laporan praktikum kimia dasar modul 2. (1)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
laboratorium maupun skala industru. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan
untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan
pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar oleh zat lain.
Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat penting
dalam ilmu kimia, Industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam
banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik
material itu dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di
laboratorium, pemisahan atau pemurnian dengan metode tertentu perlu
dilakukan. Demikian pula dalam pekerjaan di laboratorium maupun dalam
proses industri banyak yang melibatkan pemisahan dan pemurnian. Misalnya
pengolahan biji dari pertambangan, pemisahan logam dari mineralnya,
pengolahan minyak bumi, pengolahan air minum dan lain-lain.
Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan
keterampilan, terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang

sangat kecil. Untuk tujuan itu, dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagai
cara pemisahan dari pemisahan sederhana yang sering dilakukan sehari-hari
sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak
sederhana.

Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut
memiliki perbedaan sifat, itulah yang mendasari pemisahan campuran atau
dalam pemisahan.
Dalam kenyataannya pemisahan dan pemurnian tidak dapat dipisah satu sama
lain. Kita akan melihat bahwa ketika metode pemisahan dan pemurnian baru
dikembangkan, ilmu kimia akan mendapatkan kemajuan yang besar.
Oleh karena itu, percobaan pemisahan dan pemurnian ini dilakukan agar
praktikan dapat mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian pada
campuran dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan
-

Mengetahui prinsip dalam campuran dan pemurnian

-


Mengetahui penggolongan pada campuran

-

Mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Campuran adalah suatu bentuk larutan yang terbentuk dari dua zat atau lebih zat
yang berlainan yang masih mempunyai sifat zat aslinya. Dalam kehidupan sehari
– hari, banyak kita jumpai segala jenis campuran. Misalnya air sungai, tanah,
udara, makanan, minuman, dan lain – lain. Campuran yang digunakan untuk
pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi 3 bentuk larutan yaitu:

1. Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi
sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan itu
tampak homogen (continue, tanpa batas) dan mempunyao komposisi yang
sama pada setiap bejananya. Komponen – komponen yang terdapat dalam

larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Contoh dari campuran
yang berupa larutan adalah campuran air dan gula selain itu udara dan emas 22
karat (Yazid, 2005).

2. Koloid
Koloid adalah suatu bentuk molekul yang keadaannya terletak antara campuran
kasar dan larutan. Secara makrokopis koloid tampak homogen tetapi secara
mikrokopis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu koloid digolongkan
kedalam campuran heterogen. Campuran koloid pada dasarnya bersifat stabil
dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100 mm, berada
diantara larutan kasar atau suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk
menembus membran atau filter ultra (Yazid, 2005).

3. Suspensi adalah campuran kasar yang bersifat heterogen. Antar komponennya
masih terdapat bidang batas dan sering sekali dapat dibedakan tanpa
menggunakan bantuan mikroskop. Setelah suspense biasanya dimasukan untuk
campuran heterogen dari suatu zat padat dalam cair. Suspensi tampak keruh
dan tidak stabil, zat suspensi lambat laun akan terpisah karena gaya gravitasi

(mengalami sedimentasi). Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan.

Diameter partikel suspensi lebih dari 100 mm (Chang, 2005).
Pada dasarnya campuran dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Campuran Homogen
Campuran homogen adalah penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang
semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk 1 fase. Yang
dimaksudkan 1 fase adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu
bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Dikatakan sebagai campuran
homogen jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak
terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. (Syukri, 1999)
2. Campuran Hetrogen
Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara 2 zat
tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana. Dikatakan sebagai campuran
heterogen jika antara komponennya masih terdapat bidang batas dan sering
kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, melainkan hanya
dengan mata. Pada dasarnya campuran heterogen memiliki sifat – sifat yang
tidak seragam atau tidak sama (Petrucci, 1987).
Contoh untuk kedua campuran tersebut adalah larutan gula dan air pada campuran
homogen serta campuran air dan minyak tanah pada campuran heterogen
(Petrucci. 1987).

Untuk memisahkan campuran homogen dan campuran heterogen dapat dilakukan
dengan proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan itu sendiri pada dasaranya
merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan suatu larutan dengan
dua zat atau lebih yang saling tercampur. Sedangkan pemurnian merupakan suatu
cara yang dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar atau tercampur oleh zat lain (Syukri, 1999).

Suatu larutan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada
umumnya, komponen yang jumlahnya terbanyak yang dianggap sebagai pelarut
sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit dianggap sebagai zat terlarut
(Syukri. 1999).
Terdapat berbagai macam metode pemisahan campuran. Pemisahan campuran
didasarkan pada perbedaan sifat pada campuran. Berbagai macam metode
pemisahan diantaranya sebagai berikut:
1.

Pemisahan zat padat yang tidak terlarut dalam zat cair
-

Dekantasi (Pengendapan)

Dekantasi adalah pemisahan komponen – komponen campuran dengan
cara diendapkan.

-

Filtrasi (Penyaringan)
Filtrasi adalah pemisahan komponen – komponen campuran dengan cara
menggunakan kertas saring.

2.

Pemisahan zar padat yang larut dalam air
-

Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan hingga pelarutnya menguap dan
meninggalkan zat terlarut.

-


Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan komponen – komponen campuran dengan
cara mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan dan
kemudian didinginkan. Secara sederhana, kristalisasi adalah suatu metode
pemisahan yang merubah wujud zat terlarutnya dari cair ke padat.

-

Rekristalisasi
Secara umum rekristalisasi sama dengan pemisahan kristalisasi hanya saja
yang membedakan adalah perubahan wujud zat terlarut dimana pada
kristalisasi perubahan wujudnya dimulai dari cair kepadat sedangkan pada

rekristalisasi perubahan wujud zat terlarutnya dimulai dari padat, cair
kepadat.
3. Pemisahan zat padat dari zat padat
- Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan
Pada proses pemisahan ini, diawali dengan cara melarutkan kompoonen –
komponen yang ingin dipisahan lalu dipanaskan hingga menguap.
-


Kristalisasi bertingkat
Kristalisasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses kristalisasi hanya
saja dilakukan secara berkali – kali.

-

Sublimasi
Sublimasi yaitu dua jenis padatan dengan menyublim dari komponen yang
dapat menyublim, yaitu senyawa yang pemanasnya meleleh kemudian
mendidih dan pada pendinginan dari uap langsung menjadi padatan.

4. Pemisahan zat cair dari zat cair
-

Ekstraksi
Ekstraksi yaitu pemisahan yang berdasarkan perbedaan kelarutan
komponen dalam pelarut yang berbeda. Atau dapat dikatakan pula bahwa
ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini didasarkan

pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur (Syukri, 1999).

Secara umum pelarut dapat dibagi menjadi dua yaitu pelarut polar dan pelarut non
polar. Dikatakan sebagai pelarut polar apabila suatu senyawa memiliki
keelektronegatifan yang jauh berbeda

antara atom penyusunnya. Sedangkan

dikatakan sebagai pelarut non polar apabila suatu senyawa memiliki
keelektronegatifan yang relatif kecil atau bahkan nol (Syukri, 1999).

Struktur minyak goreng

Struktur naftalena

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

- Sendok / Spatula
- Gelas kimia 50 ml
- Corong kaca
- Tabung reaksi
- Corong pisah
- Cawan penguap
- Batang pengaduk
- Statif dan Klem
- Mortal dan Alu
- Labu erlenmeyer 100 ml
- Botol penyemprot
- Alat tulis
- Penjepit tabung
- Hot plate
- Gunting
- Sikat tabung
- Spons
3.1.2 Bahan
- Garam dapur
- Kapur tulis

- Pasir
- Naftalena
- Minyak goreng
- CuSo4.5H2O

- Kertas saring
- Sabun cuci
- Aquadest
- Tisu
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Prosedur Dekantasi
- Disiapkan gelas kimia 50 ml, kemudian dimasukkan aquadest 50 ml.
- Dimasukkan 3 sendok pasir ke dalam gelas kimia.
- Diaduk hingga tercampur menggunakan batang pengaduk.
- Dibiarkan hingga pasir mengendap.
3.2.2 Prosedur Filtrasi
- Disiapkan gelas kimia 50 ml, kemudian dimasukkan aquadest 50 ml.
- Digerus kapur tulis menggunakan mortal dan alu.
- Dimasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, sebanyak 3
sendok.
- Diaduk hingga tercampur menggunakan batang pengaduk.
- Disiapkan labu erlenmeyer dan corong gelas.
- Dilapisi corong gelas dengan kertas saring.
- Dilakukan penyaringan.
3.2.3 Prosedur Rekristalisasi
- Disiapkan gelas kimia 50 ml, kemudian dimasukan aquadest 10 ml.
- Dilarutkan 1 sendok CuSO4.5H2O ke dalam gelas kimia.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga tercampur.
- Dipanaskan larutan tersebut di atas hot plate.
- Diuapkan hingga aquadest habis.

3.2.4 Prosedur Sublimasi
- Disiapkan cawan penguap.
- Digerus naftalena menggunakan mortal dan alu.
- Dimasukkan 6 sendok garam dapur ke dalam cawan penguap.
- Dimasukkan bubuk naftalena ke dalam cawan penguap.
- Disiapkan corong gelas.
- Dilapisi dengan kertas saring yang sudah dilubangi dengan jarum.
- Ditutupkan di atas cawan penguap kemudian disumbat lehernya
dengan tisu.
- Dipanaskan di atas hot plate hingga terjadi kristal.
3.2.5 Prosedur Ekstraksi
- Disiapkan corong pemisah.
- Dimasukkan aquadest dan minyak goreng dengan perbandingan 1:1.
- Dikocok searah hingga tercamput.
- Diletakkan corong pemisah pada statif dan klem.
- Didiamkan hingga kedua cairan tersebut memisah.
- Dipisahkan lapisan bawah dengan cara membuka keran pada corong
pemisah.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
No. Perlakuan
1.
Dekantasi

2.

-

Dimasukan aquadest 50ml

-

kedalam gelas kimia 50ml.
Ditambahkan 3 sendok pasir

-

kedalam gelas kimia 50ml.
Diaduk larutan tersebut.

-

Didiamkan larutan dan

Pengamatan

-

menjadi keruh.

-

diamati.
Filtrasi
-

Digerus kapur tulis dengan

-

mortar dan aru.
Dimasukan aquadest 10ml

Warna larutan berubah

Terbentuk endapan
pasir dalam larutan.

kedalam gelas kimia 50ml.
-

Ditambahkan bubuk kapur

-

tulis kedalam gelas kimia
-

tersebut.
Diaduk campuran tersebut.

Warna larutan berubah
menjadi keruh.

-

Warna larutan menjadi
lebih keruh.

-

Diletakan corong pemisah yang
sudah dilapisi kertas saring
diatas labu erlemeyer
-

100ml.
Dituangkan campuran tesebut

-

kedalam corong pemisah
secara perlahan, didiamkan
larutan dan diamati yang
terjadi.

Terdapat zat yang
tertahan

-

Aquadest dapat
melewati kertas saring.

3.

Rekristalisasi
-

Dimasukan 10ml aquadest

-

kedalam gelas kimia 50 ml.
Ditambahkan CuSO4 1 sendok

-

kedalam gelas kimia tersebut.
-

Diaduk hingga campuran

aquadest.
-

menjadi homogen.

4.

CuSO4 larut dalam

Terjadi perubahan warna
campuran larutan dari

-

Dipanaskan campuran tesebut

-

-

diatas hot plate.
Didiamkan larutan dan diamati -

bening menjadi biru.
Terbentuk gelembung
gas.
Terbentuk kristal CuSO4.

yang terjadi.
Sublimasi
-

Digerus Naftlena dengan

-

menggunakan mortar dan aru.
Dimasukan garam enam

- Diperoleh bubuk
naftalena.

sendok kedalam cawan
-

penguap.
Ditambahkan bubuk naftalena
1 sendok kedalam cawan

-

penguap tersebut.
Diaduk campuran tersebut
dengan menggunakan batang

-

pengaduk.
Ditutup cawan penguap
dengan kertas saring yang
telah dilubangi kecil – kecil
dan ditutup lagi dengan corong
kaca pada posisi terbalik
dengan ujung lehernya

-

disumbat tisu.
Dipanaskan cawan penguap
diatas hot plate.

-

Bubuk naftalena dan
bubuk garam trecampur.

-

Didiamkan campuran tersebut

-

Diperoleh kristal

dan diamati yang terjadi.

naftalena didinding
corong kaca.

5.

Ekstraksi
-

Dimasukan aquadest dan

-

Larutan tidak

minyak goreng kedalam

tercampur dimana

corong pemisah dengan

aquadest berada

perbandingan 1:1.

dibagian bawah larutan
dan minyak goreng
berada di bagian atas

-

Dikocok corong pemisah

larutan.
- Larutan menjadi

secara searah hingga aquadest
dan minyak goreng tercampur

tercampur
-

sementara.

Terjadi perubahan
warna larutan
menjadi kuning
keruh.

-

Didiamkan larutan dan diamati
corong pemisah sampai kedua
-

zat tersebut terpisah.
Dituang air pada corong

-

Air menjadi keruh

pemisah dengan cara dibuka

pada labu

kran kedalam labu

erlenmeyer.

erlenmeyer.

4.2 Pembahsan
Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu
zat yang telah tercemar atau tercampur. Zat atau materi dapat dipisahkan dari
campurannya karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Inilah yang
mendasari pemisahan dan pemurnian campuran. Berikut adalah beberapa
prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian campuran.

1. Perbedaan Ukuran Partikel
Jika ukuran suati zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) maka dapat dipisahkan dengan metode
penyaringan (filtrasi). Untuk keperluan ini harus menggunakan penyaring
dengan ukuran yang sesuai. Partikel zat yang berhasil melewati penyaring
disebut hasil penyaringan dan zat yang terhalang disebut residu.
2. Perbedaan Titik Didih
Untuk memisahkan campuran dengan perbedaan titik didih dapat dilakukan
dengan cara sublimasi. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
lebih dulu menguap. Jika yang diinginkan adalah zat yang memiliki titik
didih lebih rendah maka selanjutnya dilakukan proses mengembunkan uap
dari zan tersebut dan mengalirkannya kedalam wadah tertentu. Jika yang
diinginkan adalah zat yang memiliki titik didih tinggi maka cukup dengan
memanaskan campuran tersebut hingga suhu mencapai titik didih yang
dicari.

3. Perbedaan Massa Jenis
Zat yang memiliki massa jenis lebih besar dari pada pelarutnya akan mudah
menguap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat
dengan kecepatan pengendapan yang berbeda, maka dapat dilakukan
dengan metode sedimentasi. Namun jika dalam capuran tersebut terdapat
lebih dari satu zat yang diinginkan, maka sebaiknya digunakan metode
filtrasi.
4. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel
pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini
diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik.

5. Absorbsi
Absorbsi merupakan suatu fenomena fisik ataupun kimiawi yang
merupakan suatu proses penyerapan yang terjadi pada seluruh bagian
permukaan.
6. Perbedaan Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda beda. Secara
umum pelarut dibagi menjadi dua yaitu pelarut polar dan pelarut non-polar.
7. Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah. Dua macam zat
berwujud cair ataupun gas bila tercampur dapat berdifusi satu sama lain.
Pada percobaan dekantasi, terjadi perubahan warna larutan menjadi keruh
setelah ditambahkan pasir dan kemudian diaduk. Terbentuk pula endapan pasir
pada larutan. Terbetuknya endapan pasir karena pasir tidak dapat larut dalam
zat cair berupa air (aquadest). Selain itu karena adanya perbedaan massa jenis
antara pasir dan air. Dimana massa jenis pasir dalam larutan adalah 1.922
kg/cm3 dan massa jenis air adalah 1000 kg/cm3. Dan yang terakhir adalah
karena adanya gaya gravitasi bumi.
Pada percobaan filtrasi, terdapat zat yang tertahan pada kertas saring. Zat yang
tertahan tersebut disebut sebagai residu. Sedangkan zat yang melewati kertas
saring disebut sebagai filtrat. Zat yang tertahan pada kertas saring merupakan
bubuk kapur tulis dan zat yang dapat melewati kertas saring merupakan
aquadest yang tercampur dengan sebagian bubuk kapur. Hal tersebut terjadi
karena adanya perbedaan ukuran partikel yang tidak merata pada bubuk kapur
tulis.

Pada percobaan rekristalisasi, terjadi perubahan warna pada larutan menjadi
biru setelah ditambahkannya bubuk CuSO4. selain itu terbentuk pula kristal
CuSO4 setelah dipanaskan. Hal tersebut memperkuat bahwa percobaan ini
menggunakan prinsip perbedaan titik didih. Saat dipanaskan, aquadest lebih
dulu menguap dan lama kelamaan habis dan menyisakan kristal CuSO 4.
Terbentuknya kristal CuSO4 dikarenakan titik didih

CuSO 4 lebih tinggi

dibandingkan dengan titik didih aquadest. Dimana titik didih untuk CuSO 4
adalah 150oC dengan tekanan uapnya 7,3 mmHg/25oC sedangkan titk didih
aquadest hanya 100oC dengan tekanan uapnya 18mmHg/20oC.
Pada percobaan sublimasi diperoleh kristal naftalena didinding corong kaca
setelah dipanaskan. Saat dipanaskan, naftalena mengalami perubahan wujud
zat dari padat menjadi gas dan berubah kembali menjadi padat setelah melalui
proses pendinginan. Hal tersebut memperkuat bahwa percobaan ini
menggunakan prinsip perbedaan titik didih. Titik didih naftalena lebih rendah
dibandingakan dengan titik didih garam dapur sehingga naftalenalah yang
menempel pada dinding corong kaca. Dimana titik didih naftalena adalah
218oC dengan tekanan uapnya adalah 0,087 mmHg/25 oC dan titik didih garam
dapur adalah 1.465oC dengan tekanan uapnya adalah 100 kPa/25oC.
Pada percobaan ekstraksi diperoleh larutan dimana aquadest & minyak goreng
tidak tercampur homogen. Aquadest dan minyak goreng tidak tecampur secara
homogen karena keduanya memiliki kepolaran yang berbeda. Selanjutnya
dapat disimpulkan bahwa percobaan ini menggunakan prisnip kelarutan
(kepolaran).

Aquadest

bersifat

non-polar

karena

aquadest

memiliki

keelektronegatifan yang jauh berbeda antara atom penyusunnya. Sedangkan
minyak goreng bersifat non-polar karena memiliki nilai keelektronegatifan
yang relatif lebih kecil atau bahkan nol. Setelah dikocok searah, larutan
aquadest sedilit berwarna keruh karena sedikit tercampur dengan minyak
goreng. Setelah larutan didiamkan, terbentuklah dua fase dimana aquadest
berada di bagian bawah larutan dan minyak goreng berada di bagian atas
larutan. Hal ini terjadi karena massa jenis aquadest lebih besar dibandingkan

dengan massa jenis minyak goreng dimana massa jenis aquadest adalah 1000
kg/cm3 dan massa jenis minyak goreng adalah 800 kg/cm3.
Dalam ilmu kimia pengertian Like disolve like sudah sangat umum digunakan.
Suatu kelarutan yang besar dapat terjadi bila molekul - molekul solit
mempunyai persamaan dalam struktur dan sifat – sifat kelistrikan dengan
molekul – molekul solvent. Bila ada kesamaan antara solute dan solvent maka
gaya tarik menarik yang terjadi antar keduanya adalah kuat. Namun bila
diantara solute dan solvent tidak meiliki kesamaan maka gaya tarik menarik
antara keduanya cenderung rendah. Dengan begitu suatu senyawa polar seperti
H2O biasanya merupakan solvent yang baik bagi senyawa polar seperti alkohol
akan tetapi H2O merupajan solvent yang buruj bagi senyawa non-polar seperti
minyak goreng. Oleh karena itu senyawa air seperti aquadest dan minyak
goreng pada percobaan ekstraksi kali ini merupakan salah satu contoh
penerapan prinsip Like disolve like. Secara garis besar prinsip Like disolve like
adalah sebuah prinsip kelarutan dimana suatu zat hanya akan larut pada pelarut
yang sesuai.
Dalam praktikum ini terdapat beberapa fungsi perlakuan seperti diaduknya
larutan. Fungsi perlakuan ini adalah untuk mencapurkan zat terlarut dan pelarut
agar menjadi

suatu campuran yang bersifat homogen. Biasanya fungsi

perlakuan ini disertai dengan fungsi perlakuan didiamkan agar dapat dengan
mudah diamati. Fungsi perlakuan ini digunakan pada percobaan dekantasi,
filtrasi, rekristalisasi dan sublimasi. Fungai perlakuan dikocok (dihomogenkan)
searah adalah untuk mencampur minyak goreng dan air (aquadest). Fungsi
perlakuan dipanaskan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan
zat terlarut yaitu CuSO4 hingga meninggalkan zat pelarutnya yaitu aquadest.
Fungsi perlakuan dipanaskannya campuran pada percobaan sublimasi adalah
untuk memisahkan kedua campuran padatan antara naftalena dan garam
dapur dengan menguapkan zat yang mempunyai titik uap rendah. Fungsi
perlakuan dilubangi kecil – kecil pada kertas saring yaitu agar naftalena dapat

menguap dengan sempurna saat dipanskan. Fungsi perlakuan disumbat dengan
tisu pada corong kaca adalah agar uap naftalena yang terbentuk tidak keluar
dari corong kaca. Kedua fungsi perlakuan tersebut digunakan dalam percobaan
sublimasi.
Sifat fisik aquadest yaitu berwarna bening, berupa cairan, sebagai pelarut yang
baik untuk senyawa polar, bersifat polar, memiliki rumus molekul H2O,
mrmiliki massa molar 18.015 g/mol2 padatan. Titik lebur dan titik didih dari
aquadest secara berturut – turut adalah 0oC dan 100oC.
Sifat CuSO4 adalah berwarna biru untuk pentahidrat, dan berwarna abu – abu
putih untuk anhidrat. Memiliki massa molar 249,7 g/mol untuk pentahidrat dan
159,62 g/mol untuk anhidrat. Memiliki densitas 2.284 g/cm3 untuk pentahidrat
dan 3.603 g/cm3 untuk anhidrat. Memiliki titik lebur 110 oC untuk 4H2O dan
150oC untuk 5H2O. Untuk anhidrat, kelarutannya tidak bercampur dengan
etanol dan untuk pentahidrat kelarutannya juga tidak bercampur dengan etanol
namun dapat bercampur dengan metanol.
Sifat naftalena adalah berbentuk kristal padat berwarna putih dengan bau yang
khas bila terdeteksi dengan indra penciuman pada konsentrasi serendah 0,08
ppm. Memiliki ikatan tidak jenuh. Memiliki titik leleh 80,26 oC dan titik didih
218 oC. Memiliki rumus molekul C10H8 dengan strukturnya terdiri atas sepasang
gugus arena atau cincin benzena yang bersatu.
Sifat minyak adalah termasuk dalam golongan lipid yaitu golongan senyawa
organik yang terdapat dialam serta tidak terlarut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik non-polar, bersifat non-polar, memiliki rumus molekul RCOOH atau R-CO2H.
Faktor kesalahan dalam percobaan ini adalah kesalahan dalam proses
sublimasi. Dimana pada percobaan ini praktikan menggunakan corong kaca

yang basah sehingga kristal naftalena tidak terbentuk dan tidak menempel pada
dinding corong kaca. Hal ini membuat percobaan sublimasi dilakukan dua kali.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Ada beberapa prinsip yang digunakan pada percobaan ini, yaitu pada
dekantasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan, pada filtrasi
menggunakan prinsip perbedaan ukuran partikel, pada percobaan
rekristalisasi dan sublimasi menggunakan prinsip perbedaan titik didih,
dan percobaan ekstraksi menggunakan prinsip perbedaan massa jenis.
- Ada dua macam campuran yaitu campuran homogen atau campuran
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang semua partikelnya

menyebar

merata.

Campuran

heterogen

adalah

campuran

yang

perbandingan antar komponennya tidak merata.
- Ada bermacam-macam jenis pemisahan dan pemurnian, yaitu dekantasi,
rekristalisasi, filtrasi, sublimasi dan ekstraksi.
5.2 Saran
Diharapkan sebaiknya pada percobaan selanjutnya digunakan larutan sirup
atau teh dalam adsorbsi.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
Yazid, Estien.2005. Kimia Fisik Untuk Paramedis.Yogyakarta: Andi.