audit internal audit operasional dan aud (1)

Nama : Ainaul Maslihah
NIM

: 2014017101

Kelas : Akuntansi 4A4

INTERNAL AUDIT, AUDIT OPERASIONAL DAN AUDIT
KEUANGAN PEMERINTAH

PENGERTIAN INTERNAL AUDIT
Internal Audit adalah auditor yang bekerja didalam suatu entitas/perusahaan yang
bertugas untuk mengetahui apakah prosedur serta kebijakan yang sudah disusun dan
ditetapkan oleh manajemen telah diptuhi, menenttukan apakah penjagaan atas
kekayaan entitas/organisasi sudah baik atau tidak, menetukan tingkat efektivitas dan
efisiensi prosedur aktivitas kegiatan organisasi, serta menetukan kehandalan informasi
yang telah dihasilkan oleh bagian bagian dari entitas/organisasi.
TUJUAN INTERNAL AUDIT
Internal Audit bertujuan untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan menganalisa, menilai dan memberiksaran serta komentar tentang
aktivitas yang diperiksa.
Guna mencapai tujuan internal audit, ini yang harus dilakukan oleh auditor internal:



Memastikan kebijakan, rencana serta prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh manajmen untuk ditaati.



Menilai kebaikan, mengembangkan pengedalian secara efektif dengan biaya yang
wajar, juga mengetahui bagus tidaknya sistem pengendalian yang ada. baik
pengendalian internal, pengendalian manajemen maupun pengendalian oprasional
yang lain.



Memastikan harta perusahaan dipertanggung-jawabkan serta dilindungi dari
terjadinya misal kehilangan, kecurangan, disalahgunakan, pencurian dan lain
sebagainya.




Memberi saran perbaikan operasional untuk lebih efektif dan efisien lagi.



Menilai mutu kualitas pekerjaan.oleh bagian bagian perusahaan yang telah
dibebankan oleh manajemen.



Memberi kepastian bahwa data data yang diolah dalam perusahaan bisa dipercaya.

FUNGSI SERTA LINGKUP INTERNAL AUDIT
Internal Audit berfungsi untuk alat bantu manajemen guna menilai tingkat efektif dan
keefisienan pengendalian internal perusahaan, memberi saran ataupun rekomendasi
serta memberikan nilai tambah untuk manajemen sebagai dasar pengambilan
keputusan atau tindakan berikutnya.
Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal
Penanggung jawab fungsi audit intern harusnya mengelola fugsi internal audit dengan
efisien serta efektip guna memastikan kegiatan tersebut memberi nilai lebih untuk
entitas perusahaan.

Ruang lingkup Internal Audit menurut Guy [2002:410]
Meliputi pemeriksaan serta evaluasi memadai dan juga tingkat efektifitas
pengendalian intern perusahaan dan mutu pekerjaan dalam melakukan tanggung
jawab yang ditugaskan.

PENGERTIAN AUDIT OPERASIONAL
Audit operasional merupakan:
1. Proses yang sistematis
Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional juga mencakup serangkaian
langkah atau prosedur yang terstruktur dan terorganisasi. Aspek ini mencakup
perencanaan yang tepat, mendapatkan dana secara objektif serta menilai bukti yang
berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.

2. Menilai operasi organisasi
Penilaian operasi organisasi didasarkan pada suatu kriteria yang ditetapkan atau yang
disetujui. Dalam audit operasional, kriteria sering dinyatakan dalam standar kinerja
(performance standards) yang ditetapkan oleh manajemen. Namun dalam beberapa
hal, standar-standar ini mungkin juga ditetapkan oleh industri. Kriteria penilaian
organisasi ini sering kali kurang jelas didefinisikan dibandingkan kriteria yang
digunakan dalam audit laporan keuangan. Pemeriksaan operasional mengukur tingkat

korespondensi antara kinerja aktual dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
3. Efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi
Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen organisasi yang
diaudit untuk dapat memperbaiki efektivitas, efisiensi dan ekonomi operasi
organisasinya. Ini berarti bahwa audit operasional memfokuskan pada masa yang akan
datang dan hal ini berlawanan langsung dengan audit laporan keuangan yang
mempunyai fokus historis.
4. Melaporkan kepada orang yang tepat
Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen atau individual
yang meminta diadakannya audit, kecuali kalau pelaksanaan audit tersebut diminta
oleh pihak ketiga, dan pembagian laporan dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan.
Dalam kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit menerima salinan laporan
audit operasional.
5. Rekomendasi atau perbaikan
Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak berakhir sampai
dengan pelaporan hasil temuan audit, melainkan diperluas untuk dibuatkannya
rekomendasi-rekomendasi yang bertujuan untuk perbaikan manajemen organisasi
yang diaudit.

MANFAAT AUDIT OPERASIONAL


Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan
keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit
kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.
1. Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar
perusahaan dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola
perusahaan.
3. Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim
investasi dan usaha akan makin kondusif.

KETERBATASAN AUDIT OPERASIONAL
Beberapa keterbatasan audit operasional:
1. Waktu
Waktu menjadi factor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan
informasi kepada manajemen secara cepat atau setidaknya tepat waktu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaiknya audit operasional dilakukan
secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi
kronis dalam perusahaan.


2. Keahlian auditor
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan para auditor operasional karea tidak
mungkin bagi seorang auditor mengetahui dan menguasai berbagai disiplin bisnis.
Auditor operational hanya lebih ahli dalam bidang audit daripada dalam bidang
bisnis.
3. Biaya
Biaya juga merupakan salah satu factor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit
harus lebih kecil dari jumlah yang dapat dihemat. Oleh karena itu, auditor harus
mengabaikan masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki
lebih lanjut.

TAHAP-TAHAP AUDIT OPERASIONAL
1. Memilih auditee
Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap caloncalon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai
potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan
kehematan operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan proses
penyaringan yang akan menghasilkan peringkat dari calon auditee. Pemahaman
tentang calon auditee diperoleh dengan:
 Mereview data arsip latar belakang setiap auditee meninjau fasilitas auditee
untuk memastikan bagaimana auditee mencapai tujuannya.

 Mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku
petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian
mutu, serta deskripsi tugas mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai
bidang-bidang permasalahan tertentu (sering kali disebut entry interview).
 Menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan
yang tidak biasa melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk
menegaskan atau menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang
potensial.
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui
kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif.
2. Merencanakan audit
Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program audit,
yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi
pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit berisi
seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan
dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan pada
sampel data. Jadi, dalam perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan
teknik-teknik sampling statistik. Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim
audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari auditor yang
memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit


4. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi
pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu
dalam audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi
yang mendalam (in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan
pertanyaan

dan

pengamatan.

Pendekatan

yang biasa

dilakukan


adalah

mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar
untuk mewawancarai personil auditee.
5. Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk
akhir dari audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang
berkaitan dengan pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan
dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas
laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap
auditee. Laporan itu harus memuat: suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang
lingkup audit uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
ikhtisar temuan-temuan rekomendasi perbaikan komentar auditee.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat
menulis laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima.
6. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional
adalah tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap
laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit
yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang

ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan
kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam mengimplementasikan
rekomendasi.

STANDAR AUDIT OPERASIONAL
A. Standar Umum

1.Standar

Umum

Pertama

(Persyaratan

Kemampuan

atau

Keahlihan)


“Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan”.
Dengan standar ini, semua organisasi atau lembaga audit bertanggung jawab
bahwa setiap audit dilaksanakan oleh staf yang secara kolektif memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk tugas audit tersebut. Staf
tersebut harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang audit pemerintahan,
tentang keadaan khas yang diaudit, serta kaitannya dengan sifat dari jenis yang
dilaksanakan.
2. Standar Umum Kedua (Independensi)
“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi atau
lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan public, harus
independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari gangguan
ilndependensi yang bersifat pribadi dan yang dari luar pribadinya ekstern), yang
dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap
dan penampilan yang independen”.
Dengan standar umum kedua ini, organisasi atau lembaga audit dan para
auditornya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya
sedemikian rupa, sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi
dari audit dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan
mengenai hal itu.
3. Standar Umum Ketiga (Penggunaan Kemahiran Secara Cermat dan Seksama)
“Dalam

pelaksanaan

audit

dan

penyusunan

laporannya,

auditor

wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”
4. Standar Umum Keempat (Pengendalian Mutu)
“Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP
ini harus memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan system
pengendalian mutu tersebut harus direview oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu ekstern)”.

AUDIT KEUANGAN PEMERINTAH
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional

berdasarkan standar

pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
Pemeriksaan keuangan negara adalah meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan negara ada 3 : 1) Pemeriksaan keuangan,
kinerja,

2)pemeriksaan

3)PDTT

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta aspek efektivitas. Dalam
melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengendalian intern.
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas
suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat:
eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures). Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan
atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas
sistem pengendalian intern.
Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanan pengawasan dan pertanggungjawaban

Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan,

efisien,

ekonomis,

efektif,

dan

transparan,

dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Dasar Hukum :
a)

Undang-undang Dasar 1945

b)

Undang-undang nomor 17 tahun 2003 : Keuangan Negara

c)

Undang-undang nomor1 tahun 2004

d)

Undang-undang nomor 15 tahun 2004 : Pemeriksaan Pengelaan dan Tanggung

: Perbendaharaan Negara

jawab Keu Neg
e)

Undang-undang nomor 15 tahun 2006 : Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Obyek Pemeriksaan keuangan
a)

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;

b)

Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;

c)

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;

d)

Laporan Keuangan BI;

e)

Laporan Keuangan BUMN;

f)

Laporan Keuangan BUMD; dan

g)

Laporan Keuangan badan-badan lain

perundang-undangan yang berlaku.

Ruang lingkup pemeriksaan keuangan

yang diwajibkan oleh peraturan

a) Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan
b) Posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana
c) Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran
(SILPA) dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dana dalam neraca; dan
d) Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SPKN.
e)

Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan

kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang terkait dengan pelaporan
keuangan dalam LK
Kriteria pemeriksaan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005
jo. PP No. 71/2010. Dikembangkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan,
(UU nomor 17 tahun 2003 dan UU nomor 1 tahun 2004). Terdiri dari sebuah kerangka
konseptual dan 11 pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP)
Auditor : BPK RI dan KAP/pihak lain yg melakukan pemeriksaan keuangan untuk
dan atas nama BPK-RI
Kode etik : Peraturan BPK no. 2/2007 tentang kode etik Badan Pemeriksa
Keuangan. Hal2 yg diatur :
a)
1)

Nilai-Nilai Dasar BPK
mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang

berlaku.
2)

mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

3)

menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas.

4)

menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK.

b)

Kode Etik bagi Anggota BPK

1) Independensi (objektif, netral, menghindari conflict of interest, tidak rangkap
jabatan dll)
2)
3)

Integritas (tegas, jujur, tidak menerima imbalan langsung/tak langsung dll)
Profesionalisme (hati-hati, teliti, menghindari pemanfaatan kabatan/rahasia

negara dll)
c)

Kode Etik bagi Pemeriksa : idem diatas

d)

Majelis Kehormatan Kode Etik : menegakkan kode etik berdasarkan pengaduan

Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang harus
dipatuhi oleh setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya.
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA


SPKN memuat pernyataan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan,
dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional



Tujuan Standar Pemeriksaan adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa
dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.



Dasar penyusunan : Pasal 5 UU nomor 15 tahun 2004 dan Pasal 9 ayat (1) huruf e UU
nomor 15 tahun 2006


1)

Tanggung jawab Auditee
Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2)

Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin:

(1) pencapaian tujuan sebagaimana mestinya; (2) keselamatan/keamanan kekayaan yang
dikelola; (3) kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) perolehan

dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan data/informasi secara
wajar.
3)

Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara secara tepat waktu.
4)

Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses

untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.

1)

Tanggung jawab Auditee
Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan

pemeriksaan.
2)

Mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam melakukan

pemeriksaan.
3)

Melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas

yang tinggi.