Hubungan Pet Attachment Dengan Well-Being Pada Individu Yang Memiliki Hewan Peliharaan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1

Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

III.2

1. Variabel I

: Pet Attachment

2. Variabel II

: Well-being

Definisi Operasional

III.2.1 Pet Attachment
Pet attachment merupakan hubungan yang dekat yang dimiliki pemilik

dengan hewan peliharaannya yang bertahan lama untuk memperoleh dan
mempertahankan rasa aman, yang dapat dilihat dari seringnya individu
menghabiskan waktu dengan hewan peliharaannya, perilaku individu dalam
menunjukkan afeksinya terhadap hewan peliharaannya, memperlakukan hewan
peliharaannya selayaknya manusia pada umumnya, serta mau bertanggungjawab
secara perilaku terhadap hewan peliharaannya untuk meningkatkan kesejahteraan
hewan peliharaannya.
Petunjuk tinggi rendahnya pet attachment pemilik hewan peliharaan
adalah skor total yang diperoleh dari hasil pengolahan data alat ukur. Semakin
tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pet attachment yang dimiliki

26
Universitas Sumatera Utara

individu. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah
pet attachment yang dimiliki individu.


III.2.2 Well-being
Well-being merupakan perasaan puas yang dimiliki individu terhadap
kehidupan dan dirinya sendiri yang terdiri dari memiliki perasaan baik mengenai
dirinya secara keseluruhan serta perasaan memiliki makna, pencapaian dan
hubungan yang positif dengan orang lain.
Petunjuk tinggi rendahnya well-being individu pemilik hewan peliharaan
adalah skor total yang diperoleh dari hasil pengolahan data alat ukur. Semakin
tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi well-being yang dimiliki individu.
Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah well-being
yang dimiliki individu.

III.3

Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
III.3.1 Populasi
Menurut Hadi (2000), populasi adalah sejumlah penduduk atau
individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Adapun kriteria
populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memiliki setidaknya
satu (1) hewan peliharaan, yaitu anjing atau kucing. Penelitian ini
menggunakan subjek yang memiliki anjing atau kucing dikarenakan alat

ukur yang digunakan untuk mengukur pet attachment yaitu The Lexington

27
Universitas Sumatera Utara

Attachment to Pets Scale (LAPS) hanya disesuaikan bagi pemilik anjing
atau kucing.

III.3.2 Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk
menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi
(Hadi, 2000). Metode yang digunakan untuk mengambil sampel dalam
penelitian ini adalah metode non-probability sampling. Jenis nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
incidental sampling. Kelemahan dari metode pengambilan sampel ini
adalah keterbatasan untuk melakukan generalisasi karena sampel tidak
cukup merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Jumlah sampel
dinyatakan cukup berdasarkan keputusan peneliti yang juga telah
didiskusikan dengan dosen pembimbing. Total subjek yang diperoleh
untuk penelitian ini adalah sebanyak 323 orang, dengan pertimbangan
bahwa jumlah tersebut sudah cukup mampu mewakili populasi penelitian.


III.4

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan
untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Hadi, 2000).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penggunaan alat ukur psikologis berbentuk kuesioner sebagai instrumen
penelitian. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang telah

28
Universitas Sumatera Utara

diterjemahkan yaitu Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS) dan The
PERMA Profiler.

III.4.1 Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS)
Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur pet attachment
dalam penelitian ini adalah Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS).
LAPS merupakan alat ukur yang paling umum digunakan untuk mengukur

kelekatan emosional pemilik hewan dengan hewan peliharaannya,
dikarenakan alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi (Karen, 2010).
Alat ukur ini sesuai untuk pemelihara anjing dan kucing (Ramirez et al.,
2014). Alat ukur ini memiliki 23 buah aitem berbentuk pernyataan dan
menggunakan empat pilihan respon yaitu sangat setuju, agak setuju, agak
tidak setuju, dan sangat setuju. Pemberian skor untuk setiap respon
dimulai dengan 0 untuk respon Sangat Tidak Setuju, 1 untuk respon Agak
Tidak Setuju, 2 untuk respon Agak Setuju, dan 3 untuk respon Sangat
Setuju.
LAPS mengukur tiga aspek yaitu general attachment, people
substituting dan animal rights. Ketiga aspek ini merefleksikan pet
attachment (Johnson, T., Garrity, T. & Stallones, L., 1992). Adapun
aspek-aspek tersebut adalah:
a. General Attachment
General attachment

menggambarkan kelekatan yang

dimiliki oleh pemilik hewan peliharaan terhadap hewan


29
Universitas Sumatera Utara

peliharaannya secara umum. Individu yang memiliki skor tinggi
pada aspek ini merasakan emosi positif ketika berada di dekat
hewan peliharaannya, sering menghabiskan waktu dengan
hewan peliharaannya dan merasa bahwa hewan peliharaannya
mengerti perasaan yang dimilikinya.

b. People Substituting
Aspek ini menggambarkan peran yang dimiliki hewan
peliharaan di dalam kehidupan pemiliknya. Individu yang
memiliki skor tinggi pada aspek ini menganggap hewan
peliharaannya memiliki peran utama yang mampu berfungsi
sebagai pengganti peran manusia lain di dalam kehidupannya,
yaitu seperti sebagai salah satu anggota keluarga yang
memberikan rasa kasih sayang (Sable, 1995). Hal ini dapat
dilihat dalam perilaku yang ditunjukkan oleh pemilik hewan
peliharaan terhadap hewan peliharaannya, seperti membelai,
menyentuh, memeluk, tidur di samping satu sama lain, bahkan

berbicara yang pada umumnya ditunjukkan oleh sesama
manusia.

c. Animal Rights/Animal Welfare
Aspek ini menggambarkan status hewan peliharaan di
dalam

rumah

pemiliknya,

yang

diungkapkan

melalui

30
Universitas Sumatera Utara


pengetahuan dan pandangan individu mengenai hak dan
kesejahteraan hewan peliharaannya. Individu yang memiliki
skor tinggi pada aspek ini menganggap hewan peliharaannya
memiliki hak yang sama dengan manusia dan merasa
bertanggungjawab secara penuh untuk mengurus dan merawat
hewan peliharaannya.
Tabel III.1 Blueprint Alat Ukur LAPS
Nomor Aitem
Fav

Unfav

Jumlah
Aitem

General
Attachment

a. Merasakan emosi positif ketika
berada di dekat hewan

peliharaan
b. Sering menghabiskan waktu
dengan hewan peliharaan
c. Merasa hewan peliharaan
mengerti perasaannya

j, k, l, m,
o, q, r, s,
v, w

u

11

People
substituting

a. Merasa hewan peliharaan
sebagai salah satu anggota
keluarga/teman

b. Sering menunjukkan rasa
sayang kepada hewan
peliharaan
c. Memperlakukan hewan
peliharaan seperti manusia

a, b, d, e,
f, g, i

-

7

Animal
rights/
animal
welfare

a. Memiliki rasa kepedulian
terhadap hewan peliharaan

b. Merasa bertanggungjawab
terhadap hewan peliharaan
c. Merasa hewan peliharaan
memiliki hak yang sama
dengan manusia

c, n, t, p

h

5

Dimensi

Indikator

Tabel III.1 menunjukkan blueprint dari alat ukur LAPS yang
berisikan aitem favorable dan unfavorable dengan total jumlah aitem
sebanyak 23 aitem.

31
Universitas Sumatera Utara

III.4.2 The PERMA Profiler
Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur well-being pada
penelitian ini adalah The PERMA Profiler yang dikembangkan oleh Butler
dan Kern (2016). Konsep well-being yang dikemukan oleh Seligman
bersifat multidimensional, sehingga Butler dan Kern (2016) membuat alat
ukur The PERMA Profiler yang bersifat multidimensional pula. Alat ukur
ini memiliki 23 buah aitem pertanyaan dan menggunakan tiga jenis pilihan
respon. Masing-masing jenis pilihan respon memiliki rentang nilai dari 0
sampai dengan 10. Adapun jenis rentang yang digunakan dalam alat ukur
ini adalah Tidak Pernah - Selalu, Sangat Buruk – Sangat Baik, dan Tidak
Sama Sekali – Sepenuhnya.
Alat ukur ini mengukur kelima dimensi well-being yang
dikemukakan oleh Seligman (2011) ditambah dengan tiga aitem yang
mengukur emosi negatif (negative emotion), tiga aitem yang mengukur
kesehatan (health), satu aitem yang mengukur loneliness dan satu aitem
yang mengukur overall well-being. Delapan tambahan aitem tersebut
berfungsi sebagai aitem pengisi dan juga berfungsi menyediakan informasi
tambahan yang relevan mengenai well-being (Butler & Kern, 2016).

a. Positive and Negative Emotions (P dan N)
Emosi merupakan bagian yang penting dari well-being. Emosi
memiliki rentang dari sangat negatif sampai pada sangat positif.
Pada emosi positif secara umum perasaan yang akan diukur

32
Universitas Sumatera Utara

adalah perasaan senang dan puas, sementara pada emosi negatif
perasaan yang akan diukur adalah sedih, cemas dan marah.
b. Engagement (E)
Engagement mengarah kepada keterlibatan, ketertarikan dan
menyatu dengan suatu kegiatan atau aktivitas. Tingkat
engagement yang tinggi disebut dengan flow, yaitu ketika
individu benar-benar menyatu dengan suatu aktivitas dan merasa
tidak terkait dengan waktu.
c. Relationships (R)
Relationships

mengarah

kepada

perasaan

dicintai,

didukung, dan dihargai oleh orang lain. Memiliki hubungan
positif dengan orang lain dapat membuat individu merasa lebih
baik.
d. Meaning (M)
Meaning berarti merasa memiliki tujuan di dalam hidup, merasa
hidup itu berharga atau merasa memiliki hubungan dengan
sesuatu yang lebih besar daripada diri kita seperti kepercayaan
religius.
e. Accomplishment (A)
Pencapaian dapat bersifat objektif, seperti menerima sebuah
penghargaan, tetapi merasa mahir dalam sesuatu juga berperan
penting untuk dimensi ini. Skala ini mengukur perasaan
subjektif dari pencapaian, seperti merasa mampu untuk

33
Universitas Sumatera Utara

menyelesaikan tugas dan mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan.
f. Health (H)
Skala ini mengukur perasaan sehat secara subjektif, seperti
merasa baik dan sehat setiap hari. Walaupun tidak termasuk ke
dalam model PERMA, kesehatan fisik menjadi salah satu hal
yang penting untuk well-being.

Tabel III.2 Blueprint Alat Ukur PERMA Profiler
Dimensi

Positive Emotion

Engagement

Relationships

Indikator
a. Merasa senang dan puas terhadap
kehidupan
b. Merasa positif dalam menjalani
kehidupan
a. Merasa memiliki kegiatan yang
sangat didalami
b. Merasa bersemangat dalam
melakukan suatu kegiatan
a. Merasa memiliki hubungan yang
baik dengan orang lain
b. Merasa didukung dan dicintai oleh
orang lain

Aitem

Jumlah
Aitem

P1, P2, P3

3

E1, E2, E3

3

R1, R2, R3

3

Meaning

a. Merasa memiliki tujuan dalm hidup
b. Merasa kehidupan memiliki makna

M1, M2, M3

3

Accomplishment

a. Merasa memiliki kemampuan
untuk melakukan sesuatu
b. Merasa telah mencapai suatu tujuan

A1, A2, A3

3

Health

a. Merasa puas dengan kesehatan
tubuh
b. Merasa sehat secara umum

H1, H2, H3

3

Negative Emotion

Merasa cemas, sedih dan marah

N1, N2, N3

3

Loneliness

Merasa sepi dalam kehidupan secara
umum

Lon

1

Happiness

Merasa bahagia dalam hidupnya

Hap

1

34
Universitas Sumatera Utara

Tabel III.2 merupakan blueprint dari alat ukur The PERMA
Profiler yang berisikan delapan dimensi dengan jumlah total 23 aitem.

III.5

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
III.5.1 Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur melihat apakah alat ukur yang digunakan dapat

menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Alat ukur dikatakan
mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang
relevan dengan tujuan pengukuran. Sebaliknya, alat ukur yang tidak menghasilkan
data yang sesuai dengan tujuan pengukurannya dikatakan sebagai alat ukur yang
memiliki tingkat validitas rendah (Azwar, 2013).
Penelitian ini menggunakan alat ukur yang diterjemahkan dari Bahasa
Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Penerjemahan konten alat ukur dilakukan
oleh ahli lembaga bahasa untuk menjaga validitas isi (content validity). Kemudian
alat ukur tersebut kembali dievaluasi dan diberikan professional judgement oleh
dosen pembimbing untuk memperkuat validitas alat ukur.

III.5.2 Reliabilitas Alat Ukur
Menurut Azwar (2013), reliabilitas dicapai apabila dalam beberapa
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien
alpha (α), yang diperoleh dengan menghitung koefisien tersebut melalui bantuan

35
Universitas Sumatera Utara

program komputasi setelah menyajikan alat ukur kepada sekelompok responden.
Alat ukur untuk mengukur pet attachment, yaitu LAPS, sebelum diadaptasi ke
dalam Bahasa Indonesia memiliki tingkat reliabilitas yang memuaskan yaitu
sebesar .928.

Tabel III.3 Tingkat reliabilitas PERMA Profiler (per dimensi) (Butler & Kern,
2016)

Cronbach’s α

P

E

R

M

A

Overall

NE

H

.89

.72

.84

.91

.78

.94

.75

.92

Untuk alat ukur yang mengukur well-being, yaitu The PERMA Profiler,
tingkat reliabilitas per dimensinya juga memuaskan yaitu dapat dilihat pada tabel
III.3.

III.5.3 Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan dengan melibatkan 106 orang yang memiliki
hewan peliharaan. Alat ukur dibagikan kepada subjek dengan membagikan link
alat ukur melalui Google Form. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data
hasil uji coba untuk melihat reliabilitas dan daya beda aitem alat ukur LAPS dan
The PERMA Profiler. Peneliti menggunakan daya diskriminasi aitem minimal r ≥
.20 (Azwar, 2013).
Setelah dianalisa secara statistik, diperoleh koefisien reliabilitas alpha
Cronbach sebesar .957 untuk alat ukur LAPS, sedangkan untuk alat ukur The
PERMA Profiler koefisien reliabilitasnya adalah sebagai berikut.

36
Universitas Sumatera Utara

Tabel III.4 Tingkat reliabilitas PERMA Profiler (per dimensi) pada alat ukur
hasil uji coba

Cronbach’s α

P

E

R

M

A

Overall

NE

H

.67

.27

.59

.79

.68

.85

.62

.79

Berdasarkan daya diskriminasi aitem, seluruh aitem (23 aitem) dalam alat
ukur LAPS memiliki daya beda aitem di atas .30. Sedangkan untuk alat ukur The
PERMA Profiler dari total 23 aitem, terdapat satu aitem yang memiliki daya beda
aitem di bawah .20. Berdasarkan pertimbangan professional judgement aitem
tersebut tetap dipakai di dalam alat ukur dengan sedikit perubahan susunan kata di
dalam aitem. Dalam alat ukur The PERMA Profiler juga terdapat satu aitem, yaitu
aitem loneliness, yang tidak dapat dianalisis menggunakan program SPSS karena
berupa single item yang tidak termasuk ke dalam salah satu dimensi pada variabel
well-being. Dikarenakan aitem tersebut hanya berfungsi sebagai filler questions
(pertanyaan tambahan) pada alat ukur (Butler & Kern, 2016) dan berdasarkan
pertimbangan professional judgement, aitem tersebut tidak dipakai kembali ke
dalam instrumen penelitian ini.

III.6

Prosedur Pelaksanaan Penelitian
III.6.1 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan mempersiapkan alat ukur penelitian

yaitu Lexington Pet Attachment To Pets Scale (LAPS) dan The PERMA Profiler
berkaitan dengan izin penggunaan alat ukur serta perubahan bahasa alat ukur.

37
Universitas Sumatera Utara

1. Menerjemahkan Alat Ukur
Setelah memperoleh izin dari pembuat alat ukur, peneliti
meminta bantuan kepada lembaga yang ahli dalam bidang
linguistik untuk menerjemahkan kedua alat ukur, LAPS dan The
PERMA Profiler, ke dalam Bahasa Indonesia. Aitem yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kemudian dianalisa
kembali oleh peneliti dan bertanya kepada dosen pembimbing, agar
konten alat ukur menggunakan kalimat Bahasa Indonesia yang baik
dan benar dan lebih mudah dimengerti.
2. Uji Coba Alat Ukur
Alat ukur yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia kemudian disusun kembali ke dalam bentuk alat ukur
yang dapat diakses secara online. Link atau tautan untuk
mengakses alat ukur tersebut kemudian dibagikan oleh peneliti
kepada beberapa orang subjek yang sesuai dengan kriteria subjek
penelitian. Jumlah subjek yang menjadi subjek uji coba alat ukur
ini adalah sebanyak 106 orang.
3. Revisi Alat Ukur
Setelah dilakukan analisa statistik terhadap aitem-aitem
yang diperoleh pada uji coba alat ukur, maka dilakukan beberapa
perbaikan pada alat ukur. Beberapa perbaikan yang dilakukan
adalah menghapus satu aitem yang tidak dapat dianalisis melalui

38
Universitas Sumatera Utara

program komputasi SPSS dan memperbaiki susunan kata dalam
beberapa aitem dan pertanyaan. Alat ukur hasil perbaikan tersebut
kemudian digunakan untuk memperoleh data yang akan digunakan
untuk penelitian ini.

III.6.2 Pelaksanaan Penelitian
Alat ukur yang telah diperbaiki kembali dipersiapkan untuk diberikan
kepada individu yang memiliki hewan peliharaan. Dalam pelaksanaannya peneliti
memberikan alat ukur secara online kepada subjek dengan membagikan tautan
alat ukur melalui Google Form pada tanggal 8 April 2017 sampai dengan tanggal
1 Mei 2017. Berdasarkan keputusan peneliti disertai dengan pertimbangan dosen
pembimbing, jumlah subjek yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebanyak
323 orang dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah mampu mewakili
populasi penelitian.

III.6.3 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan bantuan
program komputasi. Model analisis statistika yang digunakan untuk mengukur
derajat hubungan (tambahin kategori hubungan) dalam penelitian ini adalah
Pearson Product Moment. Dalam menguji data untuk penelitian ini dilakukan uji
asumsi terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji linearitas.

39
Universitas Sumatera Utara

1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah
distribusi pada penelitian variabel dependen (well-being) dan independen
(pet attachment) telah menyebar secara normal. Normalitas sebaran akan
dianalisis dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel
well-being berkorelasi secara linear terhadap data variabel pet attachment.
Uji linearitas hubungan akan dilakukan dengan menggunakan test for
linearity.

40
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 323 orang subjek yang memiliki hewan

peliharaan. Berikut ini merupakan deskripsi mengenai subjek penelitian
berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis peliharaan yang dimiliki, dan jangka waktu
memiliki hewan peliharaan.

IV.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Sebaran subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel IV.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
Rentang Usia

Jumlah (N)

Persentase (%)

15 – 20 tahun

77

23.84

21 – 26 tahun

225

69.66

27 – 32 tahun

15

4.64

33 – 38 tahun

2

0.62

≥ 39 tahun

4

1.24

Total

323

100

Berdasarkan tabel IV.1, subjek penelitian terbagi ke dalam tiga
rentang usia. Subjek yang berusia 15-20 tahun dalam penelitian ini
sebanyak 77 orang (23.84%), subjek yang berusia 21-26 tahun sebanyak

41
Universitas Sumatera Utara

225 orang (69.66%), subjek yang berusia 27-32 tahun berjumlah 15 orang
(4.64%), subjek yang berusia 33-38 tahun sebanyak 2 orang (0.62%), dan
subjek yang berusia 39 tahun ke atas sebanyak 4 orang (1.24%).

IV.1.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV.2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin

Jumlah (N)

Persentase (%)

Laki-laki

99

30.65

Perempuan

224

69.35

Total

323

100

Dari tabel IV.2 dapat dilihat bahwa jumlah subjek berjenis kelamin
perempuan lebih banyak (69.35%) dibandingkan dengan jumlah subjek
berjenis kelamin laki-laki (30.65%).

IV.1.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Peliharaan
yang Dimiliki
Penyebaran subjek berdasarkan jenis peliharaan yang dimiliki
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

42
Universitas Sumatera Utara

Tabel IV.3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Hewan
Peliharaan
Jenis Hewan
Peliharaan

Jumlah (N)

Persentase (%)

Anjing

93

28.79

Kucing

230

71.21

Total

323

100

Dari Tabel IV.3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang
memiliki hewan peliharaan kucing lebih banyak (71.21%) dibandingkan
dengan subjek yang memiliki hewan peliharaan anjing (28.79%).

IV.1.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jangka Waktu
Memiliki Hewan Peliharaan
Berikut ini merupakan tabel yang berisi penyebaran subjek
berdasarkan jangka waktu memiliki hewan peliharaan.

Tabel IV.4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jangka Waktu
Memiliki Hewan Peliharaan
Jangka Waktu

Jumlah (N)

Persentase (%)

≤1 bulan

3

.93

2 bulan – 1 tahun

81

25.08

2 – 12 tahun

213

65.94

13 – 23 tahun

23

7.12

≥ 24 tahun

3

.93

Total

323

100

43
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel IV.4, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang
memiliki hewan peliharaan selama sama dengan atau kurang dari satu
bulan berjumlah 3 orang (.93%), selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun
berjumlah 81 orang (25.08%), selama 2 sampai dengan 12 tahun sebanyak
213 orang (65.94%), selama 13 sampai dengan 23 tahun berjumlah 23
orang (7.12%), dan subjek yang memiliki hewan peliharaan selama lebih
atau sama dengan 24 tahun berjumlah 3 orang (.93%).

IV.2

Hasil Penelitian
IV.2.1 Hasil Uji Asumsi
a.

Uji Normalitas
Berikut adalah hasil dari pengujian data secara statistik untuk
melihat apakah data pada penelitian terdistribusi normal.
Tabel IV.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Variabel

Z

p

Keterangan

Pet
Attachment

.889

.408

Sebaran Data
Normal

Well-being

.857

.455

Sebaran Data
Normal

Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh melalui uji
Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa untuk data pet
attachment terdistribusi normal (p > .05) dan untuk data wellbeing juga terdistribusi normal (p > .05).

44
Universitas Sumatera Utara

b.

Uji Linearitas
Tabel IV.6 Hasil Uji Linearitas

Linearity

F

Sig.

Keterangan

13.830

.000

Linear

Berdasarkan Tabel IV.6 di atas dapat dilihat bahwa variabel
pet attachment dan well-being memiliki hubungan yang linear,
karena nilai signifikansi yang ditunjukkan sebesar .000 (< .05).

IV.2.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Metode pengujian data yang digunakan untuk menguji hipotesis
pada penelitian ini adalah uji korelasi Pearson Product Moment. Adapun
hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif
yang signifikan antara pet attachment dengan well-being pada individu
yang memiliki hewan peliharaan.
a.

H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara pet
attachment dengan well-being pada individu yang memiliki
hewan peliharaan.

b.

Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pet
attachment dengan well-being pada individu yang memiliki
hewan peliharaan.

45
Universitas Sumatera Utara

Hasil uji korelasi antara kedua variabel dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel IV.7 Hasil Uji Korelasi Pearson Product
Moment
r

Sig. (Satu
Arah)

Keterangan

.202

.000

Hubungan positif
signifikan

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi
Pearson (r) antara pet attachment dengan well-being adalah sebesar .702
dengan tingkat signifikansi .000 (< .05) yang bersifat satu arah (onetailed). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti
terdapat hubungan positif yang signifikan antara pet attachment dengan
well-being pada individu yang memiliki hewan peliharaan.

IV.3

Perbandingan Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik
IV.3.1 Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik Pet Attachment
Hasil perhitungan mean hipotetik dan mean empirik dari variabel
pet attachment dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel IV.8 Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Pet Attachment
Nilai Hipotetik

Nilai Empirik

Variabel
Pet
Attachment

Min

Max

Mean

SD

Min

Max

Mean

SD

0

69

34.5

11.5

30

69

48.99

8.04

46
Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel IV.8 dapat dilihat bahwa secara rata-rata pet attachment
yang dimiliki oleh subjek penelitian (Xemp.= 48.99) lebih tinggi dari
perkiraan alat ukur (Xhip.= 34.5), yang berarti tingkat pet attachment yang
dimiliki subjek pada penelitian ini lebih tinggi daripada tingkat pet
attachment yang dimiliki individu pada umumnya.

IV.3.2 Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik Well-being
Berikut ini merupakan hasil perhitungan mean hipotetik dan mean
empirik dari variabel well-being.
Tabel IV.9 Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Well-being
Nilai Hipotetik

Nilai Empirik

Variabel

Well-being

Min

Max

Mean

SD

Min

Max

Mean

SD

0

10

5

1.66

4.38

9.63

7.19

1.00

Hasil perhitungan pada tabel IV.9 menunjukkan bahwa secara ratarata tingkat well-being yang dimiliki oleh subjek penelitian ini (Xemp.=
7.19) lebih tinggi dari nilai yang diperkirakan alat ukur (X hip.= 5), yang
berarti tingkat well-being yang dimiliki subjek pada penelitian ini lebih
tinggi daripada tingkat well-being yang dimiliki individu pada umumnya.

IV.4

Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh dapat dilakukan

pengelompokan atau kategorisasi yang mengacu pada beberapa kriteria. Kriteria

47
Universitas Sumatera Utara

kategori variabel pet attachment yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua
yaitu lemah dan kuat, sedangkan variabel well-being dibagi menjadi lima kategori
yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

IV.4.1 Kategorisasi Data Pet Attachment
Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik yang dapat dilihat pada tabel IV.8 di
halaman sebelumnya, maka diperoleh norma sebagai berikut.
Tabel IV.10 Kategorisasi Data Pet Attachment
Norma Kategorisasi

N (%)

Kategori

X ≥ 34,5

307 (95.05%)

Kuat

X < 34,5

16 (4.95%)

Lemah

Dari tabel IV.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian
masuk ke dalam kategori pet attachment yang kuat (95.05%), yang berarti
sebagian besar subjek penelitian memiliki kelekatan yang kuat dengan hewan
peliharaannya. Beberapa subjek lainnya (4.95%) berada pada kategori pet
attachment yang lemah.

IV.4.2 Kategorisasi Data Well-being
Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik yang dapat dilihat pada tabel IV.9 di
halaman sebelumnya, maka diperoleh norma kategorisasi jenjang sebagai berikut.

48
Universitas Sumatera Utara

Tabel IV.11 Kategorisasi Data Well-being
Norma Kategorisasi

N (%)

Kategori

X > 7.50

118 (36.53%)

Sangat Tinggi

5.83 < X ≤ 7.50

171 (52.94%)

Tinggi

4.17 < X ≤ 5.83

34 (10.53%)

Sedang

2.50 < X ≤ 4.17

0 (0%)

Rendah

X ≤ 2.50

0 (0%)

Sangat Rendah

Dari tabel IV.11 dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian
masuk ke dalam kategori well-being yang tinggi (52.94%) dan sebagian besar
subjek lainnya masuk ke dalam kategori well-being yang sangat tinggi (36.53%).
Beberapa subjek lainnya (10.53%) berada pada kategori well-being yang sedang.
Tidak ada subjek penelitian yang masuk ke dalam kategori rendah ataupun sangat
rendah.

IV.5

Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang

signifikan antara pet attachment dengan well-being pada individu yang memiliki
hewan peliharaan. Hal ini berarti kuatnya tingkat pet attachment yang dimiliki
oleh individu diikuti oleh tingginya well-being yang dimiliki oleh individu
tersebut.
Hasil penelitian ini didukung oleh McConnell et al. (2011) yang
menyatakan bahwa adanya hewan peliharaan dapat meningkatkan well-being
individu secara umum. Hewan peliharaan menjadi sumber dukungan sosial bagi
mereka yang memiliki hubungan yang dekat dengan hewan peliharaan. Ketika

49
Universitas Sumatera Utara

para pemilik hewan peliharaan merasa kesepian dan tidak dapat menemui orang
terdekat, hewan peliharaan menjadi salah satu pilihan untuk memperoleh
dukungan sosial (McConnell et al., 2011).
Koefisien korelasi yang ditemukan antara pet attachment dengan wellbeing pada penelitian ini termasuk dalam kategori lemah (r = .202). Hal ini dapat
diasumsikan terjadi karena beberapa hal. Well-being merupakan variabel yang
dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat internal pada individu, salah satunya
adalah kepribadian yang paling mampu menjelaskan perbedaan tingkat well-being
antar individu (Huppert, 2009). Individu dengan kepribadian ekstrovert atau
introvert dapat memiliki tingkat well-being yang berbeda dikarenakan sifat yang
mereka miliki berbeda pula. Hal ini dapat mengakibatkan hubungan antara pet
attachment dengan well-being tidak terlalu kuat.
Selain faktor kepribadian yang bersifat internal pada subjek, faktor budaya
juga diasumsikan ikut memberikan pengaruh pada hasil penelitian ini.
Berdasarkan data penelitian, terdapat beberapa subjek yang memiliki tingkat wellbeing yang cukup tinggi tetapi tidak memiliki pet attachment yang tinggi. Hal ini
diasumsikan terjadi karena perbedaan budaya. Berbeda dengan budaya Barat, di
Indonesia hewan peliharaan masih cenderung dilihat dengan fungsi praktisnya
yaitu sebagai penjaga rumah ataupun pemburu tikus. Hal ini menyebabkan
beberapa individu tidak merasa dekat dengan hewan peliharaannya tetapi masih
mampu memiliki tingkat well-being yang tinggi, sehingga tingkat korelasi pada
hasil penelitian ini dikategorikan lemah.

50
Universitas Sumatera Utara

Hal lainnya yang dapat diasumsikan sebagai penyebab tingkat korelasi
yang lemah tersebut adalah usia subjek penelitian. Secara umum, subjek pada
penelitian ini sebagian besar berada pada rentang 21 sampai dengan 26 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian Stallones et al. (1990), individu yang berusia 21
sampai dengan 34 tahun beresiko kurang memiliki dukungan sosial dari
sesamanya ketika mereka memiliki pet attachment yang kuat. Tidak memiliki
dukungan sosial dari sesama manusia dapat menurunkan tingkat well-being
individu, secara fisik maupun emosional (Stallones et al., 1990). Hal ini dapat
menjelaskan mengapa beberapa subjek dapat memiliki tingkat pet attachment
yang tinggi tetapi memilki well-being yang rendah.
Berdasarkan kategorisasi hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pet
attachment yang dimiliki sebagian besar subjek (N = 95.05%) pada penelitian ini
berada pada kategori kuat. Hal ini diasumsikan terjadi karena subjek pada
penelitian ini sebagian besar (N = 65.94%) memiliki hewan peliharaan selama 2
sampai dengan 12 tahun, dimana pemilik hewan peliharaan yang memiliki hewan
peliharaannya lebih dari tiga tahun dilaporkan memiliki tingkat pet attachment
yang lebih tinggi (Smolkovic et al., 2012).

51
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan analisis data penelitian, diperoleh kesimpulan

yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara pet attachment dengan
well-being pada individu yang memiliki hewan peliharaan. Ditemukan bahwa
semakin tinggi tingkat pet attachment maka semakin tinggi pula tingkat wellbeing yang dimiliki oleh individu. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pet
attachment maka semakin rendan pula tingkat well-being individu.
Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat korelasi antara variabel pet
attachment dengan well-being termasuk ke dalam kategori korelasi yang lemah.
Hal ini diasumsikan terjadi karena beberapa faktor yang ikut mempengaruhi
kedua variabel dalam penelitian, yaitu kepribadian, budaya, dan rentang usia
subjek penelitian.

V.2

Saran
1.

Saran Metodologis
a.

Penelitian ini menggunakan populasi yang cukup luas.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel
penelitian yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan
kemampuan penelitian untuk melakukan generalisasi.

b.

Peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini
disarankan menggunakan alat ukur yang mampu mengukur pet

52
Universitas Sumatera Utara

attachment terhadap jenis peliharaan yang lebih bervariasi,
dikarenakan terdapat beberapa orang yang memelihara hewan
lain selain anjing atau kucing.
c.

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai wellbeing, dapat mengkaitkan lebih lanjut mengenai faktor yang
ikut

well-being

mempengaruhi

pada

individu,

yaitu

kepribadian, budaya ataupun usia.

2.

Saran Praktis
a.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan
bagi peneliti lain yang meneliti mengenai variabel pet
attachment ataupun well-being.

b.

Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi para pemilik
hewan

peliharaan

peliharaannya

yang

untuk

tidak

menjadi

dekat

dengan

hewan

dekat

dengan

hewan

peliharaannya agar mereka memperoleh manfaat positif yang
sebenarnya dapat diberikan oleh hewan peliharaan mereka.
c.

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang yang
memiliki hewan peliharaan maupun yang tidak memiliki
hewan peliharaan bahwa hewan peliharaan tidak hanya
bermanfaat sebagai penjaga rumah ataupun pengusir tikus,
tetapi juga bermanfaat untuk membuat pemiliknya merasa
sejahtera

atau

memiliki

hidup

yang

lebih

baik.

53
Universitas Sumatera Utara