Pengujian Analisis Bolton Pada Mahasiswa Suku India Tamil Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi
Maloklusi didefinisikan sebagai ketidakteraturan posisi gigi di luar lengkung
normal. Salah satu penyebab maloklusi adalah gangguan herediter meskipun faktor
lain-lain seperti prematur loss yang juga berperan penting dalam terjadinya maloklusi.
Prevalensi maloklusi meningkat terutama pada negara berkembang, maloklusi ini
sebagian mencerminkan kecenderungan evolusi rahang menjadi lebih pendek dan
ukuran gigi menjadi lebih kecil, tetapi kemungkinan juga berasal dari peningkatan
variasi genetik pada masyarakat, akibat perkawinan antar ras yang berbeda. 17,18
2.1.1

Etiologi Maloklusi

Penyebab maloklusi bukan dari satu faktor saja, tetapi ada beberapa faktor
lain yaitu, genetik dan lingkungan. Menurut Proffit (2001) secara umum maloklusi
disebabkan karena dua faktor yaitu faktor keadaan diluar gigi itu sendiri (faktor
ekstrinsik) dan faktor-faktor pada gigi (faktor intrinsik). Faktor ekstrinsik diantaranya
herediter, kelainan kongenital, perkembangan dan pertumbuhan yang salah pada
waktu prenatal dan postnatal, penyakit-penyakit sistemik yang menyebabkan adanya

kecenderungan kearah maloklusi, ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan
metabolisme, penyakit-penyakit infeksi, malnutrisi, serta kebiasaan jelek, sikap tubuh
yang salah dan trauma (Proffit, 2001).18
Faktor intrinsik diantaranya anomali jumlah gigi, terdiri dari adanya gigi
berlebih (dens supernumerary teeth) dan tidak adanya gigi (anondontia). Anomali
ukuran dan bentuk gigi, frenulum labii yang tidak normal, kehilangan dini gigi
desidui, persistensi gigi desidui, terlambatnya erupsi gigi permanen, jalan erupsi yang
abnormal, ankilosis, karies gigi dan restorasi yang tidak baik (Proffit, 2001).18

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Klasifikasi Maloklusi
Pengklasifikasian

maloklusi

sangat

membantu


dalam

mengolongkan

maloklusi yang bervariasi ke dalam beberapa golongan. Banyak klasifikasi telah
diajukan tetapi sampai sekarang klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling
sering digunakan di dunia. Klasifikasi Angle berdasarkan atas relasi lengkung geligi
dalam hubungan sagital (anteroposterior). Kunci klasifikasi Angle adalah pada molar
pertama permanen maksila yang beroklusi dengan cusp bukal molar pertama
permanen mandibula.17,18
a. Klas I Angle
Klas I Angle dikarateristikkan dengan adanya hubungan normal dalam arah
anteroposterior dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang,
ujung gigi kaninus maksila berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung
distal gigi kaninus mandibula. Cusp mesiobukal dari molar pertama permanen
maksila beroklusi pada groove bukal dari molar pertama mandibula. Anomali yang
termasuk ke dalam maloklusi Klas I adalah bimaxillary protrusi, diastema, spacing,
rotasi dan sebagainya.19 (Gambar 1)

Gambar 1. Klas I Angle 20


Universitas Sumatera Utara

b.

Klas II Angle

Pada hubungan Klas II, dikarateristikkan dengan hubungan molar dimana
cusp distobukal dari molar pertama permanen maksila beroklusi pada groove bukal
molar pertama permanen mandibula. Cusp mesiobukal dari molar pertama permanen
maksila beroklusi lebih distal pada groove bukal molar pertama mandibula. Klas II
umumnya dikelompokkan menjadi dua divisi, yaitu19:
1. Klas II divisi 1
Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas II dengan karakteristik yaitu
insisivus maksila proklinasi, peningkatan overjet dan overbite yang besar dengan
aktivitas otot bibir yang abnormal. (Gambar 2).

Gambar 2. Klas II Angle Divisi 1 20
2. Klas II divisi 2
Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas II dengan gigi insisivus sentral

maksila berinklinasi ke lingual dan memiliki overbite insisal yang besar. Gigi
insisivus lateral pada maksila dapat proklinasi atau retroklinasi dengan fungsi bibir
yang normal. (Gambar 3)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Klas II Angle Divisi 2 20

c. Klas III Angle
Pada hubungan Klas III, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap
lengkung gigi maksila dibandingkan pada hubungan Klas I. Oleh karena itu,
hubungan ini kadang-kadang disebut juga sebagai “hubungan prenormal”.
(Gambar 4) Maloklusi ini dikarateristikkan dengan hubungan molar Klas III. Cusp
mesiobukal dari molar pertama permanen maksila beroklusi lebih mesial pada groove
bukal molar pertama mandibula.19 Pada umumnya maloklusi Klas III umumnya
dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1. True Klas III
True Klas III merupakan maloklusi skeletal Klas III yang disebabkan
karena genetik dan menyebabkan mandibula yang sangat besar.
i. Mandibula yang terletak lebih ke depan.

ii. Maksila yang lebih kecil dari normal.
iii. Maksila yang retroposisi.
iv. Kombinasi dari ketiga bagian atas
2. Pseudo Klas III
Tipe maloklusi ini dihasilkan dengan pergerakan ke depan dari mandibula
ketika rahang menutup. Karenanya maloklusi ini juga disebut dengan
maloklusi ‘habitual’ Klas III. Beberapa penyebab terjadinya maloklusi
Klas III adalah:

Universitas Sumatera Utara

i. Adanya prematur kontak yang menyebabkan mandibula
bergerak ke depan.
ii. Ketika terjadi kehilangan gigi desidui posterior dini,
cenderung mengerakkan mandibula ke depan untuk
mendapatkan kontak pada regio anterior.
3. Klas III subdivisi
i.

Merupakan kondisi yang dikaraterisikkan dengan

hubungan molar Klas III pada 1 sisi dan hubungan
molar Klas I di sisi lain.

Gambar 4. Klas III Angle 20

2.2 Analisis Model
Analisis model merupakan salah satu sumber informasi penting untuk
menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan
kelengkapan rencana perawatan. Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan
menentukan keberhasilan perawatan. Selain menggunakan model, analisis juga
menggunakan alat bantu lain seperti alat ukur, gambaran radiografis dan tabel
perkiraan. Analisis model pada gigi permanen terdiri dari indeks Pont, analisis
Korkhaus, analisis Howes dan analisis Bolton.18,19

Universitas Sumatera Utara

Salah satu analisis model yang banyak digunakan adalah analisis indeks Pont.
Menurut Stifter pada tahun 1958, alasan Pont memilih keempat gigi insisivus maksila
adalah untuk penyerderhanaan metode predeterminasi lengkung. Menurut Gupta dkk
pada tahun 1979, semua pengukuran indeks Pont hanya dilakukan pada lengkung gigi

maksila. Indeks Pont membantu dalam menentukan lengkung gigi yaitu gigi sempit,
lebar atau normal; menentukan perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap lengkung
gigi; dan menentukan besarnya kemenunjukkanan ekspansi pada regio premolar dan
molar (Ivyer 2003). Pont mengatakan gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang
lebar untuk membentuk susunan normal.20
Menurut Rakosi dkk., pada tahun 1993, pengukuran panjang lengkung gigi
menurut Korkhaus dapat dilakukan dengan mengukur jarak dari titik paling anterior
permukaan labial gigi insisivus pertama maksila tegak lurus dengan garis yang
menghubungkan titik referensi lebar interpremolar Pont. Korkhaus menilai bentuk
palatum berdasarkan indeks tinggi palatum. Palatum yang tinggi merupakan
gambaran dari pemyempitan bagian apikal processus alveolaris maksila yang
biasanya terjadi pada kasus dengan kebiasaan menghisap jari atau bernafas dengan
mulut. Tinggi palatum berdasarkan Korkhaus didefinisikan sebagai garis vertikal
yang tegak lurus terhadap raphe palatina yang melintang dari permukaan palatum ke
permukaan oklusal pada garis intermolar menurut Pont.21
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth Material/ TM)
adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar
pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal
Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada

apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau
jangka berujung runcing. Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana
perawatan dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan
apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3)
ekspansi palatal.22

Universitas Sumatera Utara

2.3 Analisis Bolton
Untuk mencapai oklusi yang normal, overbite dan overjet yang benar, gigi di
maksila dan mandibula harus mempunyai ukuran yang proporsional. Lebar
mesiodistal gigi pertama kali diperkenalkan oleh G.V Black pada tahun 1902. Black
mengukur sejumlah besar ukuran gigi manusia dan menulis tabel rata-rata dimensi
yang masih digunakan sebagai referensi sampai masa kini. Banyak ahli telah
melakukan penelitian tentang lebar gigi terhadap oklusi seperti yang dilakukan oleh
Black. Di antara semua penelitian, penelitian yang paling dikenal untuk melihat
ketidakharmonisan ukuran gigi dalam kaitannya dengan perawatan maloklusi adalah
dari Wayne. A Bolton pada tahun 1958. Beliau telah mengevaluasi 55 kasus dengan
oklusi yang normal, dari penelitian tersebut, dua rasio untuk memperkirakan Tooth
Size Discrepancy(TSD) dengan mengukur jumlah lebar mesiodistal(MD) gigi pada

mandibula sampai gigi anterior maksila.18,19
Analisis Bolton digunakan sebagai pertimbangan yang penting dalam
mengevaluasi semua maloklusi. Untuk memperoleh oklusi yang normal, ukuran gigi
harus proporsional. Istilah disproporsi ukuran gigi ini disebut dengan Tooth Size
Discrepancy (TSD) atau penyimpangan ukuran gigi. Suatu anomali dalam ukuran
gigi insisivus lateralis maksila adalah penyebab paling umum, tetapi variasi pada gigi
premolar atau gigi lain juga dapat terjadi. Terkadang semua gigi maksila
menunjukkan terlalu besar atau terlalu kecil sehingga kurang sesuai dengan gigi
mandibula.20

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Rasio Anterior
Lebar mesiodistal gigi anterior atau dengan nama lain rasio anterior diukur
dari gigi kaninus dari satu sisi sampai gigi kaninus pada sisi yang berlawanan dan
ditambah untuk kedua lengkung, dimana pada maksila diukur dari gigi 13 sampai gigi
23 sementara pada mandibula, diukur dari gigi 33 sampai gigi 43 (Gambar 5).4

Gambar 5. Pengukuran lebar mesiodistal gigi 13 - 23 dan 33 - 43 untuk
memperoleh rasio anterior 22

Angka yang dihasilkan merupakan persentase hubungan lebar mesiodistal gigi
mandibula dengan maksila. Anterior Bolton’s Ratio atau dengan nama lain rasio
anterior dihitung dengan mengunakan rumus berikut:
Rasio Anterior

= Jumlah lebar ukuran mesiodistal 6 gigi mandibula
Jumlah lebar ukuran mesiodistal 6 gigi maksila
= 77.2 %

x 100

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bolton, Rasio anterior pada ras
kaukasoid adalah 77,2 % dengan SD ± 1,65 (Gambar 6)24. Menurut penelitian Bolton,
rasio anterior yang ideal adalah 77.2. Jika nilai dalam perhitungan lebih besar dari
77.2, maka ini bermakna berlakunya diskrepansi di mana terdapat kelebihan materi
pada anterior mandibula.22-26 Jumlah kelebihan lebar materi pada mandibula dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Kelebihan Lebar Gigi Anterior = Jumlah 6 Gigi Mandibula – Jumlah 6 Gigi Ideal

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Rasio Anterior pada ras
Kaukasoid adalah 77,2 %
dengan SD ± 1,65.24
Sebaliknya jika nilai rasio anterior yang dalam perhitungan adalah lebih kecil
dari 77.2, menandakan terdapat kelebihan lebar materi pada maksila. Tabel 1
menunjukkan ukuran ideal daripada lebar mesiodistal gigi pada maksila dan
mandibula.25,26 Jumlah kelebihan lebar materi gigi pada maksila dapat ditentukan
dengan menggunakan dengan rumus :
Kelebihan Lebar Gigi Anterior = Jumlah 6 Gigi Maksila – Jumlah 6 Gigi Ideal

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi ideal pada maksila dan mandibula
berdasarkan rasio anterior bolton25,26
Maksila

Mandibula Maksila Mandibula Maksila Mandibula

6

6

6

6

6

6

40.0

30.9

45.0

34.7

50.0

38.6

40.5

31.3

45.5

35.1

50.5

39.0

41.0

31.7

46.0

35.5

51.0

39.4

41.5

32.0

46.5

35.9

51.5

39.8

42.0

32.4

47.0

36.3

52.0

40.1

42.5

32.8

47.5

36.7

52.5

40.5

43.0

33.2

48.0

37.1

53.0

40.9

43.5

33.6

48.5

37.4

53.5

41.3

44.0

34.0

49.0

37.8

54.0

41.7

44.5

34.4

49.5

38.2

54.5

42.1

44.5

34.4

49.5

38.2

55.0

42.5

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Rasio Keseluruhan

Lebar mesiodistal semua gigi atau dengan nama lain rasio keseluruhan diukur
dari gigi molar pertama pada satu sisi sampai gigi pertama pada sisi yang lain dan
ditambah untuk kedua lengkung, dimana pada maksila diukur dari gigi 16 sampai gigi
26 sementara pada mandibula, diukur dari gigi 36 sampai gigi 46 (Gambar 7).4

Gambar 7.

Pengukuran lebar mesiodistal gigi 16 - 26 dan 36 - 46 untuk
memperoleh rasio keseluruhan 22

Angka yang dihasilkan merupakan persentase hubungan lebar mesiodistal gigi
mandibula dengan maksila. Overall Bolton’s Ratio atau dengan nama lain rasio
keseluruhan dihitung dengan mengunakan rumus berikut:
Rasio Keseluruhan = Jumlah lebar ukuran mesiodistal 12 gigi mandibula
Jumlah lebar ukuran mesiodistal 12 gigi maksila
= 91.3 %

x 100

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bolton, rasio keseluruhan pada ras
kaukasoid adalah 91,3 % dengan SD ± 1,91.22,23(Gambar 8) Rasio Keseluruhan yang
ideal adalah 91.3. Hubungan overbite dan overjet yang baik dan oklusi posterior
dapat dilihat pada kasus dimana ratio ukuran gigi adalah hampir sama dengan nilai
ini.21

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Rasio Keseluruhan pada ras
kaukasoid adalah 91,3 %
dengan SD ± 1,91.24
Jika nilai dalam perhitungan lebih besar dari 91.3, maka ini bermakna terdapat
kelebihan materi pada mandibula.5,23 Kelebihan lebar materi pada mandibula
menunjukkan terdapat penurunan overbite, penurunan overjet, crowding di lengkung
mandibula, spacing di lengkung maksila, labioversi pada gigi insisivus maksila dan
linguoversi pada gigi insisivus mandibula.21 Jumlah kelebihan lebar materi pada
mandibula dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah Lebar 12 gigi mandibula = Jumlah Lebar 12 gigi maksila x 100 %
91.3
Tambahan lagi, jika nilai rasio keseluruhan yang dalam perhitungan adalah
lebih kecil dari 91.3 % ini menandakan terdapat kelebihan lebar materi pada
maksila.23 Kelebihan lebar materi pada maksila menunjukkan terdapat peningkatan
overbite, peningkatan overjet, crowding di maksila, spacing di mandibula,
linguoversi pada gigi insisivus maksila dan labioversi pada gigi insisivus
mandibula.21

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2 menunjukkan ukuran lebar mesiodistal gigi ideal pada maksila dan
mandibula berdasarkan rasio keseluruhan Bolton ideal.5 Jumlah kelebihan lebar
materi gigi pada maksila dapat ditentukan dengan menggunakan dengan rumus :

Tabel 2.

Ukuran lebar mesiodistal gigi ideal pada maksila dan
mandibula berdasarkan rasio keseluruhan Bolton,27,28

Maksila Mandibula Maksila Mandibula Maksila Mandibula
12

12

12

12

12

12

85

77.6

94

85.8

103

94.0

86

78.5

95

86.7

104

95.0

87

79.4

96

87.6

105

95.9

88

80.3

97

88.6

106

96.8

89

81.3

98

89.5

107

97.8

90

82.1

99

90.4

108

98.6

91

83.1

100

91.3

109

99.5

92

84.0

101

92.2

110

100.4

93

84.9

102

93.1

Analisis Bolton bermanfaat secara klinis dalam menentukan diskrepansi
ukuran gigi. Namun, Bolton tidak menjelaskan ras dalam penelitiannya. Ras itu
sendiri mempengaruhi ukuran gigi-geligi. Variasi ukuran gigi pada berbagai populasi
menjadikan analisis Bolton menarik dijadikan objek penelitian.Variasi dijumpai pada
ras-ras yang berbeda, seperti dinyatakan oleh Tu An Tadkk., (2001) pada populasi
China, Bernabe dkk., (2004) pada populasi Peru, Andrew (2007)7 pada populasi
Deutro-Melayu, Al-Omari dkk., (2008) pada populasi Yordania, Endo dkk., (2008)9
pada populasi Jepang dan Strujic dkk., (2009) pada populasi Kroasia menunjukkan
bahwa rasnya yang disebutkan diatas dapat diterapkan.

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, Crosby dan Alexander (1989) pada populasi kulit putih
Amerika, Stephanie S. Smith dkk., (2000) pada populasi kulit hitam, kulit putih dan
Hispanik, Santoro dkk., (2000) pada populasi Dominika Amerika, Tancay Uysal dkk.,
(2005)15 pada populasi Turki, dan Paredes dkk., (2006) pada populasi Spanyol,
menyatakan bahwa semua variasi ras yang disebutkan di atas analisis Bolton tidak
dapat untuk diterapkan. (Tabel 3)
Tabel 3.

Rasio anterior dan rasio keseluruhan beberapa populasi dibandingkan
dengan standar bolton.15-16

Standar Bolton
Bolton (1958)
China
Tu An Ta dkk. (2001)
Peru
Bernabe dkk. (2004)
Deutro-Melayu
Andrew (2007)
Yordania
Al-Omari dkk. (2008)
Jepang
Endo dkk. (2008)
Kroasia
Strujic dkk. (2009)
Kulit Putih (AS)
Crosby dan Alexander
(1989)
Kulit Putih
Smith dkk. (2000)
Kulit Hitam
Smith dkk. (2000)
Hispanik
Smith dkk. (2000)

Rasio Anterior
(%)

Rasio Keseluruhan
(%)

Perbedaan

77,2

91,3

n

77,5

90,9

-

78,09

90,79 – 91,33

-

77,91

90,93

-

79,0

92,8

-

77,48

91,09

-

78,25

91,81

-

77,5

91,4

+

79,6

92,3

+

79,3

93,4

+

93,1

80,5

+

Universitas Sumatera Utara

Dominika (AS)
Santoro dkk. (2000)
Turki
Uysal dkk. (2005)
Spanyol
Paredes dkk. (2006)
Batak
Budi (2012)

Rasio Anterior
(%)

Rasio Keseluruhan
(%)

Perbedaan

78,1

91,3

+

78,26

89,88

+

78,32

91,97

+

79,24

92,19

+

Keterangan : n menunjukkan analisis Bolton yang normal
(-) menunjukkan analisis Bolton dapat diterapkan.
(+) menunjukkan analisis Bolton tidak dapat untuk diterapkan

2.4 Suku India Tamil Malaysia
Berdasarkan sejarah, masyarakat India merupakan keturunan ras Iberian yang
tergolong dalam ras Kaukasoid yang diberi nama dengan Dravida. Pada 300 Masihi,
orang Aryan berketurunan Kaukasoid menempati Dravida. Pada masa kini, orang
India Utara mempunyai ciri Aryan sementara orang India Selatan mempunyai ciri
Dravida.28
Kelompok ras mayor di dunia diklasifikasikan sebagai Kaukasoid,
Mongoloid, Negroid, dan Australoid. Masyarakat Malaysia di Semenanjung Malaysia
terdiri atas tiga kaum terbesar yaitu Melayu, Cina dan India. Kaum Melayu dan Cina
termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan suku India termasuk dalam
kelompok ras Kaukasoid.29
Orang India di Indonesia terbanyak tinggal di Pulau Sumatera. Suku India
Tamil Malaysia terbagi pada beberapa suku yaitu Tamil, Telugu, Malayali, Ceylon
dan lain. Orang India yang datang ke Malaysia kebanyakannya berasal dari India
Selatan di mana sebagian besar terdiri dari orang Tamil. Salah satu karateristik ras
Kaukasoid adalah mempunyai gigi berbentuk shovel dimana menurut Hashim Yaacob
dkk, 51% dari orang India mempunyai gigi berbentuk shovel.9,30

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Teori
Pengujian Analisis Bolton pada Mahasiswa Suku India Tamil Malaysia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Pasien datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Maloklusi

Maloklusi Klas II

Maloklusi Klas I

Maloklusi Klas III

Diskrepansi

Diagnosis Ortodonti

Anamnesis

Pemeriksaan
Intraoral

Indeks
Pont

Pemeriksaan
Ekstraoral

Analisis
Howes

Analisis
Model

Analisis
Fotografi

Gigi Permanen

Gigi Desidui

Analisis
Bolton

Analisis
Korkhaus

Analisis
Fungsional

Analisis
Roentgen

Ras

Ras
Mongoloid

Ras
Australoid

Ras
Kaukasoid

Ras
Negroid

Suku India Tamil Malaysia
Rasio Anterior

Rasio Keseluruhan

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep
DISKREPANSI UKURAN GIGI BERDASARKAN ANALISIS
BOLTON OKLUSI NORMAL SUKU INDIA TAMIL MALAYSIA

Jumlah ukuran lebar

Rasio keseluruhan dan

mesiodistal gigi.

anterior.

1. Suku/Ras
2. Jenis Kelamin (Lakilaki/Perempuan)
3. Usia ≥Mahasiswa
18 tahun FKG USU
4. Bahan pencetakan
Suku India Tamil Malaysia
5. Waktu pencetakan

Keterangan :
Variabel Penelitian

Universitas Sumatera Utara