Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Usia lanjut merupakan suatu proses yang dialami setiap makhluk hidup,

menjadi tua adalah perubahan biologis yang terjadi pada semua tingkatan usia
secara terus-menerus sedangkan usia lanjut merupakan istilah yang digunakan
pada tahap akhir dari proses penuaan tersebut (Suardiman, 2011).
Jumlah populasi usia lanjut di dunia pada tahun 2015 mencapai 901 juta
yang terdiri atas 12% dari jumlah populasi global. Populasi usia lanjut pada tahun
2050 diproyeksikan lebih dari 2 kali lipat dari tahun 2015, yaitu mencapai 1,2
Milyar (United Nation, 2015). Asia menempati urutan pertama dengan populasi
lansia terbesar, dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia dan
sekitar 56% dari total populasi lansia di dunia. Sejak tahun 2000, persentasi
penduduk Indonesia melebihi 7% (Kemenkes RI, 2014). Menurut Badan Pusat
Statistika (2014), populasi usia lanjut di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa,
setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia dan diperkirakan pada
tahun 2050 jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa. Jumlah usia lanjut di kota
Binjai ada sekitar 18.583 orang atau setara dengan 18,70% (BKKBN, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah lansia yang ada di UPT pelayanan
sosial lanjut usia binjai adalah sebanyak 172 orang, dengan usia rata-rata diatas 60
tahun. Usia lanjut yang berusia diatas 60 tahun sering mengalami keluhan tentang
daya ingat, dan banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa meningkatnya usia
berhubungan dengan menurunnya kemampuan mengingat (Suardiman, 2011).

1

Universitas Sumatera Utara

2

Perubahan biologis yang terjadi pada usia lanjut adalah penurunan fisik,
penurunan berbagai fungsi indrawi, penurunan fungsi kesehatan dan penurunan
fungsi kognitif (Suardiman, 2011). Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan
penurunan fisiologis organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat
dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia
lanjut, kemampuan memberikan alasan secara abstrak, dan melakukan
perhitungan (Maryam et al, 2008).
Berdasarkan penelitian Ramadian, et al (2012) tentang gambaran fungsi

kognitif usia lanjut di tiga yayasan manula di kecamatan Kawangkoan didapatkan
hasilnya berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu pada
MMSE (24,6%) kemungkinan terganggu, dan (3,5%) terganggu, dan pada TMT-A
(94,7%) terganggu dan TMT-B (71,9%) terganggu. Berdasarkan usia dengan
pemeriksaan MMSE menunjukkan penurunan kognitif terbanyak pada usia 75-90
tahun dan berdasarkan tingkat pendidikannya dengan pemeriksaan MMSE
menunjukkan penurunan fungsi kognitif terbanyak terjadi pada tingkat pendidikan
SD.
Bentuk-bentuk penurunan fungsi kognitif yang dialami seseorang ketika
memasuki usia lanjut adalah kesulitan dengan fungsi ingatan atau dalam
mengekspresikan secara verbal atau berbicara (Suardiman, 2011).
Ingatan adalah kemampuan seseorang dalam penyimpanan informasi.
Penurunan daya ingat terjadi ketika seseorang memasuki usia lanjut. Hal tersebut
terjadi karena informasi yang diterima tidak diproses dan disimpan dengan baik
meskipun memang tidak semua informasi harus disimpan. Informasi yang di

Universitas Sumatera Utara

3


pandang penting dan menarik saja yang biasanya disimpan untuk suatu ketika
dapat diingat dan dipanggil kembali (Suardiman, 2011).
Menurut Sousa (2012 dalam Hidayati, et al., 2013) Usia lanjut sering
mengalami penurunan ingatan jangka pendek. Kondisi inilah yang membuat usia
lanjut lebih sukar mengingat peristiwa yang baru saja terjadi secara cepat,
misalnya nama orang yang baru saja diterima.
Berdasarkan penelitian Mongonsidi et al (2012) di Yayasan-yayasan
Manula Kecamatan Kawangkoan yang menyatakan bahwa penurunan daya ingat
lebih banyak terjadi pada lansia dengan usia yang lebih tua. Sedangkan pada
penelitian Ardiansyah & Khasanah (2012) di Panti Sosial Tresna Werdha yang
menunjukkan bahwa sebagian lansia masih mempunyai daya ingat yang normal
yaitu sebanyak 34%.
Melihat data diatas bahwa penurunan daya ingat sering terjadi pada lansia
dan masih ada sebagian lansia yang mempunyai daya ingat yang normal, karena
ada perbedaan daya ingat lansia di tempat yang berbeda tersebut maka peneliti
tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi penurunan daya
ingat lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
1.2.

Perumusan Masalah


Bagaimana Prevalensi Penurunan Daya Ingat Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Usia Lanjut Binjai.
1.3.

Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Bagaimana prevalensi penurunan daya ingat lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai?

Universitas Sumatera Utara

4

1.3.2. Bagaimana prevalensi penurunan daya ingat lansia dilihat dari usia,
jenis kelamin, suku, agama, dan tingkat pendidikan lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai?
1.4.

Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi penurunan daya ingat lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai?
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi penurunan daya ingat lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
b. Untuk mengetahui prevalensi penurunan daya ingat lansia dilihat dari usia,
jenis kelamin, suku, agama, dan tingkat pendidikan Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan masukan/informasi kepada institusi keperawatan
tentang prevalensi penurunan daya ingat lansia berdasarkan tingkat
pendidikan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
1.5.2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan masukan/informasi terhadap pelayanan keperawatan

khususnya keperawatan gerontik tentang prevalensi penurunan daya ingat
lansia berdasarkan tingkat pendidikan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Binjai.

Universitas Sumatera Utara

5

1.5.3. Bagi Penelitian Keparawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara