bank dan lembaga keuangan id
14&15
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
MODUL
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS)
POKOK BAHASAN:
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA &
KONSEP SYARIAH
Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si
DESKRIPSI
Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank,
mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis
bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut diharapkan sebagai wahana
yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Lembaga keuangan merupakan
perantara keuangan yang juga diharapkan sebagai prasarana pendukung yang
sangat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui dan memahami Lembaga Keuangan Sebagai Perantara.
2. Mengetahui Bentuk Lembaga Keuangan
3. Mengetahui dan memahami jenis Lembaga Keuangan Bank beserta
pengertiannya.
4. Mengetahui dan memahami jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank beserta
pengertiannya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
8
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
Lembaga Keuangan Sebagai Perantara
Sejalan dengan berkembangnya pelaku ekonomi dan kebutuhan penggunaan
uang dalam kegiatan ekonominya, maka transaksi antara pihak yang mengalami
surplus uang dengan pihak yang memerlukan tambahan uang (defisit) tidak
hanya dapat dilaksanakan dengan pertemuan langsung. Kehadiran pihak
perantara, baik dalam pengertian lembaga maupun pengertian fisik, menjadi
suatu yang sangat penting dalam perekonomian. Perantara inilah yang dikenal
dengan istilah lembaga keuangan. Berikut adalah skema yang menggambarkan
lembaga keuangan sebagai perantara.
Gambar. Proses Transaksi Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Bank
FUN
D
Bank Sentral, Bank Umum,
FUN
D
BPR dan Bank Bagi Hasil
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Unit Defisit
(Borrowers)
INCOM
E
Lembaga Pembiayaan,
Unit Surplus
INCOM
E
Asuransi, Dana Pensiun,
(Lenders)
Pegadaian, Pasar Modal dan
Pasar Uang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Bank dan lembaga keuangan bukan bank pada dasarnya mempunyai fungsi
mentransfer dana-dana (loanable funds) dari penabung atau unit surplus
(lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit.
Bentuk Lembaga Keuangan
Secara umum, lembaga keuangan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua
bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Mengingat kegiatan utama lembaga
keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana, maka perbedaan antara
bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utama
mereka tersebut.
Perbedaan keduanya, dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel. Perbedaan Kedua Bentuk Lembaga Keuangan
Kegiatan
Perhimpunan
Dana
Penyaluran
Dana
Lembaga Keuangan
Bank
Bukan Bank
Secara langsung berupa
Hanya secara tidak
simpanan dana masyarakat
langsung dari
(tabungan, giro, deposito) dan,
masyarakat (terutama
melalui kertas berharga
dan juga dari penyertaan,
pinjaman/ kredit dari
lembaga lain).
Secara tidak langsung dari
masyarakat (kertas berharga,
penyertaan, pinjaman/kredit dari
lembaga lain).
Untuk tujuan modal kerja,
Terutama untuk tujuan
investasi, konsumsi.
investasi.
Kepada badan usaha dan
Terutama kepada badan
individu.
usaha.
Untuk jangka pendek, menengah Terutama untuk jangka
dan panjang
menengah dan panjang.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.
7/1992 tentang Perbankan, lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dn
BPR. Bank umum dan BPR dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan
usahanya atas dasar prinsip bank konvensional atau bank berdasarkan prinsip
syariah. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank lebih bervariasi. Lembaga
keuangan ini dapat berupa lembaga pembiayaan (perusahaan sewa guna usaha,
perusahaan
modal
ventura,
perunsahaan
anjak
piutang,
perusahaan
pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, perusahaan perdagangan,
surat berharga), usaha asuransi, dana pensiun, pegadaian, pasar modal, dan
lain-lain.
Lembaga Keuangan Bank
Sejak diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992, bank yang diakui secara resmi
hanya terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Bank umum didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Secara umum, BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibanding
Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak. Bank
Umum dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dan dapat
melakukan penyertaan modal, sedangkan BPR tidak boleh sama sekali. Namun,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
dalam usaha perasuransian, baik Bank Umum maupun BPR sama-sama tidak
boleh melakukannya.
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan terdiri dari beberapa lembaga yaitu sewa guna usaha
(leasing), modal ventura, pembiayaan konsumen, jasa anjak piutang dan kartu
plastik.
Leasing
Menurut keputusan Menteri Keuangan, No. 1169/KMK.01/1991 tertanggal 21
Nopember 1991 tentang kegiatan leasing atau sewa guna usaha, leasing adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal baik
secara leasing dengan hak opsi maupun leasing tanpa hak opsi untuk digunakan
oleh lessee (pihak yang memperoleh pembiayaan barang modal dari lessor--pemberi
jasa
pembiayaan) selama
jangka
waktu
tertentu
berdasarkan
pembayaran berkala .
Modal Ventura
Modal ventura adalah suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada suatu
perusahaan
pasangan
usahanya
yang
prinsip
pembiayaannya
adalah
penyertaan modal. Perusahaan yang menerima penyertaan modal dinamakan
Investee Company dan yang melakukan penyertaan modal dinamakan
Perusahaan Ventura. Bentuk pembiayaannya tidak semata penyertaan tapi juga
obligasi dan pinjaman yang bersifat khusus dengan syarat pengembalian dan
balas jasa yang lebih lunak.
Pembiayaan Konsumen
Yang dimaksud dengan Pembiayaan Konsumen adalah suatu pinjaman atau
kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur umtuk pembelian
barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
untuk tujuan produksi maupun distribusi. Pihak yang memberikan pembiayaan
disebut consumer finance company.
Anjak Piutang
Anjak piutang atau Factoring merupakan suatu perjanjian antara pihak faktor
dengan klien yang mewajibkan pihak factor memberikan jasa berupa:
a. pembiayaan atas piutang dagang yang dimiliki oleh klien.
b. Non-pembiayaan
berupa
(a.l.)
penagihan
piutang
dan
administrasio
penjualan.
Serta mewajibkan pihak klien untuk:
a. menjual atau menjaminkan piutangnya kepada pihak faktor.
b. Memberikan balas jasa finansial kepada factor.
Kartu Plastik
Kartu plastik merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi
keuangan. Kartu ini tidak hanya sebagai alat pembayaran tapi juga untuk
penarikan tunai.
8.4.2. Pegadaian
Asal katanya, Gadai, menurut KUHPerada Pasal 1150 berarti suatu hak yang
diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang
mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai
utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kuasa kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi
utang
apabila
pihak
yang
berutang
tidak
dapat
memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia
yang secara resmi memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat
atas dasar hukum gadai seperti yang dimaksud diatas.
8.4.3. Pasar Modal
Pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar kongkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan
dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya pihak penawar
berasal dari perusahaan asuransi, dana pensiun, bank-bank tabungan dengan
pihka peminat seperti pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum.
Dalam arti sempit, pasar modal merupakan suatu tempat dalam pengerian fisik
yang terorganisasi dengan efek-efek (surat berharga yang diterbitkan oleh
perusahaan) diperdagangkan yang juga disebut bursa efek. Bursa efek sendiri
adalah suatu system yang terorganisir yang mempertemukan penjual dan
pembeli efek yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
8.4.4. Asuransi
Menurut Undang-undang No.2 / 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang
didasarkan
atas
meninggal
atau
hidupnya
seseorang
yang
dipertanggungkan.
9.4.5. Dana Pensiun
Sesuai UU No. 11/1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Tujuannya untuk mensejahterakan karyawan perusahaan, terutama yang telah
pensiun.
KEPUSTAKAAN
Siamal, Dahlan. Manajemen Bank Umum. Cetakan Pertama. Intermedia.
Jakarta.1995.
Susilo, Y. Sri, Dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan
Pertama. Salemba Empat. Jakarta.2000.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
BANK SYARIAH DI INDONESIA:
Lembaga Keuangan Sistem Bagi Hasil
Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si
DESKRIPSI
Perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia.
Setelah melalui dialektika yang cukup panjang, pada tahun 1
November 1991, berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah
dengan sistem bagi hasil pertama di tanah air. Dikeluarkannya UU no.10 tahun
1998 yang menggantikan UU no. 7 tahun 1992 tentang perbankan, memberikan
dampak positif terhadap tumbuh dan berkembangnya bank syariah hingga kini.
Namun demikian, perkembangan tersebut masih tetap diliputi oleh beberapa
kendala.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami bank syariah dengan system bagi hasil.
2. Mengetahui Landasan Undang-Undang Berdirinya Bank Syariah.
3. Memahami perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
4. Memahami perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga.
5. Mengetahui
kendala
perkembangan
bank
syariah
dan
kemungkinan
solusinya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
BANK SYARIAH DI INDONESIA:
Lembaga Keuangan Sistem Bagi Hasil
Lembaga Keuangan Bank
Sejak diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992, bank yang diakui secara resmi
hanya terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Bank umum didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Secara umum, BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibanding
Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak. Bank
Umum dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dan dapat
melakukan penyertaan modal, sedangkan BPR tidak boleh sama sekali. Namun,
dalam usaha perasuransian, baik Bank Umum maupun BPR sama-sama tidak
boleh melakukannya.
Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan aturan khusus yang
diatur oleh agama Islam, dimana ciri utamanya adalah tidak adanya bunga
melainkan system bagi hasil. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
transparan dan menjunjung tinggi prinsip keadilan, tanpa sentimen agama, serta
fakta riba adalah haram.
Secara
umum,
fungsi
dasar
bank
syariah
sama
dengan
bank
konvensional sehingga prinsip-prinsip umum pengaturan dan pengawasan
system berlaku bagi bank syariah. Namun karena ada ciri khas dan karakteristik
yang cukup mendasar maka karakteristik khusus bank syariah memerlukan
penanganan
tersendiri dalam hal pengaturan dan pengawasan, terutama
mengenai jaminan pemenuhan ketentuan dan ketaatan pada prinsip syariah
dalam seluruh aktivitas, khususnya pelarangan bunga bank yang diganti dengan
instrumen nisbah bagi hasil. Namun disini lebih ditekankan pada keunggulan
komparatif yang dapat ditawarkan baik secara mikro bagi pengguna jasa dan
investor maupun secara makro bagi system perekonomian yang bersifat
universal dan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja melampaui batas agama dan
kultur.
Landasan Undang-Undang Berdirinya Bank Syariah
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank
syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi
komputer
yang
digunakan,
syarat-syarat
umum
memperoleh
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya.
Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya.
Perbedaan itu dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
NO
1
2
3
4
5
BANK SYARIAH
Melakukan investasi yang halal saja.
BANK KONVENSIONAL
Investasi yang halal dan
haram (bebas nilai).
Memakai perangkat bunga.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli
atau sewa.
Profit dan falah oriented (kemenangan
kedua belah pihak).
Hubungan kemitraan dengan nasabah.
Profit oriented.
Penghimpunan dan penyaluran dana harus
sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
Hubungan antara debitur
dan kreditur.
Tidak terdapat dewan
sejenis.
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga.
Berikut merupakan tabel yang berisi tentang perbedaan sistem bagi hasil
dengan sistem bunga.
Perihal
Penentuan besarnya
hasil.
Yang ditentukan
sebelumnya.
Jika terjadi kerugian.
Dasar perhitungan.
Titik perhatian usaha.
Besarnya prosentase.
Status hukum
Sistem Bagi Hasil
Sesudah berusaha,
sesudah ada untungnya.
Menyepakati proporsi
pembagian untuk untuk
masing-masing pihak,
misalnya 50:50, 40:60,
35:65, dst.
Ditanggung kedua pihak,
nasabah dan lembaga.
Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu
besarnya.
Keberhasilan usaha
menjadi perhatian
bersama: nasabah dan
lembaga.
Proporsi: (%) kali jumlah
untung yang belum
diketahui = belum
diketahui.
Melaksanakan Qs.
Lukman: 34.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Sistem Bunga
Sebelumnya.
Bunga, besarnya nilai
Rupiah.
Ditanggung
nasabah
saja.
Dari dan yang
dipinjamkan, fixed, tetap.
Besarnya bunga yang
harus dibayar nasabah
atau pasti diterima bank.
Pasti: (%) kali jumlah
pinjaman yang telah
diketahui pasti.
Berlawanan dengan Qs.
Lukman: 34
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Kendala Pengembangan Bank Syariah dan Kemungkinan Solusinya
Beberapa kendala pengembangan perbankan syariah selama ini adalah:
Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodir
operasional bank syariah.
Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional
bank syariah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian ulama atas
kegiatan ekonomi.
Frekuensi sosialisasi belum dilakukan secara optimal.
Jaringan kantor bank syariah yang masih terbatas.
Sumberdaya manusia yang memiliki keahlian mengenai bank syariah masih
terbatas.
Persaingan produk perbankan konvensional yang ketat mempersulit bank
syariah dalam mendapatkan porsi pasar.
Adapun solusi yang mungkin dapat dilakukan adalah:
Oleh pemerintah:
Penyempurnaan ketentuan.
Pengembangan jaringan bank syariah.
Pengembangan piranti moneter.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah.
Oleh bank syariah:
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah di semua media
komunikasi yang memungkinkan, jika perlu dari door to door.
Pembuatan iklan bank maupun produk syariah yang lebih membumi dari segi
teks dan visualisasinya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Menambah kualitas sumber daya dalam kaitannya dengan bank syariah
(seperti memberi diklat, memberi kesempatan pendidikan formal).
Memberi nama yang lebih ‘populer’ kepada produknya.
Terus berupaya mengembangkan dan menyempurnakan pelayanan yang
santun dan memuaskan nasabah.
Terus berupaya mengembangkan dan menyempurnakan teknologi perbankan
syariah.
Oleh ulama dan lembaga Islam:
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah, tidak hanya sebatas
fatwa, namun di setiap kesempatan dan saluran.
Memberikan contoh tindakan yang berkaitan dengan bank syariah (misal,
selalu mengupayakan bertransaksi perbankan melalui bank syariah).
Pengupayakan terciptakan pendidikan syariah yang tidak sekedar memberikan
muatan teori tapi juga teknis.
Prinsip Dasar Produk Perbankan Syariah
Walau Indonesia sebagai sebuah Negara dengan pemeluk agama Islam
terbesar, produk keuangan berprinsip syariah baru dikenal beberapa tahun yang
lalu dan masih sangat terbatas. Dimulai dari sektor perbankan, dengan
berdirinya Bank Muamalat pada November 1991. Prinsip syariah tidak hanya
terbatas pada konteks perbankan, melainkan juga meliputi berbagai kegiatan
ekonomi
dan
investasi,
termasuk
di
pasar
modal
dan
asuransi.
Anda tentu pernah mendengar istilah bank syariah, atau, lebih luas lagi ekonomi
berbasis syariah. Bahkan boleh jadi, banyak di antara Anda yang sudah
menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. Sebagian dari Anda ada yang
menganggap bank syariah hanya untuk komunitas muslim. Apakah benar
demikian, bank syariah hanya diperuntukan bagi kaum muslim saja?
Maaf,
Anda
salah
besar
bila
beranggapan
seperti
itu.
Bank Syariah sebenarnya berlaku untuk semua orang atau Universal. Syariah itu
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
sendiri hanyalah sebuah prinsip atau sistem yang sesuai dengan aturan atau
ajaran Islam. Siapa saja dapat memanfaatkan jasa keuangan bank syariah.
Ketika krisis moneter melanda Indonesia, medio 1997, sistem syariah telah
memberikan manfaat bagi banyak kalangan. Tentunya Anda ingat, pada saat itu,
suku bunga pinjaman melambung tinggi hingga puluhan persen. Akibatnya,
banyak dari kalangan usaha yang tidak mampu membayar. Tapi, fenomena ini
tidak berlaku bagi pelaku usaha yang menggunakan dana dari bank syariah.
Para pengusaha tersebut tidak perlu membayar bunga sampai puluhan persen,
mereka cukup berbagi hasil dengan bank syariah. Penentuan persentasi bagi
hasil dilakukan di awal pengambilan pinjaman.
Prinsip-prinsip Dasar
Prinsip titipan atau simpanan—Al-wadi’ah
Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di
mana bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang
dalam bank konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagai konsekuensi,
semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank
(demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan
keamanan
terhadap
hartanya,
dan
juga
fasilitas-fasilitas
giro
lain.
Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat
diberikan dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan
dalam upaya merangsang semangat masya-rakat dalam menabung dan
sekaligus sebagai indikator kesehatan bank. Pemberian bonus tidak dilarang
dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan
dalam nominal atau persentasi secara advance, tetapi betul-betul merupakan
kebijakan bank.
Prinsip bagi hasil (Profit-sharing)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Al-Mudharabah
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak,di mana pihak pertama menyediakan seluruh (100 persen) modal,
sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat
kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada
produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, almudharabah diterapkan pada: tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi
pembiayaan, al-mudharabah, diterapkan untuk: pembiayaan modal kerja.
Dengan menempatkan dana dalam prinsip al-mudharabah, pemilik dana tidak
mendapatkan bunga seperti halnya di bank konvensional, melainkan nisbah
bagian keuntungan. Dalam praktiknya, nisbah untuk tabungan berkisar 55 –56
persen dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank. Dalam hal bank
konvensional,
angka
tersebut
kira-kira
setara
dengan
11-12
persen.
Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan modal
untuk berdagang maka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi
hasil seperti al-mudharabah. Caranya dengan menghitung terlebih dahulu
perkiraan pendapatan yang akan diperoleh oleh nasabah dari proyek tersebut.
Misalkan, dari modal Rp.30 juta diperoleh pendapatan Rp.5 juta/bulan. Dari
pendapatan
tersebut
harus
disisihkan
terlebih
dahulu
untuk
tabungan
pengembalian modal, sebut saja Rp.2 juta. selebihnya dibagi antara bank
dengan nasabah dengan kesepakatan di muka, misalnya 60 persen untuk
nasabah dan 40 persen untuk bank.
Al-Musyarakah
Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal.
Keuntungan ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
dengan kesepakatan. Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di
bank konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara konkret, bila Anda
memiliki
usaha
dan
ingin
mendapatkan
tambahan
modal, Anda
bisa
menggunakan produk al-musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah
dan Anda secara bersama-sama memberikan kontribusi modal yang kemudian
digunakan untuk menjalankan usaha. Porsi bank syariah akan diberlakukan
sebagai penyertaan dengan pembagian keuntungan yang disepakati bersama.
Dalam bank konvensional, pembiayaan seperti ini mirip dengan kredit modal
kerja.
Prinsip Al-Murabahah
Dalam skim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini
harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahan. Misalkan Anda membutuhkan kredit untuk
pembelian mobil. Dalam bank konvensional Anda akan dikenakan bunga dan
Anda diharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu tertentu. Di sektor
perbankan,
suku
bunga
yang
berlaku
mungkin
saja
berubah.
Dalam sistem bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun
bentuknya bukan kredit, melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang
diistilahkan dengan Murabahah. Dalam hal ini, bank syariah akan membeli mobil
yang Anda inginkan terlebih dahulu, kemudian menjualnya lagi kepada Anda.
Tapi, karena bank syariah menalanginya dulu, maka pada saat menjual kepada
Anda, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan buat bank
syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di depan,
maka
nilai
cicilan
yang
harus
Anda
bayarkan
relatif
lebih
tetap.
Tentunya masih banyak lagi prinsip-prinsip perbankan syariah, yang kami
uraikan di atas merupakan prinsip-prinsip dasar yang umum dikenal di
perbankan syariah.
Perbedaan Bank Syariah Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
syariah de-ngan yang belaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan.
Hal ini karena, baik di bank syariah maupun bank konvensional diharuskan
mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih
dalam,
terdapat
beberapa
perbedaan
mendasar
di
antara
keduanya.
Perbedaan pertama terletak pada akadnya. Pada bank syariah, semua transaksi
harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian,
semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akadakad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan
rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan,
namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah,
karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan
dengan
tingkat
bunga
tetap
terhadap
uang
yang
disetor.
Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan. Bank konvensional
menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan.
Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan
ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus
“menjual” kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih
tinggi. Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakah
perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila spread-nya positif, di mana beban
bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang diberikan
kepada
penabung,
maka
dapat
dikatakan
bahwa
bank
mendapatkan
keuntungan. Sebaliknya juga benar. Sedangkan bank syariah menggunakan
pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada
pembiayaan. Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua,
untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan
di muka. Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/ pembiayaan. Para penabung
di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung dipinjamkan untuk
berbagai
bisnis,
tanpa
memandang
halal-haram
bisnis
tersebut.
Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi
oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak
boleh ke bisnis yang haram seperti, perjudian, minuman yang diharamkan,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
pornografi
dan
bisnis
lain
yang
tidak
sesuai
dengan
syariah.
Demikianlah ulasan kami kali ini seputar produk perbanak syariah. Semoga
ulasan ini dapat menambah pengetahuan dan alternatif sarana investasi.
Lembaga Syariah Lainnya
Dewasa ini dikembangkan pula asuransi syariah dan reksadana syariah.
Seperti halnya bank syariah, keduanya juga diupaya selalu berada dalam koridor
syariah.
KEPUSTAKAAN
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek.
Cetakan ke-4. Gema Insani Press. Jakarta. 2002.
Arifin, Zainal. Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan
dan Prospek. Cetakan Ke-3, Alvabet, Jakarta, 2000.
Siamal, Dahlan. Manajemen Bank Umum. Cetakan Pertama.
Intermedia. Jakarta.1995.
Suroso, P.C, dkk. Perekonomian Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa.
Cetakan keempat. Gramedia. Jakarta, 1997.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
MODUL
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS)
POKOK BAHASAN:
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA &
KONSEP SYARIAH
Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si
DESKRIPSI
Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank,
mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis
bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut diharapkan sebagai wahana
yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Lembaga keuangan merupakan
perantara keuangan yang juga diharapkan sebagai prasarana pendukung yang
sangat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui dan memahami Lembaga Keuangan Sebagai Perantara.
2. Mengetahui Bentuk Lembaga Keuangan
3. Mengetahui dan memahami jenis Lembaga Keuangan Bank beserta
pengertiannya.
4. Mengetahui dan memahami jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank beserta
pengertiannya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
8
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
Lembaga Keuangan Sebagai Perantara
Sejalan dengan berkembangnya pelaku ekonomi dan kebutuhan penggunaan
uang dalam kegiatan ekonominya, maka transaksi antara pihak yang mengalami
surplus uang dengan pihak yang memerlukan tambahan uang (defisit) tidak
hanya dapat dilaksanakan dengan pertemuan langsung. Kehadiran pihak
perantara, baik dalam pengertian lembaga maupun pengertian fisik, menjadi
suatu yang sangat penting dalam perekonomian. Perantara inilah yang dikenal
dengan istilah lembaga keuangan. Berikut adalah skema yang menggambarkan
lembaga keuangan sebagai perantara.
Gambar. Proses Transaksi Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Bank
FUN
D
Bank Sentral, Bank Umum,
FUN
D
BPR dan Bank Bagi Hasil
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Unit Defisit
(Borrowers)
INCOM
E
Lembaga Pembiayaan,
Unit Surplus
INCOM
E
Asuransi, Dana Pensiun,
(Lenders)
Pegadaian, Pasar Modal dan
Pasar Uang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Bank dan lembaga keuangan bukan bank pada dasarnya mempunyai fungsi
mentransfer dana-dana (loanable funds) dari penabung atau unit surplus
(lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit.
Bentuk Lembaga Keuangan
Secara umum, lembaga keuangan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua
bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Mengingat kegiatan utama lembaga
keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana, maka perbedaan antara
bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utama
mereka tersebut.
Perbedaan keduanya, dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel. Perbedaan Kedua Bentuk Lembaga Keuangan
Kegiatan
Perhimpunan
Dana
Penyaluran
Dana
Lembaga Keuangan
Bank
Bukan Bank
Secara langsung berupa
Hanya secara tidak
simpanan dana masyarakat
langsung dari
(tabungan, giro, deposito) dan,
masyarakat (terutama
melalui kertas berharga
dan juga dari penyertaan,
pinjaman/ kredit dari
lembaga lain).
Secara tidak langsung dari
masyarakat (kertas berharga,
penyertaan, pinjaman/kredit dari
lembaga lain).
Untuk tujuan modal kerja,
Terutama untuk tujuan
investasi, konsumsi.
investasi.
Kepada badan usaha dan
Terutama kepada badan
individu.
usaha.
Untuk jangka pendek, menengah Terutama untuk jangka
dan panjang
menengah dan panjang.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.
7/1992 tentang Perbankan, lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dn
BPR. Bank umum dan BPR dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan
usahanya atas dasar prinsip bank konvensional atau bank berdasarkan prinsip
syariah. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank lebih bervariasi. Lembaga
keuangan ini dapat berupa lembaga pembiayaan (perusahaan sewa guna usaha,
perusahaan
modal
ventura,
perunsahaan
anjak
piutang,
perusahaan
pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, perusahaan perdagangan,
surat berharga), usaha asuransi, dana pensiun, pegadaian, pasar modal, dan
lain-lain.
Lembaga Keuangan Bank
Sejak diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992, bank yang diakui secara resmi
hanya terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Bank umum didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Secara umum, BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibanding
Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak. Bank
Umum dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dan dapat
melakukan penyertaan modal, sedangkan BPR tidak boleh sama sekali. Namun,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
dalam usaha perasuransian, baik Bank Umum maupun BPR sama-sama tidak
boleh melakukannya.
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan terdiri dari beberapa lembaga yaitu sewa guna usaha
(leasing), modal ventura, pembiayaan konsumen, jasa anjak piutang dan kartu
plastik.
Leasing
Menurut keputusan Menteri Keuangan, No. 1169/KMK.01/1991 tertanggal 21
Nopember 1991 tentang kegiatan leasing atau sewa guna usaha, leasing adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal baik
secara leasing dengan hak opsi maupun leasing tanpa hak opsi untuk digunakan
oleh lessee (pihak yang memperoleh pembiayaan barang modal dari lessor--pemberi
jasa
pembiayaan) selama
jangka
waktu
tertentu
berdasarkan
pembayaran berkala .
Modal Ventura
Modal ventura adalah suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada suatu
perusahaan
pasangan
usahanya
yang
prinsip
pembiayaannya
adalah
penyertaan modal. Perusahaan yang menerima penyertaan modal dinamakan
Investee Company dan yang melakukan penyertaan modal dinamakan
Perusahaan Ventura. Bentuk pembiayaannya tidak semata penyertaan tapi juga
obligasi dan pinjaman yang bersifat khusus dengan syarat pengembalian dan
balas jasa yang lebih lunak.
Pembiayaan Konsumen
Yang dimaksud dengan Pembiayaan Konsumen adalah suatu pinjaman atau
kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur umtuk pembelian
barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
untuk tujuan produksi maupun distribusi. Pihak yang memberikan pembiayaan
disebut consumer finance company.
Anjak Piutang
Anjak piutang atau Factoring merupakan suatu perjanjian antara pihak faktor
dengan klien yang mewajibkan pihak factor memberikan jasa berupa:
a. pembiayaan atas piutang dagang yang dimiliki oleh klien.
b. Non-pembiayaan
berupa
(a.l.)
penagihan
piutang
dan
administrasio
penjualan.
Serta mewajibkan pihak klien untuk:
a. menjual atau menjaminkan piutangnya kepada pihak faktor.
b. Memberikan balas jasa finansial kepada factor.
Kartu Plastik
Kartu plastik merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi
keuangan. Kartu ini tidak hanya sebagai alat pembayaran tapi juga untuk
penarikan tunai.
8.4.2. Pegadaian
Asal katanya, Gadai, menurut KUHPerada Pasal 1150 berarti suatu hak yang
diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang
mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai
utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kuasa kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi
utang
apabila
pihak
yang
berutang
tidak
dapat
memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia
yang secara resmi memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat
atas dasar hukum gadai seperti yang dimaksud diatas.
8.4.3. Pasar Modal
Pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar kongkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan
dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya pihak penawar
berasal dari perusahaan asuransi, dana pensiun, bank-bank tabungan dengan
pihka peminat seperti pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum.
Dalam arti sempit, pasar modal merupakan suatu tempat dalam pengerian fisik
yang terorganisasi dengan efek-efek (surat berharga yang diterbitkan oleh
perusahaan) diperdagangkan yang juga disebut bursa efek. Bursa efek sendiri
adalah suatu system yang terorganisir yang mempertemukan penjual dan
pembeli efek yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
8.4.4. Asuransi
Menurut Undang-undang No.2 / 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang
didasarkan
atas
meninggal
atau
hidupnya
seseorang
yang
dipertanggungkan.
9.4.5. Dana Pensiun
Sesuai UU No. 11/1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Tujuannya untuk mensejahterakan karyawan perusahaan, terutama yang telah
pensiun.
KEPUSTAKAAN
Siamal, Dahlan. Manajemen Bank Umum. Cetakan Pertama. Intermedia.
Jakarta.1995.
Susilo, Y. Sri, Dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan
Pertama. Salemba Empat. Jakarta.2000.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
BANK SYARIAH DI INDONESIA:
Lembaga Keuangan Sistem Bagi Hasil
Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si
DESKRIPSI
Perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia.
Setelah melalui dialektika yang cukup panjang, pada tahun 1
November 1991, berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah
dengan sistem bagi hasil pertama di tanah air. Dikeluarkannya UU no.10 tahun
1998 yang menggantikan UU no. 7 tahun 1992 tentang perbankan, memberikan
dampak positif terhadap tumbuh dan berkembangnya bank syariah hingga kini.
Namun demikian, perkembangan tersebut masih tetap diliputi oleh beberapa
kendala.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami bank syariah dengan system bagi hasil.
2. Mengetahui Landasan Undang-Undang Berdirinya Bank Syariah.
3. Memahami perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
4. Memahami perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga.
5. Mengetahui
kendala
perkembangan
bank
syariah
dan
kemungkinan
solusinya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
BANK SYARIAH DI INDONESIA:
Lembaga Keuangan Sistem Bagi Hasil
Lembaga Keuangan Bank
Sejak diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992, bank yang diakui secara resmi
hanya terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Bank umum didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Secara umum, BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibanding
Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak. Bank
Umum dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dan dapat
melakukan penyertaan modal, sedangkan BPR tidak boleh sama sekali. Namun,
dalam usaha perasuransian, baik Bank Umum maupun BPR sama-sama tidak
boleh melakukannya.
Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan aturan khusus yang
diatur oleh agama Islam, dimana ciri utamanya adalah tidak adanya bunga
melainkan system bagi hasil. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
transparan dan menjunjung tinggi prinsip keadilan, tanpa sentimen agama, serta
fakta riba adalah haram.
Secara
umum,
fungsi
dasar
bank
syariah
sama
dengan
bank
konvensional sehingga prinsip-prinsip umum pengaturan dan pengawasan
system berlaku bagi bank syariah. Namun karena ada ciri khas dan karakteristik
yang cukup mendasar maka karakteristik khusus bank syariah memerlukan
penanganan
tersendiri dalam hal pengaturan dan pengawasan, terutama
mengenai jaminan pemenuhan ketentuan dan ketaatan pada prinsip syariah
dalam seluruh aktivitas, khususnya pelarangan bunga bank yang diganti dengan
instrumen nisbah bagi hasil. Namun disini lebih ditekankan pada keunggulan
komparatif yang dapat ditawarkan baik secara mikro bagi pengguna jasa dan
investor maupun secara makro bagi system perekonomian yang bersifat
universal dan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja melampaui batas agama dan
kultur.
Landasan Undang-Undang Berdirinya Bank Syariah
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank
syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi
komputer
yang
digunakan,
syarat-syarat
umum
memperoleh
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya.
Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya.
Perbedaan itu dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
NO
1
2
3
4
5
BANK SYARIAH
Melakukan investasi yang halal saja.
BANK KONVENSIONAL
Investasi yang halal dan
haram (bebas nilai).
Memakai perangkat bunga.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli
atau sewa.
Profit dan falah oriented (kemenangan
kedua belah pihak).
Hubungan kemitraan dengan nasabah.
Profit oriented.
Penghimpunan dan penyaluran dana harus
sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
Hubungan antara debitur
dan kreditur.
Tidak terdapat dewan
sejenis.
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga.
Berikut merupakan tabel yang berisi tentang perbedaan sistem bagi hasil
dengan sistem bunga.
Perihal
Penentuan besarnya
hasil.
Yang ditentukan
sebelumnya.
Jika terjadi kerugian.
Dasar perhitungan.
Titik perhatian usaha.
Besarnya prosentase.
Status hukum
Sistem Bagi Hasil
Sesudah berusaha,
sesudah ada untungnya.
Menyepakati proporsi
pembagian untuk untuk
masing-masing pihak,
misalnya 50:50, 40:60,
35:65, dst.
Ditanggung kedua pihak,
nasabah dan lembaga.
Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu
besarnya.
Keberhasilan usaha
menjadi perhatian
bersama: nasabah dan
lembaga.
Proporsi: (%) kali jumlah
untung yang belum
diketahui = belum
diketahui.
Melaksanakan Qs.
Lukman: 34.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Sistem Bunga
Sebelumnya.
Bunga, besarnya nilai
Rupiah.
Ditanggung
nasabah
saja.
Dari dan yang
dipinjamkan, fixed, tetap.
Besarnya bunga yang
harus dibayar nasabah
atau pasti diterima bank.
Pasti: (%) kali jumlah
pinjaman yang telah
diketahui pasti.
Berlawanan dengan Qs.
Lukman: 34
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Kendala Pengembangan Bank Syariah dan Kemungkinan Solusinya
Beberapa kendala pengembangan perbankan syariah selama ini adalah:
Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodir
operasional bank syariah.
Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional
bank syariah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian ulama atas
kegiatan ekonomi.
Frekuensi sosialisasi belum dilakukan secara optimal.
Jaringan kantor bank syariah yang masih terbatas.
Sumberdaya manusia yang memiliki keahlian mengenai bank syariah masih
terbatas.
Persaingan produk perbankan konvensional yang ketat mempersulit bank
syariah dalam mendapatkan porsi pasar.
Adapun solusi yang mungkin dapat dilakukan adalah:
Oleh pemerintah:
Penyempurnaan ketentuan.
Pengembangan jaringan bank syariah.
Pengembangan piranti moneter.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah.
Oleh bank syariah:
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah di semua media
komunikasi yang memungkinkan, jika perlu dari door to door.
Pembuatan iklan bank maupun produk syariah yang lebih membumi dari segi
teks dan visualisasinya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Menambah kualitas sumber daya dalam kaitannya dengan bank syariah
(seperti memberi diklat, memberi kesempatan pendidikan formal).
Memberi nama yang lebih ‘populer’ kepada produknya.
Terus berupaya mengembangkan dan menyempurnakan pelayanan yang
santun dan memuaskan nasabah.
Terus berupaya mengembangkan dan menyempurnakan teknologi perbankan
syariah.
Oleh ulama dan lembaga Islam:
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah, tidak hanya sebatas
fatwa, namun di setiap kesempatan dan saluran.
Memberikan contoh tindakan yang berkaitan dengan bank syariah (misal,
selalu mengupayakan bertransaksi perbankan melalui bank syariah).
Pengupayakan terciptakan pendidikan syariah yang tidak sekedar memberikan
muatan teori tapi juga teknis.
Prinsip Dasar Produk Perbankan Syariah
Walau Indonesia sebagai sebuah Negara dengan pemeluk agama Islam
terbesar, produk keuangan berprinsip syariah baru dikenal beberapa tahun yang
lalu dan masih sangat terbatas. Dimulai dari sektor perbankan, dengan
berdirinya Bank Muamalat pada November 1991. Prinsip syariah tidak hanya
terbatas pada konteks perbankan, melainkan juga meliputi berbagai kegiatan
ekonomi
dan
investasi,
termasuk
di
pasar
modal
dan
asuransi.
Anda tentu pernah mendengar istilah bank syariah, atau, lebih luas lagi ekonomi
berbasis syariah. Bahkan boleh jadi, banyak di antara Anda yang sudah
menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. Sebagian dari Anda ada yang
menganggap bank syariah hanya untuk komunitas muslim. Apakah benar
demikian, bank syariah hanya diperuntukan bagi kaum muslim saja?
Maaf,
Anda
salah
besar
bila
beranggapan
seperti
itu.
Bank Syariah sebenarnya berlaku untuk semua orang atau Universal. Syariah itu
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
sendiri hanyalah sebuah prinsip atau sistem yang sesuai dengan aturan atau
ajaran Islam. Siapa saja dapat memanfaatkan jasa keuangan bank syariah.
Ketika krisis moneter melanda Indonesia, medio 1997, sistem syariah telah
memberikan manfaat bagi banyak kalangan. Tentunya Anda ingat, pada saat itu,
suku bunga pinjaman melambung tinggi hingga puluhan persen. Akibatnya,
banyak dari kalangan usaha yang tidak mampu membayar. Tapi, fenomena ini
tidak berlaku bagi pelaku usaha yang menggunakan dana dari bank syariah.
Para pengusaha tersebut tidak perlu membayar bunga sampai puluhan persen,
mereka cukup berbagi hasil dengan bank syariah. Penentuan persentasi bagi
hasil dilakukan di awal pengambilan pinjaman.
Prinsip-prinsip Dasar
Prinsip titipan atau simpanan—Al-wadi’ah
Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di
mana bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang
dalam bank konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagai konsekuensi,
semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank
(demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan
keamanan
terhadap
hartanya,
dan
juga
fasilitas-fasilitas
giro
lain.
Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat
diberikan dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan
dalam upaya merangsang semangat masya-rakat dalam menabung dan
sekaligus sebagai indikator kesehatan bank. Pemberian bonus tidak dilarang
dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan
dalam nominal atau persentasi secara advance, tetapi betul-betul merupakan
kebijakan bank.
Prinsip bagi hasil (Profit-sharing)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Al-Mudharabah
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak,di mana pihak pertama menyediakan seluruh (100 persen) modal,
sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat
kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada
produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, almudharabah diterapkan pada: tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi
pembiayaan, al-mudharabah, diterapkan untuk: pembiayaan modal kerja.
Dengan menempatkan dana dalam prinsip al-mudharabah, pemilik dana tidak
mendapatkan bunga seperti halnya di bank konvensional, melainkan nisbah
bagian keuntungan. Dalam praktiknya, nisbah untuk tabungan berkisar 55 –56
persen dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank. Dalam hal bank
konvensional,
angka
tersebut
kira-kira
setara
dengan
11-12
persen.
Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan modal
untuk berdagang maka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi
hasil seperti al-mudharabah. Caranya dengan menghitung terlebih dahulu
perkiraan pendapatan yang akan diperoleh oleh nasabah dari proyek tersebut.
Misalkan, dari modal Rp.30 juta diperoleh pendapatan Rp.5 juta/bulan. Dari
pendapatan
tersebut
harus
disisihkan
terlebih
dahulu
untuk
tabungan
pengembalian modal, sebut saja Rp.2 juta. selebihnya dibagi antara bank
dengan nasabah dengan kesepakatan di muka, misalnya 60 persen untuk
nasabah dan 40 persen untuk bank.
Al-Musyarakah
Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal.
Keuntungan ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
dengan kesepakatan. Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di
bank konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara konkret, bila Anda
memiliki
usaha
dan
ingin
mendapatkan
tambahan
modal, Anda
bisa
menggunakan produk al-musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah
dan Anda secara bersama-sama memberikan kontribusi modal yang kemudian
digunakan untuk menjalankan usaha. Porsi bank syariah akan diberlakukan
sebagai penyertaan dengan pembagian keuntungan yang disepakati bersama.
Dalam bank konvensional, pembiayaan seperti ini mirip dengan kredit modal
kerja.
Prinsip Al-Murabahah
Dalam skim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini
harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahan. Misalkan Anda membutuhkan kredit untuk
pembelian mobil. Dalam bank konvensional Anda akan dikenakan bunga dan
Anda diharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu tertentu. Di sektor
perbankan,
suku
bunga
yang
berlaku
mungkin
saja
berubah.
Dalam sistem bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun
bentuknya bukan kredit, melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang
diistilahkan dengan Murabahah. Dalam hal ini, bank syariah akan membeli mobil
yang Anda inginkan terlebih dahulu, kemudian menjualnya lagi kepada Anda.
Tapi, karena bank syariah menalanginya dulu, maka pada saat menjual kepada
Anda, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan buat bank
syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di depan,
maka
nilai
cicilan
yang
harus
Anda
bayarkan
relatif
lebih
tetap.
Tentunya masih banyak lagi prinsip-prinsip perbankan syariah, yang kami
uraikan di atas merupakan prinsip-prinsip dasar yang umum dikenal di
perbankan syariah.
Perbedaan Bank Syariah Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
syariah de-ngan yang belaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan.
Hal ini karena, baik di bank syariah maupun bank konvensional diharuskan
mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih
dalam,
terdapat
beberapa
perbedaan
mendasar
di
antara
keduanya.
Perbedaan pertama terletak pada akadnya. Pada bank syariah, semua transaksi
harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian,
semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akadakad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan
rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan,
namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah,
karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan
dengan
tingkat
bunga
tetap
terhadap
uang
yang
disetor.
Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan. Bank konvensional
menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan.
Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan
ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus
“menjual” kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih
tinggi. Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakah
perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila spread-nya positif, di mana beban
bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang diberikan
kepada
penabung,
maka
dapat
dikatakan
bahwa
bank
mendapatkan
keuntungan. Sebaliknya juga benar. Sedangkan bank syariah menggunakan
pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada
pembiayaan. Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua,
untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan
di muka. Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/ pembiayaan. Para penabung
di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung dipinjamkan untuk
berbagai
bisnis,
tanpa
memandang
halal-haram
bisnis
tersebut.
Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi
oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak
boleh ke bisnis yang haram seperti, perjudian, minuman yang diharamkan,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
pornografi
dan
bisnis
lain
yang
tidak
sesuai
dengan
syariah.
Demikianlah ulasan kami kali ini seputar produk perbanak syariah. Semoga
ulasan ini dapat menambah pengetahuan dan alternatif sarana investasi.
Lembaga Syariah Lainnya
Dewasa ini dikembangkan pula asuransi syariah dan reksadana syariah.
Seperti halnya bank syariah, keduanya juga diupaya selalu berada dalam koridor
syariah.
KEPUSTAKAAN
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek.
Cetakan ke-4. Gema Insani Press. Jakarta. 2002.
Arifin, Zainal. Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan
dan Prospek. Cetakan Ke-3, Alvabet, Jakarta, 2000.
Siamal, Dahlan. Manajemen Bank Umum. Cetakan Pertama.
Intermedia. Jakarta.1995.
Suroso, P.C, dkk. Perekonomian Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa.
Cetakan keempat. Gramedia. Jakarta, 1997.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Feni Fasta, SE, M.Si
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA