Analisis Struktur dan Simbol Kubah pada Bangunan Masjid (Studi Kasus : Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia
sendiri. Indonesia sebagai negara bekas jajahan bangsa Eropa dan Asia seperti
Belanda, Portugis serta Jepang, pengaruh gaya arsitektur dari negeri Belanda,
Portugis serta Jepang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia,
bahkan tak jarang terjadi perpaduan diantara gaya Eropa dengan arsitektur
Nusantara atau arsitektur tradisional Indonesia. Masuknya unsur Eropa ke dalam
komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di Nusantara.
Salah satu peninggalan atau warisan arsitektur yang diduga berasal dari
zaman kolonial Belanda adalah dengan pengenalan gaya arsitektur Timur Tengah
dengan bentuk kubah nya untuk masjid-masjid di Indonesia. Kubah dengan gaya
arsitektur Timur Tengah mulai terinspirasi pada pertengahan abad ke-19 dan
mulai digunakan secara menyeluruh untuk masjid-masjid maupun istana di
Indonesia khususnya di pulau Sumatera terutama di Riau, Medan, Deli, Aceh dan
Siak.
Menurut (Peter, J. M, Nas, 2009) dalam bukunya masa lalu dalam masa

kini arsitektur di Indonesia, di Nusantara masjid-masjid lama umumnya beratap
tumpang atau limas, penggunaan bentuk kubah belum dikenal. Penggunaan kubah
di Asia Tenggara dimulai setelah perang Rusia danTurki pada tahun 1877-1878

1
Universitas Sumatera Utara

antara

Rusia, Romania,

Serbia,

Montenegrodan Bulgaria yang

melawan

kekaisaran Ottoman yang mencuatkan ide revitalisasi islam dan pan-islamisme.
Saat itu kekaisaran Ottoman melancarkan gerakan budaya termasuk pengenalan
jenis masjid baru. gerakan ini bergema di Asia Tenggara. Masjid-masjid lama atau

tradisional yang beratap tumpang atau limas mulai digantikan dengan masjid
kubah (qubbah) dengan minaret-minaret gaya khas Timur Tengah atau India
Utara. Hal ini merunut dari gerakan reformis atau “pemurnian” islam atas
kebiasaan lama pra-islam atau sinkretisme yang diambil islam dari berabad-abad
yang lampau. Lambat laun kubah menjadi suatu simbol arsitektur islam paling
modern, yang seakan-akan wajib ada pada setiap masjid-masjid baru di Asia
Tenggara. Kini kubah kemudian menghiasi masjid-masjid di Nusantara dan
penggunaan kubah menjadi suatu bagian dari arsitektur yang identik dari masjidmasjid yang ada di Nusantara.
Kubah merupakan salah satu unsur arsitektur yang mendasar sebagai
bentuk bangunan dan selalu digunakan di tempat tertinggi di atas bangunan
sebagai penutup atap. Bentuk dari kubah tidak hanya memiliki permukaan bagian
luarnya saja, tetapi juga memiliki bagian ruang dalam dan organisasi ruang
dimana arsitektur berada pada potensi yang paling tinggi. (Wahid dan Alamsyah,
2013)
Penggunaan bentuk kubah tidak sedikit yang hanya dipakai sebagai hiasan
dan berbentuk kecil, misalnya pada puncak dari sebuah menara dan pada banyak
masjid dan makam muslim kuno di India. Pada masjid-masjid kuno dan baru di
Arab, Mesir dan lain-lain, kubah selain menjadi penghias juga menjadi tanda

2

Universitas Sumatera Utara

memperkuat arah kiblat, diletakkan di depan dan di atas dari mihrab. Keberadaan
kubah pada masjid, juga seperti adanya banyak kolom dan menjadi polemik yang
berkepanjangan, kini ada yang memandang kubah sebagai simbol, identitas
ataupun sebagai bentuk semiotika dari bangunan masjid.
Kubah juga sering digunakan karena dengan alasan konstruksi atau
struktur kubah bisa mengatasi ruang yang cukup lebar tanpa adanya kolom.
Struktur kubah memungkinkan ditutupnya ruang secara maksimum dengan biaya
bahan yang diperlukan untuk struktur dapat di lakukan dengan biaya yang murah.
Berkat lengkungan gandanya kubah merupakan salah satu struktur untuk bentuk
yang paling cocok sebagai penutup ruang yang besar. Stuktur kubah merupakan
salah satu bentuk struktur yang paling tua, dan sejak di temukannya struktur
kubah merupakan sebuah elemen tetap dan cukup penting dalam unsur arsitektur.
(Makowski, Z.S, 1988)
Masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat provinsi Sumatera Utara di bangun
pada tahun 1900 dan di desain oleh arsitek Eropa berkebangsaan Jerman dengan
menggunakan bentuk kubah yang megah dengan struktur rangka dengan
bermaterialkan tembaga. Penggunaan bentuk kubah pada masjid Azizi
menjadikan sebuah identitas atau simbol bagi masjid di kota Tanjung Pura dan

sekaligus menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat di kota Tanjung Pura.
Oleh karena itu, dengan adanya keberadaan antara penggunaan kubah
sebagai wujud struktur dan kubah sebagai simbol atau ornamen, maka peneliti
tertarik untuk melakukan studi penelitian tentang perkembangan penggunaan

3
Universitas Sumatera Utara

kubah sebagai wujud struktur dan sebagai simbol atau ornamen pada bangunan
masjid Azizi sebagai studi kasus.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:


Apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk
struktural atau kubah sebagai bentuk simbol/ornamen?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:


Mengetahui apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud
bentuk struktural atau kubah sebagai bentuk simbol/ornamen.

1.4 Manfat Penelitian


Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan ilmu

pengetahuan dari segi bidang arsitektural maupun struktural serta dapat
memahami tentang perkembangan penggunaan kubah sebagai simbol maupun
struktur, sejarah penggunaan bentuk kubah, pelestraian kubah dan sejarah
mengenai masjid-masjid di dunia dan di Indonesia.

4
Universitas Sumatera Utara




Bagi peneliti
Dalam penelitian ini memberikan suatu pengalaman belajar dan sebagai

kesempatan dalam menerapkan ilmu yang telah di dapat dari teori-teori serta ilmuilmu yang telah dipelajari dan dipahami. Kemudian, penelitian ini juga bisa
bermanfaat sebagai bahan perbandingan antara hal-hal yang bersifat teoritis dan
praktis guna dalam menambah ilmu pengetahuan.


Bagi peneliti lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literature atau

studi banding mengenai penggunaan atap kubah masjid yang dapat digunakan
sebagai suatu referensi maupun inspirasi untuk studi kasus yang sejenis.


Bagi masjid Azizi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memahami penggunaan bentuk


kubah sebagai wujud bentuk struktur dan sebagai bentuk simbol/ornamen, serta
menjadi kebanggaan dan identitas bagi masjid di kota Tanjung Pura, Langkat.

5
Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Berpikir
Latar belakang
Masjid-masjid lama atau tradisional di Nusantara yang beratap tumpang atau limas mulai
digantikan dengan masjid-masjid baru yang menggunakan bentuk kubah. Kini keberadaan kubah
menjadi suatu simbol, identitas ataupun sebagai bentuk semiotika pada bangunan masjid dan kini
kubah juga sering digunakan karena dengan alasan strukturkubah bisa mengatasi ruang yang
cukup lebar tanpa adanya kolom.





Rumusan Masalah
Apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk struktural ataukubah

sebagai bentuk simbol/ornamen?

Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk struktural
atau kubah sebagai bentuk simbol/ornamen.

Metode
pengumpulan
data

 Observasi
 Studi Literatur

Kriteria
Kubah sebagai wujud bentuk
struktur dan kubah sebagai bentuk
simbol atau ornamen

Teori


 Semiotika
 Kubah sebagai bentuk
struktur
 Kubah sebagai bentuk
simbol/ornamen

Analisis penggunaan kubah masjid-masjid di
dunia

Analisis kubah masjid Azizi Tanjung Pura,
Langkat

KESIMPULAN DAN SARAN

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir

6
Universitas Sumatera Utara