya. Kebudayaan dengan demikian merupakan sistem – sistem awal yang ada pada berbagai tingkat pengetahuan dan kesadaran dan bukan pada tingkat gejala yaitu pada tingkat kelakuan atau hasil kelakuan sebagaimana di defenisikan oleh Prof. Koentjaraningrat.


(26)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.

1.1. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo, ada beberapa pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau


(27)

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengetahuan hukum- hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktural organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelornpokkan dan sebagainya.

5. Sintetis (Syntetis)

Sintetis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari fofmulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu


(28)

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1. Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah tetapi rnasih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi faktor lain maka akan:, menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjer-kelenjer). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun. (Kasdu.D.2005)

 Sel pembentuk kanker payudara


(29)

Sel berlipat ganda dan menyebabkan infeksi pada payudara

2.1.2. Tanda-tanda Kanker payudara

Adapun tanda-tanda dari kanker payudara adalah, teraba adanya benjolan dimana keadaan benjolan ini tidak sakit, tunggal pada payudara, dengan konsistensi yang keras dan padat. Benjolan tersebut terbatas tegas dengan ukuran dari 5 sentimeter.

Selain benjolan pada payudara, tanda-tanda kanker payudara adalah :

− Terdapat kemerahan atau luka yang terus-menerus disekitar payudara

− Puting susu berdarah atau mengeluarkan cairan yang tidak normal

− Kulit payudara berubah menjadi bengkak dan berkerut

− Puting susu tertarik kedalam.(Tapan.E.2005)


(30)

2.1.3. Pemeriksaan Kanker Payudara

Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Dimana Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada usia 20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid.

Periksa Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari resiko terkena kanker payudara. Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan melakukan “SADARI”, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker


(31)

payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dapat dilakukan dirumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah selesai haid.

Periksa Payudara Sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat memudahkan perabaan. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada. usia 20-30 tahun, minimal dilakukan tiga tahun sekali. Pada usia 30-40 tahun sebaiknya dilakukan 1-2 tahun sekali. Pada usia 40-50 tahun sebaiknya dilakukan tiap tahun ditambah dengan pemeriksaan mamografi.

2.1.4. Manfaat Periksa payudara Sendiri (SADARI)

Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah.


(32)

2.1.5. Dasar melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri

Dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri ada pedoman yang harus diketuhi. Pedoman “WASPADA:.

W : Waktu buang air besar terjadi perubahan atau gangguan A : Alat pencernaan terganggu atau sulit menelan

S : Suara serak atau batuk yang sulit sembuh P : Payudara atau tempat lain ada benjolan

A : Andeng – Andeng yang berubah sifat , cepat besar, atau gatal D : Darah atau lender abnomal keluar dari tubuh

A : Ada koreng atau borok yang sulit sembuh

Pedoman “WASPADA” bukan hanya berlaku pada penderita kanker payudara saja, tetapi untuk semua kemungkinan tumor jinak atau degenerasi ganas. (Manuaba, 2000)

Pemeriksaan payudara sendiri memiliki bagian – bagian (lingkungan) yang dimana apabila diraba akan terasa berbeda – beda. Sisi atas agak kesamping (dekat ketiak) cenderung terasa bergumpal – gumpal besar. Payudara bagian bawah terasa seperti hamparan pasir dan kerikil. Sedangkan bagian bawah puting susu terasa seperti segumpalan biji – bijian yang besar. Kadang ada juga gumpalan yang menyerupai sebuah mangkuk. Kondisi seperti ini bisa berbeda pada tiap wanita. Pada tahap awal akan cukup membantu jika membuat “Peta lingkungan pada payudara”, dimana hal ini dapat bermanfaat sebagai bahan perbandingan ada pemeriksaan payudara sendiri, dari bulan pertama


(33)

dilakukannya Periksa Payudara Sendiri (SADARI) ke bulan berikutnya dilakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Yang terpenting dalam hal ini merasakan bagaimana kondisi payudara. (Rahayu T, 2007)

2.2. Pemeriksaan Lengkap Payudara Sendiri (SADARI) 2.2.1 Inspeksi Payudara Kiri Dan Kanan

Berdiri didepan cermin dengan keadaan kedua tangan berada disamping badan, lalu memperhatikan seluruh payudara. Memperhatikan apakah bentuk dan ukuran payudara simetris. Memperhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk pada payudara, adakah perubahan warna pada kulit payudara atau luka yang lama tidak sembuh pada sekitar putting susu.

Setelah kedua tangan diletakkan disamping badan, kemudian mengangkat kedua tangan lurus dibelakang kepala. Pada keadaan tangan berada


(34)

dibelakang kepala, memperhatikan bentuk dan ukuran payudara memperhatikan adakah benjolan atau perubahan bentuk pada payudara.

Dengan keadaan dua siku mengarah kesamping, tekanlah telapak tangan yang satu kuat – kuat pada yang lain. Cara ini akan mengangkat otot – otot dada, dimana dengan cara ini akan lebih mudah melihat perubahan – perubahan seperti cekungan dan benjolan akan terlihat kelihatan.

Gambar. 2.5


(35)

2.2.2. Palpasi Puting Susu

Memencet atau menekan putting susu secara pelan – pelan pada kedua payudara dan mengamati apakah ada cairan yang keluar tidak normal, seperti cairan yang berwarna kemerah – merahan.

2.2.3. Palpasi Payudara Kiri

Pemeriksaan dilanjutkan pada bagian bawah dalam payudara kiri. Dimana posisi badan dalam keadaan berbaring, dengan tangan kiri berada dibawah kepala, sedangkan tangan kanan meraba payudara krii. Kemudian meletakkan bantal kecil dibawah punggung kiri. Perabaan dilakukan dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan, melakukan pemeriksaan berupa penekanan pada payudara dengan gerakan mulai dari tepi ujung putting susu bagian dalam lalu melingkar kearah luar sampai semua payudara terperiksa dengan arah searah putaran jarum jam. Kemudian lakukan pemeriksaan ketiak sebelah kiri dengan penekanan yang lembut, apakah terdapat benjolan atau tidak.


(36)

2.2.3Palpasi Payudara Kanan

Cara pemeriksaan sama seperti pada payudara kiri, yakni posisi badan dalam keadaan berbaring dengan tangan kanan berada dibawah kepala, sedangkan tangan kiri meraba payudara kanan. Perabaan dilakukan dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan. Melakukan pemeriksaan berupa penekanan yang lembut pada payudara dengan gerakan memutar mulai dari tepi putting susu bagian dalam, lalu melingkar kearah luar sampai semua payudara teriperiksa dengan arah searah putaran jarum jam. Kemudian lakukan pemeriksaan ketiak sebelah kanan dengan penekanan yang lembut, apakah ada benjolan atau tidak.


(37)

2.3. Pemeriksaan Mamografi

Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk deteksi dini keganasan kanker payudara. Mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominant. (Ramli M.2005)

Pemeriksaan dengan mamografi, biasanya tidak dianjurkan untuk dilakukan pada usia kurang dari 25 tahun, karena struktur jaringan payudara masih padat sehigga dengan alat tersebut masih sukar untuk mendeteksi bibit kanker. Sebagai gantinya bliasa digunakan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG). Tekanan pada payudara sewaktu pemeriksaan mamografi akan mernberikan perasaan yang kurang menyenangkan pada kedua payudara, untuk itu lebih mudah untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setelah 1 minggu masa haid berlangsung.


(38)

Karakteristik Wanita Usia Subur Yang Memperngaruhi Pengetahuan Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

2.4.1. Umur Wanita Usia Subur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur adalah lamanya hidup sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola – pola kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada masa dewasa ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Kemahiran dan keterampilan dan profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. (Harlock, 2002)

Pembagian umur menurut tingkat kedewasaan :

a. 20 – 30 tahun

b. 31 – 40 tahun

c. 41 – 50 tahun

Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), maka semakin bertambahnya umur, maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh wanita subur, semakin banyak informasi yang diperoleh wanita usia subur dan semakin memahami apa kegunaan dilakukannya SADARI untuk kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker payudara. (Hawari D, 2004)


(39)

2.4.2. Pendidikan Wanita Usia Subur

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu fase belajar yang berarti pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa yang lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh seseorang. (Notoatmadjo, 2003)

Pembagian tingkat pendidikan antara lain :

1. Pendidikan Dasar : SD, SMP/Sederajat

2. Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat

3. Pendidikan Tinggi : Akademik/Perguruan Tinggi

Pendidikan wanita usia subur terkait tentang pentingnya SADARI memiliki kontribusi yang penting terkait dengan pemahaman akan berusaha pencegahan dini terjadinya kanker payudara. Pendidikan wanita usia subur membuat penyerapan informasi yang diberikan semakin mudah diketahui. Sehingga tingkat kesehatan akan semakin baik. Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya SADARI disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan karena wanita usia subur tidak mengetahui apa kegunaan dilakukannya pemeriksaan dini pada payudara. (Hawari D, 2004)


(40)

2.4.3. Pekerjaan Wanita Usia Subur

Pekerjaan merupakan pekerjaan formal dilakukan dalam kehidupan sehari – hari. Pengalaman dan pendidikan sekarang sejak kecil akan memperngaruhi sikap dan penampilan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Hurlock dalam bukunya psikologi perkembangan mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan diri seseorang memberikan kesan tersendiri. Ini berarti makin sesuai bakat dan minat seseorang dengan pekerjaan, maka makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaannya berserta status sosial ekonomi yang dicapai. (Hurlock, 2002)

Pembagian tingkat pekerjaan antara lain :

1. Bekerja : PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta

2. Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga

Hubungan pekerjaan wanita usia subur mengenai pentingnya melakukan SADARI sangat terkait. Dimana wanita yang bekerja akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi terkait dengan pelaksanaan SADARI dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Pemikiran wantia usia subur yang bekerja akan lebih luas, dimana wanita tersebut mempunyai wawasan ataupun pengetahuan yang lebih. Wanita yang bekerja akan lebih cermat mengamati setiap informasi yang didapatkan. Sedangkan wanita yang tidak bekerja, cara berpikir serta pengetahuan yang dimilikinya sangat sedikit. (Notoadmodjo, 2003)

Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya melakukan SADARI dapat disebabkan oleh pekerjaan wanita usia subur. Hal ini


(41)

disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima wanita usia subur tentang pentingnya melakukan SADARI. (Hawari D, 2004)

2.4.4. Sumber Informasi Wanita Usia Subur

Sumber informasi kesehatan dibagi menjadi dua sumber yaitu sumber eksterm dan sumber informasi inten. Sumber informasi ekstern adalah informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan, TV, Media Massa, dan Elektronik. Sedangkan sumber informasi intern adalah informasi yang berasal dari teman, orang tua, dan keluarga.

Informasi terkait dengan pentingnya SADARI, dapat diperoleh dari media massa, media elektronik, papan bill board dan dapat juga dari petugas kesehatan atau pun teman dan keluarga. Wanita usia subur yang berusaha mendapatkan informasi terkait dengan SADARI akan lebih mengerti terhadap apa – apa yang perlu dilakukan. Semakin banyak informasi yang didapatkan wanita usia subur tentang SADARI, maka wanita usia subur akan lebih mengerti tentang SADARI. Sebaliknya kurangnya informasi yang didapat wanita usia subur menyebabkan ketidak kurangnya tentang SADARI (Hawari D, 2004)

2.4.4.1. Media

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan – pesan kesehatan (Media) dibagi menjadi 3 yakni :


(42)

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan, sangat bervariasi antara lain :

1. Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan – pesan

kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2. Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan – pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat.

3. Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

4. Flip Chart (lembaran balik) ialah media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk lembaran balik.

5. Rubrik tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah

6. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan – pesan atau informasi

kesehatan

7. Foto dimana mengungkapkan informasi – informasi kesehatan.

B. Media Elektronik

Media elektronik merupakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan – pesan atau informasi – informasi kesehatan, yang jenisnya berbeda – beda antara lain :

1. Televisi, menyampaikan pesan atau informasi – informasi melalui

media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, quiz atau cerdas cermat dan sebagainya.


(43)

2. Radio, penyampaian informasi atau pesan – pesan melalui radio juga dapat berbentuk macam – macam antara lain Obrolan (Tanya – Jawab), sandiwara radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.

3. Video, penyampaian informasi atau pesan – pesan dapat melalui

video.

4. Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi

5. Film Stip, juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan – pesan

kesehatan.

C. Media Papan (Bill Board)

Papan (bill board) juga dipasang ditempat – tempat untuk dipakai, dimana diisi dengan pesan – pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan – pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan – kendaraan umum (bus atau taksi). (Notoadmodjo, 2003)

2.4.4.2. Non Media

Berdasarkan fungsinya penyaluran pesan – pesan non media dapat diperoleh dari berbagai hal, antara lain :

1. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan dapat memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat melalui penyuluhan kesehatan untuk dapat dilakukan oleh


(44)

masyarakat dalam kehidupannya dimana ini berguna dalam upaya peningkatan kesehatan. (Notoadmodjo, 2005)

2. Keluarga / Teman

Keluarga / teman adalah sumber yang paling dekat dimana merupakan sumber informasi yang paling mudah diterima oleh orang lain.

2.5. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2.5.1. Profil Desa Sidomulyo

Desa Sidomulyo Dusun III atau yang disebut juga Kapunden mempunyai luas wilayah lebih kurang 92,5 Ha yang berbatasan dengan:

- Utara dengan Dusun II (Waringin) Desa Sidomulyo

- Timur dengan Desan Tandam Hulu, Kec, Hamparan Perak, DS - Selatan dengan Dusun IV (Sendangsari) Desa Sidomulyo - Barat dengan Dusun II (Waringin) Desa Sidomulyo

2.5.2. Penduduk

Penduduk Dusun Kepunden hanya terdiri dari 329 KK yang terdri dari 1.276 jiwa dengan komposisi 628 Laki-laki dan 648 Perempuan. Dari 1.276 jiwa ini didominasi oleh etnis Jawa, yaitu sebanyak 1.182 jiwa dan sisanya selebihnya pada etnis Cina, Melayu, Batak, Aceh dan Minang. Dengan melihat persebaran penduduk berdasarkan etnis, sudah dapat dipastikan persebaran penduduk berdasarkan agama, pemeluk agama Islam yang terbesar. Hal ini terbukti berdasarkan data statistic Desa Sidomulyo tahun 2009 pemeluk agama Islam


(45)

sebanyak 1.197 jiwa. Selebihnya pemeluk agama Budha berjumlah 78 jiwa dan pemeluk agama Kristen hanya 1 jiwa.

Dari data desa tahun 2009 tercatat bahwa jumlah penduduk dengan tingkatan umur dengan pembagian yang cukup berimbang dengan komposisi seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Tahun 2009

No. Usia Jumlah Persentase

(%)

1. 0 - 5 97 jiwa 7,60

2. 6 – 11 121 jiwa 9,48

3. 12 – 17 128 jiwa 10,03

Gambar. 2.10. Mesjid Ar-Rahim yang terletak di dusun III

Gambar. 2.11. Vihara Budhidarma, satu-satunya tempat ibadah bagi orang Budha yang ada di Dusun III Desa Sidomulyo


(46)

4. 18 – 23 163 jiwa 12,8

5. 24 – 29 187 jiwa 14,65

6. 30 – 40 148 jiwa 11,59

7. 41 – 50 165 jiwa 12,93

8. 50 tahun keatas 276 jiwa 20,92

Sumber : Data Desa

Bila dilihat pada tabel tersebut, penduduk Desa Sidomulyo dengan usia 50 tahun keatas lebih besar daripada penduduk dengan beberapa tingkatan usia. Ini juga menunjukkan bahwa orang-orang tua menguasai berdasarkan jumlah yang mungkin sangat mempengaruhi dalam beberapa keputusan tentang desa. 2.5.3. Pendidikan

Kemudian bila dilihat berdasarkan data desa tentang tingkat pendidikan penduduk di Desa Sidomulyo Dusun III ini, boleh dikatakan masyarakat yang berpendidikan rendah. Sebagian besar dari mereka hanya mengecap pendidikan Sekolah Dasar, yakni hanya 412 jiwa dan merupakan angka yang paling besar. Sedangkan yang tamat Sekolah Lanjutan Pertama atau sederajat sebesar 206 jiwa dan semakin tinggi tingkatan pendidikan, semakin menurun jauh usia yang berkecimpung di tingkat pendidikan tersebut. Misalnya untuk masyarakat yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau yang sederajat sebanyak 162 jiwa dan tamat akademi hanya 12 jiwa sedangkan untuk tamat Strata 1 (S1) hanya 2 jiwa.


(47)

Dengan melihat data komposisi penduduk berdasarkan pendidikan, maka sebenarnya kita sudah dapat memprediksikan pekerjaan masyarakat desa Sidomulyo yaitu sperti yang terlihat pada table berikut ini.

Tabel 2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Petani 214 29,43

2 Buruh/Karyawan Swasta 402 55,29

3. PNS / Guru 8 1.10

4. TNI / Polri 7 0,96

5. Pedagang 94 12,92

6. Tenaga Medis 2 0,27

Sumber : Data Desa Tahun 2009

Gambar. 2.12. SD Negeri 054866 yang ada di Desa Sidomulyo, di desa ini khususnya Dusun III hanya terdapat Sekolah Dasar.


(48)

Jadi terlihat ada kaitannya komposisi pendidikan dengan komposisi pekerjaan. Sebagian besar pekerjaan yang mereka geluti boleh dikatakan yang tidak memerlukan keterampilan atau pendidikan tinggi.

2.5.4. Sejarah Desa Sidomulyo

Pada masa sebelum Kemerdekaan Tahun 1945, tepatnya di tahun 1940-an, daerah yang sekarang disebut Desa Sidomulyo, adalah merupakan perkebunan pemerintah Belanda, yang pada masa tersebut dalam keadaan transisi. Dimana Pekerbunan tersebut masih ada namun tidak begitu berfungsi. Dahulunya daerah ini merupakan perkebunan tembakau Belanda. Pada masa itu transportasi jalan menggunakan LORI, dimana jalan desa yang sekarang ini adalah bagian dari jalan perkebunan, berupa rel – rel yang memanjang dari dusun 3 sekarang sampai ke pusara Cengkeh Turi. Disebelah rel ada jalan setapak yang dipergunakan sebagai jalan non LORI, seperti dokar atau pejalan kaki. Lori itu sendiri adalah alat angkutan semacam kereta api, tapi khusus untuk angkutan hasil perkebunan.

Tidak berfungsinya Perkebunan tersebut, secara sporadis menimbulkan pemukiman disana – sini, akibat dari adanya masyarakat awal yang masuk dan membuka lahan, tanpa ada aturan yang resmi pada masa itu. Pertama sekali yang boleh disebut sebagai pemukiman penduduk pada masa itu adalah pemukiman yang sekarang ini disebut sebagai Dusun III. Disinilah cikal bakal pembentukan Desa Sidumulyo. Selanjutnya pemukiman ini yang kontrak kebun


(49)

tersebut. Artinya ada sebagian pekerja kebun keluar dari kontrak kerjanya dan ikut bermukim didaerah baru ini.

Adanya beberapa pemukim yang masuk, walaupun secara sporadis, ini menimbulkan suasana baru didaerah perkebunan tersebut. Dahulunya karena perkebunan mempunyai nama KEBUN PUNGAI, maka daerah dimana pembuka lahan awal tersebut juga disebut sebagai daerah PUNGAI Pasar 8.

Pada dedake 1941-an, pendatang – pendatang dari luar, yang kesemuanya mayoritas orang jawa, terus membuka areal bekas perkebunan Pungai ini, sehingga jumlah kepala Keluarga yang tinggal di daerah Desa III sekarang tersebut semakin bertambah. Lebih kurang ada sekitar 20an rumah yang terbangun sederhana, dengan kayu dan bambu juga atap lalang juga tepas, namun ada juga yang sudah pakai atap nipah. Namun hal yang perlu dicatat disini bahwa sebelum para pembuka lahan cikal bakal Desa Sidomulyo ini bermukim, didaerah itu sudah ada beberapa keluarga daru suku Banten dan Melayu tinggal didaerah tersebut. Salah satunya adalah orang pintar yang dihormati, karena dari cerita yang beredar ia masih tergolong keturunan pembesar – pembesar pada jamannya, yang bergelar Datuk USUP. Pada masa pembukuan ini, Datuk Usup sudah lama meninggal Dunia, Dan dikuburkan diareal yang sekarang disebut Dusun III.

Melengkapi jumlah penduduk pada masa itu, orang – orang yang sudah

datang sebagai pekerja – pekerja kebun yang lebih dikenal sebagai “WEREG”,


(50)

perkebunan, yang lokasinya dahulu terletak di depan Perkuburan Umum Sidomulyo. Sekara ng disebut denga n PONDOK TENGAH, da n ada juga pondok disekitar paret 12 sekarang, yang disebut PONDOK PANJANG.

Adanya pemukiman yang spradis ini, ternyata mampu menimbulkan komunikasi antar warga, yang menjadi titik awal pentingnya sebuah kepengurusan masyarakat. Kepentingan – kepentingan tentang kesehatan, pernikahan, keagamaan dan lain sebagainya yang dulunya mesti harus dilakukan jalan kaki atau naik Dolar Ke Binjai (KOTA BINJAI sekarang), sangatlah dirasa merepotkan penduduk yang bermukim didaerah PUNGAI tersebut, karena jaraknya yang terlalu jauh.

Bergabungnya perkebunan sebagai penguasa pada masa itu, dengan para pemukiman baru sebagai pembuka lahan baru didaerah, dengan berbagai macam keperluan yang terjadi dalam komunitas baru, menjadikan Pihak perkerbunan yang pada masa itu adalah bagian dari Struktur Pemerintahan yang dianggap Resmi, maka muncullah perintah dari Asisten (Setingkat Camat Sekarang ini) untuk menunjuk satu orang yang difungsikan sebagai wakil pemerintahan di daerah PUNGAI, yang ditegaskan untuk menyelesaikan hal – hal yang menjadi keperluan para penduduk tersebut. Selanjutnya di tunjukkan OK HAMZAH sebagai Kepala Desa Pertama untuk mengurus warga PUNGAI baru itu. Dengan demikian semua urusan kemasyarakatan ditampung oleh OK HAMZAH.


(51)

2.5.5. Adanya Kepemimpinan Pemerintahan Awal Desa Sidomulyo

1. OK. ( orang kaya) HAMZAH (1942-1944)

2. NGADIMUN (TIMBUL) (1944-1947)

3. DARJO (1947-1949)

4. NGADIMUN (1949-1953)

5. SAMAD (1953-1957)

6. KASAN MULYO (1957)

7. MANGUNSETIMO (1957-1966), yang mana pada masa ia memimpin terjadi era perkembangan kemajuan desa.

8. TUKIMUN (1966)= 6 bulan saja

9. SUHADI (1966-1968)

10.SK HAMZAH (1968-1970)

11.SARNO (1971-1995)

12.DARMANSYAH (1995-2004) 13.MARIYONO (2004-2009)


(52)

2.6. Struktur Pemerintahan Kepala Desa Sidomulyo


(53)

2.6.1. Peta Desa Sidomulyo


(54)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survai dengan pendekatan explanatory research untuk menganalisis pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Terpilihnya lokasi ini dengan pertimbangan kemudahan untuk mendapatkan data. Pengambilan data di lapangan dilakukan sejak tanggal 09 Oktober 2009 sampai dengan 23 Oktober 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Berdasarkan penjajakan awal, telah didapati populasi wanita usia subur yang berada di Dusun III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebanyak 285 orang.

Dalam beberapa penelitian sosial, besarnya jumlah sampel dapat ditentukan berdasarkan jumlah populasi yang ada. Dalam hal ini penelitian mengambil sampel 10 % dari jumlah populasi yang berjumlah 285. Dari


(55)

perjumlah itu didapat sampel 28,5 sampel yang kemudian untuk memudahkan penghitungan, peneliti membulatkannya menjadi 30 orang sampel. Kemudian pengambilan sampel berdasarkan acak random.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh atau diambil oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga akan mendapatkan data observasi sebagai kelengkapan data primer. Sedangkan data sekunder didapat melalui instansi terkait berupa data-data pendukung.

3.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas Data

Kuesioner tersebut perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas alat ukur. Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat.

Uji validitas instrument yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum

pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau

bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95%


(56)

(Riduwan, 2005).

Namun dari jenis validitas terdapat 3 jenis validitas konstruk (Conctruct Validity), validitas isi (Content Validity) dan validitas eksternal (External Validity). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji validitas konstruk. Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep yang dengan diketahuinya kerangka tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur.

Dalam Analisis Data Penelitian (Syafrizal et.al, 2008) dikemukakan ada 3 cara untuk mencari kerangka konsep tersebut, yaitu:

1. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang

tertulis di dalam literature. Definisi tentang sesuatu konsep biasanya berisi kerangka dari konsep tersebut.

2. Kalau sekiranya di dalam literature tidak dapat diperoleh definisi konsep

yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tesebut ke dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur. Kemudian pendapat para ahli dan pendapat peneliti, dicari kesamaannya. Berdasarkan kesamaan pendapat itu, kemudian disusun kerangka konsep yang dapat diwujudkan berupa pertanyaan yang akan dimasukkan ke dalam alat pengukur.

3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden,


(57)

responden.

Berdasarkan panduan tersebut, maka validitas kontruk dalam penelitian ini sudah teruji berdasarkan buku panduan yang telah beredar berupa panduan SADARI. Sehingga pertanyaan pengetahuan responden terhadap SADARI berdasarkan panduan SADARI yang sudah dikeluarkan oleh Depkes RI dan dipublikasi di internet. Dan berdasarkan validitas dengan model seperti ini, maka uji reabilitas secara langsung sudah menunjukkan reability.

3.5. Pengukuran Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan langsung atau kuesioner yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan yang ada. Misalnya untuk mereka yang menjawab dengan skor :

• Tinggi 80 – 100 %

• Sedang 60 – 70 %

• Rendah < 59%

Secara lebih rinci pengukuran pengetahuan SADARI dibuat dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Tanda-tanda penderitaan kanker payudara

2. Pelaksanaan kegiatan SADARI yang benar


(58)

Dari 3 kelompok permasalahan ini dibuat beberapa pertanyaan yang kemudian diberi skor setiap masing-masing jawaban dari pertanyaan tersebut. Setiap jawaban dari pertanyaan yang benar diberi nilai angka 10. Untuk permasalah pertama contohnya, nilai tertinggi itu adalah 40, karena mengandung 4 pertanyaan. Dari 4 pertanyaan tersebut dapat dibuat 3 tingkatan penilaian sebagai berikut:

(∑ Nilai Tertinggi - ∑ Nilai Terendah) Nilai Rentang (NR) =

3 40 - 4

Contoh Nilai Rentang =

3 Rentang Nilai = 12

Dari contoh tersebut, maka diperoleh hasil : • Kategori tinggi berada pada nilai = 28 - 40

• Kategori sedang berada pada nilai = 15 – 27

• Kategori rendah berada pada nilai = 4 - 14

Begitu juga untuk permasalahan yang kedua menggunakan hasil pengkategorian berdasarkan jawaban. Untuk permasalahan yang kedua pertanyaan berjumlah 5 buah dengan nilai tertinggi 50 dan terendah 5.

Maka didapat pengkategorian sebagai berikut: • Kategori tinggi berada pada nilai = 35 - 50


(59)

• Kategori rendah berada pada nilai = 5 - 18

Hal yang sama juga diterapkan pada permasalahan ketiga. Selanjutnya hasil ini akan dikaitkan dengan karekteristik responden berupa, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

3.6. Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Pengolahan data

Data yang sudah terkumpul, diolah melalui langkah- langkah sebagai berikut

1. Editing

Dilakukan untuk memeriksa kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti. Jadi kuesioner mesti benar-benar terisi.

2. Cooding

Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah dikumpulkan untuk mempermudah memasukkan data kedalam tabel.

3. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data dimasukkan kedam bentuk table distribusi frekuensi.


(60)

3.6.2. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka data dianalisa secara sederhana dengan memberikan pengukuran pada setiap pertanyaan yang bersifat tertutup. Analisis awalnya dilakukan pada data tentang pengetahuan responden terhadap SADARI sebagai sebuah usaha kesehatan mencegah dan mengetahui penyakit kanker payudara sejak dini sehingga dapat terhindar dari kematian yang diakibatkan oleh kanker tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tinggi rendahnya pengetahuan responden terhadap SADARI. Kemudian, data berupa karakteristik responden hanya digunakan untuk menguatkan atau jastifikasi hasil data pengetahuan responden yang diperoleh.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Karekteristik Responden

Karekteristik responden bukan merupakan data yang akan di uji, namun karekteristik responden memberikan sebuah gambaran yang mungkin didapat dari hasil penelitian ini. Namun perlu juga diingat, tidak semua karakteristik responden berpengaruh jelas atau nyata dalam penelitian ini. Seperti yang terlihat pada table berikut ini.

Tabel 4.1. Karekteristik Umum Responden

No. Nama Usia Agama Suku Bangsa Anak ke Dari Status

1 Novi Budiani 23 Islam Jawa 1 3 Karyawan

2 Suryati 48 Islam Jawa 2 3 PNS

3 Sindiwira 22 Islam Minang 2 2 Pelajar

4 Sandrawati 36 Islam Minang 2 5 Ibu RT

5 Rosma 21 Islam Jawa 2 4 Wiraswasta

6 Susana 48 Islam Jawa 9 9 Ibu RT

7 Asfi Yenni 38 Islam Minang 2 2 Ibu RT

8 Rahmi 42 Islam Jawa 2 5 Ibu RT

9 Rahmadina 17 Islam Jawa 1 2 Pelajar


(62)

11 Linda 36 Islam Jawa 4 7 Wiraswasta

12 Dinda Ariyana 29 Islam Jawa 1 2 Wiraswasta

13 Riana 42 Islam Jawa 2 6 Ibu RT

14 Sukma 32 Islam Jawa 2 4 Wiraswasta

15 Santiyana 16 Islam Jawa 1 2 Pelajar

16 Siska Ayu Ditta 26 Islam Jawa 1 2 Karyawan

17 Dinda Ariyana 15 Islam Jawa 2 2 Pelajar

18 Yanti Dina 19 Islam Jawa 1 2 Pelajar

19 Siti Maimunah 38 Islam Minang 2 2 Ibu RT

20 Sri Yanti 21 Islam Jawa 3 2 Ibu RT

21 Novi Budiani 19 Kristen Karo 1 1 Pelajar

22 Sulistina 19 Islam Jawa 2 4 Wiraswasta

23 Santi 19 Kristen Karo 4 5 Pembantu

24 Sri Astuti 20 Islam Jawa 1 3 Pelajar

25 Yulisnawati 21 Islam Jawa 2 4 Wiraswasta

26 Sulistiani 48 Islam Jawa 9 9 Ibu RT

27 Yenni 38 Islam Minang 2 2 Ibu RT

28 Siska 32 Islam Jawa 2 4 Wiraswasta

29 Yanti 21 Islam Jawa 3 2 Ibu RT

30 Rina 34 Islam Jawa 2 6 Ibu RT

Dari table karekteristik responden dapat dilihat bahwa komposisi responden bedasarkan usia cukup beragam. Dari usia yang paling rendah, yaitu


(63)

usia 16 tahun dan untuk usia yang tertinggi adalah 48 tahun. Kemudian dari suku bangsa atau etnis responden terdiri dari Etnis Jawa, Minang dan Batak Karo. Etnis yang terbesar adalah etnis Jawa, yaitu ada sekitar 23 orang, selebihnya terbagi Etnis Minang sebanyak 5 orang dan 2 orang dari Etnis Batak Karo.

Dari posisi anggota keluarga, responden terbagi menjadi anak pertama,kedua, ketiga, ke-empat dan anak ke-sembilan. Tidak ada yang dari responden merupakan anak ke 5, 6, 7 dan ke-8. Hal ini mungkin menunjukkan trend saja pada daerah kajian tentang responden merupakan anak keberapa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel. 4.2. Karakteristik Responden Dari Nomor Anak Dalam Keluarga

No Anak ke Jumlah Persentase

(%)

1. Pertama 9 30

2. Kedua 15 50

3. Ketiga 2 6.7

4. Ke-empat 2 6.7

5. Ke-sembilan 2 6.7

Selanjutnya karekteristik responden terhadap status ekonomi. Yaitu apakah responden bekerja, tidak bekerja atau malahan sebagai pelajar. Status ini


(64)

diperlukan untuk melihat keterbukaan akan informasi bagi responden. Dari 30 responden 8 orang merupakan berstatus sebagai pelajar. Kemudian mereka yang bekerja baik itu sebagai Pembantu, PNS, Wiraswasta maupun Karyawan Swasta sebanyak 13 orang. Dan terdapat 9 orang responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, yang dalam penelitian ini digolongkan mereka yang berstatus tidak bekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti table berikut ini.

Tabel 4.3. Karekteristik Responden Berdasarkan Status Dalam Ekonomi

No. Status Jumlah Persentase

(%)

1. Pelajar 8 orang 26,7

2. Ibu Rumah Tangga 9 orang 30

3. Bekerja 13 orang 33,3

4.2. Sejarah Kesehatan Keluarga Responden

Dalam beberapa sejarah penyakit ditemukan bahwa penyakit itu disebabkan factor keturunan. Sama halnya dengan penyakit kanker payudara. Keluarga yang terkena serangan penyakit kanker payudara cenderung terdapat pada keturunnnya. Meskipun hal ini perlu diteliti lebih jauh disebabkan factor kebiasaan dalam keluarga atau memang disebabkan oleh genetika.

Dalam sejarah penyakit kanker payudara paad keluarga responden di dapati dari 30 responden, ternyata 11 responden mengakui ada keluarga mereka


(65)

yang terkena serangan penyakit kanker payudara. Apakah konsep keluarga bagi mereka keluarga dekat maupun keluarga luas. Misalnya dari keluarga ayah yang mereka sebut makcik, kakal sepupu dan malahan kakak kandung. Usia kelurga yang kena penyakit serangan kanker payudara itu ada yang berusia 23 tahun, 24 tahun, 28 tahun dan ada juga yang telah berusia 52 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel. 4.4. Karekteistik Keluarga Responden Yang Menderita Kanker Payudara No. Usia Penderita Lama Mengidap

1. 23 Tahun 1 Tahun

2. 24 Tahun 1 Tahun

3. 28 Tahun 2 Tahun

4. 30 Tahun 1 Tahun

5. 30 Tahun 5 Tahun

6. 34 Tahun 1 Tahun

7. 34 Tahun 29 Tahun

8. 40 Tahun 8 Tahun

9. 49 Tahun 1 Tahun

10. 50 Tahun 3 Tahun

11. 52 Tahun 1 Tahun


(66)

Semua responden tahu pengertian dari penyakit. Meskipun ada yang menjawab penyakit dari sudut klinis, ada yang menjawab dari sudut social dan ada juga yang mengganggap sakit itu merupakan cobaan dari Tuhan. Namun secara keseluruhan mereka mengganggap penyakit adalah suatu keadaan yang kurang nyaman. Karena untuk pertanyaan ini merupakan pertanyaan terbuka, maka untuk lebih jelasnya dapat di tampilkan aneka jawaban responden berkenaan dengan pengertian penyakit.

Tabel 4.5. Pengertian Penyakit Secara Umum

No. Nama Responden Pengertian Penyakit Secara Umum 1. Novi Budiani Ganguan kesehatan yg dapat mengganggu

aktifitas sehari2

2. Suryati Virus atau bakteri yang menyerang tubuh

3. Sindiwira

Keadaan tubuh yang terserang oleh virus yang membuat kondisi lemah yg dapat menyerang manusia kapan saja

4. Sandrawati Kondisi fisik yang lemah terserangnya anti body

5. Rosma Melemahnya Kondisi Tubuh

6. Susana Cobaan dari Tuhan

7. Asfi Yenni Penyakit timbul dari makanan dan keturunan

8. Rahmi Bakteri yang ada didalam tubuh yang

menyebabkan sakit

9. Rahmadina Suatu kerusakan dalam organ tubuh


(67)

11. Linda Melemahnya Kondisi Tubuh

12. Dinda Ariyana Bakteri yang ada didalam tubuh yang menyerang

dan menimbulkan penyakit

13. Riana Hilangnya kekuatan pada tubuh

14. Sukma Virus yang menyerang tubuh

15. Santiyana Gejala Pada tubuh yang melemah

16. Siska Ayu Ditta Bakteri yang ada pada tubuh yg menyebabkan

menjadi penyakit

17. Dinda Ariyana Virus yang menyerang tubuh manusia

18. Yanti Dina Jaringan sel-sel dalam tubuh yang melemah

19. Siti Maimunah Penyakit timbul dari makanan dan keturunan

20. Sri Yanti Virus yang menyerang tubuh 21. Novi Budiani Terjadinya gangguan pada tubuh

22. Sulistina Gejala melemahnya tubuh diserang virus

23. Santi Gejala yang menyerang tubuh

24. Sri Astuti Bakteri atau kuman yg menyerang tubuh

manusia sehingga menjadi sakit 25. Yulisnawati Melemahnya Kondisi Tubuh

26. Sulistiani Cobaan dari Tuhan

27. Yenni Penyakit timbul dari makanan dan keturunan

28. Siska Virus yang menyerang tubuh

29. Yanti Virus yang menyerang tubuh

30. Rina Hilangnya kekuatan pada tubuh

Selain pengertian tentang apa yang dimaksud dengan penyakit secara umum, peneliti juga menanyakan apa yang mereka ketahui tentang penyakit


(68)

kanker payudara. Berbagai macam jawaban yang mereka kemukakan yang pada umumnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa responden secara keseluruhan mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit kanker payudara.

Untuk lebih jelasnya, jawaban dari para responden dibuat dalam sebuah table sebagai gambaran apa yang mereka ketahui tentang kanker payudara. Pentabelan tersebut bukan untuk diuji, namun hanya sebagai gambaran bahwa mereka cukup mengetahui tentang kanker payudara. Berbeda dengan pengertian penyakit secara umum, pada pengertian penyakit kanker payudara keberagaman jawaban tidak terlalu bervariasi.

Tabel 4.6. Pengertian Penyakit Kanker Payudara

No. Nama Responden Pengertian Penyakit Secara Umum 1. Novi Budiani Keganasan pada sel payudara

2. Suryati Penyakit yang menyerang bagian payudara

3. Sindiwira Penyakita yang menyerang payudara wanita yang dapat

menyebabkan kematian

4. Sandrawati Sel Ganas berupa benjolan pada payudara

5. Rosma Penyakit Yang menyerang Payudara

6. Susana penyakit yg menyerang Payudara

7. Asfi Yenni Penyakit yang berbahaya dan mematikan

8. Rahmi Penyakit yang menyerang payudara

9. Rahmadina

Suatu penyakit yang disebabkan oleh timbulnya sel kanker dalam payudara

10. Sari Putri Sel ganas yang ada di payudara manusia

11. Linda Penyakit yang menyerang payudara wanita


(69)

13. Riana Benjolan yang ada pada payudara 14. Sukma Sel ganas yang menyerang payudara 15. Santiyana Penyakit yang menyerang payudara

16. Siska Ayu Ditta

Penyakit yg menyerang berupa sel yang memetaikan

17. Dinda Ariyana Adanya benjolan pada payudara

18. Yanti Dina

Penyakit yang mengganggu jaringan sel Payudar

19. Siti Maimunah Penyakit yang berbahaya dan mematikan 20. Sri Yanti sel ganas yang mematikan di payudara 21. Novi Budiani Sel yang menyerang payudara

22. Sulistina Sel-sel yang menyerang payudara 23. Santi sel ganas yang menyerang payudara

24. Sri Astuti Penyakit yang menyerang wanita pada payudara berupa benjolan.

25. Yulisnawati Penyakit Yang menyerang Payudara 26. Sulistiani penyakit yg menyerang Payudara

27. Yenni Penyakit yang berbahaya dan mematikan 28. Siska Sel ganas yang menyerang payudara 29. Yanti sel ganas yang mematikan di payudara 30. Rina Benjolan yang ada pada payudara


(70)

4.4. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap SADARI

Sebagaimana yang telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa, tingkat pengetahuan responden terhadap SADARI dibagi dalam 3 bagian. Adapun ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tanda-tanda penderita kanker payudara 2. Pelaksanaan kegiatan SADARI yang benar 3. Pemeriksaan SADARI

4.5. Tanda-tanda penderita kanker payudara

Bila dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menguji 4 pertanyaan yang berhubungan dengan tanda-tanda penderita kanker payudara. Bila ditanya berdasarkan besaran benjolan kanker payudara pada payudara yang terserang penyakit tersebut, dari 30 responden hanya 6 atau 20 % responden yang dapat menjawab dengan benar bahwa benjolan yang ada pada payudara hanya sebesar 5 cm. Dan lebih banyak para responden menjawab benjolan itu sebesar 3 cm, yaitu sebanyak 16 responden atau 53.3 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.


(71)

No. Besar Benjolan Jumlah Persentase (%)

1. 2 Cm 4 13.3

2. 3 Cm 16 53.3

3. 4 Cm 4 13.3

4. 5 Cm 6 20.0

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden terhadap tanda-tanda penderita kanker payudara itu, pada responden ditanyakan apakah benjolan kanker payudara yang dirsakan oleh penderita kanker payudara itu tentang kekerasan wujudnya. Hasil jawaban yang didapat, hanya 50 % atau 15 orang responden yang menjawab dengan benar, yaitu benjolan itu dirasakan keras tidak lembek. Selebihnya menjawabnya dengan jawaban yang salah.

Pertanyaan selanjutnya tentang keberadaan benjolan yang tumbuh pada payudara penderita dirasakan dengan rasa sakit atau tidak. Atau apakah benjolah kanker payudara itu menimbulkan rasa sakit atau tidak. Untuk pengetahuan tentang ini juga terdapat responden yang menjawab dengan jawaban yang salah, yaitu justeru lebih besar yang menjawab salah sebanyak 19 responden atau 63.3 % yang menjawab bahwa benjolan yang dirasakan oleh penderita kanker payudara terasa sakit. Padahal benjolan itu tidak menunjukkan rasa sakit.


(72)

Selanjutnya penilaian tentang beberapa tanda-tanda penderita kanker payudara yang responden ketahui. Dimana responden diharapkan dapat menjawab 4 tanda-tanda yang telah dituliskan dengn melingkarinya saja. Namun, rata-rata responden hanya memilih 2 tanda-tanda penderita kanker payudara dari 4 tanda-tanda yang disediakan. Malahan sudah ada responden yang menjawab hanya 1 tanda-tanda bahwa seseorang itu menderita kanker payudara. Seperti yang didapat dari jawaban responden bahwa yang merupakan tanda-tanda kanker payudara itu hanya apabila terjadi warna merah disekitar payudara dan puting payudara mengeluarkan darah atau cairan yang tidak normal, yaitu ada sebanyak 27 responden atau sebesar 90 %. Kemudian ada responden yang menjawab bahwa tanda-tanda terkena penyakit kanker payudara yaitu apabila kulit payudara berubah menjadi bengkak, dijawab oleh 1 orang responden. Sedangkan hanya 2 responden yang menjawab hampir mendapat nilai tertinggi.

Secara lebih lengkap untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden terhadap tanda-tanda penderita kanker payudara dapat dilihat seperti table berikut ini:

Tabel 4.8. Pengetahuan Responden Terhadap Tanda-Tanda Penderita Penyakit Kanker Payudara


(73)

No. Responden

Tanda-Tanda Penderita Kanker Payudara

I II III IV

1. 1 3 2 1

2. 2 3 2 2

3. 4 4 4 2

4. 4 3 4 2

5. 2 4 2 3

6. 2 3 2 2

7. 1 4 2 2

8. 2 4 2 2

9. 2 3 2 2

10. 2 4 2 2

11. 2 3 4 2

12. 4 4 4 2

13. 2 3 4 2

14. 2 4 4 2

15. 2 4 2 2

16. 4 2 4 2

17. 2 4 2 2

18. 4 4 4 2

19. 1 4 2 2

20. 3 3 2 2

21. 3 3 2 2


(74)

23. 3 3 2 2

24. 2 4 2 2

25. 2 4 2 3

26. 2 3 2 2

27. 1 4 2 2

28. 2 4 4 2

29. 3 3 2 2

30. 2 3 4 2

Keterangan:

Pertanyan Pertama (I) Pertanyaan Kedua (II) Pertanyaan Ketiga (III)

1 = 2 centimeter 1 = Agak Lembek 1 = Dingin

2 = 3 centimeter 2 = Lembek 2 = Sakit

3 = 4 centimeter 3 = Agak Keras 3 = Panas

4 = 5 centimeter 4 = Keras 4 = Tidak Sakit

4.6. Pelaksanaan kegiatan SADARI yang benar

Pelaksanaan kegiatan SADARI itu mempunyai masa-masa tertentu supaya mendapatkan hasil yang akurat. Untuk itu dalam mengetahui tingkat pengetahuan SADARI, maka perlu ditanyakan juga seberapa jauh responden mengetahui saat-saat melakukan SADARI. Pada bagian ini peneliti menyediakan 5 pertanyaan yang berhubungan dengan kapan sebaiknya SADARI itu dilakukan.


(75)

Pertanyaan pertama yang berhubungan dengan kapan pelaksanaan SADARI itu dilakukan adalah dengan menanyakan kapan masa yang tepat melakukan pemeriksaan payudara sendiri, apakah dimasa sedang subur, seminggu sebelum haid, sedang haid atau seminggu setelah haid. Hal ini sangat perlu diketahui agar pemeriksaan itu menjadi benar. Dari hasil jawaban yang diberikan oleh responden, hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua responden mengetahui saat yang tepat untuk memeriksakan payudaranya. Hal ini terbukti hanya 9 responden atau 30 % yang menjawab dengan benar yaitu pada saat seminggu setelah haid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.9. Saat Yang Tepat Melakukan SADARI

No. Saat Yang Tepat Jumlah Persentase

(%)

1. Masa subur 14 46.7

2. Seminggu sebelum haid 6 20.0

3. Saat Haid 1 3.3

4. Seminggu setelah haid 9 30.0

Selanjutnya di panduan SADARI semua usia subur dapat terkena penyakit kanker payudara ini. Makanya Dinas Kesehatan yang membuat panduan SADARI telah membagi usia dengan kerapatan pemeriksaan payudara agar terhindar atau diketahuinya penyakit kanker payudara secara dini. Karena


(76)

mengetahui penyakit kanker payudara secara dini dapat mencegah kematian yang disebabkan kanker payudara. Untuk pertanyaan berikutnya berapa kali sebaiknya bagi perempuan usia subur yang berusia 20- 30 tahun sebaiknya melakukan SADARI. Hasil jawaban yang didapat atas pertanyaan ini adalah yang tertinggi menjawab ½ tahun sekali atau 6 bulan sekali sebanyak 15 responden atau 50 %, sedangkan yang menjawab 1 tahun sekali ada sebanyak 8 responden atau 26.7 %, kemudian yang menjawab 2 tahun sekali ada 4 responden atau 13.3 % dan yang terakhir ada yang menjawab 3 tahun sekali sebanyak 3 responden atau 10.0 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table berikut ini.

Tabel 4.10. Usia 20 – 30 Tahun Melakukan SADARI

No. Perlakuan Jumlah Persentase

(%)

1. ½ tahun sekali 15 50.0

2. 1 tahun sekali 8 26.7

3. 2 tahun sekali 4 13.3

4. 3 tahun sekali 3 10.0

Pertanyaan yang sama pada usia yang berbeda ditanyakan kembali mendapatkan hasil yang berbeda. Pada usia 30 – 40 tahun kerapatan melakukan SADARI juga berbeda seperti yang ditulis oleh responden, Ada sebanyak 3


(1)

benar bahwa benjolan yang ada pada payudara hanya sebesar 5 cm. Dan lebih banyak para responden menjawab benjolan itu sebesar 3 cm, yaitu sebanyak 16 responden atau 53.3 %.

• Berdasarkan tingkat pengetahuan responden sebagian besar adalah dalam kategori sedang. Yaitu mencapai 17 orang atau 56.7 % dari keseluruhan sampel yang berjumlah 30 orang.

• Berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang pelaksanaan SADARI adalah rendah, yaitu sebanyak 16 responden atau 53 % dari 30 responden dalam penelitian ini. Kemudian tingkat pengetahuan kedua tertinggi adalah sedang, yaitu sebesar 13 responden atau 44 % dari 30 sample dalam penelitian ini. Selanjutnya hanya ada satu responden atau 3 % dari 30 sample dalam penelitian ini yang tingkat pengetahuannya tinggi.

• Dari 30 responden berdasarkan segi usia 20- 30 tahun yang melakukan SADARI. Hasil jawaban yang didapat adalah yang tertinggi menjawab ½ tahun sekali sebanyak 15 responden (50%), yang menjawab 1 tahun sekali sebanyak 8 responden (26.7%), kemudian yang menjawab 2 tahun sekali ada 4 responden (13.3%) dan yang terakhir ada yang menjawab 3 tahun sekali sebanyak 3 responden (10.0 %).

• Pada usia 30 – 40 tahun yang melakukan SADARI yaitu, 3 responden atau 10% menjawab ½ tahun sekali, sebanyak 16 responden atau 53.3% menjawab 1 tahun sekali, kemudian terdapat 11 responden atau 36.7%


(2)

menjawab 2 tahun sekali. Tidak ada satupun responden yang menjawab 3 tahun sekali.

• Pada usia 40 – 50 tahun didapatlah hasil jawaban responden untuk ½ tahun sekali ada 11 responden atau 36.7 %, kemudian yang menjawab 1 tahun sekali terdapat 2 responden atau 6.7 %, yang menjawab 2 tahun sekali ada 12 responden atau 40 % dan yang terakhir ada responden yang menjawab 3 tahun sekali, yaitu sebanyak 5 responden atau 16.7 %.

• Berdasarkan tingkat pendidikan responden dikatakan rendah. Rata-rata responden yang terjaring dalam penelitian ini adalah berpendidikan akhir Tamat SD, yaitu ada sebesar 13 dan yang tamat SLTP ada sebanyak 7 orang. Artinya apabila digabungkan 2 tingkat pendidikan ini berjumlah 20 responden.

• Dari 30 responden berdasarkan informasi dan tempat melakukan SADARI, yaitu di Puskesmas yang dijawab oleh 1 responden atau 3,3 %, kemudian ada responden yang menjawab di Rumah Sakit itu dijawab oleh 9 responden atau 30,0 %. Ada juga yang menjawab dirumah. Ini merupakan jawaban terbanyak, yaitu ada 20 responden atau 66.7 %. Dan tak ada yang menjawab di Puskesmas Pembantu.

6.2. Saran

• Diharapkan kepada Kepala Desa agar dapat melakukan kerja sama dengan tenaga kesehatan yang ada di Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai


(3)

khususnya mengenai Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dimana dapat menambah pengetahuan wanita usia subur menjadi lebih baik.

• Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek lebih luas mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes,Azwar,dkk

1992 Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta : EGC Arikunto, S

2005 Manajemen penelitian, Jakarta : Rineka Cipta D, Kasdu

2005 Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara E.B. Hurkoh

2000 Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga E, Tapan

2005 Kanker, Antiaksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta : Elex medica Komplitudo Kelompok Gramedia

Helmi, S. Situmorang

2007 (et.all) Analisis Data Penelitian : Menggunakan Program SPSS. Medan: USU Press

Ircham, Machfoedz

2007 Tehknik Membuat Alat Ukur Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya


(5)

2008 Metodologi Penelitan. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya

Koentjaraningrat

1991 Metode wawancara, dalam Koentjaraningrat (ed) Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia

1996 Sejarah Teori Antropogi 1. Jakarta : Gramedia

1998 Pengantar Antropologi. Jakarta : Aksara baru Prasetyo, Lina Miftahul

2006 Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Rahmah

2007 Pentingnya periksa Payudara Sendiri Sublihar, Berutu.L,dkk

2001 Metode Penyusunan Proposal Ilmu-Ilmu Sosial

Medan : Unit Pengembangan Riset FISIP USU Bekerjasama Dengan Penerbit Monara

S, Notoamojo

2003 Pendidikan dan Reproduksi Wanita. Jakarta : Rineka Cipta

T. Rahayu


(6)

Yossi

2007 Sadari Perempuan Mesti Tua

http://info-sehat.com/contont.Php?sid=122 http://Javajavu.Blogspot.com


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-40 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

0 38 68

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PERILAKU AKTIF SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH PUSKESMAS DINOYO MALANG

0 7 28

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN SIKAP TERHADAP PERIKSA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI DESA BANJARANYAR KABUPATEN TEGAL.

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang “SADARI” di Nagari Painan

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

1 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MINAT WANITA USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) - DIGILIB UNISAYOGYA

1 3 88

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI DUSUN NGANTI SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di D

0 0 12

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMAN KASIHAN BANTUL

0 0 9