Penerapan Sistem Reward dan Punishment m

UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI E-KINERJA DI KOTA
BANDA ACEH
oleh
Amelia Ayang Sabrina

(1306383243)

Annisa Sista Nandasari

(1306383136)

Artika Pertasari

(1306415554)

Imas Qurhothul A

(1306383155)

Rysa Yulianda


(1306383275)

Suci Febrianti

(1306383312)

ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPOK, 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini disajikan mengenai latar belakang masalah,
permasalahan dan tujuan penulisan makalah ini.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kinerja pelayanan publik memiliki peran yang krusial dalam perwujudan
tujuan bernegara. Peran pelayanan publik sendiri dapat terlihat melalui tiga tugas
atau peran pemerintah menurut Adam Smith (1776) yang mana dibagi menjadi
tiga tugas utama, yaitu negara mampu melindungi rakyat dari kekerasan dan

invasi negara lain yang diakomodir oleh kekuatan militer, menciptakan keadilan
dan pemerataan, dan menegakkan serta menjaga institusi publik dan membuatnya
bekerja, yang mana dapat memberikan derajat kebermanfaatan tertinggi bagi
masyarakat sebagaimana diartikan dalam kutipan berikut “The third and last duty
of the sovereign or commonwealth is that of erecting and maintaining those public
institutions and those public works, which, though they may be in the highest
degree advantageous to a great society,...” (Smith, 1997: 559). Peran ketiga
menunjukkan bagaimana apa yang dikerjakan oleh institusi publik sebagai
penyedia pelayanan publik memiliki peran terbesar yang diakomodir negara untuk
masyarakat.
Indonesia, sebagai sebuah negara kesatuan memiliki target untuk
mewujudkan kesejahteraan sebagai salah satu tujuan bernegara yang mana
tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan ini diakomodir
dalam setiap pelayanan publik yang ada. Sesuai apa yang dikemukakan oleh
Adam Smith dalam peran negara tersebut, apa yang dikerjakan oleh institusi
publik sebagai penyedia pelayanan publik memiliki peran yang cukup besar dalam
mencapai tujuan bernegara itu sendiri. Apa yang dikerjakan oleh institusi publik di
Indonesia tentu tergambar melalui kinerja pelayanan publiknya. Sayangnya,
kinerja pelayanan publik di Indonesia masih tergolong buruk. Tim Penilai Kinerja
Pelayanan Publik menyatakan hasil survei tahun 2011 yang dilakukan oleh World

Bank terhadap 183 negara, Indonesia menempati urutan ke 129 (Ombudsman,
2013). Indonesia masih kalah dengan India, Vietnam bahkan Malaysia sudah

menempati urutan 61 dan Thailand berada di urutan ke 70. Sementara itu,
Publikasi World Bank Doing Business 2013 yang dilansir oleh International
Finance Corporation (IFC), sebuah unit investasi World Bank menempatkan
Indonesia pada peringkat ke-128, atau membaik 2 peringkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, terkait dengan kemudahan memulai usaha (prosedur, waktu,
biaya, dan pembayaran kebutuhan modal nominal) (Ombudsman, 2013). Posisi
Indonesia dalam daftar tersebut diapit oleh Ethiopia dan Bangladesh.
Rendahnya kualitas kinerja pelayanan publik ini dapat disebabkan oleh
berbagai

aspek

dalam

birokrasi

pemerintah.


Kwik

Kian

Gie

(2003)

mengemukakan bahwa permasalahan birokrasi yang turut menjadi penyebab
rendahnya kinerja pelayanan publik di Indonesia diantaranya adalah (a) rencana
kerja dan penugasan yang tidak jelas; (b) sistem rekruitmen tidak sesuai dengan
prosedur dan kebutuhan; (c) masih rendahnya penegakkan sistem ganjaran dan
hukuman; dan (d) tidak adanya ekspose kinerja birokrasi pemerintah secara
transparan sehingga tidak ada umpan balik untuk perbaikan kinerja. Melalui
pendapat tersebut, dapat terlihat bahwa penyebab-penyebab rendahnya kualitas
kinerja pelayanan publik menempatkan aparatur sipil negara atau birokrat sebagai
perhatian utama yang memiliki peran penting dalam peningkatan kinerja
pelayanan publik.
Penegakkan sistem ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) menjadi

salah satu perhatian reformasi birokrasi di bidang sumber daya aparatur yang
sudah banyak dipraktekkan baik di tingkat pusat maupun daerah. Sistem ini
mengakomodir adanya penghargaan yang dapat berupa insentif bagi pegawai
pemerintah yang menunjukkan kinerja yang baik dan hukuman bagi pegawai
pemerintah yang melanggar aturan. Sistem ini banyak dilakukan di kalangan
pemerintah daerah dan biasanya diberikan dalam bentuk pemberian insentif uang.
Namun, hal yang berbeda dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh.
Pemerintah kota Banda Aceh mengaplikasikan sistem reward dan punishment
dalam bentuk insentif berupa uang tunai sebesar Rp 5.000.000,- bagi PNS yang
mendapatkan predikat Best Performance setelah sebelumnya menggunakan
insentif berupa voucher umroh bagi tiga pegawai berprestasi (Habadaily.com,
2015). Pemerintah kota Banda Aceh juga mendapatkan penghargaan sebagai Top

99 Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia Tahun 2014 oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Inovasi yang
dilakukan pemerintah kota Banda Aceh selain perbedaan pada bentuk sistem
reward dan punishment, juga dilakukan pada pengukuran kinerja yang dilakukan
secara elektronik melalui sistem e-Kinerja. Penerapan program e-kinerja melalui
aplikasi ini menjadi salah satu instrumen pendukung dalam mengukur beban kerja
efektifitas jabatan, efektifitas unit, komposisi pegawai pada sebuah unit/SKPD

serta sebagai dasar perhitungan prestasi kerja dan pemberian insentif kerja serta
menjadi dasar dalam menerapkan kebijakan atau pengambilan keputusan di
bidang kepegawaian bagi pimpinan daerah.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan

penjelasan

mengenai

latar

belakang

tersebut,

dapat

disimpulkan rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah Bagaimana
pengaruh sistem reward dan punishment serta sistem pengukuran kinerja melalui

e-Kinerja yang dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh terhadap peningkatan
kinerja pelayanan publik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
sistem reward dan punishment serta sistem pengukuran kinerja melalui e-Kinerja
yang dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh terhadap peningkatan kinerja
pelayanan publik.

BAB 2
KERANGKA TEORI

Performa dari pemerintah yang meliputi para aktor birokrasi atau yang
biasa disebut birokrat, struktur dan prosedur organisasi serta teknologi merupakan
hal yang paling dituntut untuk mendukung proses pelaksanaan pelayanan publik.
Namun, pada kenyataannya masih terdapat masalah yang dihadapi terkait dengan
performa dari birokrat yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Birokrat
seringkali tidak responsif terhadap tuntutan dari masyarakat dan memberikan
performa pelayanan yang cenderung masih lamban. Berkaitan dengan hal ini,
perlu dilakukan Performance Improvement atau Peningkatan Kinerja.
2.1 Performance Improvements atau Peningkatan Kinerja

Pada dasarnya patokan dasar dari peningkatan kinerja adalah kinerja itu
sendiri. Kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu
dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama
(http://sumut.kemenag.go.id/). Dalam peningkatan kinerja yang dilihat adalah
tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Terkait hal diatas pemerintah kota Banda Aceh melihat sejauh mana PNS
berfungsi sesuai jabatan dan sejauh mana tercapainya rencana strategis organisasi.
Peningkatan kinerja dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya
adalah melalui penilaian kinerja, melalui upaya peningkatan pendidikan, melalui
pelatihan, melalui peningkatan karir, melalui peningkatan penghasilan, melalui
penghargaan dan perlindungan, melalui belajar kelompok, melalui belajar mandiri
dari individu organisasi dan memberikan reward dan punishment atau melalui
berbagai cara lainnya yang disesuaikan dengan budaya organisasi masing-masing.
Dalam penulisan makalah ini, penulis fokus pada penggunaan teori
reward dan punishment sebagai bentuk upaya peningkatan kinerja. Penjelasan
teori reward dan punishment adalah sebagai berikut:

2.2 Reward dan Punishment
Reward sering diartikan sebagai penghargaan atau ganjaran dan

punishment sering diartikan sebagai hukuman. Antara reward dan punishment
memiliki dua makna yang berlawanan. Reward lebih menitikberatkan kepada
reinforcement positif sedangkan punishment lebih menitikberatkan kepada
reinforcement negatif namun dapat berubah menjadi alat motivasi jika digunakan
secara tepat dan bijak.
Reward dan punishment secara satu kesatuan dibahas dalam teori belajar
perilaku yang dikemukakan oleh Skinner. Skinner (dalam Budayasa, 1998 dalam
Rosdiana, 2013) menyebutkan bahwa dalam teori belajar perilaku diterapkan
prinsip bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi segera dari perilaku
tersebut. Konsekuensi yang ada dapat berupa konsekuensi yang menyenangkan
(reward atau penguat) dan konsekuensi yang tidak menyenangkan (punishment).

BAB 3
METODE KAJIAN
Penulisan makalah ini menggunakan teknik pengumpulan data studi
dokumen dan penulisan secara deskriptif. Metode dokumen menurut Payne
dan

Payne


(2004)

mengkategorisasi,

adalah

teknik-teknik

menginterpretasi,

yang

menyelidiki,

digunakan
menafsirkan

untuk
dan


mengidentifikasi keterbatasan fisik sumber dokumen yang umumnya
dokumen tertulis baik dalam domain publik ataupun swasta (Mogalakwe,
2006). Dalam hal ini, penulis memperoleh data dari domain publik yang
dibuat oleh pemerintah Kota Banda Aceh yaitu website e-kinerja, selain itu
data juga diperoleh dari sumber media elektronik yang memuat berita tentang
e-kinerja yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.

Penulisan

makalah ini menggunakan model deskriptif yang menggambarkan detail
spesifik mengenai situasi, pengaturan sosial, atau sebuah hubungan (Neuman,
2007, hal.16). Penulisan ini termasuk dalam penulisan deskriptif karena
penulisan ini ditujukan untuk menggambarkan bagaimana sistem monitoring
kinerja PNS yang dilakukan oleh Kota Banda Aceh yang diterapkan melalui ekinerja dapat mempengaruhi performance improvement dari PNS Kota Banda
Aceh.

BAB 4
PEMBAHASAN
Bab pembahasan berisi mengenai profil Kota Banda Aceh, latar belakang
penerapan aplikasi e-kinerja, dampak dari penerapan aplikasi e-kinerja, sistem
reward dan punishment dalam e-kinerja, permasalahan e-kinerja dan evaluasi
dalam sistem e-kinerja.
4.1 Profil Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh merupakan salah satu kota di Indonesia yang terletak di
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (bappeda.bandaacehkota.go.id). Jumlah
penduduk Kota Banda Aceh pada 2014 tercatat sebanyak 267.340 jiwa
(www.bandaacehkota.go.id). Dari angka tersebut, jumlah penduduk laki-laki
lebih banyak dari perempuan. Jumlah laki-laki tercatat sebanyak 138.007 jiwa,
sementara perempuan 129,333 jiwa. Kota Banda Aceh lebih menekankan nilainilai islami dalam berbagai kehidupan organisasinya. Hal ini dapat terlihat dalam
visi Kota Banda Aceh, yaitu “Terwujudnya Aparatur Pemerintah Kota Banda
Aceh yang Profesional dan Islami”. Dalam rangka mencapai visi tersebut
pemerintah Kota Banda Aceh menitikberatkan pada profesionalitas dan nilai islam
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Kota Banda Aceh antara lain Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, Badan Kepegawaian, Badan Pendidikan dan BadanBadan Pelatihan. Strategi yang digunakan untuk mencapai visi tersebut,
Pemerintah Kota Banda Aceh berusaha meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintah kepada publik. Peningkatan kualitas pelayanan ini ditandai dengan
semakin kuatnya kelembagaan SKPD dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi pelayanan kepada aparatur dan masyarakat. Bentuk dari upaya pemerintah
Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kinerja dari pegawai dalam memberikan
pelayanan adalah dengan menciptakan sistem pengukuran kinerja berbasis
elektonik.
4.2 Latar Belakang E-kinerja

Sistem e-kinerja yang diterapkan oleh Banda Aceh sejak tahun 2012
termasuk sebagai Top 33 dalam kompetisi inovasi pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh Kementerian PANRB awal tahun 2014 lalu. Sistem e-kinerja
yang dilakukan oleh pemerintah Aceh ini tentunya dilatarbelakangi oleh beberapa
permasalahan yang terjadi pada pegawai negeri sipil pada saat itu. Rendahnya
kinerja pegawai sipil pada saat itu menjadi alasan utama bagi pemerintah untuk
menerapkan e-kinerja ini. Selain itu sulitnya pengukuran terhadap kinerja PNS,
terkadang membuat penilaiannya sangat subjektif dan sangat banyak ditemui
penilaian kinerja dilakukan atas rasa suka dan tidak suka. Akibatnya pegawai yang
rajin ataupun yang malas akan mendapatkan penghasilan yang sama. Jika
pemerintah menemukan pegawai yang malas pun susah untuk diberikan hukuman
atau punishment. Hal ini dikarenakan tidak adanya bukti yang menunjukkan
pegawai tersebut malas dalam bekerja. Selain itu, jenjang karir dari PNS juga
tidak dinilai secara objektif karena promosi dan mutasi pun dilakukan berdasarkan
penilaian subjektif dari atasan. Disamping alasan tersebut banyaknya jumlah
pegawai di Aceh menyulitkan pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap
kinerja dari PNS dan juga pengembangan dari pegawai itu sendiri. Dari sisi
kelembagaan pun, penilaian kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga
sulit untuk diukur karena hanya fokus pada serapan anggarannya saja. Padahal
masalah transparansi anggaran yang belum optimal dan kinerja PNS juga tidak
terdokumentasi dengan baik. Akhirnya pada tahun 2010, dengan menggunakan
tenaga Information Technology pemerintah kota Aceh mencoba untuk membangun
sendiri sebuah sistem yang dapat memudahkan melakukan monitoring seluruh
kegiatan pegawai pemerintah kota Aceh. Sistem inilah yang disebut dengan ekinerja.
Sebelum diterapkannya sistem e-kinerja ini, penilaian kinerja pegawai
negeri sipil dilakukan dengan menggunakan DP-3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan) yaitu daftar yang memuat hasil penilaian pelaksanaan pekerjaaan
seorang PNS dalam jangka waktu satu tahun. Dengan daftar DP-3 ini menjadi
pertimbangan dalam kenaikan pangkat penempatan dalam jabatan, pemindahan,
kenaika gaji, mutasi, atau lain sebagainya. Setelah diterapkannya e-kinerja ini,

maka PNS wajib menginput pekerjaannya secara harian atau paling lambat
seminggu. Input itu langsung dinilai oleh atasan dan tim penilai.
4.3 Sistem dan Dampak E-kinerja
E-Kinerja merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan oleh
Pemerintah Kota Banda Aceh untuk menganalisis kebutuhan jabatan/unit kerja
organisasi

di lingkungan

Pemerintah

Kota

Banda Aceh. Aplikasi ini

dikembangkan untuk memudahkan aparatur dalam menginput kegiatan dan
membuat laporan Lembar Kerja Harian. Pembuatan aplikasi ini diharapkan
mampu menjadi salah satu pendukung bagi pimpinan dalam mengambil
keputusan terkait dengan kinerja pegawai, unit kerja dan satuan kerja. Proses eKinerja bekerja dalam satu alur untuk mengukur kinerja dari pegawai. Alur ini
dimulai dari pengelola aplikasi hingga sampai kepada Trio Pemerintahan di Kota
Banda Aceh yaitu sebutan bagi Walikota, Wakil Walikota dan Sekretaris daerah.
Alur proses e-Kinerja dapat dilihat dalam bagan berikut:

Aplikasi e-Kinerja mengukur kualitas kinerja pegawai berdasarkan
ANJAB (Analisis Jabatan) dan ABK (Analisis Beban Kerja), sesuai dengan
dimana ANJAB ini bisa diakses oleh publik sedangkan pada ABK hanya dapat
digunakan oleh internal Pemerintah Kota Banda Aceh. ANJAB bertujuan untuk
menjelaskan apa saja fungsi dan tugas dari jabatan pegawai. ABK digunakan oleh

pegawai untuk menginput laporan kerja harian dan digunakan oleh pimpinan
untuk mengetahui kinerja dari pegawai dan satuan/unit kerja. Dengan adanya
ANJAB dan ABK, pimpinan dapat dengan mudah memantau kinerja dari
pegawainya sehingga dapat memberikan reward ataupun punishment.
Dampak dari e-kinerja ini dapat dirasakan secara langsung oleh pegawai
itu sendiri. Dampaknya yaitu pemberian tunjangan prestasi yang dulunya
diberikan dengan asas equal sekarang menjadi equal job for equal pay. Selain
bagi PNS, dampak dari e-kinerja juga dirasakan oleh pimpinan SKPD, Trio
(Walikota, Wakil Walikota, dan Sekretaris Daerah) serta publik. Walikota dapat
mengetahui beban kerja dan tupoksi bawahan, sehingga bisa mengetahui prestasi
kerjanya, dan menjadi instrumen pengawasan yang efektif. Selain itu, pimpinan
SKPD dapat menghitung jumlah dan kebutuhan pegawai yang ideal. Publik juga
dapat mengetahui profil kelembagaan, struktur organisasi, peta dan korelasi
jabatan serta informasi jabatan yang meliputi spesifikasi dan syarat jabatan dan
juga menciptakan transparansi dan informasi kinerja dari SKPD. Pemerintah juga
dapat memonitor seluruh pegawainya dengan cepat, ringkas, dan efisien karena
bisa memberikan informasi secara cepat dan tepat tentang efektifitas dan efisiensi
jabatan serta unit kerja, prestasi kerja jabatan dan unit kerja, jumlah kebutuhan
pegawai, serta standar norma waktu kerja.
4.4 Sistem Reward dan Punishment dalam e-kinerja
Melalui e-kinerja ini, setiap atasan dalam sebuah badan dapat mengetahui
dengan jelas kinerja dari pegawai negeri sipil. Kalau pun pegawai menunjukkan
kinerja yang kurang baik, atasan bisa memberikan punishment atau hukuman pada
pegawai tersebut. Hal ini dikarenakan atasan atau pimpinan memiliki bukti berupa
laporan yang dibuat oleh pegawai itu setiap harinya. Atau sebaliknya, pemimpin
juga bisa memberikan reward kepada pegawai yang menunjukkan kinerja yang
baik. Reward yang diberikan pun memiliki bukti yang jelas, bukan berdasarkan
rasa suka atau tidak suka terhadap pegawai yang bersangkutan.
Sistem reward yang diterapkan melalui e-kinerja ini dapat dilihat seperti
pada tanggal 30 November 2015 lalu, walikota Aceh, Hj Illiza Saaduddin Djamal
SE, memberikan reward kepada 12 orang PNS berupa penghargaan the best

perfomance

yang

masing-masing

PNS

mendapatkan

uang

sebesar

Rp5.000.000,00. Selain itu, walikota Aceh juga memberikan reward kepada 90
keuchik (orang yang dipilih dan dipercaya oleh masyarakat serta diangkat oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk memimpin pemerintahan gampong atau
wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat terendah
dan berhak menyelenggarakan pemerintahannya sendiri berupa handy talky untuk
mempermudah dalam koordinasi penanganan bencana di daerah masing-masing.
Untuk penerapan sistem punishment atau sanksi bagi PNS yang melanggar aturanaturan maka akan dikenakan sanksi berupa pemotongan tunjangan kerja sampai
dengan pemecatan. Mengenai hal ini belum ditemukan kasus pemecatan PNS
karena melanggar hal tersebut.
4.5 Permasalahan e-Kinerja
Pada realitanya, penerapan e-kinerja di Kota Banda Aceh masih
mengalami beberapa permasalahan (acehprov.go.id). Permasalah pertama yaitu
adanya kecenderungan PNS melakukan spekulasi terhadap pengisian e-kinerja.
Rata-rata PNS di Kota Banda Aceh mengisi analisis beban kerja pada akhir bulan.
Padahal, semestinya proses pengisian analisis beban kerja dilakukan setiap hari.
Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi tim penilai e-kinerja di Kota Banda Aceh.
Akibatnya, sering terjadi perubahan nilai menjelang akhir penutupan buku ekinerja sehingga kadangkala nilai buku e-kinerja yang awalnya E alias nol bisa
berubah jadi B hingga A.
Disamping itu, ada kecenderungan bahwa atasan langsung PNS tidak
membaca dan mengoreksi hasil input e-kinerja bawahannya. Hal ini terlihat ketika
ada PNS yang menginput data yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis juga di
setujui, seperti input berbentuk xx, dd, dan 123. Padahal berdasarkan Peraturan
Walikota No. 38 Tahun 2012 dan Surat Edaran Walikota tentang Petunjuk Teknis
Penerapan e-kinerja telah diatur secara jelas mekanisme inputan e-kinerja PNS.
Selebihnya, bagi PNS dan atasan langsung yang melanggar dalam melakukan
proses inputan dikenakan sanksi.
Permasalahan kedua yaitu sistem aplikasi e-kinerja masih bermasalah
secara teknis. Permasalahan teknis ini terjadi ketika hal-hal atau inputan e-kinerja

yang telah dinilai oleh tim penilai, justru tidak terbaca oleh aplikasi alias sama
halnya belum dinilai. Kondisi ini mengakibatkan kesulitan bagi para anggota
UPTB Penilaian Kinerja PNS di Kota Banda Aceh. Namun, masalah teknis ini
mampu diatasi dengan memberikan laporan tertulis kepada pimpinan supaya
kasus tersebut dapat diatasi oleh tenaga IT/Programer yang melekat pada
MIMS/Bagian Administrasi Pembangunan.
4.6 Evaluasi Sistem e-Kinerja
Evaluasi sistem e-kinerja dilakukan dengan beberapa metode, antara lain
sebagai berikut:
4.6.1 Rapat rutin mingguan
Rapat rutin mingguan dilaksanakan setiap minggu, Senin dengan
Asisten/Kepala bagian, Selasa dengan Camat, Rabu dengan Kepala
SKPD

(Kantor,

Dinas,

Badan,

Sekretaris

Dewan/Lembaga

Keistimewaan)
4.6.2 Rapat bulanan /evaluasi pendapatan
Rapat rutin bulanan dilakukan bersama dengan Kepala SKPD/Unit Kerja
pengelola pendapatan daerah
4.6.3 Rapat kerja tahunan
Rapat

kerja

tahunan

untuk

mengevaluasi

capaian

progres

program/kegiatan tahun berjalan serta rencana program/kegiatan tahun
selanjutnya.

BAB 5
PENUTUP
Bab penutup berisi mengenai simpulan dan saran terkait pengaruh sistem
reward dan punishment serta sistem pengukuran kinerja melalui e-Kinerja yang
dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh terhadap peningkatan kinerja
pelayanan publik
5.1 Simpulan
Penerapan e-kinerja yang dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh
memberikan dampak yang baik terhadap pegawai, pemerintah, SKPD, dan
masyarakat publik. Dampak tersebut diantaranya menjadikan promosi dan mutasi
berdasarkan equal job for equal pay bagi pegawai, memudahkan pengawasan bagi
pemerintah, dan efektifitas serta efisiensi dari unit kerja bisa diketahui. Dengan
adanya sistem reward dan punishment yang diberlakukan, memacu setiap pegawai
untuk bisa memberikan performa kinerja yang baik. Karena dengan performa
yang baik, pegawai akan memperoleh reward seperti yang dijanjikan oleh
walikota Banda Aceh yaitu berupa pemberian uang sebesar 5 juta rupiah bagi
pegawai dengan best performance.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran bagi
Pemerintah Kota Banda Aceh, yaitu:
5.1.1 Pemimpin meningkatkan motivasi bagi para PNS agar lebih rajin dan
tepat waktu dalam mengisi laporan beban kerja ke sistem e-kinerja.
5.1.2 Melakukan perbaikan terhadap aplikasi sistem e-kinerja agar tidak
terjadi miss-input.

Daftar Pustaka

Buku
Neuman, W. L. (2007), ‘Basic of Social Research Qualitative and Quantitative
Approach’ (2nd Ed). Pearson Education Inc.
Maulidar, et al. Aplikasi e-Kinerja: Aplikasi Analisis Jabatan dan Analisis Beban
Kerja Pemerintah Kota Banda Aceh. Bagian Administrasi Pembangunan
Sekretariat Kota Banda Aceh.
Ombudsman. 2013. Monitoring Kepatuhan Kementerian dalam Pelaksanaan UU
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Internet
Admin.

2015.

Demografi.

http://www.bandaacehkota.go.id/new//246/249

Demografi.html#konten (Diakses pada 2 Desember 2015)
Admin.
Alur
Proses
e-Kinerja.
https://kinerja.bandaacehkota.go.id
/anjab/ekinerjaalurproses.html (Diakses pada 1 Desember 2015)
Admin. 2014. Mengatasi Kegalauan Tim Penilai e-kinerja. http://informasi-syarif.
blogspot.co.id/2014/01/mengatasi-kegalauan-tim-penilaia-e_3.html
(Diakses pada 29 November 2015)
Bangun Aplikasi Pengelola Kepegawaian, Kota Banda Aceh Raih BKN Award.
http://bkpp.bandaacehkota.go.id/berita117Bangun_Aplikasi_Pengelola_Ke
pegawaian,_Kota_Banda_Aceh_Raih_BKN_Award.html (Diakses pada 1
Desember 2015)
E-Kinerja dari Banda Aceh Siap Berkompetisis Ke UNSPA. http://www.menpan.
go.id/cerita-sukses-rb/2799-e-kinerja-dari-banda-aceh-siap-berkompetisike-unpsa (Diakses pada 1 Desember 2015)
Gie, Kwik Kian. 2003. Reformasi Birokrasi Dalam Mengefektifkan Kinerja
Pegawai

Pemerintahan.

Diakses

pada

laman

http://www.bappenas.go.id/files/3113/5228/1917/reformasi__20081123011
920__965__2.pdf, pada 2 Desember 2015 pukul 22.17 WIB
Habadaily.com. 2015. 5 PNS Pemko Banda Aceh Terima

Reward.

http://habadaily.com/polhukam/3899/5-pns-pemko-banda-aceh-terimareward.html, diakses pada 2 Desember 2015 pukul 14.43 WIB

Nasution,

Mahmun

Syarif.

Peningkatan

Kinerja

PNS

Melalui

Diklat.

http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/cefg13431923
27.pdf Diakses pada tanggal 02 Desember 2015. Pukul 18.00 WIB.
PNS Taka Mau Disebut Malas, Pemkot Banda Aceh Terapkan E-Kinerja.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/14/nf0igv-pns-takmau-disebut-malas-pemkot-banda-aceh-terapkan-ekinerja (Diakses pada 1
Desember 2015)
Rencana Strategi (RENSTRA) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Kota

Banda AcehTahun

2012–2017.

http://bappeda.bandaacehkota.

go.id/wp-content/download/renstra/BKPP.pdf

(Diakses pada Desember

2015)
Rosdiana, La Misu. 2013. Teori Pembelajaran Perilaku Dalam Kaitannya
Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa di SMA.
Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta.
Satyalancana dan Penghargaan The Best Performance bagi PNS Pemko Banda
Aceh.

http://www.bandaacehkota.go.id/new//berita1402-Satyalancanadan

Penghargaan_The_Best_Performance_bagi_PNS_Pemko_Banda_Aceh.ht
ml (Diakses pada 1 Desember 2015).
Smith, Adam. 1776. An Inquiry into The Nature and Causes of The Wealth of
Nations.

http://www.ibiblio.org/ml/libri/s/SmithA_WealthNations_p.pdf

Diakses pada 2 Desember 2015 pukul 19.50 WIB.