perdagangan bebas regional dan daya sain

PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN DAYA SAING EKSPOR
KASUS INDONESIA

OLEH:
NUR FAIDAH HIDAYATI (128620600141)
PGSD PAGI-C

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2016

PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN DAYA SAING EKSPOR:
KASUS INDONESIA
1

ABSTRACT

Indonesia has involved in quite many regional trade agreements, since more than a
decade ago. Theoritically, Free Trade Agreements (FTAs) are very beneficial to the countries, as
resources are more efficiently allocated due to production specialization. However, presence of

asymmetric information, market inefficiency, and economic distortion in the real world have led
to a deviation of FTAs benefits from its theoritical framework. This paper studies whether
Indonesian export competitiveness is improving after Indonesia involves in ASEAN Free Trade
Agreement (AFTA) and ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA). Export competitiveness
are measured by some trade indicators, such as: trade intensity index, market share, export
product dynamics, and RCA, for some Indonesian main export products. The indices are
compared across ASEAN countries and Cina to reveal: (i) which products are gaining or losing
competitiveness in ASEAN and Cina markets; and (ii) which countries are becoming Indonesian
main competitors in ASEAN and Cina markets. Additionally, this paper ends up with some
policy recommendations that Indonesia should undertake to improve competitiveness of its
products in ASEAN and Cina markets.

Keywords: FTA, export competitiveness, Indonesia

2

bahwa

PENDAHULUAN


banyak

negara-negara

di

dunia telah terlibat di berbagai
perjanjian dagang, baik perjanjian
dagang bilateral maupun regional.

A. Latar Belakang
Menurut

teori

dagang

internasional, FTA diterima karena
keuntungan yang diperoleh oleh
negara-negara


yang

terlibat

Grafik II.1 menunjukkan adanya
peningkatan

jumlah

FTA secara

signifikan sejak tahun 20022.

dari

perdagangan ini, yang berasal dari
konsep

keuntungan


komparatif.

Sebuah negara akan mengkhususkan
diri

dalam

menghasilkan

suatu

produk jika memiliki keuntungan
komparatif1. Dengan pengkhususan

Data

di

atas


juga

macam ini, secara umum dunia dapat

menunjukkan bahwa hingga saat ini

mengembangkan

dunia

FTA di dunia berjumlah 221,naik

total (total world output) dengan

sebanyak 152 perjanjian dari tahun

jumlah sumber daya yang sama, dan

2002, yang hanya berjumlah 69


pada

perjanjian.

saat

ekonomi

yang
akan

keluaran

sama
terus

efisiensi

Jumlah


perjanjian

meningkat.

bilateral dan regional meningkat

Hasilnya, secara teoritis, sebuah FTA

dikarenakan keduanya merupakan

dapat

menjamin

bahwa

negara-

opsi terbaik kedua bagi FTA setelah


negara

yang

terlibat

dalam

perjanjian

multilateral.

Namun

kesepakatan ini, akan memperoleh

karena implementasi dari perjanjian

keuntungan dari hasil terbentuknya


multilateral sulit untuk sepenuhnya

perdagangan (trade creation) dan

diterapkan, banyak negara lebih

pengalihan dagang (trade diversion).

memilih perjanjian bilateral dan

Tren terbaru dari FTA menunjukkan
1 Edwards and Schoer (2001). The
Structure and Competitiveness of South
African Trade, Trade
and Industrial Policy Strategy √ Annual
Forum, Muldersdrift.

2 Mikic (2005). Commonly Used Trade
Indicators: A Note,dipresentasikan pada

ARTNeT Capacity
Building Workshop on Trade Research,
UNESCAP.

3

regional

untuk

perdagangan

dan

memperluas

yang sudah berjalan, dan 8 perjanjian

memperkuat


yang masih dalam tahap negosiasi

hubungan ekonomi dengan Negara

atau

lain Gambar kedua menunjukkan

memperlihatkan

klasifikasi FTK kedalam perjanjian

melibatkan Indonesia Makalah ini

bilateral dan plurilateral. Perjanjian

akan fokus dalam menganalisis daya

bilateral mengacu pada preferential

saing dari produk ekspor Indonesia

trading

arrangement(perjanjian

setelah diterapkannya ASEAN Free

dagang pilihan) yang melibatkan dua

Trade Area (AFTA) and ASEAN-

pihak.

perjanjian

Cina Free Trade Area (ACFTA).

plurilateral merupakan preferential

Alasan mengapa kedua FTA ini

tradingarrangement yang melibatkan

dipilih karena: (i) ASEAN dan Cina

lebih dari dua pihak. Berdasarkan

adalah pasar ekspor utama Indonesia;

gambar

dan

Sebaliknya

di

bahwa

bawah,

perjanjian

mendominasi

bisa

dilihat

bilateral

lebih

dibandingkan

studi

(ii)

lanjut.

Tabel
FTA

Negara-negara

II.2
yang

ASEAN

merupakan pesaing utama Indonesia
dalam pasar ini.

perjanjian multilateral, yang meliputi
77% dari total 221 perjanjian di
tahun 2009. Hanya 23% dari seluruh
perjanjian

ini

yang

bersifat

Indonesia

telah

banyak

plurilateral.

terlibat dalam berbagai perjanjian
dagang.

Hingga

saat

ini,

Indonesia telah memiliki 7 perjanjian
4

Efektif Yang Dipilih) dan daftar
penurunan tarif untuk ASEAN-6
PEMBAHASAN

lebih maju dibandingkan negaranegara CMLV (Kamboja, Myanmar,

A. INDONESIA DIANTARA AFTA
DAN ACFTA

Laos, dan Vietnam). Dibawah skema
CEPT, semua produk dikategorikan
dalam 5 kelompok: Produk Inklusif/

Para

kepala

negara

dan

Inclusion

List

(IL),

Produk

pemerintahan ASEAN telah setuju

Sensitif/Sensitive List (SL), Produk

untuk membentuk ASEAN Free

Sangat Sensitif/Highly Sensitive List

Trade Area atau AFTA pada bulan

(HSL),

Januari 1992. Tujuan dari AFTA

Sementara/Temporary Exclusion List

adalah menghilangkan batasan tarif

(TEL), and Daftar Pengecualian

diantara

Umum/General

negara-negara

Tenggara

dengan

Asia

Produk

Eksklusif

Exception

List

visi

(GEL) Untuk Indonesia, jumlah

mengintegrasikan ekonomi ASEAN

batasan tarif yang dimasukkan dalam

ke dalam satu dasar produksi dan

skema CEPT sebanyak 11.153 buah

menciptakan pasar regional, yang

dimana

akan ditempuh melalui penghapusan

batasan tarif dimasukkan ke dalam

tarif intra-regional dan batasan non-

Inclusion List4. Sisanya termasuk

tarif. ASEAN Free Trade Area atau

dalam General Exclusion Listdan

AFTA

Sensitive List. Struktur dari tarif

dianggap

sebagai

wujud

98.9%-nya

atau

11.028

integrasi ekonomi ASEAN3. AFTA

Indonesia

mulai

yang masuk dalam skema CEPT

diimplementasikan

sejak

Januari 1993. Daftar pengurangan

dapat dilihat pada gambar berikut

tarif untuk AFTA dibuat dibawah
skema CEPT (Common Effective
Preferential

Tariff/

Tarif

Umum

3 Edwards and Schoer (2001). The
Structure and Competitiveness of South
African Trade, Trade
and Industrial Policy Strategy √ Annual
Forum, Muldersdrift.

4 Ng (2002). Trade Indicators and
Indices,in Development, Trade, and WTO:
A Handbook, edited
by Hoekman, Mattoo, and English, The
World Bank, Washington DC.

5

persen dari produk-produk yang tergolong
dalam CEPT Inclusion List (IL) dari
ASEAN-6,

yang

meliputi

Brunei

Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filippina,
Singapura dan Thailand, telah mengalami
penurunan tarif diantara 0-5 persen. Gambar
4 menunjukkan bahwa impor dari negaranegara ASEAN-6 dari wilayah ini telah
meningkat seiring dengan diturunkannya
tarif impor di ASEAN-6.
B. ASEAN-Cina FTA
Dibulan November

2004,

dalam acara 10th ASEAN Summit di
Vientiane,

Laos,

perekonomian

para

menteri

negara-negara

ASEAN dan Cina menandatangani
Perjanjian

Perdagangan

Barang/

Agreement on Trade in Goods (TIG)
dari Kerangka Perjanjian Kerjasama
Ekonomi Komprehensif (Framework
Agreement

on

Comprehensive

Economic Cooperation) antara Cina
ASEAN

dan ASEAN. Perjanjian ini dikenal

telah membuat kemajuan yang signifikan

sebagai ASEAN-Cina Free Trade

dalam5.

Agreement (ACFTA) yang telah

Negara-negara

menurunkan

tarif

anggota

intra-regional

melalu

diterapkan6.

Preferential

efektif mulai 1 Juli 2005. Dalam

Tariff(CEPT) untuk AFTA. Lebih dari 99

perjanjian ini, batasan tarif dibawah

skema

Common

Effective

5 ITC Market Analysis Section (2000). The
Trade Performance Index √ Background
Paper,UNCTAD/
WTO.

6 World Bank Institute (2010). World Trade
Indicators 2009/2010 √ User Guide to
Trade Data,
The World Bank.

6

modalitas

penurunan

tariff

2012,

dan

akan

mengalami

diklasifikasikan dalam 3 kelompok:

penurunan sebesar 0-5% tidak lewat

early harvest program, normal track,

dari

dan sensitive etrack. Tarif yang

Selanjutnya

termasuk dalam Normal Track telah

dibawah High Sensitive List tidak

diturunkan

akan melebihi 50% dimulai pada

dieliminasi

secara

bertahap

berdasarkan

dan
daftar

berikut (ASEAN-6 dan Cina)7.

tanggal

1

Januari

2018.

tarif

dari

produk

20158.

tahun

Grafik

diatas

memperlihatkan bahwa weightedaverage

tariff

telah

mengalami

penurunan baik di pasar ASEAN-6
dan Cina. Tampak deficit pada
neraca perdagangan dari ASEAN6dengan Cina cenderung meningkat,
yang mengindikasikan bahwa impor
dari

ASEAN-6

naik

secara

cepat dibandingkan volume ekspor
ke pasar Cina. Disisi lain, neraca
perdagangan total antara Indonesia
cenderung surplus. Namun hal ini
tidak

berlaku

bagi

neraca

perdagangannon-migas
Indonesia
neraca

dengan

antara

perdagangan

Cina

dimana

ini

mulai

mengalami deficit sejak tahun 2005.
Sehingga
Namun penurunan tarif dari
kelompok Sensitive Tracks akan
mulai diimplementasikan pada tahun
7 Ng (2002). Trade Indicators and
Indices,in Development, Trade, and WTO:
A Handbook, edited
by Hoekman, Mattoo, and English, The
World Bank, Washington DC.

dapat

dikatakan

perdagangan Indonesia dengan Cina
mengalami

surplus

dikarenakan

adanya surplus dalam jumlah besar
8 Edwards and Schoer (2001). The
Structure and Competitiveness of South
African Trade, Trade
and Industrial Policy Strategy √ Annual
Forum, Muldersdrift

7

dalam perdagangan minyak dangas

negara lain di dunia. Persamaannya

dari Indonesia ke Cina.

dapat dirumuskan sebagai berikut:10

C. COMPETITIVENESS
INDICATORS

Sejumlah

literature

(Ng,

2002; Mikic, 2005; ITC Market
Analysis Section, 2000; World Bank
Pangsa

Institute, 2010) telah menyediakan
umum

digunakan

diukur

berdasarkan persamaan berikut:

beberapa indikator dan petunjuk
yang

pasar

dalam

analisis perdagangan internasional.
Namun

paper

indicator
yang

ini

menggunakan

kemampuan

dianggap

menganalisis

kompetisi

praktis
apakah

dalam
RCA Dinamis merupakan modifikasi

produk

Indonesia semakin kompetitif, atau

dari

sebaliknya,

dan

digunakan sebagaimana RCA Statis. RCA

ACFTA diterapkan. Indikator yang

Dinamis telah digunakan oleh Edwards dan

digunakan9. adalah indeks intensitas

Schoer (2001) untuk menganalisis struktur

ekspor

intensityindex),

dan daya saing dari perdagangan Afrika

pangsa pasar (marketshare), danRCA

Selatan. Keuntungan menggunakan RCA

dinamis

RCA)

dinamis adalah: (i) mampu mendeskripsikan

adalah

RCA

Indeks

setelah

(export

AFTA

(dynamic
intensitas

ekspor

RCA Statis,

seiring

ukuran penentu apakah satu negara

menentukan

mengekspor

negara-negara

ke

satu

dan

waktu;
kedudukan

dan

(ii)

dapat

produk

dalam

tujuan

ekspor,

dimana

lebih sedikit dibandingkan negara-

produk berdasarkan posisi mereka dalam

9 Mikic (2005). Commonly Used Trade
Indicators: A Note,dipresentasikan pada
ARTNeT Capacity
Building Workshop on Trade Research,
UNESCAP.

sehingga

ini

banyak

negara tujuan lain lebih banyak atau

pasar

indikator

belum

RCA

mengelompokkan
dinamis

lebih

bermanfaat dibandingkan RCA tradisional.
10 ITC Market Analysis Section (2000). The
Trade Performance Index √ Background
Paper,UNCTAD/
WTO.

8

Terutama bila mana studi ini digunakan

Bagian pertama dari sisi sebelah

untuk mengidentifikasi produk mana yang

kanan persamaan mengacu pada bagian

pasarnya makin luas atau semakin sempit

ekspordari komoditas j dalam laporan

dan

rekomendasi

ekspor total suatu negara ke pasar tujuan.

kebijakan berdasarkan posisi pasar dari

Bagian kedua mengacu pada bagian ekspor

produk ekspor. Selain itu, RCA dinamis

dari negara ASEAN atas komoditas j

lebih informatif dibandingkan RCA statis

terhadap

dalam menjelaskan daya saing suatu produk

diarahkan kepada pasar tujuan. Edwards dan

ekspor.

Schoer

untuk

menghasilkan

Dalam paper ini, rumus dari RCA
dinamis yang mengacu pada Edwards dan
Schoee
formula

(2001),

dihitung

dibawah

dimodifikasi

agar

ini

menggunakan
dan

sesuai

sedikit

ekspor
(2001)

total

ASEAN

memberikan

yang
matriks

penempatan yang sangat berguna untuk
menganalisis daya saing dari produk dalam
proses evaluasi. Matriks ini ditunjukkan
pada Tabel II.3.

dengan

pasar ASEAN dan Cina, sebagai berikut:11

11 World Bank Institute (2010). World
Trade Indicators 2009/2010 √ User Guide
to Trade Data,
The World Bank.

9

produk ini, masih dibawah permintaan pasar.
KESIMPULAN DAN SARAN

Makalah ini memberikan beberapa

Kebanyakan produk ekspor Indonesia di
pasar Cina dikategorikan sebagai leading
retreat dan lagging retreat. Pada kasus

analisis mengenai daya saing produk ekspor

ACFTA,

Indonesia di ASEAN dan Cina, setelah

meningkatkan performa ekspornya di pasaar

implementasi ASEAN FTA dan ASEAN-

Cina.

Cina

FTA.

Indikatordaya

saing

Indonesia

masih

dapat

yang

digunakan dalam paper ini adalah pangsa
pasar, indeks intensitas ekspor dan RCA
dinamis. Hasilnya menunjukkan bahwa
Indonesia dalam kondisi yang baik dan telah
membuka pangsa pasarnya sendiri untuk
beberapa produk. Namun beberapa strategi
kebijakan diperlukan untuk produk-produk
ini, terutama untuk produk sayuran yang
telah

kehilangan

kesempatannya

di pasar ASEAN. Beberapa kebijakan yang
dibutuhkan diantaranya adalah diversifikasi
produk, perbaikan kendali mutu dan masalah
yang

terkait

dengan

kesehatan.

Di pasar Cina, Indonesia berhasil merebut
pasar hanya untuk produk plastik dan karet,
produk mineral dan alas kaki. Produkproduk yang berada dalam kondisi lagging
opportunity, adalah minyak dan lemak
hewani dan nabati, dan produk makanan,
yang

berarti

Indonesia

masih dapat melakukan perbaikan-perbaikan
untuk mengoptimalkan kesempatan ini,
dimana tingkat pertumbuhan ekspor untuk
10