Hubungan Perilaku Prososial dengan Psychological Well-Being pada Pelayan Khusus di GBKP Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa
penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
Variabel bebas

: Perilaku Prososial

Variabel tergantung

: Psychological Well-Being

B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Psychological Well-Being
Psychological well-being (PWB) adalah pencapaian penuh dari
potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat
menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan
hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi
pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan dan terus
bertumbuh secara personal.

PWB dalam penelitian ini akan diukur berdasarkan enam dimensi
yang dikemukakan oleh Ryff (1995) dan sudah diadaptasi untuk
kondisi Indonesia oleh Hapsari dkk (2011) yang kemudian diadaptasi
kembali oleh penelliti. Enam dimensi tersebut adalah penerimaan diri
(self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive
relation with other), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan
(environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan
perkembangan diri (personal growth).
36

Universitas Sumatera Utara

37

2. Perilaku Prososial
Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu manfaat
langsung kepada orang yang melakukan tindakan menolong tersebut,
dan bahkan mungkin memberikan resiko bagi orang yang menolong.
Perilaku prososial dalam hal penelitian akan diukur berdasarkan

enam sub aspek menurut Rushton (1981) dan mengembangkan aitem
berdasarkan keenam type dari perilaku prososial, dan dari keenam type
tersebut Rushton mengaitkan masing-masing type ke dalam beberapa
aspek, antara lain: altruism (memberikan pertolongan secara sukarela),
compliant (permintaan menolong orang lain dan tindakan muncul
secara spontan), emotional (perilaku didasarkan oleh situasi emosional
yang tinggi), public (perilaku dimunculkan di depan orang lain),
anonymous (perilaku menolong ditunjukkan tanpa diketahui oleh
orang yang menerima pertolongan), dan dire (perilaku menolong
diantara situasi krisis atau keadaan darurat).
Alat ukur diadaptasi oleh peneliti dengan cara melakukan back-toback kepada 4 mahasiswa Sastra Inggris. Setelah mendapatkan hasil
terjemahan, kemudian peneliti melakukan personal judgement kepada
dosen pembimbing dan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi USU
untuk memilih hasil terjemahan yang mudah untuk dipahami. Setelah
itu, kemudian peneliti memberikan hasil terjemahan yang telah dipilih

Universitas Sumatera Utara

38


untuk ditranslate kembali ke Bahasa Inggris oleh seorang guru Bahasa
Inggris.
C. SUBJEK PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian sosial, populasi dapat diartikan sebagai kelompok
subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Kelompok
subjek yang disebut populasi ini harus memiliki ciri atau karakteristik
yang sama yang membedakannya dari populasi yang lain (Azwar,
2013). Dalam penelitian ini yang menjadi karakteristik populasi ialah
harus merupakan pelayanan khusus yang aktif di GBKP Klasis
Berastagi.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik
yang sama dengan populasi dari mana ia berasal. Sampel penelitian
harus bersifat representatif terhadap populasinya karena hasil
penelitian akan digeneralisasikan ke populasi asal sampel tersebut
(Azwar, 2013). Sampel penelitian ini berjumlah 182 orang, yang
terdiri dari 182 pelayan khusus yang aktif di GBKP Klasis Berastagi.
2. Metode Pengambilan Sampel
Azwar (2013) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi
yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dari mana ia

berasal.

Sampel

yang

baik

adalah

sampel

yang

mampu

merepresentasikan karakteristik populasinya. Hal ini dikarenakan hasil

Universitas Sumatera Utara


39

penelitian yang menggunakan sampel tersebut akan digeneralisasikan
kepada populasinya.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ialah metode Non-Probability Sampling karena tidak
semua individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk
menjadi sampel penelitian (Azwar, 2013).
D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Hadi (2002) mengatakan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan
diambil dan diukur harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan metode self report dalam
mengumpulkan data yang berupa kolon isian data pribadi subjek penelitian
dan skala sebagai berikut:
1. Kolom Isian Data Pribadi
Kolom ini berguna dalam memperoleh data tentang nama, usia,
jenis kelamin, pekerjaan, dan status dalam gereja. Subjek dapat
menuliskan data tersebut pada kolom yang telah disediakan.
2. Skala
Skala merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk

mengukur konstruk atau konsep psikologis yang dapat mengungkap
data terkait atribut psikologis individu (Azwar, 2013).

Universitas Sumatera Utara

40

Penelitian ini menggunakan 2 skala, yakni:
1) Skala Psychological well-being
Psychological well-being diukur dengan menggunakan skala
yang mengukur tiap aspek PWB oleh Ryff (1995), antara lain:
self acceptance, positif relation with other, autonomy,
environmental mastery, purpose in life, dan personal growth.
Tabel 1. Blueprint Skala Psychological Well-Being
No.
1
2
3
4
5

6

Aitem
Jumlah
Favourable
Unfavourable
Self Acceptance
6, 12
1, 18
4
Positive Relation with other
10
4, 16
3
Autonomy
7, 13, 14, 17
4
Environmental Mastery
2
8

2
Purpose in Life
11
5
2
Personality Growth
9
3, 15
3
18
Total
Aspek

Skala ini disusun dengan model Likert yang setiap aitemnya
disertai dengan 6 pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat Tidak
Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Agak Tidak Setuju; (4) Agak
Setuju; (5) Setuju; dan (6) Setuju. Tiap subjek akan memberikan
tanda ceklis (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan
dirinya sendiri. Tiap angkat mewakili bobot penilaian dan
berlaku hanya untuk aitem favourable, sedangkan untuk aitem

unfavourable memiliki bobot angkat sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

41

Tabel 2. Contoh Aitem pada Alat Ukur
Psychological Well-Being
Variabel

Psychological
Well-Being

Aspek
Self Acceptance

No. Aitem
12

Positive Relation with other


16

Autonomy

7

Environmental Mastery

2

Purpose in Life

11

Personality Growth

3

Pernyataan

Saya menyukai sebagian besar aspek diri saya.
Saya jarang memiliki hubungan yang hangat dan
dilandasi rasa saling percaya dengan orang lain.
Saya memiliki kepercayaan diri dalam
berpendapat meskipun berbeda dengan pendapat
umum.
Secara umum, saya merasa saya menguasai situasi
dilingkungan hidup saya.
Saya memiliki tujuan hidup.
Menurut saya, penting memiliki pengalaman baru
yang menantang pandangan saya tentang diri saya
sendiri dan dunia selama ini.

2) Skala Perilaku Prososial
Perilaku prososial diukur dengan menggunakan skala yang
mengukur tiap aspek perilaku prososial yang dijabarkan oleh
Johnson dan Rushton (1981), yaitu: public, anonymous, dire,
emotional, compliant, dan altruism.
Tabel 3. Blueprint Skala Perilaku Prososial
No.

Type

1
2
3
4
5
6

Public
Anonymous
Dire
Emotional
Compliant
Altruism

Aitem
Favourable
Unfavourable
8, 11, 15, 19, 22
6, 9, 14
2, 12, 17, 21
7, 18
Total

1, 3, 5, 13
4, 10, 16, 20, 23

Jumlah
4
5
3
4
2
5
23

Universitas Sumatera Utara

42

Skala ini disusun dengan model Likert yang setiap aitemnya
disertai dengan 5 pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat Tidak Sesuai
dengan Diri Saya; (2) Tidak Sesuai dengan Diri Saya; (3) Agak
Sesuai dengan Diri Saya; (4) Sesuai dengan Diri Saya; dan (5)
Sangat Sesuai dengan Diri Saya. Tiap subjek akan memberikan
tanda ceklis (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan
dirinya sendiri. Tiap angkat mewakili bobot penilaian dan
berlaku hanya untuk aitem favourable, sedangkan untuk aitem
unfavourable memiliki bobot angkat sebaliknya.
Tabel 4. Contoh Aitem pada Alat Ukur Perilaku Prososial
Variabel

Perilaku
Prososial

Type

No. Aitem

Public

1

Anonymous

8

Dire

14

Emotional

2

Compliant

7

Altruism

23

Pernyataan
Saya akan menolong orang lain sebaik mungkin
jika ada yang memperhatikan saya.
Saya lebih suka untuk mendonasikan uang tanpa
mencantumkan nama.
Mudah bagi saya untuk menolong orang lain ketika
situasi mereka mengerikan.
Saya sangat puas jika saya mampu menenangkan
orang lain yang sedang tertekan.
Ketika orang meminta saya untuk menolong
mereka, saya tidak ragu-ragu untuk menolongnya.
Saya merasa jika saya menolong seseorang, mereka
harus menolong saya di masa yang akan datang.

E. VALIDITAS DAN REABILITAS
1. Validitas alat Ukur
Validitas merupakan akurasi dan kecermatan data yang mana
kepercayaan kesimpulan hasil penelitian bergantung pada hal ini.

Universitas Sumatera Utara

43

Penelitian ini telah menguji validitad alat ukur dengan menggunakan
validitas isi yang mengukur sejauhmana isi angker atau kuesioner
memperoleh data yang komprehensif dan relevan untuk tujuan
penelitian.
2. Reliabilitas Alat Ukur
Azwar

(1999)

menyebutkan

reliabilitas

memiliki

makna

kecermatan pengukuran yang merupakan konsistensi dari hasil
pengukuran. Reliabilitas tiap alat ukur dalam penelitian ini diuji
dengan menggunkana koefisien Alpha Cronbach.
3. Daya diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem merupakan kemampuan suatu aitem
dalam membedakan antara kelompok yang memiliki atribut yang
diukur atau tidak (Azwar, 1999). Adapun batasan kriteria pemilihan
aitem untuk alat ukur dalam penelitian ini ialah r ix > 0.25.
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
1. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being
Berdasarkan

uji

coba

yang

dilakukan

terhadap

skala

Psychological Well-Being yang terdiri dari 18 aitem, pada uji coba
pertama diperoleh 14 aitem yang memenuhi kriteria. Kemudia seiring
dengan uji coba kedua pada skala perilaku prososial, penulis juga
melakukan uji coba terhadap skala psychological well-being, dan tetap
diperoleh 14 aitem yang memenuhi kriteria. Aitem-aitem ini kemudian
dianalisa kembali dan diperoleh nilai α Cronbach = 0,728.

Universitas Sumatera Utara

44

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being

No.
1
2

Aitem Uji Coba I

Aspek
Self Acceptance
Positive Relation with
Other
Autonomy
Environmental Mastery
Purpose in life
Personality Growth
Total

3
4
5
6

Aitem Uji Coba II

Aitem setelah Uji
Coba
Fav
Unfav
9
14

Fav
6, 12

Unfav
18, 1

Fav
6, 12

Unfav
18, 1

10

4, 16

10

4, 16

7

2, 13

7, 13, 14, 17
2
11
9
10

8
5
3, 15
8

7, 13, 14, 17
2
11
9
10

8
5
3, 15
8

4, 10, 11
1
8
6
8

5
3
12
6

2. Hasil Uji Coba Skala Perilaku Prososial
Berdasarkan uji coba yang dilakukan terhadap skala Perilaku
Prososial yang terdiri dari 23 aitem, pada uji coba pertama diperoleh
15 aitem yang memenuhi kriteria. Kemudian penulis merevisi kembali
skala perilaku prososial dan melakukan uji coba untuk yang kedua
kalinya dan memperoleh 18 aitem yang memenuhi kriteria. Aitemaitem ini kemudian dianalisa kembali dan diperoleh nilai α Cronbach
= 0,710.
Tabel 6. Hasil Uji Coba Skala Perilaku Prososial
No.
1
2
3
4
5
6

Aitem Uji Coba I
Fav
Unfav
Public
1, 3, 5, 13
Anonymous 8, 11, 15, 19, 22
Dire
6, 9, 14
Emotional
2, 12
17, 21
Compliant
7, 18
Altruism
10, 20
4, 16, 23
14
9
Total
Type

Aitem Uji Coba II
Aitem setelah Uji Coba
Fav
Unfav Fav
Unfav
1, 3, 5
13
3
1, 5
8, 11, 15, 19, 22
7, 9, 15
12, 17
9, 14
6
8, 11
2, 12, 21
17
2, 10, 16
7, 18
6, 14
4, 16, 23
10, 20
4, 13, 18
18
5
11
7

Universitas Sumatera Utara

45

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahapan, yakni tahap
persiapan, takan pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. Ketiga tahapan
tersebut diuraikan di bawah ini:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Survei Awal
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan informasi untuk
mendapatkan gambaran fenomena yang berhubungan dengan
penelitian. Pada tahap survei peneliti mengumpulkan informasi
dari jurnal dan artikel ilmiah, serta elisitasi.
Elisitasi dilakukan dengan mewawancarai secara langsung
beberapa anggota/jemaat di GBKP mengenai kinerja yang
ditunjukkan oleh pelayan khusus di gereja dan dihubungkan
dengan kedua variabel penelitian. Berdasarkan elisitasi yang
dilakukan, diketahui bahwa seluruh narasumber memiliki pendapat
masing-masing mengenai kinerja pelayan khusus tersebut. Ketika
mereka

mengamati kinerja pelayan khusus dan beberapa

narasumber

merasa

kurang

puas

dengan

pelayanan

yang

ditunjukkan oleh pelayan khusus. Para pelayan khusus yang sudah
seharusnya

mampu

untuk

menaungi

dan

melayani

anggota/jemaatnya, beberapa narasumber mengatakan bahwa
pelayan khusus tersebut masih belum mampu melaksanakan tugas

Universitas Sumatera Utara

46

dan tanggung jawabnya, terutama dalam hal memberikan bantuan
kepada anggota/jemaat gereja masih belum mampu melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan khusus di gereja.
b. Pembuatan Alat Ukur
Pada tahap ini peneliti mengadopsi alat ukur penelitian yakni
skala Perilaku Prososial dan skala Psychological Well-Being. Skala
Perilaku Prososial yaitu Prosocial Tendecies Measurement (PTM)
oleh Rushton dan Johnson (1989) yang sebelum uji coba terdiri
dari 23 aitem. Sedangkan skala Psychological Well-Being yaitu
Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RSPWB) oleh Ryff
(1995) yang sebelum uji coba terdiri dari 18 aitem.
c. Uji Coba Alat Ukur
Pada tahap ini, peneliti menguji validitas skala berdasarkan
professional judgement. Kemudian kedua alat ukur diujicobakan
sebanyak dua kali. Uji coba pertama kepada 50 orang mahasiswa
teologia di STT Abdi Sabda, Medan dengan menyebarkan
kuesioner secara online melalui media sosial. Sedangkan uji coba
kedua kepada 50 orang anggota PERMATA di Gereja Batak Karo
Protestan (GBKP).
d. Revisi Alat Ukur
Kedua data hasil uji coba kemudian diolah dan diperoleh
aitem-aitem yang valid, reliabel, serta memiliki daya diskriminasi
yang baik yaitu r ix >0.25. Pada uji coba yang pertama, jumlah

Universitas Sumatera Utara

47

aitem yang lulus uji pada skala PTM adalah 15 aitem, sedangkan
RSPWB adalah 14 aitem. Kemudian peneliti merevisi kembali
aitem yang gugur yaitu aitem yang memiliki nilai r ix < 0.25.
Setelah merevisi aitem yang gugur, peneliti melakukan uji coba
untuk yang kedua kalinya. Pada data hasil uji coba yang kedua
diperoleh aitem yang lulus uji pada skala PTM adalah 18 aitem,
sedangkan pada skala RSPWB adalah tetap 14 aitem. Aitem-aitem
ini kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet dan
disebarkan kepada sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan menyebarkan
alat ukur penelitian secara langsung kepada pelayan khusus di setiap
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Klasis Berastagi.
3. Tahap Analisis Data
Sebelum dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul,
peneliti terlebih dahulu memastikan bahwa seluruh sampel yang telah
mengisi kuesioner telah memenuhi karakteristik penelitian. Setelah itu
peneliti menskoring dan mengolah data yang terkumpul dan memenuhi
karakteristik penelitian dengan menggunakan bantuan program IBM
SPSS Statistik 20.
H. METODE PENGOLAHAN DATA
Data yang dihasilkan dari kuesioner Perilaku Prososial dan
kuesioner Psychological Well-Being dianalisis menggunakan teknik

Universitas Sumatera Utara

48

statistik parametrik yakni pearson product moment untuk melihat ada
tidaknya hubungan antara kedua variabel penelitian (Santoso, 2010)
dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistik 20.
Uji asumsi terhadap variabel-variabel penelitian akan dilakukan
terlebih dahulu sebelum analisis data dilakukan, yakni sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah distribusi data
penelitian pada kedua variabel penelitian (bebas dan tergantung)
menyebar secara normal. Untuk melakukan pengujian ini, peneliti
menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnor. Adapun data
penelitian dianggap menyebar secara normal jika p > 0.05.
2. Uji Linieritas
Pengujian ini dilakukan agar diketahui apakah data pada
variabel Psychological Well-Being berkorelasi dengan data pada
variabel Perilaku Prososial. Untuk melakukan pengujian ini, peneliti
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistik 20 dengan analisis
korelasi sederhana (uji t)

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, analisa data, dan
pembahasan hasil analisa data. Pembahasan akan diawali dengan penguraian
gambaran umum subjek penelitian.
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah pelayan khusus di Gereja Batak Karo
Protestan (GBKP) Klasis Berastagi yang berjumlah 182 orang.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan gambaran subjek
penelitian berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Jelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah
108
74
182

Persentase
59,3%
40,7%
100%

Dalam tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi sampel penelitian
terbanyak yaitu laki-laki berjumlah 108 orang dan perempuan berjumlah
74 orang.
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jabatan
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan gambaran subjek
penelitian berdasarkan jabatan dalam gereja.

49

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jabatan
Jabatan
Pdt
Pt
Dk
Total

Jumlah
8
111
63
182

Persentase
4,4%
61%
34,6%
100%

Dalam tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah Pdt yaitu 8 orang, Pt
sebanyak 111 orang, dan Dk sebanyak 63 orang.
B. HASIL PENELITIAN
Sebelum melakukan analisa data, peneliti melakukan serangkaian uji
asumsi yang bertujuan untuk memastikan terpenuhinya prasyarat tes
parametrik dalam penelitian ini.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah distribusi data
penelitian pada kedua variabel penelitian, yakni variabel bebas dan
variabel tergantung, menyebar secara normal. Uji normalitas ini
menggunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov. Data penelitian
dianggap menyebar secara normal jika p > 0,05. Hasil uji normalitas
menggunakan Kolmogorov-Smirnov ialah sebagai berikut.
Tabel 9. Rangkuman Uji Normalitas dengan menggunakan
One Sample Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Perilaku Prososial
Psychological Well-Being

Nilai Z
1.316
1.357

Nilai p
0.063
0.050

Keterangan
Sebaran Normal
Sebaran Normal

Universitas Sumatera Utara

51

Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan (α) 0.05. data
dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p > α. Berdasarkan data
pada tabel dilhat bahwa nilai sebaran (Z) masing-masing variabel
sebesar 1.316 dan 1.357 dengan p > 0.05, maka dapat disimpulkan
bahwa data penelitian telah terdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan agar dapat diketahui apakah variabel
Perilaku Prososial (variabel bebas) memiliki hubungan terhadap
Psychological Well-Being (variabel tergantung). Dikatakan memiliki
hubungan secara linear bila diperoleh nilai signifikasni deviation from
linearity > 0.05.
Tabel 10. Hasil Uji Linearitas
Variabel
Perilaku Prososial dan Psychological
Well-Being

P
0.062

F
22.110

Keterangan
Hubungan Linear

Dari tabel 10 terlihat bahwa nilai signifikansi deviation from
linearity = 0.062 dan nilai ini lebih tinggi dari 0.05, yang
mengindikasikan bahwa variabel Perilaku Prososial memiliki hubungan
yang linear terhadap variabel Psychological Well-Being.

Universitas Sumatera Utara

52

C. HASIL UTAMA PENELITIAN
1. Hubungan Perilaku Prososial terhadap Psychological WellBeing
Tujuan penelitian ini ialah melihat ada tidaknya hubungan antara
variabel Perilaku Prososial (variabel bebas) dengan Psychological WellBeing (variabel tergantung), maka hipotesis penelitian ini ialah sebagai
berikut:
Ho :

Tidak ada hubungan antara Perilaku Prososial dengan
Psychological Well-Being.

Ha

:

Ada

hubungan

antara

Perilaku

Prososial

dengan

Psychological Well-Being.
Untuk itu, uji hipotesis penelitian ini menggunakan teknik statistik
parametrik uji korelasi Pearson Product Moment menggunakan bantuan
program IBM SPSS Statistik 20. Adapun hasil uji statistik dapat dilihat
pada tabel 10 berikut:
Tabel 11. Hasil Analisis Korelasi antara Perilaku Prososial dengan
Psychological Well-Being

Correlations
PWB
Pearson Correlation
PWB

1

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

PB

PB
,319**
,000

182

182

**

1

,319

Sig. (2-tailed)

,000

N

182

182

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara

53

Setelah dilakukan analisis korelasi terhadap data penelitian, dapat
dilihat pada tabel 11 bahwa nilai r yang diperoleh ialah sebesar 0.319
dengan signifikansi p = 0.000 yang berarti p < 0.01. Tanda positif
menunjukkan bahwa variabel Perilaku Prososial pada pelayan khusus di
GBKP dan psychological well-being memiliki hubungan positif, yaitu
semakin tinggi tingkat perilaku prososial maka akan semakin tinggi tingkat
psychological well-being pada pelayan khusus di GBKP.
D. HASIL ANALISA TAMBAHAN
1. Gambaran Mean pada 6 Dimensi Psychological Well-Being
Tabel 12. Gambaran Mean 6 Dimensi PWB
Descriptive Statistic

Self-Acceptance
Positive Relation with Others
Autonomy
Environmental Mastery
Purpose in Life
Personality Growth

N
182
182
182
182
182
182

Mean
9.32
14.04
13.30
7.32
10.66
10.60

Std. Deviation
1.468
1.921
2.494
2.364
1.447
1.386

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur psychological wellbeing dalam penelitian ini disusun berdasarkan 6 dimensi yang
dikemukakan oleh Ryff (1995). Alat ukur ini didasarkan pada 6
dimensi, yaitu : Self-acceptance, Positif Relation with Other,
Autonomy, Environmental Mastery, Purpose in Life, dan Personal

Universitas Sumatera Utara

54

Growth. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian
bahwa nilai mean masing-masing dimensi sebagai berikut: Selfacceptance sebesar 9.14, Positif Relation with Other sebesar 14.04,
Autonomy sebesar 13.30, Environmental Mastery sebesar 7.32,
Purpose in Life sebesar 10.66, dan Personality Growth sebesar 10.60.
2. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan Psychological Well-Being
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 13. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan PWB berdasarkan
Jenis Kelamin
Descriptive Statistic

L
P

N

Mean
Mean
P.Prososial PWB

108
74

66.78
67.70

64.39
66.49

Std.
Deviation
P.P
6.441
7.441

Std.
Deviation
PWB
5.998
5.570

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa
nilai mean perilaku prososial pada laki-laki (L) sebesar 66.78 dan nilai
mean pada perempuan (P) sebesar 67.70. Sedangkan untuk nilai mean
psychological well-being pada laki-laki (L) sebesar 64.31 dan nilai
mean pada perempuan sebesar 66.49.

Universitas Sumatera Utara

55

3. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan Psychological Well-Being
Berdasarkan Jabatan
Tabel 14. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan PWB berdasarkan
Jabatan di Gereja
Descriptive Statistic
N

Pdt
Pt
Dk

Mean
Mean
P.Prososial PWB

8
64.63
69.00
111
67.64
64.76
63
66.62
65.62
Berdasarkan pengolahan data,

Std.
Std.
Deviation
Deviation
P.P
PWB
7.863
5.632
6.693
5.539
7.031
6.436
diperoleh hasil penelitian bahwa

nilai mean perilaku prososial pada Pendeta (Pdt) sebesar 64.3, nilai
mean pada Pertua (Pt) sebesar 67.64) dan nilai mean pada Diaken (Dk)
sebesar 66.62. Sedangkan untuk nilai mean psychological well-being
pada Pendeta (Pdt) sebesar 69.00, niali mean pada Pertua (Pt) sebesar
67.64, dan nilai mean pada Diaken (Dk) sebesar 65.62.
4. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik Perilaku
Prososial
Skala penelitian yang mengukur perilaku prososial terdiri dari 18
aitem dan memiliki rentang skor dari 1 hingga 5. Perbandingan nilai
mean empirik dan hipotetik perilaku prososial dapat dilihat pada tabel
16 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 15. Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik
Perilaku Prososial
Variabel

Min

Perilaku
Prososial

51

Empirik
Max Mean
80

65.24

SD

Min

5.903

18

Hipotetik
Max Mean
90

SD

54

12

Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa mean empirik perilaku
prososial lebIh tinggi daripada mean hipotetik. Hal ini menunjukkan
bahwa

perilaku prososial

yang dimiliki

subjek lebih

tinggi

dibandingkan dengan yang diperkirakan alat ukur.
5. Kategorisasi Skor Perilaku Prososial
Skor perilaku prososial dapat dikategorisasikan berdasarkan mean
hipotetik dengan mengikuti norma berikut:
Tabel 16. Norma Kategorisasi
Rentang Nilai
X ≥ (μ + 1.0 SD)
(μ - 1.0 SD) ≤ X < (μ + 1.0 SD)
X < (μ - 1.0 SD)

Kategorisasi
Tinggi
Sedang
Rendah

Berdasarkan norma diatas, diperoleh kategorisasi skor perilaku
prososial sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

57

Tabel 17. Kategorisasi Subjek pada Variabel Perilaku Prososial
Variabel
Perilaku
Prososial

Rentang Nilai
X ≥ 66
42 ≤ X < 66
X < 42
Total

Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah

Jumlah
89
93
0
182

Persentase
49%
51%
0%
100%

Berdasarkan kategorisasi subjek pada variabel perilaku prososial di
atas, terdapat 89 subjek (49%) memiliki tingkat perilaku prososial
yang tinggi, 93 subjek (51%) memiliki tingkat perilaku prososial yang
sedang, dan tidak ada subjek yang memiliki tingkat perilaku prososial
yang rendah.
6. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik Psychological
Well-Being
Skala penelitian yang mengukur psychological well-being terdiri
dari 14 aitem dan memiliki rentang nilai 1 hingga 6. Perbandingan
nilai mean empirik dan hipotetik psychological well-being dapat dilihat
pada tabel 19 berikut ini:
Tabel 18. Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik
Psychological Well-Being
Variabel

Min

Psychological
Well-Being

Dari

50

tabel

Empirik
Max Mean
87

19

SD

Min

67.15

6.860

14

diatas

ditampilkan

Hipotetik
Max Mean
84

49

bahwa

mean

SD
11.6

empirik

psychological well-being terlihat lebih tinggi daripada mean hipotetik.

Universitas Sumatera Utara

58

Hal ini menunjukkan bahwa psychological well-being yang dimiliki
subjek penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang
diperkirakan alat ukur.
7. Kategorisasi Skor Psychological Well-Being
Skor

psychological

well-being

dapat

dikategorisasikan

berdasarkan mean hipotetik dengan mengikuti norma berikut:
Tabel 19. Kategorisasi Subjek pada Variabel
Psychological Well-Being
Variabel
Psychological
Well-Being

Rentang Nilai
X ≥ 60.6
37.4 ≤ X < 60.6
X < 37.4
Total

Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah

Jumlah
140
42
0
182

Persentase
77%
23%
0%
100%

Pada tabel 20 terlihat bahwa lebih dari setengah subjek penelitian
yang memiliki skor psychological well-being yang tinggi yakni
sebanyak 140 subjek (77%) dan tidak ada subjek yang memiliki skor
psychological well-being yang rendah.
E. PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis penelitiannya itu
“ada hubungan positif antara perilaku prososial dengan psychological wellbeing” diterima. Perilaku prososial dapat muncul karena adanya
psychological well-being yang tinggi pada pelayan khusus. Salah satu
faktor yang dapat meningkatkan psychological well-being pada pelayan
khusus adalah dengan adanya pengalaman yang positif ketika melakukan

Universitas Sumatera Utara

59

pelayanan di gereja. Dengan adanya pengalaman yang positif, maka
pelayan khusus mampu menemukan makna hidupnya. Terlebih lagi
sebagai pelayan khusus yang belajar mengenai alkitab (pendalaman
alkitab), akan meningkatkan pemaknaan terhadap hidupnya.
Ketika seorang pelayan khusus memiliki tingkat psychological wellbeing, maka mereka akan mampu melakukan pelayanan mereka sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan khusus. Pelayanan
dalam gereja dapat berupa, kunjungan orang sakit, kunjungan ketika
sukacita maupun dukacita, dan juga melakukan pastoral konseling.
Pelayan tersebut termasuk ke dalam perilaku prososial. Dimana perilaku
prososial merupakan perilaku yang memberikan keuntungan kepada orang
lain, meskipun ada pengorbanan tersendiri bagi si pemberi pertolongan.
Ketika seseorang mampu melakukan perilaku psososial, maka suasana hati
mereka akan berubah menjadi lebih baik dan dapat merasakan
kebahagiaan. Dimana kebahagiaan merupakan salah satu pendukung untuk
meningkatkan psychological well-being (Pinquit, 2001).
Adapun gambaran perilaku prososial pelayanan khusus gereja GBKP
menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat perilaku prososial yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat umum. Begitu pula dengan
tingkat psychological well-being, pelayan khusus GBKP terkategorikan
memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi. Hal ini berarti
bahwa mereka memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

60

sehingga mampu untuk melakukan pelayanan di gereja yang tak terlepas
dari perilaku prososial.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa diantara laki-laki
dan perempuan yang memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi yaitu
perempuan. Hal ini dikarenakan wanita lebih memiliki tingkat empati yang
tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga wanita lebih mampu
untuk menunjukkan perilaku prososial. Begitu juga untuk psychological
well-being, perempuan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang
lebih tinggi. Perempuan yang memiliki tingkat perilaku prososial yang
tinggi, akan lebih mampu untuk merasakan kebahagiaan dalam dirinya,
sehingga

kebahagiaan

tersebut

dapat

menciptakan

kesejahteraan

psikologisnya.
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa aspek
anonymous (perilaku menolong ditunjukkan tanpa diketahui oleh orang
yang menerima pertolongan) memiliki nilai yang paling tinggi
dibandingkan aspek lainnya seperti, public, dire, dan altruism. Sedangkan
nilai terendah ada pada aspek compliant (permintaan untuk ditolong dan
tindakan muncul secara spontan). aspek anonymous memiliki nilai yang
lebih tinggi dikarenakan dalam pelayan khusus yang bekerja atas nama
gereja, lebih mengutamakan menolong tanpa diketahui oleh orang lain,
karena mereka mempercayai “ketika tangan kanan memberi, tidak boleh
diketahui oleh tangan kiri”. Sedangkan untuk aspek compliant memiliki
nilai terendah dari aspek lainnya karena pelayan khusus di GBKP lebih

Universitas Sumatera Utara

61

menyukai untuk memberikan pertolongan tanpa diminta oleh yang
membutuhkan bantuan. Karena mereka mempercayai bahwa pertolongan
yang diberikan kepada jemaat tanpa diminta akan lebih mampu
membawakan berkat bagi si penerima bantuan maupun bagi si pemberi
bantuan (Katekisasi GBKP, 2016).
Sedangkan untuk variabel psychological well-being, aspek positive
relation with others (hubungan positif dengan orang lain) memiliki nilai
yang lebih tinggi dan nilai terendah adalah environmental mastery
(penguasaan lingkungan). Pada pelayan khusus di gereja, perlu untuk
membangun hubungan positif dengan orang lain terkhusus pada
jemaatnya, dimana dalam penelitiannya Ryff mengatakan bahwa ketika
seseorang mampu membangun hubungan yang positif dengan jemaatnya
akan memberikan pengalaman yang lebih positif. Dimana melalui
pengalaman tersebut, maka seseorang akan mampu untuk bertumbuh dan
memaknai hidupnya dengan baik.
Sementara berdasarkan status jabatan mereka di gereja, Pertua dan
Diaken lebih memiliki tingkat perilaku prososial yang cukup tinggi. Hal
ini dikarenakan, Pertua dan Diaken yang berinteraksi secara langsung
dengan jemaat/anggota yang ada di GBKP, sehingga Pertua dan Diaken
lebih mampu untuk mengetahui situasi dan kondisi yang sedang dialami
oleh jemaatnya. Ketika Pertua dan Diaken mampu untuk memahami
situasi dan kondisi yang sedang dialami jemaatnya, maka hal tersebut akan
mendorong munculnya perilaku prososial. Sedangkan Pendeta memiliki

Universitas Sumatera Utara

62

tingkat psychological well-being yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
seorang Pendeta wajib menjalani sekolah teologia sebelum diangkat
menjadi Pendeta, maka hubungan pribadi dengan Sang Penciptanya lebih
dekat dan lebih mampu untuk memaknai kehidupan (Karina, 2015).

Universitas Sumatera Utara

63

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada bagian
sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Kesimpulan Utama
Perilaku prososial memiliki hubungan yang positif dengan
psychological well-being, dimana ketika seseorang memiliki tingkat
psychological well-being yang tinggi, maka akan meningkatkan
perilaku prososial.
2. Kesimpulan Tambahan
a. Wanita memiliki tingkat perilaku prososial yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita lebih
memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki, sehingga menyebabkan tingkat perilaku prososial pada
wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan
hal tersebut juga, wanita memiliki tingkat psychological wellbeing yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat
psychological well-being laki-laki.
b. Pada variabel perilaku prososial, Pendeta memiliki tingkat
perilaku prososial sebesar 64.63, Pertua sebesar 67.63 dan Diaken
sebesar 63. Sedangkan untuk variabel psychological well-being,

Universitas Sumatera Utara

64

Pendeta memiliki tingkat psychological well-being sebesar 69.00,
Pertua sebesar 64.76 dan Diaken sebesar 65.62.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian serta kesimpulan yang telah dijabarkan,
peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan penelitian terkait hubungan perilaku prososial dengan
psycological well-being selanjutnya. Adapun saran-saran yang diajukan
peneliti ialah:
1.

Saran Metodologis
a. Peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini,
khususnya

terkait

perilaku

prososial,

diharapkan

untuk

mengumpulkan informasi yang lebih banyak tentang latar
belakang subjek penelitian mendapat fenomena yang lebih luas
lagi.
b. Sampel untuk penelitian agar diperluas. Karena dalam penelitian
ini dilakukan di Berastagi yang memiliki adat yang masih sangat
kental.
c. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam tentang faktorfaktor yang mempengaruhi psycological well-being sehingga
dapat memperkaya penelitian.
d. Peneliti selanjutnya dapat membuat aitem yang lebih singkat,
padat, dan jelas atau mudah dipahami.

Universitas Sumatera Utara

65

e. Dalam penyebaran alat ukur, peneliti selanjutnya dapat
mengkoordinasikan penyebaran alat ukur dengan baik, agar lebih
efisien dalam penggunaan waktu dalam penyebaran alat ukur.
2. Saran Praktis
Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak gereja
terkhususnya Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dapat lebih
memfasilitasi kegiatan untuk pelayan khusus seperti memberikan
pelatihan ataupun seminar untuk membangun kesadaran diri
mengenai tanggung jawab terutama dalam perilaku menolong
(perilaku

prososial)

yang

akan

meningkatkan

kesejahteraan

psikologis (psychological well-being) pelayan khusus. Disamping
itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak GBKP untuk menyadari bahwa perilaku prososial dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologis (psychological well-being),
dan pada akhirnya perilaku prososial yang ditunjukkan oleh pelayan
khusus dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas terkhususnya
bagi jemaat GBKP.

Universitas Sumatera Utara