Hukum Tata negara Partai politik dan Sis

HUKUM TATA NEGARA
PARTAI POLITIK DAN SISTEM KEPARTAIAN
1. PENGERTIAN PARTAI POLITIK

Untuk mengetahui apa arti partai politik, sebelumnya mari Kita lihat beberapa
pengertian dari beberapa ahli politik mengenai partai politik, sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo (1998: 16)
Partai politik adalah organisasi atau golongan yang berusaha untuk memperoleh
dan menggunakan kekuasaan.
2. Sigmund Neuman (dalam Harry Eckstein dan David E. Apter (1963: 352)
Partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak
sepaham.
3. Carl J. Friedrich (dalam Budiardjo, 1998: 16)
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi
pimpinan partainya sehingga penguasaan itu memberikan manfaat kepada anggota
partainya baik yang bersifat ideal maupun material.
Bertolak dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partai politik
merupakan saluran utama untuk memperjuangkan kehendak rakyat, bangsa, dan negara

sekaligus sebagai sarana kondensasi dan rekrutmen kepemimpinan nasional. Oleh karena itu,
peserta pemilu presiden dan wakil presiden adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang penentuannya dilaksanakan secara demokratis dan
terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik atau kesepakatan antarpartai politik
yang bergabung.

2. KONSEP PARTAI POLITIK
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat akrab di lingkungan
kita. Sebagai lembaga politik, partai bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada. Kelahirannya
mempunyai sejarah cukup panjang, meskipun juga belum cukup tua. Biasa dikatakan partai
politik merupakan organisasi yang baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda
dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia baru ada di negara modern.1
Mengenai pengertian partai politik cukup banyak sarjana telah mengemukakan
pendapatnya antara lain sebagai berikut: Menurt Carr yang dikutip oleh Hafied Cangara,
“political party is an organization that attemps to achieve and maintain control of
government” (partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha untuk mencapai dan
memelihara pengawasan terhadap pemerintah).2
Menurut Carl Friendrich yang dikutip oleh Ramlan Surbakti dalam bukunya, memberi
batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan

tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimin
materiil dan idiil kepada para anggotanya. Sementara itu soultau menjelaskan partai politik
sebagai yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik,
dan yang memanaatkan kekuasaannya untuk kebijakan umum yang mereka buat.3
Secara umum dapat dirumuskan bahwa partai politik adalah sekelompok anggota
masyarakat yang terorganisir secara teratur berdasarkan ideologi/program dimana ada
keinginan para pimpinannya untuk merebut kekuasaan negara terutama eksekutif melalui
yang terbaik. Cara konstitusional dan ada seleksi kepemimpinan secara teratur dan berkala.
Jadi secara teori apapun namanya suatu organisasi politik/masyarakat apabila memenuhi
kriteria tersebut dapat dikategorikan sebagai partai politik.4

3. TUJUAN & FUNGSI
1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 397.
2 Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 208.
3 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 148.
4 Abu Daud Busroh, Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan : Konstitusi Sembilan Negara, (Bina Aksara,
Jakarta, 1987), hal. 156.

Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara,
serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Partai Politik memiliki tujuan dan fungsi yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah melalui UndangUndang Nomor 2 Tahun 2011, yaitu ;
1. Tujuan umum Partai Politikpasal 10 (1) UU nomor 2 tahun 2008 adalah:
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
b.
c.

1945
Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik

d.

Indonesia; dan
Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.


2. Tujuan khusus Partai Politik pasal 10 (2) UU nomor 2 tahun 2008adalah:
a. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;
b. Memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; dan
c. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3. Tujuan Partai Politik sebagaimana dimaksud padapasal 10 ayat (1)dan (2) UU
nomor 2 tahun 2008 diwujudkan secara konstitusional. Adapun fungsiPartai
Politikadalah sebagai sarana : pasal 11 UU nomor 2 tahun 2008
a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat;
c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme

demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

f. Fungsi Partai Politik sebagaimana dimaksud diatas harus diwujudkan secara
konstitusional.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah
melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, pada pasal 12 dan pasal 13 telah
menggariskan hak dan kewajiban Partai Politik, sebagai berikut ;
1. Partai Politik berhak:
a. Memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara;
b. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri;
c. Memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar Partai Politik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. Ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta
kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan;
e. Membentuk fraksi di tingkat Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan
Perwakilan

Rakyat


Daerah

kabupaten/kota

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan;
f. Mengajukan calon untuk mengisi keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan;
g. Mengusulkan pergantian antarwaktu anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan;
h. Mengusulkan pemberhentian anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan;
i. Mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon Gubernur
dan Wakil Gubernur, calon Bupati dan Wakil Bupati, serta calon Walikota dan

Wakil Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. Membentuk dan memiliki organisasi sayap Partai Politik; dan
k. Memperoleh bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Partai Politik berkewajiban:
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan peraturan perundang - undangan;

b. Memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Indonesia;
Berpartisipasi dalam pembangunan nasional;
Menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia;

Melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik anggotanya;
Menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum;
Melakukan pendaftaran dan memelihara ketertiban data anggota;
Membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan

yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat;
i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara berkala
1 (satu) tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan;
j. Memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum; dan
k. Menyosialisasikan program Partai Politik kepada masyarakat.
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahanan kekuasaan guna
mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. 5 Namun, partai
politik juga melaksanakan sejumlah fungsi lain. Fungsi lain tersebut adalah:
A. Sosialisasi politik
Sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota
masyarakat, melalui proses sosialisasi politik inilah masyarakat mengetahuinya arti
pentingnya politik beserta instumen-instumennya. Sosialisasi politik kemudian menghasilkan

budaya politik politik dalam bentuk perilaku politik yang tidak destruktif, mengutamakan
konsensus disbanding menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan konflik, mempunyai
pertimbangan yang rasional dalam menentukan pilihan atau membuat keputusan yang
kemudian perilaku seperti akan menjadi modal untuk pelaksanaan demokrasi (kedewasaan
demokrasi).
B. Rekrutmen politik
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik
pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Dari partai politiklah diharapakan ada
proses kaderisasi pemimpin-pemimpin ataupun individu-individu yang mempunyai
5 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 148

kemampuan untuk menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan jabatan yang mereka
pegang. Dalam alam demokrasi walaupun individu disini diberikan kesempatan sama untuk
mencapai derajat tertentu, untuk mendapatkan suatu hal tetapi ada aturan bagaimana cara
individu tersebut mencapai hal tersebut melalui undang-undang atau peraturan yang ada.
Dengan adanya partai politik maka individu-individu tadi akan lebih mudah untuk
mendapatkan keinginya di bidang politik, dalam artian walaupun tanpa partai politikpun bisa
mendapatkannya tetapi tentunya akan lebih sulit.
C. Partisipasi politik

Partai politik dengan fungsi komunikasi dan sosialisasi politiknya akan membawa
kepada pencerahan yang rasional kepada masyarakat untuk kegiatan politik. Dengan fungsi
tersebut kemudian diharapkan akan memunculkan kesadaran masyarakat terkait nasibnya di
masa yang akan datang. Nasib mereka dimasa yang akan datang tersebut akan sangat
bergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat
ataupun pemerintah daerah, presiden, gubernur atau walikota dan bupati, apakah itu dewan
perwakilan rakyat pusat atau dewan perwakilan daerah. Dari pihak-pihak tersebutlah
kebijakan yang ditujukan untuk mengalokasikan nilai-nilai (ekonomi, pendidikan, kesehatan
dan yang lain) akan dibuat dan diperuntukan kepada masyarakat luas. Partisipasi politik ialah
kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpinan pemerintah.
D. Pemandu kepentingan
Dalam masyarakat terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda bahkan acapkali
bertentangan, seperti antara kehendak mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan
kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan harga murah tetapi bermutu; antara
kehendak untuk mencapai efisiensi dan penerapan teknologi yang canggih, tetapi
memerlukan tenaga kerja yang sedikit, dan kehendak untuk mendapat dan mempertahankan
pekerjaan; antara kehendak untuk mendapatkan dan mempertahankan pendidikan tinggi yang
bermutu tinggi, tetapi dengan Kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai
kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum,

kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Itulah
yang dimaksud dengan fungsi pemandu kepentingan.
E. Komunikasi politik

Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari
pemerintahan kepada masyarakat dan dari masyarakat ke pemerintah. Informasi merupakan
hal yang sangat penting ketika kita berbicara organisasi modern, karena organisasi
(Pemerintah) tersebut akan dapat mempertahan kekuasaan ketika mengerti apa saja yang
menjadi kebutuhan dari masyarakatnya. Banyak rezim di dunia ini yang tidak dapat
mempertahankan kekekuasaannya yang dikarenakan mereka tidak mengerti apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat sehingga dari situ muncul ketidak puasan masyarakat kepada
penguasanya yang kemudian berujung pada proses penggantian penguasa baik itu dengan
cara yang diatur secara konstitusi ataupun dengan kudeta. Disisi lain informasi juga
dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengetahui sejauh mana pemerintah dalam menjalankan
fungsinya, dengan cara seperti apa dan bagaimana capaian yang dikehendaki. Partai politik
ini berada diantara pemerintah dan masyarakat, sehingga sangat strategis posisinya dalam
hubungan ini. Dalam hubunga ini tentunya akan sangat tergantung di pihak mana partai
politik berada, apakah di pihak pemerintah ataukah oposisi, tentunya hal ini akan
mempengaruhi isi dari pemberian informasi yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan
sudut pandang atau nilai nilai yang diperjuangkan.
F. Pengendalian konflik
Berbicara konflik ini kemudian akan berkaitan dengan kepentingan, konflik ini
muncul karena ada kepentingan-kepentingan yang berbeda saling bertemu. Kepentingan
disini adalah kepentingan dari orang, kelompok, atau golongan-golongan yang ada dalam
masyarakat. Mengingat di dalam masyarakat Indonesia khususnya, dimana dengan berbagai
macam keberagaman yang ada baik itu golongan, agama, etnis ataupun yang bersifat sektoral.
Tentunya akan banyak sekali kepentingan yang akan saling berbenturan, hal ini tentunya akan
membawa dampak yang luar biasa ketika dibiarkan begitu saja. Memang konflik dalam
masyarakat itu tidak bisa dihilangkan tetapi yang harus dilakukan adalah bagaimana
memanajemen konflik tersebut supaya konflik tersebut sifatnya tidak merusak hubunga antar
golongan tadi dengan cara-cara kekerasan.
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan
konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan
memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan pihak-pihak yang berkonflik dan membawa
permasalahan kedalam musyarawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan
penyelesaian berupa keputusan politik.

G. Kontrol politik
Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan
penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintahan. Produk dari pemerintahan ada suatu kebijakan, kebijakankebijakan ini yang kemudian akan menyangkut kepentingan masyarakat secara umum. Baik
buruknya kebijakan tentunya sangat bisa diperdebatkan mengingat kebijakan pemerintah
tidak akan pernah mungkin bisa memberikan kepuasan kepada semua orang. Permasalahan
yang muncul adalah kepada siapa kebijakan itu akan memberi keuntungan. Pada titik inilah
kemudian kontrol partai politik memainkan fungsinya untuk menyikapi suatu kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah terkait kelemahan yang ada dan kemana alokasi nilai-nilai dari
kebijakan itu akan diberikan.
Ketika suatu kebijakan telah dibuat dan dimplementasikanpun perang partai politik
masih diperlukan untuk mengawal kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk
apa kebijakan itu dibuat. Ketika kebijakan itu sudah menjadi keputusan tidak serta merta
dapat menyelesaikan permasalahan seperti yang telah direncanakan. Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi berhasil tidaknya kebijakan tersebut dalam menyelesaikan masalah.
Faktor pelaksana kebijakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, karena
dibanyak kasus banyak kebijakan itu gagal atau kurang berhasil yang diakibatkan oleh pelaku
atau oknum yang mengejar kepentingan pribadinya.6
5. SISTEM KEPARTAIAN
Sistem kepartaian adalah perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik dalam
sebuah sistem politik. Artinya bahwa tujuan utama dari partai politik itu sendiri adalah
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun
dengan berdasarkan pada ideologi tertentu, maka merealisasikan program-program tersebut,
partai politik yang ada berinteraksi satu sama lainnya dalam sebuah sistem kepartaian.
Menurut meurice duverger, sistem kepartaian dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bentuk yaitu sistem partai -tunggal, sistem dwi-partai, sistem multi-partai.
1. Sistem partai-tunggal

6 Ibid, hal. 149-154.

Pola partai tunggal menunjukkan suasana yang non-kompetitif karena semua partai
harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan untuk bersaing
dengannya. Tujuannya adalah untuk menghindari gejolak-gejolak sosial politik yang
menghambat usaha-usaha pembangunan atau untuk mengintegrasikan aneka golongan yang
ada dalam suatu negara.
2. Sistem dwi-partai
Sistem dwi-partai biasa diartikan bahwa terdapat dua partai diantara beberapa partai,
yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran dan
demikian memiliki kedudukan yang dominan. Dalam sistem ini partai dibagi menjadi dua
yakni, pertama, partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan yang
kedua, partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilu). Dalam sistem ini partai yang kalah
bertindak sebagai loyal opposition bagu pihak yang menang. Dalam persaingan
memenangkan pemilihan umum kedua partai akan berusaha untuk merebut dukungan orangorang yang berada di tengah kedua partai tersebut dan sering dinamakan pemilih terapung
(floating voter) atau pemilih tengah (median voter). Sistem dwi-partai ini dapat berjalan
dengan baik apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Komposisi masyarat yang sifatnya homogen.
b. Adanya konsensus yang kuat dalam masyarat mengenai asas dan tujuan sosial dan
politik.
c. Adanya kontinuitas sejarah

3. Sistem multi-partai
Sistem multipartai adalah sistem kepartaian suatu negara yang memiliki banyak partai
dan tidak hanya satu partai saja yang dominan.
Runtuhnya orde baru sungguh sangat mencengangkan banyak pihak. Di tambah lagi
dengan munculnya kembali fenomena multi partai yang selama ini dianggap telah terkubur
setelah runtunya orde lama. Persoalan utama yang menyebabkan kegagalan sistem
multipartai pada periode 50-an adalah ketidak mampuan mereka menyadari arti penting
koalisi. Koalisi yang mereka bentuk pada waktu itu hanya sekedar mencari rekan partai untuk
mempertahankan kekuasaan kabinet. Oleh karena itu mereka banyak yang mengalami

kegagalan berkoalisi. Dan kegagalan itu mengundang ketidaksabaran militer untuk
melakukan intervensi. Campur tangan militer tersebut meruntuhkan semua sendi sistem
multipartai yang dibngun pada era demokrasi liberal.
Ketika Soeharto lengser, maka Habibie mencanangkan diberlakukannya kembali
sistem multipartai. Setelah diberlakukannya kembali sistem multipartai tersebut, muncullah
banyak harapan bahwa sistem tersebut akan membantu menemukan jati diri partai politik.
Perubahan yang sangat mendadak tersebut menumbuhkan kegairahan politik yang luar biasa.
Selain itu, mendorong kembali semangat berpolitik yang nyaris padam akibat otoriterisme
orde baru. Munculnya partai politik yang baru dalam jumlah yang banyak adalah wujud
protes keras dari masyarakat politik yang tertekan selama puluhan tahun.

Umunya dianggap keberagaman budaya politik dalam suatu masyarakat akan
mendorong pilihan ke arah sistem yang sifatnya multi-partai. Dalam sistem kepartaian ini
tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk sistem pemerintahan sendiri,
sehingga terpaksa harus membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Dalam keadaan
semacam ini partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi
dengan mitranya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai
yang duduk dalam koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya dalam parlemen bisa
hilang. Di lain pihak, partai-partai oposisi kurang memainkan peranannya yang jelas karena
sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan dengan
membentuk koalisi yang baru. Hal seperti ini akan menyebabkan sering terjadinya siasat yang
berubah-ubah menurut kegentingan yang dihadapi masing-masing partai. Lagi pula, sering
kali partai-partai oposisi tidak dapat menyusun program alternatif bagi pemerintah.
Indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi partai.
Sistem ini telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-beda. Mulai
1989 Indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem multi partai yang mengambil unsurunsur positif dari pengalaman masa lalu dan menghindari unsur negatifnya. Sistem kepartaian
multi partai dianggap cocok untuk masyarakat Indonesia, hal ini mengingat keanekaragaman
budaya politik masyarakat Indonesia. Perbedaan tajam yang ada dalam masyarkat yaitu
meliputi ras, agama, atau suku bangsa mendorong golongan-golongan masyarakat lebih
cenderung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primordial) dalam satu wadah yang sempit

saja. Hal ini dijadikan alasan bahwasanya pola sistem multi partai lebih sesuai dengan
pluralitas budaya politik daripada sistem politik tunggal maupun sistem politik dwi partai.7

5. PARTAI DAN SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA
Sistem Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam
pasal 6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan
paling tidak ada dua partai atatu lebih yang bergabung untuk mengusung seorang calon
pasangan presiden dan wakio presiden dan bersaing dengan calon lain yang diusulkan partaipartai lain. Ini artinya sistem kepartaian di Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai
politik atau lebih.
Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal tersebut.
Melalui Keputusan Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum pertama tahun 1955 diikuti
oleh 29 partai politik dan juga peserta independen.
Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu banyaknya
partai politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden Soeharto pada waktu
itu memiliki agenda untuk menyederhanakan jumlah partai politik peserta pemilu. Pemilu
tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik dan pada tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga
partai politik saja. Presiden Soeharto merestrukturisasi partai politik menjadi tiga
partai(Golkar, PPP, PDI) yang merupakan hasil penggabungan beberapa partai. Walaupun jika
dilihat secara jumlah, Indonesia masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli
politik menyatakan pendapat sistem kepartaian saat itu merupakan sistem kepartaian tunggal.
Ini dikarenakan meskipun jumlah partai politik masa orde baru memenuhi syarat sistem
kepartaian multi partai namun dari segi kemampuan kompetisi ketiga partai tersebet tidak
seimbang.
Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi
masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai
politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai

7 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 419-420.

politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu
sangat jauh berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini
disebabkan telah diberlakukannya ambang batas (Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999
tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu
selanjtnya adalah parpol yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai
politikyang tidak mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara
bergabung

dengan

partai

lainnya

dan

mendirikan

parpol

baru.

tuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti
persentasi Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%.
Begitu juga selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.8

DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Busroh , Abu Daud, Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan : Konstitusi Sembilan
Negara, Jakarta : Bina Aksara, 1987.
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta, Rajawali Pers,
2009.
Mellaz, August, Keserentakan Pemilu dan Penyederhanaan Kepartaian,
Amal,Ichlasul.“Teori-Teori Mutakhir Partai Politik ”.PT Tiara Wacana,Yogyakarta. 1996
SexioYuni Noor Sidqi, Anomali Sistem Presidensial Indonesia (Evaluasi Praktek Politik
Parlementarian, Jurnal Hukum, Nomor 3, Volume 15, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta 2008, hal. 32 – 59
Joeniarto, Cetakan Kedua 1984, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, P.T. Bina
Aksara, Jakarta

8 Ibid.