Pengaruh Audit Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Kota Bandung)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka berisi mengenai pemahaman tentang pajak,
klasifikasi pajak, hak dan kewajiban wajib pajak, sistem perpajakan di Indonesia,
serta pemahaman tentang pemeriksaan pajak.
2.1.1 Definisi Pajak
Seperti kita tahu bahwa pajak adalah sumber pendapatan terbesar negara
yang juga dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari sebuah pemaksaan. Pemaksaan
disini adalah berupa pungutan yang diwajibkan bagi setiap orang atau perusahaan
yang sudah masuk dalam kategori Wajib Pajak. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan disebutkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selain itu juga terdapat beberapa pengertian mengenangi pajak yang diungkapkan
oleh beberapa ahli di bidang keuangan negara, ekonomi, maupun hukum
mancanegara untuk menjadi bahan perbandingan antara lain adalah sebagai
berikut :
a.
C. F. Bastable menyatakan, “Tax is a compulsory contribution of the
wealth of a person or body of persons for service of the public
powers,” dalam bukunya Public Finance (Safri Nurmantu:2005).
Universitas Sumatera Utara
b.
Prof. Dr. P. J. A. Andriani merumuskan:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan (R. Santosa Brotodihardjo:2003).
c.
Handcock dalam Pengantar Ilmu Pajak (1997) menyebutkan bahwa
ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :
“All taxes have some features in common. They are compulsory levy,
imposed by government, either on income, expenditure or capital
assets, for which the taxpayer receives nothing specific in return. The
primary purpose of imposing a tax is to raise for public purposes.”
(Dora Handcock:1997)
d.
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.” (Rochmat Soemitro: 1991)
2.1.2
Fungsi Pajak
Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara, yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Pajak menurut Santosa (2003), mempunyai fungsi utama sebagai
berikut.
a.
Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)
Pajak
merupakan
sumber
pemasukan
keuangan
negara
yang
menghimpun dana ke kas negara untuk membiayai pengeluaran negara
atau pembangunan nasional. Jadi, fungsi pajak adalah sebagai sumber
pendapatan negara, yang bertujuan agar posisi anggaran pendapatan dan
pengeluaran mengalami keseimbangan (balance budget).
b.
Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi mengatur
(regulered) tersebut antara lain: - memberikan proteksi terhadap barang
produksi dalam negeri, misalnya PPN (Pajak Pertambahan Nilai); - pajak
dapat dipakai untuk menghambat laju inflasi; - pajak dipakai sebagai alat
untuk mendorong ekspor, misalnya pajak ekspor barang 0%; - untuk
menarik dan mengatur investasi modal yang dapat menunjang
perekonomian yang produktif.
c.
Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribusi)
Pajak mempunyai fungsi pemerataan artinya dapat digunakan untuk
menyeimbangkan dan menyesuaikan antara pembagian pendapatan
dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, pajak berfungsi
untuk pemerataan pendapatan masyarakat, sebagaimana yang tercantum
dalam Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Universitas Sumatera Utara
d.
Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya
dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi
inflasi, karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Dan, untuk
mengatasi deflasi atau kelesuan ekonomi, pemerintah dapat menurunkan
pajak . Dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat
ditambah sehingga kelesuan ekonomi yang di antaranya ditandai dengan
sulitnya pengusaha memperoleh modal dapat diatasi. Dengan demikian,
perekonomian diharapkan senantiasa dalam keadaan stabil.
2.1.3 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
1.
Hak Wajib Pajak
a.
Hak atas kelebihan pembayaran pajak
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan
apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih kecil dari jumlah
kredit pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan
dengan Wajib Pajak melakukan permohonan dengan menyerahkan Surat
Pemberitahuan (SPT) yang ditujukan kepada kepala KPP bersangkutan
dan diberikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan
diterima secara lengkap. Untuk Wajib Pajak yang masuk kriteria Wajib
Pajak Patuh, pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan
paling lambat 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN sejak
Universitas Sumatera Utara
permohonan diterima. Perlu diketahui pengembalian ini dilakukan tanpa
pemeriksaan. Apabila Direktorat Jendral Pajak terlambat mengembalikan
kelebihan pembayaran maka Wajib Pajak berhak menerima bunga 2%
per bulan maksimum 24 bulan (48%).
b.
Hak untuk mengajukan keberatan, Banding, dan peninjauan kembali
Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak setelah dilakukan
pemeriksaan maka WP dapat mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan
tersebut. Keberatan dapat dilakukan dengan mengajukan surat secara
tertulis kepada Direktorat Jendral Pajak paling lambat 3 bulan sejak
dikirim Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan keputusan dari Direktorat
Jendral Pajak akan diterbitkan paling lambat 12 bulan sejak surat
diterima. Apabila permohonan keberatan ditolak dan Wajib Pajak tidak
melakukan Banding maka Wajib pajak dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 50%.
Permohonan banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak ke Badan
Peradilan Pajak secara tertulis dalam waktu 3 bulan sejak keputusan
keberatan ditolak. Pengadilan Pajak harus menetapkn putusan paling
lambat 12 bulan sejak surat banding diterima. Apabila permohonan
banding ditolak ataupun dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan
banding.
Universitas Sumatera Utara
Apabila Wajib Pajak masih belum puas maka dapat mengajukan
Peninjauan Kembali (PK) kepada Mahkamah Agung dengan jangka
waktu paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan putusan
Hakim Pengadilan pidana. Atas permohonan tersebut Mahkamah agung
akan memberi putusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat
permohonan diterima.
c.
Hak hak Wajib Pajak lainnya
−
Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak
−
−
−
−
−
−
−
Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran
Hak untuk penundaan pelaporan SPT
Hak untuk pengurangan PPh pasal 25
Hak untuk pengurangan PBB
Hak untuk pembebasan pajak
Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah
−
Hak untuk mendapat insntif perpajakan
2.
Kewajiban Wajib Pajak
a.
Kewajiban Mendaftarkan Diri
Sesuai dengan Self Assesment System yang pada bab sebelumnya telah
disebutkan digunakan dalam sistem perpajakan di Indonesia maka Wajib
Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultan
Pajak (KP2P), atau e-register (media elektronik on-line) untuk diberikan
Universitas Sumatera Utara
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Adapun syarat dari kepemilikan
NPWP adalah apabila seseorang telah memenuhi syarat subjektif (Orang
Pribadi) dan syarat objektif berupa Penghasilan yang telah melewati
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Tabel 2.1
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP
Wajib Pajak Orang Pribadi
Tambahan untuk WP kawin
Tambahan untuk tanggungan
Tambahan apabila penghasilan
istri digabung dengan suami
Sebelumnya
Rp 24.300.000,00
Rp 2.025.000,00
Rp 2.025.000,00
Mulai 2015
Rp 36.000.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 24.300.000,00
Rp 36.000.000,00
(Direktorat Jendral Pajak:2015)
Sedangkan bagi UMKM yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan syarat bahwa, pengusaha
orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang atau
jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto diatas Rp 600.000.000,00
setahun.
b.
Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak
Mekanisme pembayaan pajak bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain;
membayar sendiri pajak yang terutang, membayar PPh melalui
pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain, membayar PPN pada pihak
penjual atau pemberi jasa dengan tarif 10%, dan membayar pajak pajak
lainnya.
Pembayaran
bulanan
yang
dilakukan
dengan
mekanisme
pemotongan/pemungutan dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan
ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut, antara lain yang
ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya. Apabila UMKM tergolong sebagai
subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan juga sebagai
pemotong/pemungutan pajak. Adapun jenis pemotongan/pemungutan
adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh
Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM. Pelaporan dilakuan
oleh
Wajib
Pajak
dengan
pengisian
dan
penyerahan
surat
Pemberitahuan(SPT).
c.
Kewajiban memberi data
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur pada Pasal
35A UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU Nomor 16 Tahun
2009.
2.1.4
Sistem Perpajakan di Indonesia
Sistem perpajakan suatu negara terdiri atas tiga unsur, yaitu Tax
Policy, Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut
sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara. Menurut Wirawan B. Ilyas
Universitas Sumatera Utara
dan Richard Burton (2007 : 22) sistem pemungutan pajak dapat dibedakan
atas:
a.
Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus
dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.
b.
Semi Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang
yang terutang.
c.
Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh
kepada
Wajib
Pajak
untuk
menghitung,
memperhitungkan,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
d.
Witholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong/ memungut besarnya pajak yang
terutang
Seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya, pemungutan
pajak di Indonesia pada awalnya menggunakan official assessment system
dimana tanggung jawab pemungutan pajak sepenuhnya dilaksanakan oleh
penguasa pemerintah, lalu pada tahun 1984 pemerintah membuat suatu
kebijakan dalam rangka mengoptimalkan penerimaan dalam sektor pajak
Universitas Sumatera Utara
berupa Tax Reform (Reformasi Pajak). dengan mengubah sistem pemungutan
pajak yang berlaku menjadi Self Assessment System yang mana sistem
pemungutannya memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar atau menyetorkan sendiri besarnya pajak
terutang, dan diawasi dalam pelaksanaanya oleh Fiskus. Self Assessment
System tersebut berlaku hingga saat ini.
2.1.5
Pemeriksaan Pajak
1. Definisi
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan
lain
dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.
Pemeriksaan tersebut juga dapat dilaksanakan di Kantor Pajak
(Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan
Lapangan) meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan.
Apabila WP tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan
berlaku dan menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan,
maka pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan utama dari pemeriksaan pajak sendiri yaitu untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan seperti;
a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan pajak.
b. SPT rugi.
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang
ditetapkan dalam Surat Teguran) disampaikan
3. Hak Wajib Pajak Saat Pemeriksaan
a. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan
Tanda
Pengenal
Pemeriksa
Pajak
dan
Surat
Perintah
Pemeriksaan.
b. Meminta
kepada
Pemeriksa
Pajak
untuk
memberikan
pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan.
c. Meminta
kepada
Pemeriksa
Pajak
untuk
memberikan
penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan.
d. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat
Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan.
e. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
f. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
g. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh
Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara
Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan.
h. Memberikan
pendapat
atau
penilaian
atas
pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir
Kuesioner Pemeriksaan.
i. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan
kepada pihak lain yang tidak berhak.
4. Kewajiban Wajib Pajak Saat Pemeriksaan
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek
yang terutang pajak.
b. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh
data yang dikelola secara elektronik.
c. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat
atau ruangan, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang
diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat
memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh,
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang
pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak.
d. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain
berupa:
−
Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP
apabila dalam mengakses data yang dikelola secara
elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus
−
Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak
−
Menyediakan
ruangan
khusus
tempat
dilakukannya
Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan,
dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.
e.
Menyampaikan
tanggapan
secara
tertulis
atas
Surat
tertulis
yang
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
f.
Memberikan
keterangan
lisan
dan/atau
diperlukan.
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan dan harus memperlihatkannya kepada Wajib
Pajak yang diperiksa
b. Wajib
Pajak
yang
diperiksa
harus,
apabila
dalam
mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
Universitas Sumatera Utara
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan
Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat
atau ruangan tertentu, bila Wajib Pajak Tidak memenuhi kewajiban
pengungkapan diatas.
2.1.6
Hubungan Sistem Perpajakan di Indonesia dengan Pemeriksaan
Pajak
Self Assesment System yang berlaku di Indonesia pada dasarnya sudah
mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1984 lewat Tax Reform yang dibuat
oleh pemerintah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ternyata sistem ini tidak
membuahkan hasil yang diharapkan, bahkan penerimaan dari sektor pajak
justru menurun. Dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak dengan sistem ini
gagal, karena tidak didukung dengan sikap yang jujur dari Wajib Pajak serta
pengawasan yang intensif dan akurat dari pihak pemerintah /administrasi
pajak. Selain itu sanksi yang diterapkan juga tidak efektif dijalankan.
Kegagalan sistem tersebut membangun aparatur untuk membuat sistem
perpajakan modern dan menjadikan pemerintah dan berbagai kalangan
mendukung konsep self assessment ini sebagai sesuatu yang wajar dan
prospektif di masa depan sehingga secara konsepsional sistem ini dapat
dilaksanakan dengan baik, sebagaimana dikemukakan Suandy:2002, dalam
rangka melaksanakan Self Assesment System diperlukan beberapa prasyarat,
antara lain;
Universitas Sumatera Utara
a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness),
Wajib Pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya
seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah
pajak terutangnya,
b. Kejujuran Wajib Pajak,
Wajib Pajak melakukan kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa
adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan di dalam sistem ini karena fiskus
memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang,
c. Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness),
Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya,
namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi
dalam membayar pajak terutangnya,
d. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Discipline),
Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan
dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Atas dasar untuk memperbaiki sistem perpajakan yang telah gagal
tersebut maka pemeriksaan pajak dilakukan sehubungan untuk menertibkan
sistem perpajakan yang berlaku (Self Assesment System) dan untuk
menghindari kecurangan atas pelaporan perpajakannya seperti yang sudah
terjadi sebelumnya.
2.1.7
Surat Pemberitahuan (SPT)
Universitas Sumatera Utara
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajakobjek
pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundangundangan pajak.
No.
1
Dasar
Pembagian
Waktu
2
Subjek Pajak
3
4
Tabel 2.2
Jenis Jenis SPT
Uraian
Keterangan
SPT Masa
SPT Tahunan
SPT Masa terdiri atas, SPT
PPN, PPh pasal 21/26, PPh
pasal 23/26, PPh pasal 25, PPh
pasal 4 ayat (2)
SPT Tahunan terdiri atas, PPh
orang pribadi dan SPT tahunan
PPh badan
SPT Wajib Pajak
Orang Pribadi
SPT Wajib Pajak
badan
Berdasar pajak SPT Nihil
SPT Nihil adalah SPT yang
yang
masih SPT kurang bayar tidak ada pajak terutang
harus dibayar SPT lebih bayar
maupun kredit pajak
SPT kurang bayar adalah SPT
yang besaran PPh nya lebih
kecil dari pajak terutang
sehingga menimbulkan setoran
PPh pasal 29
SPT lebih bayar adalah SPT
yang besaran PPh nya lebih
besar dari pajak terutang
sehingga timbul kredit pajak
Berdasarkan
SPT 1770 SS
SPT 1770 SS adalah formulir
jenis pekerjaan SPT 1770 S
bagi wajib pajak orang pribadi
untuk
orang SPT 1770
yang menerima penghasilan
pribadi
dari satu sumber dan tidak
melebihi Rp 60 juta
SPT 1770 S adalah formulir
bagi WPOP yang menerima
penghasilan dari satu sumber
atau lebih atau WPOP yang
memperoleh penghasilan dalam
negeri yang bersifat final.
Universitas Sumatera Utara
5
Sequensi
Normal
Pembetulan
6
Jumlah Faktur SPT 1107
Pajak (untuk SPT 1108
PPN)
SPT 1111
SPT 1111 DM
SPT 1770 adalah formulir bagi
WPOP yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas.
SPT Normal adalah SPT yang
pertama kali disampaikan
SPT Pembetulan adalah SPT
yang
disampaikan
atas
pembetulan SPT Normal
SPT 1107 wajib digunakan oleh
PKP yang menerbitkan faktur
diatas 30 buah
SPT 1108 wajib digunakan oleh
PKP yang menerbitkan faktur
tidak lebih dari 30 buah
SPT 1111 wajib digunakan oleh
PKP
yang
menggunakan
mekanisme pengkreditan pajak
dengan pajak keluaran, dan
jumlah faktur yang diterbitkan
tidak lebih dari 25 buah
(berlaku mulai pelaporan masa
pajak Januari 2011)
SPT 1111 DM wajib digunakan
oleh PKP yang menggunakan
pedoman pengkreditan pajak
masukan dan menerbitkan
faktur tidak lebih dari 25 buah.
(berlaku mulai pelaporan masa
pajak Januari 2011)
(Yustinus Prastowo:2014)
Pengisian SPT dapat kita lakukan dengan 2 cara, yaitu; pengisian SPT secara
Manual dan Elektronik (e-SPT).
a. Pengisian SPT secara Manual dapat dilakukan dengan mesin ketik dengan
tinta hitam, menggunakan tulisan tangan dengan huruf cetak dan tinta
hitam, atau dengan menggunakan komputer dengan format PDF.
b. Pengisian SPT secara elektronik (e-SPT) dapat dilakukan Wajib Pajak
dengan memasukan data pada aplikasi e-SPT,meng- upload induk, dan
Universitas Sumatera Utara
lampiran SPT dalam bentuk softcopy. Kemudian induk SPT dicetak dan
ditanda tangani untuk dilaporkan ke KPP.
2.1.8
Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang dikeluarkan oleh
direktorat jendral pajak kepada wajib pajak setelah dilakukannya pemeriksaan
atas SPT wajib pajak.
1.
SKPKB
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. SKPKB
diterbitkan apabila:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang atau kurang dibayar
b. Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran.
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) ternyata tidak harus dikompensasikan selisih lebih pajak
atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
Universitas Sumatera Utara
d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yangterutang
e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.
2.
SKPKBT
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. SKPKBT ini diterbitkan apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
3.
SKPLB
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang adatu
seharusnya tidak terutang. Pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak terutang. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
diterbitkan untuk:
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang
dipungut oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang
Universitas Sumatera Utara
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
tersebut.
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
4.
SKPN
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok paak sama besarnya dengan jumlah kredit paja
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan
apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang dan tidak
ada kredit pajak ataupun pembayaran pajak.
2.2
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3
Tabel Penelitian Terdahulu
Nama dan
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Penelitian
Pengaruh
Self Variabel Independen :
Sari
Assesment System NPWP terdaftar , SSP
(2009)
Terhadap
PPh
pasal
25
Penerimaan Pajak perbulan.
Penghasilan di KPP Variabel dependen :
Pratama
Medan Penerimaan
Pajak
Barat.
Penghasilan
Vania Yuki Pengaruh Kepatuhan
Wajib Pajak Orang
Widiyanti
(2007)
Pribadi
Dan
Pendapatan
Perkapita Terhadap
Penerimaan Pajak
Di Kantor Pelayanan
Pajak Madiun
Variabel Independen:
Kepatuhan Wajib Pajak
dan Pendapatan Per
Kapita
Variabel
Dependen:
Penerimaan Pajak
Hasil Penelitian
Secara
simultan
NPWP dan SSP
PPh
Pasal
25
berpengaruh secara
signifikan
positif
terhadap
penerimaan pajak
penghasilan.
1. Dengan Tingkat
Kepatuhan
yang
Semakin
Tinggi
Maka Penerimaan
Pajak Juga Semakin
Besar.
2.
Pendapatan
Per
Kapita Berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
Signifikan
Terhadap
Penerimaan Pajak
2.3
Kerangka Konseptual
Self Assesment System yang diterapkan di Indonesia merupakan suatu sistem
yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan sendiri pajak terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Dalam pelaksanaan self assesment system tersebut kepatuhan pajak sesuai
atau tidaknya dengan peraturan perpajakan akan terlihat dari penerimaan yang
diperoleh dari jumlah pajak yang dibayarkan. Sedangkan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak sendiri dapat dilihat dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus.
Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajakmemiliki
pengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Dimana Peningkatan pemeriksaan
pajak akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
PEMERIKSAAN
PENINGKATAN
PAJAK
PENERIMAAN
(y)
(x)
2.4
Hipotesis
Berdasarkan
uraian
keterkaitan
antara
Pemeriksaan
Pajak
dengan
Peningkatan Pemeriksaan Pajak diatas yang mengacu pada kerangka pemikiran
dan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Pemeriksaan
pajak berpengaruh tehadap Peningkatan Penerimaan Pajak. Hipotesis tersebut
dapat dijabarkan sebagi berikut :
Universitas Sumatera Utara
Ho : Pemeriksaan Pajak tidak berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas.
H1 : Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka berisi mengenai pemahaman tentang pajak,
klasifikasi pajak, hak dan kewajiban wajib pajak, sistem perpajakan di Indonesia,
serta pemahaman tentang pemeriksaan pajak.
2.1.1 Definisi Pajak
Seperti kita tahu bahwa pajak adalah sumber pendapatan terbesar negara
yang juga dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari sebuah pemaksaan. Pemaksaan
disini adalah berupa pungutan yang diwajibkan bagi setiap orang atau perusahaan
yang sudah masuk dalam kategori Wajib Pajak. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan disebutkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selain itu juga terdapat beberapa pengertian mengenangi pajak yang diungkapkan
oleh beberapa ahli di bidang keuangan negara, ekonomi, maupun hukum
mancanegara untuk menjadi bahan perbandingan antara lain adalah sebagai
berikut :
a.
C. F. Bastable menyatakan, “Tax is a compulsory contribution of the
wealth of a person or body of persons for service of the public
powers,” dalam bukunya Public Finance (Safri Nurmantu:2005).
Universitas Sumatera Utara
b.
Prof. Dr. P. J. A. Andriani merumuskan:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan (R. Santosa Brotodihardjo:2003).
c.
Handcock dalam Pengantar Ilmu Pajak (1997) menyebutkan bahwa
ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :
“All taxes have some features in common. They are compulsory levy,
imposed by government, either on income, expenditure or capital
assets, for which the taxpayer receives nothing specific in return. The
primary purpose of imposing a tax is to raise for public purposes.”
(Dora Handcock:1997)
d.
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.” (Rochmat Soemitro: 1991)
2.1.2
Fungsi Pajak
Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara, yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Pajak menurut Santosa (2003), mempunyai fungsi utama sebagai
berikut.
a.
Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)
Pajak
merupakan
sumber
pemasukan
keuangan
negara
yang
menghimpun dana ke kas negara untuk membiayai pengeluaran negara
atau pembangunan nasional. Jadi, fungsi pajak adalah sebagai sumber
pendapatan negara, yang bertujuan agar posisi anggaran pendapatan dan
pengeluaran mengalami keseimbangan (balance budget).
b.
Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi mengatur
(regulered) tersebut antara lain: - memberikan proteksi terhadap barang
produksi dalam negeri, misalnya PPN (Pajak Pertambahan Nilai); - pajak
dapat dipakai untuk menghambat laju inflasi; - pajak dipakai sebagai alat
untuk mendorong ekspor, misalnya pajak ekspor barang 0%; - untuk
menarik dan mengatur investasi modal yang dapat menunjang
perekonomian yang produktif.
c.
Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribusi)
Pajak mempunyai fungsi pemerataan artinya dapat digunakan untuk
menyeimbangkan dan menyesuaikan antara pembagian pendapatan
dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, pajak berfungsi
untuk pemerataan pendapatan masyarakat, sebagaimana yang tercantum
dalam Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Universitas Sumatera Utara
d.
Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya
dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi
inflasi, karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Dan, untuk
mengatasi deflasi atau kelesuan ekonomi, pemerintah dapat menurunkan
pajak . Dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat
ditambah sehingga kelesuan ekonomi yang di antaranya ditandai dengan
sulitnya pengusaha memperoleh modal dapat diatasi. Dengan demikian,
perekonomian diharapkan senantiasa dalam keadaan stabil.
2.1.3 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
1.
Hak Wajib Pajak
a.
Hak atas kelebihan pembayaran pajak
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan
apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih kecil dari jumlah
kredit pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan
dengan Wajib Pajak melakukan permohonan dengan menyerahkan Surat
Pemberitahuan (SPT) yang ditujukan kepada kepala KPP bersangkutan
dan diberikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan
diterima secara lengkap. Untuk Wajib Pajak yang masuk kriteria Wajib
Pajak Patuh, pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan
paling lambat 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN sejak
Universitas Sumatera Utara
permohonan diterima. Perlu diketahui pengembalian ini dilakukan tanpa
pemeriksaan. Apabila Direktorat Jendral Pajak terlambat mengembalikan
kelebihan pembayaran maka Wajib Pajak berhak menerima bunga 2%
per bulan maksimum 24 bulan (48%).
b.
Hak untuk mengajukan keberatan, Banding, dan peninjauan kembali
Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak setelah dilakukan
pemeriksaan maka WP dapat mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan
tersebut. Keberatan dapat dilakukan dengan mengajukan surat secara
tertulis kepada Direktorat Jendral Pajak paling lambat 3 bulan sejak
dikirim Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan keputusan dari Direktorat
Jendral Pajak akan diterbitkan paling lambat 12 bulan sejak surat
diterima. Apabila permohonan keberatan ditolak dan Wajib Pajak tidak
melakukan Banding maka Wajib pajak dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 50%.
Permohonan banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak ke Badan
Peradilan Pajak secara tertulis dalam waktu 3 bulan sejak keputusan
keberatan ditolak. Pengadilan Pajak harus menetapkn putusan paling
lambat 12 bulan sejak surat banding diterima. Apabila permohonan
banding ditolak ataupun dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan
banding.
Universitas Sumatera Utara
Apabila Wajib Pajak masih belum puas maka dapat mengajukan
Peninjauan Kembali (PK) kepada Mahkamah Agung dengan jangka
waktu paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan putusan
Hakim Pengadilan pidana. Atas permohonan tersebut Mahkamah agung
akan memberi putusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat
permohonan diterima.
c.
Hak hak Wajib Pajak lainnya
−
Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak
−
−
−
−
−
−
−
Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran
Hak untuk penundaan pelaporan SPT
Hak untuk pengurangan PPh pasal 25
Hak untuk pengurangan PBB
Hak untuk pembebasan pajak
Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah
−
Hak untuk mendapat insntif perpajakan
2.
Kewajiban Wajib Pajak
a.
Kewajiban Mendaftarkan Diri
Sesuai dengan Self Assesment System yang pada bab sebelumnya telah
disebutkan digunakan dalam sistem perpajakan di Indonesia maka Wajib
Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultan
Pajak (KP2P), atau e-register (media elektronik on-line) untuk diberikan
Universitas Sumatera Utara
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Adapun syarat dari kepemilikan
NPWP adalah apabila seseorang telah memenuhi syarat subjektif (Orang
Pribadi) dan syarat objektif berupa Penghasilan yang telah melewati
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Tabel 2.1
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP
Wajib Pajak Orang Pribadi
Tambahan untuk WP kawin
Tambahan untuk tanggungan
Tambahan apabila penghasilan
istri digabung dengan suami
Sebelumnya
Rp 24.300.000,00
Rp 2.025.000,00
Rp 2.025.000,00
Mulai 2015
Rp 36.000.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 24.300.000,00
Rp 36.000.000,00
(Direktorat Jendral Pajak:2015)
Sedangkan bagi UMKM yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan syarat bahwa, pengusaha
orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang atau
jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto diatas Rp 600.000.000,00
setahun.
b.
Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak
Mekanisme pembayaan pajak bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain;
membayar sendiri pajak yang terutang, membayar PPh melalui
pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain, membayar PPN pada pihak
penjual atau pemberi jasa dengan tarif 10%, dan membayar pajak pajak
lainnya.
Pembayaran
bulanan
yang
dilakukan
dengan
mekanisme
pemotongan/pemungutan dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan
ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut, antara lain yang
ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya. Apabila UMKM tergolong sebagai
subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan juga sebagai
pemotong/pemungutan pajak. Adapun jenis pemotongan/pemungutan
adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh
Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM. Pelaporan dilakuan
oleh
Wajib
Pajak
dengan
pengisian
dan
penyerahan
surat
Pemberitahuan(SPT).
c.
Kewajiban memberi data
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur pada Pasal
35A UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU Nomor 16 Tahun
2009.
2.1.4
Sistem Perpajakan di Indonesia
Sistem perpajakan suatu negara terdiri atas tiga unsur, yaitu Tax
Policy, Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut
sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara. Menurut Wirawan B. Ilyas
Universitas Sumatera Utara
dan Richard Burton (2007 : 22) sistem pemungutan pajak dapat dibedakan
atas:
a.
Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus
dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.
b.
Semi Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang
yang terutang.
c.
Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh
kepada
Wajib
Pajak
untuk
menghitung,
memperhitungkan,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
d.
Witholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong/ memungut besarnya pajak yang
terutang
Seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya, pemungutan
pajak di Indonesia pada awalnya menggunakan official assessment system
dimana tanggung jawab pemungutan pajak sepenuhnya dilaksanakan oleh
penguasa pemerintah, lalu pada tahun 1984 pemerintah membuat suatu
kebijakan dalam rangka mengoptimalkan penerimaan dalam sektor pajak
Universitas Sumatera Utara
berupa Tax Reform (Reformasi Pajak). dengan mengubah sistem pemungutan
pajak yang berlaku menjadi Self Assessment System yang mana sistem
pemungutannya memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar atau menyetorkan sendiri besarnya pajak
terutang, dan diawasi dalam pelaksanaanya oleh Fiskus. Self Assessment
System tersebut berlaku hingga saat ini.
2.1.5
Pemeriksaan Pajak
1. Definisi
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan
lain
dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.
Pemeriksaan tersebut juga dapat dilaksanakan di Kantor Pajak
(Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan
Lapangan) meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan.
Apabila WP tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan
berlaku dan menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan,
maka pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan utama dari pemeriksaan pajak sendiri yaitu untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan seperti;
a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan pajak.
b. SPT rugi.
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang
ditetapkan dalam Surat Teguran) disampaikan
3. Hak Wajib Pajak Saat Pemeriksaan
a. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan
Tanda
Pengenal
Pemeriksa
Pajak
dan
Surat
Perintah
Pemeriksaan.
b. Meminta
kepada
Pemeriksa
Pajak
untuk
memberikan
pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan.
c. Meminta
kepada
Pemeriksa
Pajak
untuk
memberikan
penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan.
d. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat
Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan.
e. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
f. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
g. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh
Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara
Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan.
h. Memberikan
pendapat
atau
penilaian
atas
pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir
Kuesioner Pemeriksaan.
i. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan
kepada pihak lain yang tidak berhak.
4. Kewajiban Wajib Pajak Saat Pemeriksaan
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek
yang terutang pajak.
b. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh
data yang dikelola secara elektronik.
c. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat
atau ruangan, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang
diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat
memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh,
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang
pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak.
d. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain
berupa:
−
Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP
apabila dalam mengakses data yang dikelola secara
elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus
−
Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak
−
Menyediakan
ruangan
khusus
tempat
dilakukannya
Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan,
dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.
e.
Menyampaikan
tanggapan
secara
tertulis
atas
Surat
tertulis
yang
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
f.
Memberikan
keterangan
lisan
dan/atau
diperlukan.
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan dan harus memperlihatkannya kepada Wajib
Pajak yang diperiksa
b. Wajib
Pajak
yang
diperiksa
harus,
apabila
dalam
mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
Universitas Sumatera Utara
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan
Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat
atau ruangan tertentu, bila Wajib Pajak Tidak memenuhi kewajiban
pengungkapan diatas.
2.1.6
Hubungan Sistem Perpajakan di Indonesia dengan Pemeriksaan
Pajak
Self Assesment System yang berlaku di Indonesia pada dasarnya sudah
mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1984 lewat Tax Reform yang dibuat
oleh pemerintah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ternyata sistem ini tidak
membuahkan hasil yang diharapkan, bahkan penerimaan dari sektor pajak
justru menurun. Dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak dengan sistem ini
gagal, karena tidak didukung dengan sikap yang jujur dari Wajib Pajak serta
pengawasan yang intensif dan akurat dari pihak pemerintah /administrasi
pajak. Selain itu sanksi yang diterapkan juga tidak efektif dijalankan.
Kegagalan sistem tersebut membangun aparatur untuk membuat sistem
perpajakan modern dan menjadikan pemerintah dan berbagai kalangan
mendukung konsep self assessment ini sebagai sesuatu yang wajar dan
prospektif di masa depan sehingga secara konsepsional sistem ini dapat
dilaksanakan dengan baik, sebagaimana dikemukakan Suandy:2002, dalam
rangka melaksanakan Self Assesment System diperlukan beberapa prasyarat,
antara lain;
Universitas Sumatera Utara
a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness),
Wajib Pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya
seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah
pajak terutangnya,
b. Kejujuran Wajib Pajak,
Wajib Pajak melakukan kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa
adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan di dalam sistem ini karena fiskus
memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang,
c. Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness),
Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya,
namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi
dalam membayar pajak terutangnya,
d. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Discipline),
Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan
dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Atas dasar untuk memperbaiki sistem perpajakan yang telah gagal
tersebut maka pemeriksaan pajak dilakukan sehubungan untuk menertibkan
sistem perpajakan yang berlaku (Self Assesment System) dan untuk
menghindari kecurangan atas pelaporan perpajakannya seperti yang sudah
terjadi sebelumnya.
2.1.7
Surat Pemberitahuan (SPT)
Universitas Sumatera Utara
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajakobjek
pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundangundangan pajak.
No.
1
Dasar
Pembagian
Waktu
2
Subjek Pajak
3
4
Tabel 2.2
Jenis Jenis SPT
Uraian
Keterangan
SPT Masa
SPT Tahunan
SPT Masa terdiri atas, SPT
PPN, PPh pasal 21/26, PPh
pasal 23/26, PPh pasal 25, PPh
pasal 4 ayat (2)
SPT Tahunan terdiri atas, PPh
orang pribadi dan SPT tahunan
PPh badan
SPT Wajib Pajak
Orang Pribadi
SPT Wajib Pajak
badan
Berdasar pajak SPT Nihil
SPT Nihil adalah SPT yang
yang
masih SPT kurang bayar tidak ada pajak terutang
harus dibayar SPT lebih bayar
maupun kredit pajak
SPT kurang bayar adalah SPT
yang besaran PPh nya lebih
kecil dari pajak terutang
sehingga menimbulkan setoran
PPh pasal 29
SPT lebih bayar adalah SPT
yang besaran PPh nya lebih
besar dari pajak terutang
sehingga timbul kredit pajak
Berdasarkan
SPT 1770 SS
SPT 1770 SS adalah formulir
jenis pekerjaan SPT 1770 S
bagi wajib pajak orang pribadi
untuk
orang SPT 1770
yang menerima penghasilan
pribadi
dari satu sumber dan tidak
melebihi Rp 60 juta
SPT 1770 S adalah formulir
bagi WPOP yang menerima
penghasilan dari satu sumber
atau lebih atau WPOP yang
memperoleh penghasilan dalam
negeri yang bersifat final.
Universitas Sumatera Utara
5
Sequensi
Normal
Pembetulan
6
Jumlah Faktur SPT 1107
Pajak (untuk SPT 1108
PPN)
SPT 1111
SPT 1111 DM
SPT 1770 adalah formulir bagi
WPOP yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas.
SPT Normal adalah SPT yang
pertama kali disampaikan
SPT Pembetulan adalah SPT
yang
disampaikan
atas
pembetulan SPT Normal
SPT 1107 wajib digunakan oleh
PKP yang menerbitkan faktur
diatas 30 buah
SPT 1108 wajib digunakan oleh
PKP yang menerbitkan faktur
tidak lebih dari 30 buah
SPT 1111 wajib digunakan oleh
PKP
yang
menggunakan
mekanisme pengkreditan pajak
dengan pajak keluaran, dan
jumlah faktur yang diterbitkan
tidak lebih dari 25 buah
(berlaku mulai pelaporan masa
pajak Januari 2011)
SPT 1111 DM wajib digunakan
oleh PKP yang menggunakan
pedoman pengkreditan pajak
masukan dan menerbitkan
faktur tidak lebih dari 25 buah.
(berlaku mulai pelaporan masa
pajak Januari 2011)
(Yustinus Prastowo:2014)
Pengisian SPT dapat kita lakukan dengan 2 cara, yaitu; pengisian SPT secara
Manual dan Elektronik (e-SPT).
a. Pengisian SPT secara Manual dapat dilakukan dengan mesin ketik dengan
tinta hitam, menggunakan tulisan tangan dengan huruf cetak dan tinta
hitam, atau dengan menggunakan komputer dengan format PDF.
b. Pengisian SPT secara elektronik (e-SPT) dapat dilakukan Wajib Pajak
dengan memasukan data pada aplikasi e-SPT,meng- upload induk, dan
Universitas Sumatera Utara
lampiran SPT dalam bentuk softcopy. Kemudian induk SPT dicetak dan
ditanda tangani untuk dilaporkan ke KPP.
2.1.8
Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang dikeluarkan oleh
direktorat jendral pajak kepada wajib pajak setelah dilakukannya pemeriksaan
atas SPT wajib pajak.
1.
SKPKB
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. SKPKB
diterbitkan apabila:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang atau kurang dibayar
b. Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran.
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) ternyata tidak harus dikompensasikan selisih lebih pajak
atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
Universitas Sumatera Utara
d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yangterutang
e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.
2.
SKPKBT
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. SKPKBT ini diterbitkan apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
3.
SKPLB
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang adatu
seharusnya tidak terutang. Pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak terutang. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
diterbitkan untuk:
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang
dipungut oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang
Universitas Sumatera Utara
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
tersebut.
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
4.
SKPN
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok paak sama besarnya dengan jumlah kredit paja
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan
apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang dan tidak
ada kredit pajak ataupun pembayaran pajak.
2.2
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3
Tabel Penelitian Terdahulu
Nama dan
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Penelitian
Pengaruh
Self Variabel Independen :
Sari
Assesment System NPWP terdaftar , SSP
(2009)
Terhadap
PPh
pasal
25
Penerimaan Pajak perbulan.
Penghasilan di KPP Variabel dependen :
Pratama
Medan Penerimaan
Pajak
Barat.
Penghasilan
Vania Yuki Pengaruh Kepatuhan
Wajib Pajak Orang
Widiyanti
(2007)
Pribadi
Dan
Pendapatan
Perkapita Terhadap
Penerimaan Pajak
Di Kantor Pelayanan
Pajak Madiun
Variabel Independen:
Kepatuhan Wajib Pajak
dan Pendapatan Per
Kapita
Variabel
Dependen:
Penerimaan Pajak
Hasil Penelitian
Secara
simultan
NPWP dan SSP
PPh
Pasal
25
berpengaruh secara
signifikan
positif
terhadap
penerimaan pajak
penghasilan.
1. Dengan Tingkat
Kepatuhan
yang
Semakin
Tinggi
Maka Penerimaan
Pajak Juga Semakin
Besar.
2.
Pendapatan
Per
Kapita Berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
Signifikan
Terhadap
Penerimaan Pajak
2.3
Kerangka Konseptual
Self Assesment System yang diterapkan di Indonesia merupakan suatu sistem
yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan sendiri pajak terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Dalam pelaksanaan self assesment system tersebut kepatuhan pajak sesuai
atau tidaknya dengan peraturan perpajakan akan terlihat dari penerimaan yang
diperoleh dari jumlah pajak yang dibayarkan. Sedangkan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak sendiri dapat dilihat dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus.
Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajakmemiliki
pengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Dimana Peningkatan pemeriksaan
pajak akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
PEMERIKSAAN
PENINGKATAN
PAJAK
PENERIMAAN
(y)
(x)
2.4
Hipotesis
Berdasarkan
uraian
keterkaitan
antara
Pemeriksaan
Pajak
dengan
Peningkatan Pemeriksaan Pajak diatas yang mengacu pada kerangka pemikiran
dan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Pemeriksaan
pajak berpengaruh tehadap Peningkatan Penerimaan Pajak. Hipotesis tersebut
dapat dijabarkan sebagi berikut :
Universitas Sumatera Utara
Ho : Pemeriksaan Pajak tidak berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas.
H1 : Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas.
Universitas Sumatera Utara