Pengaruh Audit Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Kota Bandung)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang didefinisikan sebagai

iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada jasa timbal (kotraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro
dalam Mardiasmo,2011).
Di Indonesia sistem pemungutan pajak pada awalnya menggunakan official
assessment system dimana tanggung jawab pemungutan pajak sepenuhnya
dilaksanakan oleh penguasa pemerintah, lalu pada tahun 1984 pemerintah
membuat suatu kebijakan dalam rangka mengoptimalkan penerimaan dalam
sektor pajak berupa Tax Reform (Reformasi Pajak). dengan mengubah sistem
pemungutan pajak yang berlaku menjadi Self Assessment System yang mana
sistem pemungutannya memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang, dan diawasi dalam pelaksanaanya
oleh Fiskus. Self Assessment System tersebut berlaku hingga saat ini.
Meskipun diawasi langsung oleh fiskus dalam pelaksanaannya, perpajakan

mengalami banyak permasalahan, mulai dari masyarakat yang secara pasif enggan
membayar pajak hingga perlawanan aktif dari wajib pajak seperti Tax Avoidance
hingga Tax Evasion. Tax Avoidance, yaitu usaha meringankan beban pajak
dengan tidak melanggar undang – undang. Sedangkan Tax Evasion, adalah usaha
meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang–undang atau dapat

Universitas Sumatera Utara

dikatakan menggelapkan pajak. Dikarenakan banyaknya permasalahan dan
pelanggaran perpajakan yang terjadi, sehingga dilakukan audit pajakoleh kantor
kantor pelayanan pajak bersangkutan.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan

peraturan

perundang-undangan


perpajakan.

Adapun

tujuan

dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1.

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :
a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan pajak;
b. SPT rugi;
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan
dalam Surat Teguran) disampaikan;
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil
analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban

perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Universitas Sumatera Utara

2.

Tujuan lain, yaitu:
a. Pemberian NPWP secara jabatan;
b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan

bahan

untuk

penyusunan


Norma

Penghitungan

Penghasilan Neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai

berproduksi sehubungan dengan fasilitas

perpajakan dan/ atau;
k. Pemenuhan

permintaan

informasi


dari

negara

mitra

Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda(Dirjen Pajak,2012).
Audit Pajak atau pemeriksaan perpajakan ini sendiri dilakukan untuk
mencari antara lain; Interpretasi undang undang yang tidak benar,
Kesalahan hitung, Penggelapan secara khusus dari penghasilan, serta
Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya yang dilakukan Wajib
Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dari pelaksanaan
audit pajak inilah fiskus dapat mengetahui juga tingkat kepatuhan dari
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

Universitas Sumatera Utara

Tingkat kepatuhan wajib pajak RI yang rendah menyebabkan penerimaan

pajak meleset pada triwulan I 2015. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
memaparkan, penerimaan pajak Januari-Maret 2015 hanya Rp 170 triliun (13
persen). Jumlah ini masih jauh dari target yang ditetapkan untuk Ditjen Pajak
sebesar Rp 1.296 triliun. "Tak tercapainya target penerimaan pajak masih
disebabkan kepatuhan wajib pajak,’’ kata Bambang seusai melaporkan
penerimaan pajak kepada Presiden Joko Widodo, Rabu (8/4). Dibandingkan
dengan penerimaan pajak tahun sebelumnya pun, perolehan Ditjen Pajak pada
triwulan I 2015 masih lebih kecil. Pada triwulan I 2014, Ditjen Pajak bisa meraup
Rp 188,5 triliun. Berdasarkan data Ditjen Pajak per 2013 total wajib pajak
terdaftar sebanyak 25.857.390 yang terdiri atas 2.218.573 wajib pajak badan,
555.995 wajib pajak bendahara, dan sisanya wajib pajak perorangan. Namun, dari
total 24 juta, yang menyampaikan surat pemberitahuan pajak hanya 17 juta
(Republika,2015).
Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2012, baru 10 persen
dari total pelaku usaha di Indonesia yang membayar pajak. Menurut Fuad
Rahmani selaku Direktur Jendral Pajak Kementrian Keuangan, secara regulasi
perpajakan sudah lengkap untuk menagih para wajib pajak untuk menambah
pendapatan negara. Namun, dia mengakui jika dalam pelaksanaannya masih
rendah. "Pelaksanaan masih lemah, kurang tegas untuk menagih pajak. Makanya
sekarang kami akan melakukan langkah yang lebih tegas. Pajak itu kewajiban

bernegara. Maka bagi yang sudah mampu, wajib untuk membayar pajak," ujar
Fuad (Tempo,2012)

Universitas Sumatera Utara

Pada akhir 2012, Ditjen Pajak tengah mengupayakan agar target penerimaan
pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012, yakni Rp 885
triliun, bisa tercapai. Target terancam tak terpenuhi lantaran kinerja ekspor
sejumlah perusahaan menurun seiring turunnya permintaan global dan turunnya
harga komoditas. Kondisi tersebut juga memukul sektor sektor industri di
Indonesia. Fuad menjelaskan, dari hasil sensus pajak tahun 2012, pihaknya
memperoleh data 2 juta wajib pajak baru yang mayoritas berasal dari sektor
perdagangan. Diharapkan penerimaan pajak dari para wajib pajak baru ini bisa
turut menyokong penerimaan pajak di tahun-tahun ke depan. Saat ditanya
tanggapannya soal pernyataan Menteri Keuangan yang berharap target
penerimaan pajak tercapai 90 persen, "Kami sedang berjuang agar short
fall (penurunan penerimaan) tidak terlalu besar," kata Fuad. Sampai November
2012, penerimaan dari Pajak Penghasilan tumbuh sekitar tujuh persen dari tahun
lalu 20 persen. Adapun Pajak Pertambahan Nilai bertumbuh sekitar 28 persen.
(Tempo,2012)

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Aviliani,
menilai sudah saatnya bagi pemerintah untuk menerbitkan kebijakan terobosan
yang bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi nasional serta bisa menambah
pendapatan negara. Ia mengungkapkan, setidaknya ada dua terobosan yang bisa
diterapkan, yakni memberikan insentif fiskal kepada dunia usaha serta
pengampunan pajak pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). "Jadi, utang
pajak UKM sebelumnya dihapuskan, tapi harus membayar pajak tahun ini. Saya
yakin UKM segera membayar," kata Aviliani di Hotel Borobudur, Rabu, 19

Universitas Sumatera Utara

Desember 2012. Hingga kini, sekitar 70 persen UKM belum membayar pajak.
Perbandingannya, di Indonesia, kelas menengah mencapai 50 juta, tapi data dari
wajib pajak hanya mencapai 23 juta. Ia menilai para pelaku UKM saat ini memilih
tak membayar pajak karena tak ingin terlibat masalah. Jika tak ada pengampunan
pajak, pendapatan negara dari sektor ini tidak akan meningkat. Selain
pengampunan pajak, pemerintah juga sudah saatnya menerbitkan insentif fiskal
kepada para pelaku usaha. Avi juga menyebutkan, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah menyatakan agar tak ada lagi pengurangan pegawai tenaga
kerja. Dengan penerapan insentif fiskal, penyerapan tenaga kerja bisa semakin

besar. Saat ini, Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi gara-gara krisis
ekonomi yang melanda sebagian negara di Eropa dan Amerika. Aviliani menilai
pemberian

peluang usaha bisa membuat

ekonomi

Indonesia bertahan.

(Tempo,2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti (2007) yang meneliti
tentang Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pendapatan
Perkapita terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madiun
menyatakan bahwa tingkat kepatuhan yang semakin tinggi akan meningkatkan
penerimaan pajak. Hasil senada juga diungkapkan oleh Sari (2009) bahwa Self
Assesment System berpengaruh positif dan signifikan terhadap penermaan pajak
penghasilan di KPP Pratama Medan Barat. Hasil ini menunjukkan bahwa
penerimaan pajak dapat meningkat dengan diadakannya pemeriksaan pajak
(penerbitan SKP).


Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan beberapa fenomena diatas, dapat kita lihat bahwa dalam
beberapa tahun terakhir terjadi beberapa perbedaan antara target penerimaan pajak
dengan penerimaan pajak yang di setor oleh wajib pajak, yang kemudian terjadi
peningkatan penerimaan pajak setelah dilakukannya pemeriksaan oleh pengawas
pajak dan beberapa kebijakan fiskal baru yang dilakukan oleh pemerintah, seperti
Tax Amnesty (Pengampunan Pajak). Dikarenakan oleh hal hal yang terjadi di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk
skripsi dengan judul: “Dampak Audit Pajak Terhadap Peningkatan
Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Cicadas Kota Bandung)”
1.2

Rumusan Masalah
Apakah terdapat peningkatan penerimaan pajak setelah dilakukan

pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Kota Bandung?
1.3


Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah untuk mengetahui pengaruh
pemeriksaan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan di KPP Cicadas
Kota Bandung.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.

Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas
Memberikan informasi dan referensi dalam menyusun kebijakan
pemeriksaan perpajakan yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan
perpajakan dan meningkatkan pendapatan pajak.

Universitas Sumatera Utara

2.

Bagi penulis,
Diharapkan penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai masalah perpajakan khususnya lebih mengetahui kegunaan
dan pengaruh dari pemeriksaan pajak.

3.

Bagi peneliti lain
Dapat mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan yang mungkin
ditemukan dalam penelitian ini, apabila ke depan ingin melakukan
penelitian sejenis.

Universitas Sumatera Utara