Definisi Dasar Hukum dan Macam Macam Khi

KHIYAR

M akalah Ini Disusun Guna M emenuhi Tugas M at a Kuliah Fiqih M ua’malah
Dosen Pengampu : Imam M ust ofa, S.HI., M .SI.

Disusun oleh:
M uhammad Ridho Prayogo
141268610
S1 Perbankan Syariah
Kelas B

PROGRAM STUDY PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH/ EKONOM I SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGRI M ETRO
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena
atas berkat dan limpahan rahmat dan Hidayah-Nya, maka tugas makalah
mengenai “ Hukum Khiyar Dalam Jual Beli “ ini dapat penulis selesaikan tepat
pada waktu yang ditentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah sederhana ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menghanturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu terselesainya makalah ini. Penulis juga memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang sifatnya konstruktif dalam perbaikan makalah kami.
Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sangat
memperhatikan kebutuhan. Sebagai makhluk nsure tentu manusia memerlukan
interaksi nsure (Mu’amalah) dalam hambaNya memenuhi kebutuhannya seperti
makanan, minum, pakaian dan lain-lain. Dalam Kitab-Nya dan Sunnah RasulNya telah ditetapkan nsur-hukum mu’amalah, salah satunya jual beli adalah hal
yang dibolehkan menurut Syara’.
Jual Beli merupakan perbuatan yang diperbolehkan atau dihalalkan oleh
Agama Islam. Dalam bertransaksi ( jual – beli ) di semua kegiatan berekonomi
tentunya tidak akan terlepas dari sebuah penawaran, baik yang dilakukan oleh
penjual atau pembeli, dalam islam disebut dengan istilah khiyar artinya tawar –
menawar.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya bagi kami pribadi. Amiin
Mero, 22 November 2016


Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Khiyar ...................................................................
B. Syarat Khiyar ..........................................................................
C. Dasar Hukum dan Landasan Khiyar ..........................................
D. Fungsi Kiyar ...............................................................................
E. Macam-Mcam Khiyar ..................................................................
F. Cara Pengguguran Khiyar .......................................................

BAB III PENUTUP
A. PENUTUP ..................................................................................
B. SARAN ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disadari ataupun tidak, kita sering melakukan khiyar dalam
kehidupan sehari-hari. Yakni dalam proses jual beli. Misalnya saja, kita
membeli pakaian atau barang yang lain ketika dibawa kerumah barang ini
tidak sesuai dengan kebutuhan kita atau terdapat cacat pada barangnya,
sehingga kita mengembalikan dan menukarnya kepada pedagang karena
ketika membeli kita sudah ada perjanjian dengannya apabila tidak muat
boleh dikembalikan. Hal itu adalah salah satu cntoh dari pada Khiyar.
Khiyarr adalah pemilihan di dalam melakukan akad jual beli apakah
mau meneruskan akad jal beli atau mengurungkanya/menarik kembali

kehendak untuk melakukan jual beli. Dalam pertimbangan bisnis dan
ekonomi khiyar ini menjadi penting dengan adanya khiyar. Orang yng
melakukan transaksi bisnis yang berjual beli dapat memikirkan
kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi
penyesalan dikemudian hari lantaran merasa ketipu.

B. Runusan masalah
1) Apa pengertian dan Syaat Khiyar?
2) Ada Berapa Jenis Khiyar?
3) Cara Pengguguran Khiyar?

C. Tujuan penulisan
1) Untuk menyelesaikan tuga makalah mata kuliah fiqih muamalah
2) Mengetahui dan memahami dari Khiyar

4

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Khiyar
Dalam perspektif Islam, jelas bahwa acuan kejujuran dalam
berdagang harus diletakkan dalam kerangka ukuran-ukuran yang
bersumber dari ajaran Islam, yakni Al-Qur‟an dan Hadis. Karena itu,
sistem nilai yang Islami yang mendasari perilaku perdagangan merupakan
masalah penting untuk diungkapkan. Dari perspektif Islam tersebut,
perdagangan ternyata memiliki dua dimensi, yakni dimensi duniawi dan
dimensi ukhrawi. Perdagangan yang dijalankan berlandaskan nilai-nilai
Islam dalam penelaahan ini dipahami sebagai yang berdimensi ukhrawi,
dan demikian sebaliknya berdimensi duniawi apabila suatu aktivitas
perdagangan terlepas dari nilai-nilai Islam yang dimaksud.1
Secara etimologi, khiyar artinya:memilih, menyisihkan, dan
menyaring. Secara umum artinya adalah menentukan yang terbaik dari
dua hal (atau lebih) untuk dijadikan orientasi. Secara terminologis dalam
ilmu fiqih artinya: Hak yang dimiliki orang yang melakuan perjanjian usaha
untuk memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan perjanjian
tersebut atau membatalkannya.
Khiyar artinya boleh memilih antara dua, meeruskan akad jual beli
atau mengurungkan (menarik kembali,tidak jadi jal beli). Diadakan khiyar
oleh syara’ agarkedua orang tadi yang berjual beli dapat memikirkan

kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi
penyesalan dikemudian hari lantaran merasa tertipu.2
Khiyar menurut pasal 20 ayat 8 Komplikasi Hukum Ekonomi
Syariah yaitu hak pilih bagi penjul dan pembeli untuk melanjutkan akad
jual beli yang dilakukan.
1

Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm.14.

2

Sulaiman rasjid, fiqh islam, (Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2002), hal. 286.

5

Jadi hak khiyar itu ditetapkan dalam islam untuk menjamin kerelaan
dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yag melakukan jual beli. Dari satu
segi memang khiyar (memilih) ini tidak praktis karena mengandung arti
ketidak pastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang
melakukan transaksi, khiyar ini yaitu jalan terbaik.3


B. Syarat khiyar
a. Pendapat ulama tentang syarat khiyar dalam orang yang menjual
terhadap dirinya sendiri.
Imam Syafi’i berpendapat :



Kepemilikan mabi’ masih ditangguhkan



Kepemiikan bisa berpindah dengan terjadinya akad



Berpindah kepemiikan dan jatuhnya khiyar

Waktunya harus tiga hari


Syarat :
1) Barang yang dikhiyarkanhendaknya jelas
2) Barang yang dikhiyarkan hendaklah ditentukan harganya
3) Pembeli harus melihat barang yang dikhiyarkan

C. Dasar Hukum atau Landasan Khiyar
Berdasarkan prinsip wajib menegakkan kejujuran dan kebenaran
dalam perdagangan, maka haram bagi penjual menyembunyikan cacat
barang. Apabila dalam barang yang akan dijual itu terdapat cacat yang
diketahui oleh pemilik barang (penjual), maka wajiblah dia menerangkan
hal itu dan tidak boleh menyembunyikannya. Menyembunyikan cacat
barang dengan sengaja termasuk penipuan dan kecurangan.4

3

DR. Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta,Prenada Media, 2013), hal. 105.

4

Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hlm. 408.


6

Khiyar hukumnya boleh berdasarkan sunnah Rasulullah saw. Diantara
sunnah tersebut adalah hadis yang diriwaytkan oleh AlBukhari dari
Abdullah bin Al-Harits:
ِ ‫ﻗ ﺎه اﯨ ﺣﺎزث‬: ‫ﺳﻌت‬
ِ ً ‫ع ﷲ ز ﺿ ﻲ ﺣزا‬
َ ‫ﻲ‬
? ِ‫ع‬
ٌ ‫ب ﺣﻧ‬
ِ‫ب ﷲ ﻋ ﺑ د ع‬
‫ﺻﻲ اﯨْﺑﻲ‬
‫ﻋﯾﻲ ﷲ‬
‫ﻲ‬
ٌ ‫ﯾ ﺗ ﻔ ﺳ ﻘﺎ‬, ُ ‫ﺻدﻗ ﺎ ﻓﺎ‬
ٚ
ٌ ‫ ه ﻗ ﺎ ٗ◌ﺳ‬: ُ ‫ى ٍ◌ا ﺑ ﺎﯨ ﺧ ﯾﺎز اﯨﺑﯾﻌﺎ‬
ٔ


‫ى ٖ◌ا ﺑ٘ زك ٗ◌ﺑﯾْﺎ‬
َ ‫ﺑﯾ َﻊ ٖ◌ا ﺑ ﺳﻣﺔ ﻗ ت ٍ◌ح ٗ◌ﻣﺗَﺎ ﻣرﺑ ﺎ ٗ◌ا ُ ﺑﯾ َﻊ ٖ◌ا ﻓ ﻲ‬.

Artinya: Dari Abdullah bin al-harits ia berkata: saya mendengar
Hakim bin Hizam r.a dari Nabi saw beliau bersabda: “
penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar selama
mereka berdua belum berpisah. Apabila mereka berdua
benar dan jelas, maka mereka berdua diberi keberkahan
didalam jual beli mereka, dan apabila mereka berdua
berbohong dan merahasiakan, maka dihapuslah
keberkahan jual beli mereka berdua. ( HR. Al-Bukhari).

Adapun landasan khiyar sebagai berikut :
a. Al-Quran surat :
,‫ض ِّﻣْﻧُﻛْم )اﻟﻧﺳﺎء‬
ٍ ‫ﯾﺎ اﯾﱠَﮭﺎ اﻟِّذْﯾَن اََﻣﻧُْوا َﻻ ﺗ َﺄ ُْﻛﻠُوا أ َْﻣَواﻟَُﻛْم ﺑَْﯾَﻧُﻛْم ﺑِﺎ ْﻟﺑَﺎِطِل ِاﻻﱠ أَْن ﺗ َُﻛْوَن ﺗَِﺟﺎَرة ً َﻋْن ﺗ ََر‬
(29 .4
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengaan jalan
perniagaan berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.5

b. Al-Hadist
ْ ‫ﺻدﱠَﻗﺎ َوﺑَﯾﱠﻧَﺎ ﺑُْوِرَك َﻟُﮭَﻣﺎ ِﻓْﻲ ﺑَْﯾِﻌِﮭَﻣﺎ َواِْن َﻛﺗ ََﻣﺎ َوَﻛذﱠﺑَﺎ ُﻣِﺣﱠﻘ‬
‫ت ﺑَْرَﻛﺔ ُ ﺑَْﯾِﻌِﮭَﻣﺎ )رواه‬
َ ‫ َﻓِﺎْن‬,‫اﻟﺑَْﯾﻌَﺎِن ﺑِﺎ ْﻟِﺧﯾَﺎِر َﻣﺎ َﻟْم ﯾَﺗ َﻔَﱠرَﻗﺎ‬
(‫اﻟﺑﺧﺎري وﻣﺳﻠم‬
Artinya : “Dua orang yang melakukan jual bei boleh melakukan khiyar selama
belum berpisah. Jika kedua benar dan jelas maka keduanya diberkahi diberkahi
dalam jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, dan akan
dimusnakanlah keberkahan jual beli mereka”. (HR.Bukhari Muslim)
5

Qs. An-Nisa 4:29

7

c. Ijma “Ulama”
Status khiyar dam pandangan ulama Fiqh adalah di syariatkan atau
dibolehkan, karena suatu keperluan yang mendesak dalam
mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang
melakukan transaksi.
Di zaman sekarang yang serba canggih ini, dimana sistem jual beli yang semakin
mudah dan peraktis, masalah khiyar ini masih tetap diberlakukan, hanya tidak
menggunakan kata-kata Khiyar dalam mempromosikan barang-barang yang
dijualnya, tetapi dengan ungkapan singkat dan menarik, misalnya : “. Ini berarti
bahwa pembeli diberi hak khiyar (memilih) dengan hati-hati dan cermat dalam
menjatuhkan pilihannya untuk membeli, sehingga ia merasa puas terhadap
barang yang benar-benar ia inginkan.6
D. Fungsi Khiyar
Fungi khiyar adalah supaya kedua orang yang berjual beli dapat
memikirkan lebih lanjut mengenai dampak positif atau negatifnya bagi
mereka masing-masing. Dengan demikian diantara kedua belah pihak
tidak akan tejadi penyesalan dibelakang hari karena adanya
penipuan,kesalahan, dan paksaan.7

E. Macam-Macam Khiyar
Khiyar terbagi kepada tiga macam yaitu :
1) Khiyar Majlis

6

Amir Syarifuddin, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Pranada Media, 2005), hal. 213.

7

Sudarsono, Pokok-Pook Hukum Islam, (Jakarta, Rineke Cipta, 2001), hal. 407.

8

Tempat transaksi, dengan demikian khiyar majlis bearti hak pelaku
transaksi untuk meneruskan atau membatalkan akad selagi mereka
berada dalam tempat transaksi dan belum berpisah.
Jadi khiyar majlis adalah khiyar yang dilkukan pada suatu tempat.
Mauqud ‘alaih (barang) menjadi sah miik penjual atau pembeli ketika
keduanya sudah berpisah.batasannya satu tempat tersebut meurut
jumhur ulama berdasarkan adat.
Seperti kejadian berikut, ronald penjual buku budi pembelinya. Di toko
ronald sudah ada tulisan, “barang tidak boleh dikembalikan sesudah
meninggalkan lokasi toko”. Dengan ketentuan di atas, jika budi jadi
membeli buku maka ronald sudah tidak bertangggung jawab terhadap
buku tersebut ketika Budi meninggalkan toko dan buku tersebut
sepenuhna milik budi. Jika budi sempat memilih buku dan akhirnya
tidak jadi membeli karena tidak sepakat harga atau lainya, maka buku
tersebut tetap milik ronald dan ia berhak menjual buku tersebut
kepada oran lain.
Khiyar Mjlis, yaitu hak pilih kedua belah pihak yang berakad untuk
mematalkan akad, selama keduanya masih brada dalam majelis akad
diruangan toko) dsn belum berpisah badan. Artinya,suatu transaksi
baru dianggap sah apabila kedua belah pihak yang melaksanakan
akad telah berpisah badan atau salah seorang di antara mereka telah
melakukan piihan untuk menjual dan atau membeli. Khiyar seperti ini
hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat kedua
belah pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan sewamenyewa.8
2) Khiyar Syarat
Kedua pihak atau salah satu nya berhak memberikan persyaratan
khiyar dalam waktu tertentu. Khiyar syarat merupakan hak yang
disyaratkan oleh seorang atau kedua belah pihak untuk membatalkan
8

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2007), hal. 223.

9

suatu kontrak yangtelah diikat. Misalnya, pembeli mengatakan kepada
penjual: “saya beli barang ini dari anda, tetapi saya punya hak untuk
mengembalikan barang ini dalam tiga hari.” Begitu periode yang
diisyaratkan berakhir, maka hak yang untuk membatalkan yang
ditimbulkan oleh syarat ini tidak berlaku lagi. Sebagai dari hak ini,
maka kontrak yang pada awalnya bersifat mengikat menjadi tidak
mengikat. Hak untuk memberi syarat jal beli ini membolehkan suatu
pihak untuk menunda eksekusi kontrak itu. Tujuan dari hak ini untuk
memberikan kepada orang yang menderita kerugian untuk
membatalkan kontrak dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini
berupaya untuk pencegahan terhadap kesalahan, cacat
barang,ketadaan pengetahuan kualitas barang, dan kesesuain
dengan kualitas yng diinginkan. Dengan demikian, hak ini melindungi
pihak-pihak yang lemah dari kerugian.
3) Khiyar aib
Suatu hak yang diberikan kepada pembeli dalam kontrak jual beli
untuk mematalkankontrak jika si pembeli menemukan cacat dalam
barang yang telah dibelinya sehingga menurunkan nilai barang itu.
Hak ini telah digariskan oleh hukum, dan pihak-pihak yang terlibat
tidak boleh melanggarnya dalam kontrak. Kebaikan dari hak ini,
pembeli yang menemukan cacat pada barang yang dibeli mempunyai
hak untuk mengembalikan kepada penjual, kecuali dia mengetahui
tentang cacat barang itu sebelum diberikan.
Hukum kerusakan barang baik yang rusak seluruhnya atau sebagian,
sebelum akad dan sesudah akad terdapat beberapa ketentuan yaitu:
a. Barang rusak sebelum diterima pembeli
1) Barang rusak dengan sendirinya atau rusak oleh penjual, maka
jual beli batal.
2) Barang rusak oleh pembeli, maka akad tidak batal dan
pembeli harus membayar.

10

3) Barang rusak oleh orang lain, maka jual beli tidaklah batal,
tetapi pembeli harus khiyar antara melanjutkan atau membatalkan
akad jual beli.9
4) Khiyar Ru‟yah
Khiyar ru‟yah adalah hak pembeli untuk membatalkan akad atau tetap
melangsungkannya ketika ia melihat obyek akad dengan syarat ia
belum melihatnya ketika berlangsung akad atau sebelumnya ia
pernah melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah jadi
batas perubahan atasnya. Konsep khiyar ini disampaikan oleh fuqoha
Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah dan Dhahiriyah dalam kasus jual beli
benda yang ghaib (tidak ada ditempat) atau benda yang belum
pernah diperiksa. Sedangkan menurut Imam Syafi‟i khiyar ru‟yah ini
tidak sah dalam proses jual beli karena menurutnya jual beli terhadap
barang yang ghaib (tidak ada ditempat) sejak semula dianggap tidak
sah.10
Selain itu, kategori khiyar tersebut, Prof. Dr. Muhamad Tahir
Mansoori membagi khiyar kepada beberapa macam tambahannya
adalah khiyar al-ghabn (hak untuk membatalkan kontrak karena
penipuan).
Khiyar al-ghabn dapat diimplementsikan dalam situasi seperti berkut
ini:
a) Tasriyah
Tasriyah bermakna mengikat kantong susu unta betina atau
kambing supaya air susu binatang itu berkumpul dikantong
susunya untuk memberikan kesan kepada yang berniat membeli
bahwa air susunya sudah banyak. Dalam hal ini Rasulullah SAW
bersabda: “Janganlah ikat susu unta atau kambing. Jika salah

9

Rahmat Syafi‟i, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 90.

10

Sayyid Sabiq. op.cit. hlm. 156.

11

seorang diantara kamu membeli seekor unta betina atau kambing
yang susunya diikat, maka dia memiliki hak (setelah memerah
susunya) untuk tetap menjaganya, atau mengembalikannya
berama-sama dengan sejumlah kurma (jika susunya telah
dikonsumsi oleh pembeli)”.
Tindakan tasriyah membuat kontrak dapat dibatalkan, tergantung
pilhan pembeli yang telah menderita karna penipuan ini. Inilah
pandangan mayoritas ulama. Ulama mazhab hanafi tidak
menyetujui pembatalan kontrak. Mereka mengizinkan orang yang
ditipu itu untuk menuntut tambahan yang tidak memberatkan dari
penjual.
b) Tanajush
Tanajush bermakna menawar harga yang tinggi untuk suatu
barang tanpa niat untuk memelinya, dengan tujuan untuk sematamata untuk menipu orang lain yang ingin benar-benar membeli
barang tersebut.
c) Ghabn Fahisy
Ghabn Fahisy adalah kerugian besar yan diderita oleh suatu pihak
dari konrak sebagai hasil dari penggelapan atau penggambaranya
salah, atau penipuan yang dilakukan oleh pihak lain. Ulama
mahab Hanafi berpendapat bahwa kerugian besar yang diderita
oleh suatu pihak, bukan merupakan penyebab untuk membatalkan
kontrak. Kontrak hanyadapat dibatalkan jika disebabkan oeh
peipuan atau penggambaran yang salah.
Misalnya si A menjual sebuah jam tangan yang nilainya Rp
50.000,- dengan harga Rp 90.000,- kepada si B dngan mengklaim
hargabarang itu adalh Rp. 100.000,- , karena percaya pada klaim
si A, si B kemdian membeli barang tersebut dengan harga Rp.
90.000,-. Dalam hal ini si B telah menderita ghabn al-fahisy seperti
ini memberikan hak kepada si B untuk membatalkan kontrak.

12

d) Talaqqi al-rukban merupakan transaksi di mana orang kota
mengambil keuntungan ketidaktahuan orang badui yang
membawa barang primer dan kebutuhan pokok untuk dijual, dan
menipunya dalam perjalanan ke tempat penjualan (pasar). Orangorang pasar pergi keluar kota untuk menyongsong orang Badui
dan membel barang yang dibawanya dengan harga murah,
menghilangkan kesempatan buat orang Badui untuk terlei dahulu
menyurvei harga, agar ia tau harga pasar.
Ini merpakan bentuk lain dari penipuan yang meggambarkan
keliru yang memberkan hak kepada pembeli untuk membatalkan
kontrak.11

F. Cara Pengguguran Khiyar
Cara mengugurkan khyar dngan tiga cara:
a. Menggugurkan khiyar dengan cara yang pasti (isqoth sharih) yang
dilakukan oleh orang yang berkhiyar, misalnya dengan berkhiyar
mengtakan :”saya setuju kalau khiyar ini dibatalkan”, dan
pernyataan-pernyataan lainnya yang mirip dengan ucapan itu.
Dengan adanya pernyataaan-ernyataan ini maka akad
menjaditidak terikat. Sebalikna akad akan batal engan ucapanucaan seperti itu: “sudah saya batalkan atau saya gugurkan akad
ini).
b. Pengguguran dengan dilalah adalah adanya tasharruf (beraktifitas
dengan barang tersebut) dari peaku khiyar yang menunjukkan
bahwa jual beli tersebut jadi dilakukan, seperti pembeli
menghibahkan barang terseut kepada orang lain, dan
sebagainnya.

11

DR. Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta,Prenada Media, 2013), hal. 106-108.

13

c. Penggugura khiya secara outomatik (keadaatan) terhadap
beberapa keadaan sebagai berikut.
1) Batas waktu khiyar habis.
2) Seseorang yang memberikan syarat meninggal.
3) Adanya hal-hal yang serupa dengan mati, seperti gila, mabuk,
dan lain-lan. Dengan demkian, jika akal seseorang karena
gila,abuk, tidur atau hal-ha lainnya maka akad enadi terikat.
4) Barang rusak ketika masa khiyar.12

12

Wahbah Zuhaili, Fiqh Dan Islam Perundangan, jilid IV, Terj. Syed Ahmad Syed Husen,
(Malaysia;Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2002), hal. 111.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara etimologi, khiyar artinya:memilih, menyisihkan, dan
menyaring. Secara umum artinya adalah menentukan yang terbaik dari
dua hal (atau lebih) ntuk dijadikan orientasi. Secara terminologis dalamlmu
fiqih artinya: Hak yang dimiliki orang yang melakuan perjanjian usaha
untuk memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan perjanjian
tersebut atau membtalkannya.
Secara umum artinya menentukan yang terbaik dari dua hal atau lebih untuk
dijadikan orientasi.
Khiyar terbagi beberapa jeis yang paling utama ada 3 yaitu : khiyar
Majelis, Khiyar Syarat, Khiyar Aib.

B. Saran
Kepada mahasiswa/mahasiswi dan teman-eman sekalia, etela membaca
makalah ini, bisa mengetahui dan dapat mempraktekan tentang Khiyar ini dalam
keidupan sehari-hari pada saat melakukan transaksi jual beli secara baik dan
benar-benar sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan.
Supaya transaksi jual bel kita ini tidak ada yang dirugikan satu sama lain.

15

DAFTAR PUSTAKA
Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Sulaiman Rasjid, fiqh islam, (Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2002)
DR. Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta,Prenada Media, 2013)
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992)
Amir Syarifuddin, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Pranada Media, 2005)
Sudarsono, Pokok-Pook Hukum Islam, (Jakarta, Rineke Cipta, 2001)
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2007)
Rahmat Syafi‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)

16