Pengembangan lembar kegiatan siswa kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam

(1)

(2)

Skripsi yang berjudul Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Kimia Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam disusun oleh Siti Nur

Aeniah,

NIM.

109016200020, Program Studi Pendidikan

Kimia,

Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakana. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,

ol

Juti

2014

Yang mengesahkan.

Pembimbing I Pembimbing

II

Dra. Hi. Etfv Sofratininsrum. M.Ed

NrP. 19600422 t98812 2 001

Tonih Feronika. M.Pd NrP. 19760107 200501

I 007


(3)

Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam disusun oleh SITI NUR AENIAH Nomor Induk Mahasiswa 109016200020, diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 12 Agustus 2014 di

hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, 12 Agustus 2014

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Dedi Irwandi. M.Si

NIP. 19710528 200003

I

002

Penguji

I

Dedi Irwandi. M.Si

NIP. 19710528 200003 | 002

Penguji II

Burhanudin Milama. M.Pd NrP. 19770201 20080r

I

011

n!inv=,!

s#'4

t

'ef

,

-

,o',

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rifa'I. M.A. Ph.D


(4)

Nama NIM Jurusan

Alamat

Pembimbing

I

NIP

Jurusan/Prodi Pembimbing

II

NIP

Jurusan/Prodi

Dra. Hj. Etty Sofuatiningrum, M.Ed

19600422198812 2001 Pendidikan IPA/trGmia Tonih Feronik4 M. Pd 19760107 200501 1 007 Pendidikan IPA/Kimia SitiNur Aeniah

109016200020

Pendidikan IPA/Kimia

Jl. Raya Serang Km. 15 Gang Masjid Darul Filffi RT 002/003 No. 16,

Kel. Cikupa, Kec. Cikupa Kab. Tangerang, Banten 15710 MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUH}TYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Kimia

Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam adalah benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1.

2.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukli bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,Agustus 2014

Siti Nur Aeniah

NIM. 109016200020 ,-lq \:.b.


(5)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dalam mengembangkan LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pengembangan LKS, dan evaluasi LKS. Tahap evaluasi terdiri dari proses validasi dan penilaian LKS oleh dua orang dosen pendidikan kimia dan satu orang guru bidang studi kimia, serta uji coba LKS. Uji coba LKS dilakukan kepada 32 siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Instrumen penelitian ini adalah lembar validasi, lembar penilaian LKS, angket siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan keterampilan proses. Dari hasil ujicoba LKS diperoleh bahwa persentase rata-rata keseluruhan dari penilaian LKS oleh ahli dan praktisi pendidikan, angket siswa, dan observasi berturut-turut adalah 72,18%; 73,34%; dan 66,16%. Dengan demikian, LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam sudah baik.

Kata Kunci : Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kimia, Pengembangan LKS, Keterampilan Proses, Hidrolisis Garam.


(6)

This aims of this research was to know the process of development of chemistry student activity sheet (LKS) with process skills-based on the salt hydrolysis matter. The research method used is descriptive qualitative. This method was conducted with three phases, namely the phase of preparation, LKS development, and LKS evaluation. The phase of evaluation consisted validation process and LKS assessment by two lectures of chemical education and one teacher of chemistry subject, and the LKS try out. The LKS try out was conducted to 32 students of XI IPA 4 at SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan school year 2013/2014. Instrument of this research are validation sheet, LKS assessment sheet, students questionnaire, and observation sheet of process skills feasibility. Based on result of the LKS try out, it was found that overall the average of the LKS assessment by lectures and teacher of chemistry subject, students questionnaire, and observation of process skills feasibility in a row at 73.81%; 73.34%; and 66.16%. Thus, chemistry student activity sheet with process skills-based on the salt hydrolysis matter was considered good.

Key Word : Chemistry Student Activity Sheet (LKS), Development of Chemistry Student Activity Sheet Based on Process Skills, Process Skills, Salt Hydrolysis.


(7)

i

skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA KIMIA BERBASIS KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

Skripsi yang berjudul Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Kimia Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam berisi Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, dan tujuan, serta manfaat penelitian; Bab II Kajian Pustaka meliputi hakikat pembelajaran sains, keterampilan proses,lembar kegiatan siswa, lembar kegiatan siswa berbasis keterampilan proses, hidrolisis garam, dan kerangka berpikir serta kajian pustaka relevan; Bab III Metodologi Penelitian meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan validitas instrumen serta teknik analisis data; dan Bab IV Hasil dan Pembahasan meliputi data tahap persiapan, data tahap pengembangan LKS, data tahap evaluasi LKS, dan pembahasan; serta Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

Peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D; selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil dan para stafnya.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc; selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si; selaku Ketua Prodi Pendidikan Kimia yang

telah memberikan arahan kepada peneliti.

4. Ibu Hj. Etty Sofyatiningrum, M.Ed dan Bapak Tonih Feronika, M.Pd; selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan masukan, arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.


(8)

ii

6. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd; selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan semangat kepada peneliti.

7. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan IPA, khususnya prodi kimia. 8. Bapak Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd; selaku Kepala SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan dan Ibu Dra. Aan Sri Analiah; selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia menerima, memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas XI IPA.

9. Ibu Dra. Wara Gawatiningsih, M.Pd; selaku guru bidang studi kimia yang telah bersedia menjadi penilai LKS serta memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas XI IPA 4.

10. Ibu Ade Susanti, S.Si; selaku laboran kimia SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu selama penelitian dilakukan. 11. Seluruh staf tata usaha dan tenaga pendidik SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan.

12. Bapak Arif Sholeh, S.Pd; selaku guru bidang studi kimia yang telah bersedia menjadi validator dengan memberikan masukan dan arahan selama dilakukannya validasi LKS kimia.

13. Bapak Surya Gunawan, S.T; selaku Kepala Cabang Primagama Balaraja yang telah memberikan izin libur kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

14. Seluruh staf pengajar di Primagama Balaraja, Tangerang.

15. Kakak H. Muhammad Anas (suami tercinta) yang senantiasa memotivasi, mendoakan, dan membantu peneliti dalam mencetak LKS, penelitian, dan penyelesaian skripsi ini.

16. Orang tuaku tercinta, yaitu Bapak H. Sanian (Ayah) dan Ibu Hj. Siti Asiyah (ibu); kakak-kakakku tercinta (Kak dr. Ahmad Bustomi, Kak


(9)

iii penyelesaian skripsi ini.

17. Anita Eka Pratiwi, S.Pd; Adi Azhar Basyir, S.Pd; Eka Martya Widyowati, S.Pd; dan Yonita Tyas Lokita, S.Pd yang telah bersedia menjadi observer dalam uji coba LKS dan senantiasa memberikan motivasi, masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

18. Intan Balqis, S.Pd; Fitria Takhlisi, S.Pd; Indriyani, S.Pd; Riska Pridamaulia, S.Pd; Wulan Susanti, S.Pd; dan Nur Waljiniyana yang senantiasa memberikan motivasi dan masukan serta membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2009 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

20. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat sebagai informasi dan referensi dalam upaya mengembangkan dan menggunakan LKS kimia berbasis keterampilan proses dalam pembelajaran agar tercipta pembelajaran kimia yang aktif dan siswa yang terampil melakukan keterampilan proses.

Ciputat, 22 Mei 2014


(10)

iv

DAFTAR TABEL………. vi

DAFTAR GAMBAR……… vii

DAFTAR LAMPIRAN……… viii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah...……….... 1

B. Identifikasi Masalah……….. 6

C. Pembatasan Masalah………... 7

D. Ruang Lingkup Penelitian……… 7

E. Rumusan Masalah………. 7

F. Tujuan Penelitian ……… 8

G. Manfaat Penelitian……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 9

A Hakikat Pembelajaran Sains……….. 9

B. Keterampilan Proses………... 11

C. Lembar Kegiatan Siswa………... 21

D.Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Keterampilan Proses……… 35

E. Hidrolisis Garam………... 36

F. Kerangka Berpikir……… 43

G. Kajian Pustaka Relevan……… 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 47

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 47

B. Metode Penelitian………. 47

C. Alur Penelitian…………..….………... 48

D. Teknik Pengumpulan Data………..…. 54

E. Instrumen Penelitian…………..……… 55

F. Validitas Instrumen ……… 61


(11)

v

3. Data Tahap Evaluasi LKS………. 74

B. Pembahasan……….. 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 104

A. Kesimpulan..………. 104

B. Saran..………... 105

DAFTAR PUSTAKA……… 107


(12)

vi

Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS Kimia……… 57

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Siswa……….. 59

Tabel 3.4. Kisi-kisi Lembar Observasi 1……… 60

Tabel 3.5. Kisi-kisi Lembar Observasi 2……… 61

Tabel 3.6. Penskoran Data Angket Siswa dan Lembar Penilaian LKS…….. 62

Tabel 3.7. Penskoran Data Lembar Observasi danAnalisis Kebutuhan…… 63

Tabel 3.8. Interval Persentase dari Skor Analisis Data……….. 63

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Bahan Ajar dari 3 LKS………. 64

Tabel 4.2 Penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar………… 68

Tabel 4.3 Indikator Umum SK dan KD………. 68

Tabel 4.4 Indikator LKS Kimia yang Dikembangkan……… 70

Tabel 4.5 Penentuan Desain LKS Kimia………... 71

Tabel 4.6 Materi yang akan Dimuat dalam LKS Kimia………..….. 72

Tabel 4.7 Hasil Validasi Isi LKS Kimia BerbasisKeterampilan Proses…… 75

Tabel 4.8 Hasil Persentase Rata-rata Penilaian LKS Kimia ………. 76

Tabel 4.9 Hasil Persentase Rata-rata Angket Siswa …... 78


(13)

vii

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Peneliti……… 44

Gambar 3.1. Alur Penelitian………... 53

Gambar 4.1. Grafik Persentase Rata-Rata Tiap Dimensi Berdasarkan Respon Siswa dan Penilaian Ahli dan Praktisi Pendidikan……… 80 Gambar 4.2. Grafik Persentase Tiap Keterampilan Proses Berdasarkan Respon

Siswa dan Penilaian Ahli dan Praktisi Pendidikan………. 81 Gambar 4.3. Grafik Persentase Keterampilan Proses yang Teramati………. 84


(14)

viii

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Analisis Kebutuhan Bahan Ajar……... 120

Lampiran 3. Analisis Indikator LKS Kimia Berbasis Keterampilan Proses.. 124

Lampiran 4. Rincian Tugas LKS Kimia Beserta Komponen Keterampilan Proses………. 132

Lampiran 5. LKS Kimia Berbasis Keterampilan Proses Materi Hidrolisis Garam………. 149

Lampiran 6. Komentar dan Saran dari Validator………... 195

Lampiran 7. Validasi LKS Kimia oleh Ahli dan Praktisi Pendidikan……… 218

Lampiran 8. Validasi Lembar Penilaian LKS Kimia………. 223

Lampiran 9. Lembar Penilaian LKS Kimia untuk Ahli dan Praktisi Pendidikan……….. 225

Lampiran 10. Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS Kimia………... 235

Lampiran 11. Rubrik Lembar Penilaian LKS Kimia………. 246

Lampiran 12. Validasi Angket Siswa terhadap LKS Kimia……….. 255

Lampiran 13. Angket Siswa terhadap LKS Kimia………. 256

Lampiran 14. Kisi-kisi Angket Siswa terhadap LKS Kimia……….. 259

Lampiran 15. Validasi Lembar Observasi 1………... 263

Lampiran 16. Lembar Observasi 1………. 264

Lampiran 17. Rubrik Penilaian Lembar Observasi 1………. 267

Lampiran 18. Validasi Lembar Observasi 2………... 280

Lampiran 19. Lembar Observasi 2………. 281

Lampiran 20. Rubrik Penilaian Lembar Observasi 2………. 284

Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Uji Coba LKSKimia………... 299

Lampiran 22. Hasil Pengolahan Data Penilaian LKS oleh Ahli dan Praktisi Pendidikan……… 308


(15)

ix

Lampiran 26. Hasil Pengolahan Data Observasi Keterampilan Proses…….. 319 Lampiran 27. Cara Perhitungan Data Observasi Keterampilan Proses…….. 326 Lampiran 28. Foto-foto Kegiatan Uji Coba LKS Kimia Berbasis

Keterampilan Proses……… 327

Lampiran 29. Surat Izin Penelitian………. 328


(16)

1

Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, hakikat IPA meliputi empat unsur yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap.1 IPA sebagai produk atau disebut juga produk IPA ialah sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA. IPA sebagai proses atau juga disebut proses IPA ialah segala kegiatan yang dilakukan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk menghasilkan produk IPA.2 IPA sebagai proses juga merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.3 Dalam melakukan metode ilmiah tersebut, para ilmuwan memiliki keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut dengan keterampilan proses IPA.4Adapun IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan IPA sebagai sikap, yakni berupa rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.5

Kimia merupakan salah satu cabang dari IPA, maka seyogyanya pembelajaran kimia di sekolah lebih menekankan pada aspek proses hingga produk. Maksud aspek proses adalah pembelajaran kimia menekankan pada bagaimana proses yang dilakukan siswa dalam menemukan konsep kimia

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007), h. 8.

2

Ratna Wilis Dahar, Peranan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Kimia, (Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986), Cet. 1, h. 1.14.

3

Departemen Pendidikan Nasional,loc.cit.

4

Ratna Wilis Dahar,loc.cit.

5


(17)

yang dipelajarinya. Proses yang dilakukan siswa ini akan sejalan dengan proses dan cara yang dilakukan ilmuwan dalam menemukan dan mengembangkan konsep kimia, yakni dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam metode ilmiah ini terdapat keterampilan-keterampilan proses yang sangat baik dilatih dan dikembangkan pada siswa. Tentunya hal ini dapat berpengaruh positif pada siswa karena mereka akan terbiasa menggunakan metode ilmiah (keterampilan proses) dalam memecahkan masalah, baik bersifat sains maupun nonsains.

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest menyatakan bahwathe process skills are among the activities often described as the processes or methods of science, chiefly mental skills, but also involve some associated physical skills and concerned with processing evidence and ideas.6Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa keterampilan proses merupakan kegiatan-kegiatan yang sering digambarkan sebagi proses atau metode ilmiah, terutama keterampilan mental, tetapi juga melibatkan beberapa keterampilan fisik yang terkait dan berkaitan dengan pengolahan bukti atau data ilmiah dan ide-ide. Beliau menyatakan terdapat sepuluh keterampilan proses yang dapat diajarkan, yakni mengamati (observing), memunculkan pertanyaan (raising questions), berhipotesis (hypothesizing), meramalkan/memprediksi (predicting), menemukan pola dan hubungan (finding patterns and relationships), berkomunikasi secara efektif (communicating effectively), merancang dan membuat (designing and making), memikirkan dan merencanakan penyelidikan (devising and planning investigations), memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif (manipulating materials and equipment effectively), serta mengukur dan menghitung (measuring and calculating).

Menurut Ratna Wilis Dahar, keterampilan proses IPA adalah keterampilan-keterampilan tertentu yang dimiliki para ilmuwan dalam melakukan segala kegiatan untuk menghasilkan produk IPA. Beberapa

6

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO Sourcebook for Science in The Primary School: A Workshop Approach to Teacher Education, (Paris: UNESCO Publishing, 1992), h. 22.


(18)

keterampilan proses IPA, yaitu keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan/penelitian, dan berkomunikasi serta mengajukan pertanyaan.7 Keterampilan proses dapat membuat siswa berpikir, kreatif, dan menolong siswa bagaimana belajar sains. Keterampilan ini diperlukan dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian hari.

Keterampilan proses ini tentunya sejalan dengan salah satu standar kompetensi lulusan mata pelajaran kimia di SMA, yakni siswa mampu melakukan percobaan. Kemampuan “melakukan percobaan antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis”.8

Keterampilan proses tersebut dapat dikembangkan dalam pembelajaran kimia atau sains dengan menggunakan pendekatan proses atau pendekatan keterampilan proses. “Pendekatan proses adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses”.9 Adapun pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar-mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.10 Menurut Atwi Suparman, kemampuan melakukan suatu keterampilan dapat diajarkan menggunakan metode praktikum.11 Oleh karena itu, metode yang dapat digunakan dengan pendekatan keterampilan proses adalah metode praktikum atau metode eksperimen.

7

Ratna Wilis Dahar,op.cit., h. 1.14-1.15.

8

Departemen Pendidikan Nasional, Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,(Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 370.

9

Zulfiani dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 93.

10

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 22, h. 42.

11

Atwi Suparman,Desain Instruksional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), Cet. 2, h. 174.


(19)

Metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan konsep IPA yang sedang dipelajari.12 Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.13Keterampilan proses siswa dapat dikembangkan melalui metode eksperimen. Dengan demikian, secara tidak langsung dalam pembelajaran dengan metode eksperimen, siswa dilatih untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam menemukan fakta-fakta sehingga dapat membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa itu sendiri.

Proses pembelajaran IPA (dalam hal ini kimia) hanya terpaku dalam menghafalkan fakta, prinsip, konsep, teori atau rumus saja. Dengan kata lain, banyak guru yang masih menggunakan pendekatan konsep. Sedangkan pendekatan proses dengan mengunakan metode eksperimen masih belum digunakan maksimal oleh guru dalam pembelajaran kimia. Hal ini dikarenakan guru masih kesulitan dalam menentukan materi kimia apa yang dapat dilakukan percobaan dalam pembelajaran karena terdapat beberapa materi kimia yang tidak dapat dilakukan percobaan, seperti struktur atom, tatanama senyawa kimia dan lain sebagainya. Selain itu, pertimbangan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan juga menentukan apakah materi kimia yang dipelajari dapat dilakukan percobaan atau tidak.

Untuk mempermudah siswa dalam bereksperimen, biasanya guru memberikan sebuah lembar kegiatan siswa yang dapat menuntun siswa selama bereksperimen. “Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk mengembangkan semua aspek

12

Zulfiani dkk,op.cit.,h. 104.

13

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar,(Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 6, h. 220.


(20)

pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi”.14 Lembar kegiatan siswa (LKS) ini dapat digunakan secara serentak oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti dalam kegiatan eksperimen.

Kenyataannya, banyak guru yang tidak membuat dan mengembangkan sendiri LKS yang akan digunakan melainkan menggunakan LKS dari sumber tertentu. Model LKS yang umum digunakan guru adalah model cookbook

(buku resep masakan). Dengan model LKS ini, guru membimbing dan menuntun siswa melalui LKS atau penuntun praktikum yang memuat urutan langkah kerja siswa dari awal percobaan hingga akhir percobaan. Dalam eksperimen, siswa hanya terpaku pada urutan langkah kerja LKS tanpa diberikan kebebasan dalam menentukan langkah kerja sesuai dengan pengetahuan yang dia peroleh sebelumnya. Hal ini dapat mengganggu pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran.

Sejalan dengan itu, hasil studi kepustakaan mengenai bentuk LKS eksperimen hidrolisis garam dari buku kimia SMA dan LKS yang digunakan siswa, ditemukan bahwa LKS-LKS tersebut tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreativitas dalam melakukan percobaan. Disamping itu, penggunaan LKS praktikum yang berbasis keterampilan proses di sekolah belum maksimal.

Penelitian yang dilakukan Poppy K. Devi berjudul D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper

Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High School at “Colligative Properties Concept” disebutkan bahwa “the text or worksheets for learning science must be based on subject matter, strategies, and must develop the student process skills as well as critical thinking”.15 Pengertian ini dapat diartikan bahwa teks atau lembar kegiatan untuk pembelajaran sains harus didasarkan pada materi pelajaran, strategi pembelajaran, dan harus mengembangkan keterampilan proses dan berpikir kritis siswa. Dari hasil

14

Trianto,Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 111.

15

Poppy K. Devi, D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High


(21)

penelitian yang dilakukan oleh Siska Novita Sari (2012) mengenai Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Larutan Penyangga dengan Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif, menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis deduktif dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan baik. Untuk mengembangkan sub indikator menggambarkan data hasil pengamatan pada tabel dalam keterampilan berkomunikasi perlu dikembangkan LKS praktikum yang lebih komunikatif dalam pembelajaran model siklus belajar hipotesis deduktif sehingga siswa mampu membuat tabel dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan LKS yang dikembangkan berorientasi keterampilan proses sains terutama pada keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi juga merupakan salah satu jenis keterampilan proses menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest. Maka dari itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan LKS berbasis keterampilan proses yang baik terutama pada keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti mengembangkan bahan ajar berupa LKS dengan judul “Lembar Kegiatan Siswa Kimia Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah utama dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Lembar kegiatan siswa (LKS praktikum) yang umum digunakan masih bermodel cookbook dan masih kurang mengembangkan keterampilan proses.

2. Siswa hanya terpaku pada urutan langkah kerja sehingga tidak kreatif. 3. Lembar kegiatan siswa berbasis keterampilan proses masih belum banyak

ditemui.

4. Guru mengalami kesulitan dalam membuat LKS praktikum yang mengintegrasikan keterampilan proses.


(22)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis LKS kimia berbasis keterampilan proses yang dikembangkan adalah LKS sebagai penuntun praktikum atau LKS praktikum.

2. Keterampilan proses yang dimuat dalam LKS kimia berbasis keterampilan proses ini adalah teori keterampilan proses menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengobservasi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, meramalkan/memprediksi, menemukan pola atau hubungan, berkomunikasi secara efektif, merancang dan membuat, memikirkan dan merencanakan penyelidikan, memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif serta mengukur dan menghitung.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Penilaian ahli dan praktisi pendidikan terhadap LKS Kimia Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam berdasarkan kriteria kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafisan, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses.

2. Uji coba keterlaksanaan LKS yang dikembangkan dilakukan secara terbatas pada delapan kelompok siswa (32 siswa) di satu sekolah.

3. Respon siswa terhadap LKS kimia yang dikembangkan berdasarkan kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafisan, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses.

4. Dalam penelitian ini tidak diteliti pengaruh penggunaan LKS yang dikembangkan terhadap peningkatan keterampilan proses siswa.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimana mengembangkan LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam?”.


(23)

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, yaitu menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

mengembangkan LKS kimia yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran kimia, serta dapat mengetahui cara mengembangkan keterampilan proses siswa melalui lembar kegiatan siswa.

2. Bagi guru, yaitu dapat membantu guru dalam menemukan cara mengembangkan keterampilan proses siswa melalui kegiatan eksperimen menggunakan lembar kegiatan siswa, serta membantu guru untuk mengembangkan sendiri LKS yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia.

3. Bagi siswa, yaitu siswa diharapkan memiliki keterampilan proses yang diharapkan.


(24)

9

Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007, hakikat IPA meliputi empat unsur yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap.1 IPA sebagai produk atau disebut juga produk IPA ialah sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA.2 Produk IPA ini diajarkan di dalam atau luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran produk IPA tersebut.3 IPA sebagai proses atau juga disebut proses IPA ialah segala kegiatan ilmiah yang dilakukan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk menghasilkan produk IPA.4 Kegiatan ilmiah juga dilakukan untuk menyempurnakan produk IPA yang telah ada. Kegiatan ilmiah tersebut merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.5 Dalam melakukan metode ilmiah, para ilmuwan memiliki keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut dengan keterampilan proses IPA.6

Adapun IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Laksmi Prihantoro dkk (1986) dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa IPA sebagai aplikasi yaitu teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional RI, 2007), h. 8.

2

Ratna Wilis Dahar, Peranan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Kimia, (Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986), Cet. 1, h. 1.14.

3

Trianto,Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 137.

4

Ratna Wilis Dahar,loc.cit.

5

Departemen Pendidikan Nasional,loc.cit.

6


(25)

bagi kehidupan manusia.7 Sedangkan IPA sebagai sikap, yakni berupa rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.8

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dengan menggunakan metode ilmiah sebagai acuan kegiatan ilmiahnya yang didalamnya terdapat keterampilan dan sikap ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara umum.

Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya.

“Pembelajaran IPA hendaknya memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam yang terjadi di sekitarnya”.9Dalam pembelajaran IPA, peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.10 Oleh karena itu, pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam

sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Depdiknas (2003) dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan antara lain:11

1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

7

Trianto,loc.cit.

8

Departemen Pendidikan Nasional,loc.cit.

9

Ibid.,h. 23.

10

Zulfiani dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 47-48.

11


(26)

2. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah, dan melakukan observasi;

3. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi;

4. Sikap ilmiah antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerjasama;

5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam;

6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

B. Keterampilan Proses

1. Pengertian Keterampilan Proses

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest menyatakan bahwa “the process skills are among the activities often described as the processes or methods of science, chiefly mental skills, but also involve some associated physical skills and concerned with processing evidence and ideas”.12 Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa keterampilan proses merupakan kegiatan-kegiatan yang sering digambarkan sebagi proses atau metode ilmiah, terutama keterampilan mental, tetapi juga melibatkan beberapa keterampilan fisik yang terkait dan berkaitan dengan pengolahan bukti atau data ilmiah dan ide-ide.

Menurut Ratna Wilis Dahar, keterampilan proses IPA adalah keterampilan-keterampilan tertentu yang dimiliki para ilmuwan dalam melakukan segala kegiatan untuk menghasilkan produk IPA.13 Sejalan dengan itu, Conny Semiawan dkk mengungkapkan bahwa keterampilan proses merupakan sejumlah kemampuan atau keterampilan fisik dan 12

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO Sourcebook for Science in The Primary School: A Workshop Approach to Teacher Education, (Paris: UNESCO Publishing, 1992), h. 22.

13


(27)

mental tertentu yang dimiliki ilmuwan dalam melakukan kerja untuk mendapatkan penemuan baru.14

Keterampilan proses dapat digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan produk IPA berupa konsep, prinsip atau teori. Konsep, prinsip atau teori IPA yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan dapat memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.15

“Keterampilan proses juga dapat digunakan untuk memahami fenomena apa saja yang telah terjadi. Keterampilan proses ini diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip hukum, dan teori-teori sains”.16

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka keterampilan proses adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki para ilmuwan dalam melakukan metode ilmiah untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuan, konsep, prinsip, dan teori-teori sains.

2. Jenis-jenis Keterampilan Proses

Menurut Ratna Wilis Dahar, keterampilan proses IPA meliputi keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan/penelitian, dan berkomunikasi serta mengajukan pertanyaan.17

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest juga menyatakan terdapat sepuluh keterampilan proses yang dapat diajarkan, yakni mengobservasi (observing), memunculkan pertanyaan (raising questions), berhipotesis (hypothesizing), meramalkan/memprediksi (predicting), menemukan pola dan hubungan (finding patterns and relationships), berkomunikasi secara efektif (communicating effectively), merancang dan membuat (designing and making), memikirkan dan merencanakan penyelidikan (devising and planning investigations), memilih dan menggunakan bahan dan peralatan 14

Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), Cet. 7, h. 17.

15

Trianto,op.cit.,h. 144.

16

Uus Toharudin dkk,Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), Cet. 1, h. 35-36.

17


(28)

secara efektif (manipulating materials and equipment effectively), serta mengukur dan menghitung (measuring and calculating).18

Penggunaan keterampilan proses ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1Ilustrasi Penggunaan Keterampilan Proses Menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest (1992)

Berdasarkan gambar diatas, Wynne Harlen dan Jost Elstgeest menyatakan bahwa

the layout avoids any indication of a hierarchy or sequence in the use of process skills. It also indicates that they are part of a whole, called scientific investigation. In action, it is often difficult to identify their separate use, but the analytical approach helps in making provision for their development. This relationship to the whole process of investigation explains

18

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest,op.cit.,h. 51-54.

Memunculkan pertanyaan

Mengobservasi (membandingkan, mengelompokkan)

Mengukur dan menghitung

Memilih dan menggunakan bahan dan

peralatan secara efektif

Memikirkan dan merencanakan

penyelidikan Merancang dan

membuat Berkomunikasi

secara efektif Menemukan pola

dan hubungan (menyimpulkan)

Meramalkan/ memprediksi

Berhipotesis

Penyelidikan (Investigating)


(29)

why 'investigation' is not listed as a skill - it is the amalgam of all those which are listed.19

Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa ilustrasi tersebut menghindari indikasi hierarki atau urutan dalam penggunaan keterampilan proses. Hal ini juga menunjukkan bahwa keterampilan proses merupakan bagian dari keseluruhan suatu kegiatan yang disebut penyelidikan ilmiah. Dalam penerapannya, sering ditemukan kesulitan untuk mengidentifikasi penggunaan keterampilan proses yang terpisah. Akan tetapi, pendekatan analisis membantu dalam pembuatan ketentuan untuk perkembangan keterampilan proses. Hubungan dalam ilustrasi ini terhadap seluruh proses penyelidikan menjelaskan mengapa ‘penyelidikan’ tidak terdaftar sebagai keterampilan karena penyelidikan merupakan gabungan dari sepuluh keterampilan proses yang disebutkan. Oleh karena itu, keterampilan proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori keterampilan proses menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest (1992). Berikut jenis keterampilan proses beserta indikatornya:

a. Mengobservasi (observing)

Keterampilan mengobservasi ini meliputi keterampilan mengamati, mengelompokkan, dan membandingkan. Mengamati yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.20 “Keterampilan mengamati berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati”.21 Kegiatan mengamati terdiri dari dua jenis, yakni (1) kualitatif, dengan menggunakan pancaindera dan pengamatan; (2) kuantitatif, dengan menggunakan

19

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest,op.cit.,h. 26-27.

20

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 42.

21


(30)

alat bantu yang sudah dibakukan, seperti indikator universal untuk mengetahui pH larutan.22

Keterampilan mengelompokkan merupakan keterampilan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan atas berbagai objek peristiwa dilakukan berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga akan diperoleh kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.23 Dengan demikian, mengobservasi adalah keterampilan dalam mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai suatu objek atau peristiwa melalui suatu pengamatan, pengelompokkan, dan perbandingan.

Indikator dari keterampilan mengobservasi menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menggunakan indra (sebanyak mungkin yang aman dan tepat) untuk mengumpulkan informasi;

2) Mengidentifikasi perbedaan antara objek/peristiwa yang serupa; 3) Mengidentifikasi persamaan antara objek/peristiwa yang berbeda; 4) Memperhatikan rincian baik/halus yang relevan dengan

penyelidikan;

5) Mengenali urutan dari peristiwa yang berlangsung;

6) Membedakan dari pengamatan apapun yang relevan dengan masalah yang ditangani.

b. Memunculkan Pertanyaan (Raising Questions)

Memunculkan pertanyaan dapat disebut juga dengan mengajukan pertanyaan. Menurut Ratna Wilis Dahar, indikator dari keterampilan mengajukan pertanyaan adalah bertanya apa, bagaimana, dan mengapa, mendiskusikan hasil percobaan, dan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.24 Pertanyaan tersebut dapat dijadikan sebagai rangsangan untuk melakukan percobaan.

22

Uus Toharudin dkk,op.cit.,h. 36.

23

Ibid.

24


(31)

Indikator dari keterampilan memunculkan pertanyaan menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, yaitu:

1) Mengajukan pertanyaan yang mengarah ke penyelidikan; 2) Mengajukan pertanyaan berdasarkan hipotesis;

3) Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan;

4) Menempatkan pertanyaan ke dalam bentuk yang menunjukkan penyelidikan harus dilakukan;

5) Mengakui bahwa beberapa pertanyaan tidak bisa dijawab melalui penyelidikan.

c. Berhipotesis (Hypothesizing)

Indikator keterampilan berhipotesis menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Mencoba untuk menjelaskan pengamatan atau hubungan dalam beberapa prinsip atau konsep;

2) Menerapkan konsep atau pengetahuan yang diperoleh dalam satu situasi untuk membantu pemahaman atau memecahkan masalah yang lain;

3) Menyadari bahwa ada lebih dari satu penjelasan yang mungkin dari suatu peristiwa;

4) Mengenali kebutuhan untuk menguji penjelasan dengan mengumpulkan lebih banyak bukti;

5) Menyarankan penjelasan yang diujikan bahkan jika tidak mungkin. d. Meramalkan/memprediksi (Predicting)

“Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada”.25 Sejalan dengan itu, memprediksi berarti membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu atau memprediksi 25


(32)

hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.26 Meramalkan berbeda dengan menebak. Menebak adalah memperkirakan suatu hal tanpa ada/berdasarkan data atau informasi yang ada.27 Dengan demikian, meramalkan/memprediksi adalah keterampilan memperkirakan peristiwa atau sesuatu yang belum terjadi di masa mendatang berdasarkan kecenderungan atau keteraturan pola data yang ada.

Indikator dari keterampilan meramalkan menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Membuat penggunaan bukti untuk membuat suatu prediksi (sebagai lawan dari suatu penebakan yang menggunakan catatan bukti yang tidak ada);

2) Dengan tegas menggunakan pola atau hubungan untuk membuat suatu prediksi;

3) Membenarkan bagaimana suatu prediksi dibuat dari segi menyajikan bukti atau pengalaman masa lalu;

4) Menunjukkan perhatian dalam membuat asumsi mengenai penerapan umum dari suatu pola diluar bukti yang tersedia;

5) Membuat penggunaan pola untuk memperhitungkan kemungkinan alasan/kasus dimana tidak ada informasi yang terkumpul.

e. Menemukan pola dan hubungan (finding patterns and relationships) Indikator dari keterampilan menemukan pola dan hubungan menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menempatkan berbagai potongan-potongan informasi bersama (dari pengamatan langsung atau sumber sekunder) dan menarik suatu kesimpulan dari informasi tersebut;

2) Menemukan keteraturan atau kecenderungan dalam informasi, pengukuran atau pengamatan;

26

Uus Toharudin dkk,op.cit.,h. 37.

27


(33)

3) Mengidentifikasi suatu hubungan antara satu variabel dan variabel lain;

4) Menyadari perbedaan antara kesimpulan yang sesuai untuk semua bukti dan menarik kesimpulan yang diluar/melebihi bukti;

5) Memeriksa suatu gabungan atau hubungan yang disimpulkan/diduga terhadap bukti yang ada.

f. Berkomunikasi secara efektif (Communicating Effectively)

Mengomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.28 Mengomunikasikan juga dapat diartikan sebagai penyampaian dan perolehan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual.29 Pengertian lain menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi adalah menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan).30 Dengan demikian, mengomunikasikan adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuan, hasil percobaan kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan, tabel, grafik, diagram, gambar atau laporan.

Indikator dari keterampilan berkomunikasi secara efektif menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menggunakan tulisan atau lisan sebagai media untuk memilih ide atau menghubungkan satu ide dengan yang lain;

2) Mendengarkan ide orang lain dan menanggapinya; 3) Membuat catatan pada tindakan atau pengamatan;

4) Menampilkan hasil yang tepat menggunakan grafik, tabel, pemetaan, dll;

5) Melaporkan peristiwa secara sistematis dan jelas; 28

Ibid.

29

Uus Toharudin,loc.cit.

30


(34)

6) Menggunakan berbagai sumber informasi;

7) Mempertimbangkan bagaimana menyajikan informasi sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.

g. Merancang dan membuat (Designing and Making)

Indikator dari keterampilan merancang dan membuat menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Memilih bahan yang tepat untuk membangun sesuatu yang harus bekerja atau menjalankan suatu tujuan;

2) Memilih bahan yang tepat untuk membangun model/contoh;

3) Menghasilkan rencana atau rancangan yang merupakan suatu usaha realistis pada pemecahan suatu masalah;

4) Berhasil dalam membuat model/contoh yang bekerja atau memenuhi kriteria tertentu;

5) Meninjau ulang rencana atau pembuatan/pembangunan yang berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan.

h. Memikirkan dan merencanakan penyelidikan (Devising and Planning Investigations)

Indikator dari memikirkan dan merencanakan penyelidikan menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menentukan peralatan, bahan, dll yang diperlukan untuk penyelidikan;

2) Mengidentifikasi hal apa yang akan mengubah atau berubah ketika pengamatan atau pengukuran berbeda dilakukan;

3) Mengidentifikasi variabel apa yang dibuat sama untuk pengujian yang adil/wajar;

4) Mengidentifikasi hal apa yang harus diukur atau dibandingkan; 5) Mempertimbangkan terlebih dahulu bagaimana pengukuran,

perbandingan, dll digunakan untuk memecahkan masalah;

6) Menentukan urutan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyelidikan.


(35)

i. Memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif (manipulating materials and equipment effectively)

Indikator dari memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Memperlakukan dan memilih serta menggunakan bahan dengan hati-hati untuk keselamatan dan efisiensi;

2) Menggunakan alat-alat dengan efektif dan aman;

3) Menunjukkan kepedulian dan penghormatan yangs sesuai untuk makhluk hidup;

4) Merakit bagian-bagian dengan sukses sesuai pada rencana;

5) Bekerja dengan tingkat ketelitian yang tepat pada tugas yang ditangani.

j. Mengukur dan menghitung (Measuring and calculating)

Mengukur diartikan sebagai cara membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan menggunakan alat untuk memperoleh sebuah data disebut pengukuran.31 Mengukur merupakan bagian dari pengukuran, yaitu proses penemuan ukuran dari suatu objek yang digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif.32 Dengan demikian, mengukur merupakan keterampilan dalam menggunakan alat untuk menemukan ukuran dari objek yang diamati sebagai data kuantitatif.

Indikator dari mengukur dan menghitung menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest adalah:

1) Menggunakan ukuran standar atau non-standar yang tepat dalam membuat perbandingan atau mengambil bacaan;

2) Mengambil serangkaian pengukuran yang memadai untuk tugas yang ditangani;

31

Uus Toharudin dkk,loc.cit.

32


(36)

3) Menggunakan alat pengukur dengan benar dan ketelitian yang wajar;

4) Menghitung hasil dengan suatu cara yang efektif;

5) Menunjukkan perhatian terhadap ketepatan dalam memeriksa pengukuran atau perhitungan.

3. Penerapan Keterampilan Proses

Keterampilan proses perlu dilatihkan atau dikembangkan dalam pembelajaran sains (termasuk kimia) karena memiliki peran-peran sebagai berikut:33

a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya;

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; c. Meningkatkan daya ingat;

d. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu;

e. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Dengan mengembangkan keterampilan proses maka siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains. Hal ini juga dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam keterampilan proses untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

C. Lembar Kegiatan Siswa

1. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.34 Dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar Departemen Pendidikan

33

Ibid.,h. 148.

34


(37)

Nasional Tahun 2008, lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.35

Pengertian lain menyatakan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan dapat berupa tugas teoritis (membuat resume, dll) dan tugas praktis (kerja laboratorium).36 “Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP)“.37 Tujuan dari LKS adalah untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar.38

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak berupa panduan atau lembaran-lembaran berisi materi, ringkasan, informasi, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran berupa tugas teoritis maupun tugas praktis yang harus dikerjakan oleh peserta didik mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Adapun ciri-ciri LKS sebagai berikut:

a. LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai 100 halaman; b. LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh

satuan tingkat pendidikan tertentu.39

35

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 13.

36

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), Cet. 1, h. 204.

37

Hamdani,Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 74.

38

Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar pada Sekolah (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Kementerian Agama RI, 2012), Cet. 2, h. 77.

39


(38)

2. Jenis-jenis Lembar Kegiatan Siswa

Ada lima macam bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik, yaitu:40

a. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep. Dalam penggunaannya, LKS ini didampingi sumber belajar lain seperti buku. b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsep yang telah ditemukan. LKS ini digunakan untuk melatih siswa dalam menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.

c. LKS sebagai penuntun belajar, berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya terdapat di dalam buku. Fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remediasi.

d. LKS sebagai penguatan. LKS ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS ini juga cocok digunakan untuk pengayaan.

e. LKS sebagai petunjuk praktikum. LKS ini berisi petunjuk praktikum yang dipisahkan ke dalam buku tersendiri sebagai kumpulan LKS. 3. Fungsi Lembar Kegiatan Siswa

Berdasarkan pengertian LKS, maka dapat diketahui bahwa LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut:41

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;

b. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;

c. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;

40

Andi Prastowo,op.cit.,h. 209-211.

41


(39)

d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Selain itu, fungsi LKS bagi siswa adalah untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. Sedangkan fungsi LKS bagi guru yaitu untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berpikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa.42

4. Tujuan Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa

Tujuan penyusunan LKS adalah sebagai berikut:43

a. Membantu peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. b. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaian

indikator serta kompetensi dasar dan standar kompetensi (SKKD) yang dirumuskan;

Selain itu, terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu:44

a. Melatih kemandirian belajar peserta didik;

b. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;

c. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan; dan

d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. 5. Prinsip Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa

Prinsip-prinsip dalam menggunakan LKS diantaranya:45

a. Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar (SKKD), indikator dan tujuan pembelajaran; termasuk pembuatan rencana pelaksanaan pembelajarannya dalam bentuk RPP;

b. Memilih secara cermat dan menilai secara teliti tentang pertanyaan, tugas atau jenis latihan dalam LKS dan melihat kesesuaiannya dengan kebutuhan pembelajaran dan tahap perkembangan peserta didik;

42

Marno,op.cit.,h. 78.

43

Uus Toharudin dkk,op.cit.,h. 214.

44

Andi Prastowo,op.cit.,h. 206.

45


(40)

c. Penggunaan LKS bukan untuk menggantikan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, melainkan sebagai sarana untuk mempercepat tujuan pembelajaran;

d. Penggunaan LKS sebaiknya dapat menumbuhkan minat peserta didik terhadap pembelajaran sains melalui diskusi dan pelaksanaan langkah kerja berupa percobaan atau demonstrasi.

6. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa

Dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008, langkah-langkah dalam menyusun lembar kegiatan siswa dapat dilakukan sebagai berikut:46

a. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, dan kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa. b. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi LKS dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. c. Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi dasarnya tidak terlalu besar. Besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi dengan cara menguraikan kompetensi dasar ke dalam materi pokok. Jika materi pokok yang didapatkan maksimal empat materi pokok, maka kompetensi dasar tersebut telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun, jika materi pokok yang didapatkan lebih dari empat materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali untuk memecah LKS menjadi dua judul LKS.

46


(41)

d. Penulisan Lembar Kegiatan Siswa

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penentuan kompetensi dasar yang harus dikuasai 2) Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik yang mengacu kepada pendekatan pembelajaran yang digunakan.

3) Penyusunan materi

Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dalam LKS dapat ditunjukkan referensi yang digunakan supaya siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas dalam LKS harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya.

4) Penyusunan struktur Lembar Kegiatan Siswa

Dilihat dari strukturnya, LKS lebih sederhana daripada modul namun lebih kompleks daripada buku. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:47 a) Judul;

b) Petunjuk belajar (petunjuk siswa); c) Kompetensi yang akan dicapai; 47


(42)

d) Informasi pendukung;

e) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja; f) Penilaian.

Adapun komponen LKS ekperimen meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan, serta pertanyaan dan simpulan untuk bahan diskusi.48

e. Evaluasi dan Revisi

Evaluasi LKS ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah LKS telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki.

Dalam penelitian ini, penyusunan LKS dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pengembangan, dan evaluasi.

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan ini terdiri dari: 1) Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan bahan ajar dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau model yang dikembangkan.49 Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajari dan mengidentifikasi lembar kegiatan siswa yang umum digunakan siswa, baik dari LKS maupun buku kimia yang digunakan siswa di sekolah.

2) Analisis kurikulum

Analisis kurikulum ini dilakukan untuk menentukan materi yang cocok digunakan untuk LKS dan jumlah LKS yang akan dikembangkan. Penentuan materi dilakukan dengan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hasil analisis ini dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan LKS.

3) Menentukan judul LKS 48

Trianto,op.cit.,h. 112.

49

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, h. 184.


(43)

4) Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses, maka penilaian yang digunakan adalah penilaian proses. Penilaian proses dapat diartikan sebagai penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang atau kelompok siswa.50 Untuk menilai keterampilan proses dapat digunakan cara nontes dengan menggunakan lembar pengamatan. Disamping itu, penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dengan tes perbuatan yang memerlukan lembar pengamatan lebih rinci untuk menilai tingkah laku yang diharapkan.51

b. Tahap Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa

Untuk membuat LKS yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik, perlu memerhatikan desain dan langkah-langkah pengembangannya. Terdapat empat langkah yang ditempuh untuk mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam pembelajaran, yaitu:

1) Menentukan desain LKS

Penentuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai digunakan sebagai dasar atau acuan dalam menentukan desain LKS. LKS didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri. Jika desain LKS yang dibuat terlalu sulit dan rumit bagi peserta didik maka mereka akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Batasan umum yang dapat dijadikan pedoman saat menentukan desain LKS adalah:52

50

Moh. Uzer Usman,op.cit.,h. 42.

51

Ibid.,h. 44.

52


(44)

a) Ukuran, yaitu LKS menggunakan ukuran kertas yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b) Kepadatan halaman, yaitu mengusahakan agar halaman LKS tidak dipadati oleh tulisan. Halaman yang padat akan mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian. c) Penomoran, yaitu adanya penomoran dapat membantu peserta

didik, terutama bagi peserta didik yang kesulitan untuk menentukan mana judul, subjudul, dan mana anak subjudul dari materi yang kita berikan dalam LKS.

d) Kejelasan, yaitu materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik. Sesempurna apapun materi LKS yang disiapkan, jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas maka LKS tidak akan memberi hasil yang maksimal.

2) Pengumpulan materi

Pengumpulan materi bertujuan untuk menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Materi dan tugas tersebut harus sejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah ada. Selain itu, dapat ditambahkan pula ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang disajikan.

3) Penyusunan elemen atau unsur-unsur

Penyusunan elemen ini dilakukan untuk mengintegrasikan desain dengan materi dan tugas yang telah dikumpulkan.

4) Pemeriksaan dan penyempurnaan

Pemeriksaan dan penyempurnaan berupa pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan. Proses ini merupakan bagian dari tahap evaluasi, yaknireviewoleh ahli diluar pengembang bahan ajar.


(45)

c. Tahap Evaluasi Lembar Kegiatan Siswa

Evaluasi bahan ajar dapat dilakukan dengan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas bahan ajar. Dalam proses pengembangan suatu bahan ajar, pelaksanaan evaluasi formatif adalah suatu keharusan.53

Ada empat tahap dalam melakukan evaluasi formatif, yaitu: 1) Reviewoleh ahli bidang studi diluar pengembang bahan ajar.

Review ini dilakukan untuk memperoleh pandangan atau pendapat orang lain, sesama ahli bidang studi terutama mengenai ketepatan isi atau materi bahan ajar yang dikembangkan. Disamping itu, dilakukan pula review ahli desain fisik media. Masukan yang diharapkan diantaranya kualitas teknis bahan ajar dan relevansi kebenaran materi dengan indikator pembelajaran dan kompetensi dasar. Cara yang dapat digunakan pada kegiatan

review adalah dengan meminta komentar tentang kualitas bahan ajar dari sudut pandang masing-masing ahli. Komentar ini dapat diperoleh dengan cara memberikan kuesioner atau angket, wawancara, dan diskusi terbuka. Hasil kegiatan review tersebut dianalisis dan disimpulkan untuk kemudian digunakan dalam merevisi bahan ajar yang dikembangkan.54

2) Evaluasi satu-satu (one to one evaluation)

Evaluasi satu-satu dilakukan antara pengembang bahan ajar dengan dua atau tiga siswa secara individual. Siswa yang dipilih memiliki ciri-ciri seperti populasi sasaran dan berasal dari siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang

53

Atwi Suparman,Desain Instruksional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), Cet. 2, h. 208.

54


(46)

terdapat dalam bahan ajar, serta mendapatkan komentar dari siswa tentang isi atau materi pelajaran.

3) Evaluasi kelompok kecil

Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan melibatkan 812 siswa. Kelompok kecil siswa ini harus representatif untuk mewakili populasi sasaran yang sebenarnya. Tiga orang siswa yang telah ikut dalam evaluasi satu-satu tidak diikutsertakan kembali. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekurangan kegiatan pembelajaran setelah direvisi berdasarkan hasil evaluasi satu-satu. Masukan yang diharapkan bukan saja tentang bahan ajar melainkan juga proses pembelajaran.55

4) Uji coba lapangan.

Uji coba lapangan merupakan tahap akhir dalam evaluasi formatif. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam uji coba lapangan ini berkisar 1530 siswa dan sudah dianggap cukup selama memiliki ciri yang sama dengan populasi sasaran. Uji coba lapangan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekurangan bahan ajar yang dikembangkan jika digunakan dalam kondisi yang menyerupai kondisi pembelajaran yang sebenarnya.56

Hasil uji coba lapangan digunakan untuk merevisi bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan penggunaan hasil evaluasi kelompok kecil. Hasil uji coba ini paling mirip dengan keadaan sebenarnya karena dilakukan dalam lingkungan yang menyerupai lingkungan sebenarnya. Oleh karena itu, masukan dari uji coba ini akan menggambarkan reaksi populasi sasaran terhadap bahan ajar yang dikembangkan dan masukan yang menyeluruh mengenai kualitas dan strategi pembelajaran yang dilakukan.57

55

Ibid.,h. 210-211.

56

Ibid.,h. 213.

57


(1)

t2. Zulftanr dl<k, Strategi Pembelajaran Sains...,

h.

104. ,)

13.

Syaiful

Sagala, Konsep

dan Makna Pembeloiaran:

Untuk

Membantu

Memecahkttn Problematika

Belajar

dan

Me n gaj

ar,

(Bandung : Alfabeta, 200 8), Cet. 6, h. 220.

f,

,{

14.

Trianto, Model Pembelajaran

Terpadu: Konsep, Strategi,

dan

Inrylementasinya

dalam KTSP,

(Jakarta:

PT

Bumi

Aksara,2010),

Cet.2,

h.

111.

b[

t

15.

Foppy

K.

Devi,

D.A.R.TS

Using

Work

Sheets .fo,

Developing

Process Skills

and Critical

Thinking

Wrth

Pencil

and

Paper

Taslrs

An

Experiment Study

in

Chemistry Senior

High

School

at

"Colligative

Properties Concept".

q

{

]BAB

II KAJIffi.PUSTAKI

1

Departemen Pendidikan

Nasional,

Kajian

Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran IPA,

(Iakarta: Pusat

Kurikulum

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional, 2007), h. 8.

bt

I

2.

Ratna

Wilis

Dahar, Peranan Pertanyaan

Guru

dalam Proses

Belajar

Mengajar

Ilmu Kimia,

(Jakarta: Karunika,

Universitas Terbuka, 1986), Cet. 1,

h.l.l4.

tul

I

J.

Trianto, Model Pembelajaran

Terpadu: Konsep, Strategi,

dan

Implementasinya

dalam

KTSP,

(Iakarta:

PT

Bumi

Aksara, 2010),

Cet.2,h.

131 .

rsY

l-i

4. Ratna

Wilis

Dahar, Peranan Pertanyaan...,

h.

1.14.

tt

Irl

5.

Departemen Pendidikan

Nasional,

Kajian

Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran

IPA...,

h. 8.

$,

,h

6. Ratna

Wilis

Dahar, Peranan

Pertanyaan..., h.

1.14. bt fr

1. Trianto, Mo del P emb elaj ar an Terp adu... ...,

h.

137 .

a

8.

Departemen Pendidikan Nasional,

Kaiian

Kebiiakan

Kurikulum Mata Pelaiaran

lPA...,

h. 8.

bl

!

t,

9. Departemen Pendidikan Nasional,

Kajian

Kebijakan

h.23.

f)

t.

,+

10.

Zulfr,ani

dkk,

Strategi

Pembelajaran

Sains,

(Jakarta:

Lembaga Penelitian

UIN

Jakart a, 2009), h. 47

-48.

t

f-

1

11 Trianto, Mo del P e mb el aj ar an Terpadu... ...,

h.

1 43 . t2)

12.

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO

Sourcebookfor

Science

in

The

Primary

School:

A

Workshop

Approach

to Teacher Education, (Paris: UNESCO

Publishing,

1992), h. 22.

I

T

+

I

13. Ratna

Wilis

Dahar, Peranan

Pertanyaan..., h.

1.14. 1)

14.

Conny

Semiawan

dkk,

Pendekatan

Ketrampilan

Proses, (Jakarta:

PT

Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), Cet.

7,h.

rl.

t\

I

r

+

15. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu... ...,

h.

144.

f)

I

-t

t6.

Uus

Toharudin

dkk,

Membangun

Literasi

Sains

Peserta

Didik,

(Bandung:

Humaniora,20ll),

Cet. 1, h.

35-36.

5)

+

,


(2)

17. Ratna

Wilis

Dahar, Peranan

Pertanyaan..., h.

1.15. At -A

i8.

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO Sourcebookfor

Science

..., h.

5l-54.

t;l

A

19. Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO

Sourcebookfor

Science ... ..., h. 26-27 .

bi

I

n

20. Moh. Uzer lJsman,

Menjadi

Guru Profesional, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2008),

CeL22,h.42.

f,rl

h'

2tr

Zulfiani

dl<k, Strategi Pembelaiaran Sains..'..., h. 53.

o

22. Uus Toharudin dkk, Membangun

Literasi

Sains..., h.36. b,

'-)" Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi

Sains....-.,h.36.

E

24" Ratna

Wilis

Dahar, Peranan

Pertanyaan..., h.

f

i6.

'A

25.

Zulfiani

dkk, Strategi Pembelajaran Sains...,

h'

53.

L

26. Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi Sains... ..., h.37 .

t)

I

tJ

27. Moh. Uzer fJsman,

Meniadi

Guru

Profesional...,

h.43.

L' tI 28. Moh. Uzer lJsman,

Menjadi

Guru

Profesional...,

h.43.

q)

I I

29. Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi Sains... ..., h.3'7 .

t)

A.lI 30.

Zulfiani

dkk, Strategi Pembelajaran Sains...

...,h.

54.

t)

31 Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi Sains ... ..., h. 37 . ?)

)2,

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu...,

h.

146.

tu

aa

JJ. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu... ...,

h.

148.

t'

34. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu...,

h.

111

t;

Ia

35.

Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engembangan

Bahan

Ajar,

(Jakarta:

Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.

13.

I

f,b

I

t'

n 36.

Andi

Prastowo, Panduan

Kreatif

Membuat Bahan

A1'ar

Inovatif,

(Yogyakarta: Diva Press,

20ll),

Cet. 1,

h.20!L

4

I

fl

37.

Hamdani, Strategi

Belajar

Mengaiar, (Bandung:

CV.

Pustaka Setia, 2011), h. 7 4.

l:'

38.

Marno,

Modul

Pengembangan Bahan

Aiar pada

Sekolah (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Kementerian Agama zu, 2012),

Cet.2,h.77

.

?)

l^

39. Marno, Mo dul P engemb angan B ahan Aj ar ... ..., h. 77.

It

40.

Andi

Prastowo, Panduan

Kreatif

...,

h.

209-211.

t)

nl 41.

Andi

Prastowo, Panduan

Kreatif

..., h.

205-206.

f,t

-t

N

42. Marno, Modul Pengembangan

...,

h. 78.

t)

n'

43. Uus Toharudin dkk, Memb angun Literasi Sains ... ..., h. 214.

u

't 44.

Andi

Prastowo, Panduan

Kreatif ...,h.206.

a

45. Uus Toharudin dkk, Membangun

Literasi...,

h.

215-216.

u

46. Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engemb angon

Bahan Ai ar ... ..., h.

23-24.

f)

I

47. Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engemb angan

Bahan Ai ar... ..., h. 24.

q

7

48. Trianto, Model P embelaj aran Terpadu... ...,

h.

ll2.

?)

q

49. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), Cet.2,

h.

184.

5)

l'

,

t,

I

lt

.,

I

I


(3)

50. Moh. Uzer lJsman,

Menjadi

Guru

Profesional-.-..., h.42.

Ll

51 Moh. Uzer lJsman,

Menjadi

Guru

Profesional..., h.44.

ts 52"

Andi

Prastowo, Panduan

Kreatif

...,

h. 216-220. tZ

53.

Atwi

Suparman, D e s ain Ins truks i onal, (J akarta: Universitas

Terbuka,

i993),

Cet.2,

h.208.

(A

I

54"

Atw

Suparman, D e s ain Instruks ional ... ..., h.

209-2t0

t)

55"

Atw

Suparman, D e s ain Instruksional ... ..., h.

210-217

f)

56.

Atw

Suparman, Desain Instruksional.. - ..., h. 213 .

U

57.

Atw

Suparman, De s ain Ins truks ional ... ..., h. 219.

t)

58.

Atw

Suparman, D e s ain Instrulrs ional ... ..., h. 220.

u

59. Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engemb angan

Bahan Aj ar ... ..., h. 28.

b

+

60. Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engemb angan

Bahan

Aiar...,

h.

18.

l)

)

61. Marno, Modul P engembangan

h.79-80.

lA

62. Depafiemen Pendidikan Nasional, P anduan P engemb angan

Bahan

Aiar...

h.

13.

G

63. Hamdani, Strategi

Belajar

Mengajar...

...,h.

75.

64.

Abdul

Maj id, P er enc anaan P emb el aj ar an : Mengemb angkan Kompetensi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005),

Cet. 1.

h.177.

f,r

+

65. Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engemb angan

Bahan

Aiar...,

h.

13.

u

4

66.

Poppy

K.

Devi,

D.A.R.TS

Using

Work

Sheets .fo,

Developing

Process

Skills

and

Critical

Thinking

Wrth Pencil and

Paper

Tasks

An

Experiment Study

in

Chemistry Senior

High

School

at

"Colligative

Properties Concept".

+

il

67. Ratna

Wilis

Dahar, Peranan Pertanyaan ,

h.

1.16. -z)

68. Zulftanr dl<k, Strategi Pembelajaran Sains... ..., h. 55.

t)

69. Marno, Modul Pengembangan ... ...,

h.79.

1)

70.

Suwardi dl<k, Panduan Pembelajaran Kimia

XI

untuk

SW

dan

MA,

(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

RI, 2009), h.

150.

nln

Dr

+

71.

Nenden Fauziah,

Kimia

2

untuk

IPA,

(Jakarta: Pusat

Perbukuan Nasional

RI, 2009), h.

138.

SMA dan

W

Kelas

XI

Departemen Pendidikan

bl

I

r)

72.

Crys Fajar Partana dan

Antuni

Wiyarsi,

Mari Belajar Kimia

untuk SMA-MA Kelas

XI

IPA,

(Jakarta: Pusat Perbukuan

Depafiemen Pendidikan Nasional

RI, 2009),

h.209.

a

+

-1

/).

Unggul

Sudarmo,

Kimia

SMA

2

untuk SMA Kelas

XI

(Surakarta: Penerbit PHiBETA, 2006),

h.

197 -198.

b

[-

"t

74. Unggul Sudarmo,

Kimia

SMA 2 )

h.197.

b.t

75. Crys Fajar Partana dan

Antuni

Wiyarsi,

Mori Belajar

Kimia ... ... , h. 212.

,\

{

76. Nenden Fauziah,

Kimia

2 untuk SMA

,...,

h.

138.

f)

4

77. Crys Fajar Partanadan

Antuni

Wiyarsi,

Mari Belajar

Kimia... ..., h.

2I2.

i)

+

'll


(4)

78.

Rochiati

Wiriatmadj

a,

Metode

Penelitian

Tindakon Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja

Guru

dan Dosen, (Bandung:

PT Remaia Rosdakarya,2009), h. 85.

w

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN

1 S"

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,

(Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2009), Cet.7, h. 39.

sI

+

2.

Burhan

Bungin,

Penelitian

Kualitatif:

Komunikasi,

Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan

llmu

Sosial

Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada

Media

Group,

20Il),

Cet. 5, h. 23.

q+

{-Riduwan, Skala

Pengukuran Dimensi-dimensi Penelitian,

(Bandung:

Alfabeta,2008),

Cet. 5,

h.25-26.

w

4.

Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian:

Suatu

Pendekatan

Prahik

(Edisi

Revisi

VI),

(Iakarta:

PT

Rineka

Cipta, 2006), Cet. 13,

h.

151.

t)

l"

,I

I

5. Riduwan, Skala P engukuran... ..., h. 25-26.

a

6. Cholid Narbuko dan

Abu

Achmadi, Metodologi Penelitian,

(Jakarta: PT

Bumi

Aksara,2004),

Cet.6,

h.70.

b

7. Suharsimi

Arikunto,

Pr o s e dur P enelitian : Suatu ...

h. t57.

el

8.

Asmawi

Zairul/.

dan

Noehi

Nasoetion,

Penilaian Hasil

B el ai

ar,

(Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), Cet. 2, h. 9 4.

s

F

9.

Asmawi

Zainul dan Noehi Nasoetion, Penilaian

Hasil..

h.95.

b

I

10.

Nurul

Zuriah,

Metodologi Penelitian

Sosial

dan

Pendidikan: Teori-Aplikasi

(Jakarta:

PT

Bumi

Aksara,

2007),Cet.2,h.

168.

tr

J'

t

11 Nana Sudjana,

Penialaian Hasil

Proses

Belajar

Mengajar,

(Bandung: PT Remaia Rosdakarya.2009), Cet. 14,

h.

13.

w

{

t

12 Rduwan, Skala Pengukuran... ..., h. 20

u(

()

13. R duwan, Skala P engukuran... ..., h. 22.

9

BAB

IV

HASIL PENELITIAN

DAN

PEMBAH

ASAN

t

1

Trianto, Model Pembelajaran

Terpadu: Konsep, Strategi,

dan

Implementasinya

dalam KTSP,

(Jakarta:

PT

Bumi

Aksara, 2010), Cet. 2,

h.

149.

$r

T

2.

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan,

Kompetensi

Dasar,

(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

RI,2013), h.

133.

w

J

Departemen Pendidikan Nasional, P anduan P engembangan

Indikator,

(Jakarta:

Direktorat

Pembinaan

Sekolah

Menengah Atas, 2008), h. 3.

a+

t-

$

4. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu... ...,

h.

1 1 1

r\

M

5. Ratna

Wilis

Dahar, Peranan Pertanyaan

Guru dalam...,

h. 1.16.

f)

6.

Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO

Sourcebookfor

Science

in

The

Primary

School:

A

Worlcshop

Approach

to Teacher Education, (Paris: UNESCO Publishing, 1992), h. 26.

{


(5)

Syaiful

Sagala, Konsep

dan Makna Pembelajaran:

Untuk

Membantu Memecahkan Problematika

Belaiar

dan

Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 6, h. 87. 61

L

8.

Andi

Prastowo, Panduan

Kreatif

Membuat Bahan

Aiar

Inovatif,

(Yogyakarta:

Diva

Press,

20Il),

Cet. 1,

h.217.

a

t

9"

Azhar

Arsyad, Media

Pembelajaran,

(Jakarta:

PT.

Raja

Grafindo

Persada,20ll),

Cet. 15, h. 87-88.

s

(,

10.

Anik Ulfah dkk,

Pengembangan

LKS IPA

Berbasis Word

Square

Model

Keterpaduan Connected, Unnes

Science

Education

Journal,

USEJ 2

(l)

(2013),h.242.

$

*

Ciputat,

ol

tutt

2ot4

Mengetahui,

NIP.

19600422

r988t22

001

NrP.

19760107 200501 1


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

SITI NUR AENIAH,

biasa dipanggrl

Nia, lahir

di

Tangerang pada tanggatr

03

JBni

1990.

Putri

dari

Bapak

H.

Sanian

dan

Ibu

Hj.

Siti

Asfah,

merupakan

istri

dari Bapak

H.

Mohamad

Anas yang menikahinya pada

tanggal

10 Agustus 2014. Saat

ini

penulis

tinggal

bersama sang suami

di

Jl.

Talaga Cihideung,

RT

003

RW

002,

Kelurahan Talaga, Kecamatan

Cikopa

Kabupaten Tangerang, Banten

l57l0-Anak

keenam

dari

sembilan bersaudara

ini

pernah

bersekolah

di

SD

Negeri Cikupa

II

dad tahun ajaran 1996*2002. Kemudian melanjutkan ke SMP

Negeri

I

Cikupa

dan

lulus

tahun

2005.

Lalu

meneruskan pendidikan

ke SMA Negeri I

Balaraja yang sekarang bernama

SMA Negeri

1 Kabupaten Tangerang dan lulus tahun

2008.

Pada

tahun

2009,

penulis diterima

sebagai mahasiswa

di

Program

Studi

Pendidikan

Kimi4

Jurusan Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan

Alam,

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan

Keguruan,

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakart& melalui

jalur

Ujian

Masuk Bersama

(lt\G)

7 universitas. Dengan perjuangan, usaha, dan doa dari suami dan orangtua, akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi

Sl-nya

pada tahun 2014.

Bagi

teman-teman

yang

ingin

berkomunikasi

dengan

pentrlis,

untuk

sekedar

menanyakan

seputar skripsinya,

dapat dilahrkan melalui

email

di

sn.aeniah@yahoo.com atau facebook Siti

Nur

Aeniah.