Definisi dan Tujuan Tasawuf .pdf
DEFINISI TASAWUF, CIRI-CIRI DAN TUJUAN TASAWUF
Dosen Pengampu : Dr. Jafar, M.A.
Oleh :
Nama : Laras Ashari Setiawan (0705163038)
Kelas : Fisika 2
PRODI FISIKA
FAKULTAS SAINTEK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A.2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas
adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu lainnya dengan
pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat terpisah
keduanya. Ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin.
Menurut pendapat Syekh al-Manawi dalam kitab Faed al-Qadir, “Ilmu itu ada
dua macam, ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang
diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hokum. Dari Abi Syaebah dan Hakim dari
Hasan dan dikatakan Syekh al-Manawi bahwa ilmu bathin itu keluar dari qalbu dan
ilmu dhahir itu keluar dari lidah.
Bahwa ilmu bathin yang keluar dari qalbu itu adalah tasawuf, yang dikerjakan
dan diamalkan oleh qalbu/hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu
yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut juga ilmu syari’ah.
Orang yang ahli dalam tasawuf disebut sufi. Seorang sufi menekankan aspek
rohaninya daripada aspek jasmaninya. Seorang sufi selalu berusaha untuk dekat
dengan tuhannya.
B. Rumusan Masalah
1 Pengertian Tasawuf.
2 Ciri-ciri Tasawuf.
3 Tujuan Tasawuf.
C. Tujuan
1 Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca apa itu Tasawuf.
2 Untuk memahami tujuan yang hendak dicapai oleh Tasawuf.
3 Untuk mengetahui cirri-ciri Tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tasawuf
Dalam kitab Kasyf al mahjûb, al-Hujwirî telah menjelaskan asal-usul kata tasawuf,
yaitu:
1. Istilah tasawuf berasal dari kata al-shûf yaitu wol. Disebut sufi karena kaum sufi
mengenakan jubah yang terbuat dari bulu domba.
2. Istilah tasawuf berasal dari kata al-shaf yaitu barisan pertama, yang bermakna
bahwa kaum sufi berada pada barisan pertama di depan tuhan, karena besarnya
keinginan mereka terhadap tuhan.
3. Istilah tasawuf berasal dari kata ahl al-shuffah karena para sufi mengaku sebagai
golongan ahl al-shuffah yang diridai Allah. Mereka disebut sufi karena sifat-sifat
mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid (shuffah)
yang hidup pada masa nabi Muhammad SAW.
4. Istilah tasawuf berasal dari kata al-shafâ’ yang artinya kesucian, sebagai makna
bahwa para sufi telah menyucikan akhlak mereka dari noda-noda bawaan, dan
karena kemurnian hati dan kebersihan tindakan mereka.1
Menurut ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai
sufi karena sebagai berikut:
1. Terjadinya proses penjernihan terhadap hati mereka berkat cahaya makrifat.
2. Ia dinisbahkan kepada ashhâb al-shuffah, yakni para sahabat yang
meninggalkan segala sesuatu karena cinta kepada Allah dan rasul-Nya.
3. Ia memakai shûf (pakaian dari bulu).
Maka dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada
hakikatnya adalah akhlak yang mulia.2
1
2
Dr. Ja’far, MA, Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.18-19.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.179.
Tasawuf adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
maksud untuk memperbaiki akhlak dengan cara menjauhkan diri dari pengaruh
kehidupan duniawi semata dan memfokuskan perhatian hanya kepada Allah SWT.
B. Ciri Umum Tasawuf
1. Peningkatan moral.
2. Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak.
3. Pengetahuan intuitif langsung.
4. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah dalam diri seorang sufi karena
tercapainya maqamat (maqam-maqam atau beberapa tingkatan).
5. Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian
harfiah dan tersirat.3
C. Tujuan Tasawuf
Tasawuf berupaya mengantarkan penekunnya untuk selalu bersama Allah
dalam berbagai keadaan, dan memantulkan akhlak mulia dalam diri pengkajinya
sebagai wujud dari kemantapan tauhidnya.4
Tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada
Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar.
Tujuan tasawuf ialah sebagai berikut :
1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil
2. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit hati.
3. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
4. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
5. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan), dalam arti
bahwa Allah SWT melihat hamba-hamba-Nya dari atas arsyi dan meliputi mereka
dari segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat), pendengaran (sama’), dan
penglihatan (bashar)Nya.
6. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat Rasulullah
SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syari’at dan meniupkan ruh kehidupannya,
sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin untuk bisa memimpin
3
Drs.H.Ahmad Bangun Nasution, M.A. dan Dra.Hj.Rayani Hanum Siregar, M.H., Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2015), h.13.
4
Dr. Ja’far, MA, Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.27.
kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan maupun politik. Selain itu
mereka juga mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik
peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada
dari alenasi dan kehancuran.5
5
Sayyid Nur bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i (Jakarta: Hikmah 2003), h.17.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pengertian Tasawuf adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
maksud untuk memperbaiki akhlak dengan cara menjauhkan diri dari pengaruh
kehidupan duniawi semata dan memfokuskan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2. Tasawuf berupaya mengantarkan penekunnya untuk selalu bersama Allah dalam
berbagai keadaan, dan memantulkan akhlak mulia dalam diri pengkajinya sebagai
wujud dari kemantapan tauhidnya.
3. Ciri-ciri tasawuf adalah peningkatan moral, pemenuhan fana (sirna) dalam realitas
mutlak, pengetahuan intuitif langsung, timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia
Allah dalam diri seorang sufi karena tercapainya maqamat (maqam-maqam atau
beberapa tingkatan), penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya
mengandung pengertian harfiah dan tersirat.
Daftar Pustaka
Ja’far. Gerbang Tasawuf. Medan: Perdana Publishing. 2016
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Nasution, Ahmad Bangun dan Rayani Hanum Siregar. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2015.
Sayyid Nur bin Sayyid Ali. Tasawuf Syar’i. Jakarta: Hikmah. 2003.
Dosen Pengampu : Dr. Jafar, M.A.
Oleh :
Nama : Laras Ashari Setiawan (0705163038)
Kelas : Fisika 2
PRODI FISIKA
FAKULTAS SAINTEK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A.2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas
adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu lainnya dengan
pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat terpisah
keduanya. Ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin.
Menurut pendapat Syekh al-Manawi dalam kitab Faed al-Qadir, “Ilmu itu ada
dua macam, ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang
diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hokum. Dari Abi Syaebah dan Hakim dari
Hasan dan dikatakan Syekh al-Manawi bahwa ilmu bathin itu keluar dari qalbu dan
ilmu dhahir itu keluar dari lidah.
Bahwa ilmu bathin yang keluar dari qalbu itu adalah tasawuf, yang dikerjakan
dan diamalkan oleh qalbu/hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu
yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut juga ilmu syari’ah.
Orang yang ahli dalam tasawuf disebut sufi. Seorang sufi menekankan aspek
rohaninya daripada aspek jasmaninya. Seorang sufi selalu berusaha untuk dekat
dengan tuhannya.
B. Rumusan Masalah
1 Pengertian Tasawuf.
2 Ciri-ciri Tasawuf.
3 Tujuan Tasawuf.
C. Tujuan
1 Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca apa itu Tasawuf.
2 Untuk memahami tujuan yang hendak dicapai oleh Tasawuf.
3 Untuk mengetahui cirri-ciri Tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tasawuf
Dalam kitab Kasyf al mahjûb, al-Hujwirî telah menjelaskan asal-usul kata tasawuf,
yaitu:
1. Istilah tasawuf berasal dari kata al-shûf yaitu wol. Disebut sufi karena kaum sufi
mengenakan jubah yang terbuat dari bulu domba.
2. Istilah tasawuf berasal dari kata al-shaf yaitu barisan pertama, yang bermakna
bahwa kaum sufi berada pada barisan pertama di depan tuhan, karena besarnya
keinginan mereka terhadap tuhan.
3. Istilah tasawuf berasal dari kata ahl al-shuffah karena para sufi mengaku sebagai
golongan ahl al-shuffah yang diridai Allah. Mereka disebut sufi karena sifat-sifat
mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid (shuffah)
yang hidup pada masa nabi Muhammad SAW.
4. Istilah tasawuf berasal dari kata al-shafâ’ yang artinya kesucian, sebagai makna
bahwa para sufi telah menyucikan akhlak mereka dari noda-noda bawaan, dan
karena kemurnian hati dan kebersihan tindakan mereka.1
Menurut ‘Abd al-Qâdir al-Jailâni menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai
sufi karena sebagai berikut:
1. Terjadinya proses penjernihan terhadap hati mereka berkat cahaya makrifat.
2. Ia dinisbahkan kepada ashhâb al-shuffah, yakni para sahabat yang
meninggalkan segala sesuatu karena cinta kepada Allah dan rasul-Nya.
3. Ia memakai shûf (pakaian dari bulu).
Maka dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada
hakikatnya adalah akhlak yang mulia.2
1
2
Dr. Ja’far, MA, Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.18-19.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.179.
Tasawuf adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
maksud untuk memperbaiki akhlak dengan cara menjauhkan diri dari pengaruh
kehidupan duniawi semata dan memfokuskan perhatian hanya kepada Allah SWT.
B. Ciri Umum Tasawuf
1. Peningkatan moral.
2. Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak.
3. Pengetahuan intuitif langsung.
4. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah dalam diri seorang sufi karena
tercapainya maqamat (maqam-maqam atau beberapa tingkatan).
5. Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian
harfiah dan tersirat.3
C. Tujuan Tasawuf
Tasawuf berupaya mengantarkan penekunnya untuk selalu bersama Allah
dalam berbagai keadaan, dan memantulkan akhlak mulia dalam diri pengkajinya
sebagai wujud dari kemantapan tauhidnya.4
Tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada
Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar.
Tujuan tasawuf ialah sebagai berikut :
1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil
2. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit hati.
3. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
4. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
5. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan), dalam arti
bahwa Allah SWT melihat hamba-hamba-Nya dari atas arsyi dan meliputi mereka
dari segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat), pendengaran (sama’), dan
penglihatan (bashar)Nya.
6. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat Rasulullah
SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syari’at dan meniupkan ruh kehidupannya,
sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin untuk bisa memimpin
3
Drs.H.Ahmad Bangun Nasution, M.A. dan Dra.Hj.Rayani Hanum Siregar, M.H., Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2015), h.13.
4
Dr. Ja’far, MA, Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.27.
kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan maupun politik. Selain itu
mereka juga mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik
peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada
dari alenasi dan kehancuran.5
5
Sayyid Nur bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i (Jakarta: Hikmah 2003), h.17.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pengertian Tasawuf adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
maksud untuk memperbaiki akhlak dengan cara menjauhkan diri dari pengaruh
kehidupan duniawi semata dan memfokuskan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2. Tasawuf berupaya mengantarkan penekunnya untuk selalu bersama Allah dalam
berbagai keadaan, dan memantulkan akhlak mulia dalam diri pengkajinya sebagai
wujud dari kemantapan tauhidnya.
3. Ciri-ciri tasawuf adalah peningkatan moral, pemenuhan fana (sirna) dalam realitas
mutlak, pengetahuan intuitif langsung, timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia
Allah dalam diri seorang sufi karena tercapainya maqamat (maqam-maqam atau
beberapa tingkatan), penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya
mengandung pengertian harfiah dan tersirat.
Daftar Pustaka
Ja’far. Gerbang Tasawuf. Medan: Perdana Publishing. 2016
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Nasution, Ahmad Bangun dan Rayani Hanum Siregar. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2015.
Sayyid Nur bin Sayyid Ali. Tasawuf Syar’i. Jakarta: Hikmah. 2003.