Dukungan Keluarga Pada Pasien Paska Stroke Dalam Menjalani Terapi Rehabilitasi di Rumah Sakit Haji Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut WHO (2008) mengidentifikasi stroke sebagai adanya tanda-tanda
klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(Susilo, 2000 dalam Muttaqin, 2008).
Di Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke,
(15,4%), yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%)
(Depkes, 2009). Hasil Riskesdas 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan
sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan
adalah 6 per 1.000.
Berdasarkan data dari Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin
penting dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak
dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke
menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia
15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap nomor 1 di
seluruh dunia. Menurut dari Pusat Data dan Informasi Kementrian RI (2012) lebih
dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat stroke.

Herman (2012) menyatakan penderita paska stroke biasanya merasa
rendah diri, emosi tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan, para penderita

Universitas Sumatera Utara

merasa kondisi tubuhnya tidak berdaya dan perlu dibantu oleh anggota keluarga
lain.
Gejala stroke berkembang dengan cepat dalam hitungan detik dan menit
dan dapat berupa rasa kelemahan dan rasa baal di salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan, gangguan bicara, dan sulit menjaga keseimbangan. Pasien perlu
dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pemantauan ketat agar dapat diminimalisasi
kerusakan otak. Pada beberapa jenis stroke, pemberian beberapa jenis obat
dilakukan untuk melarutkan sumbatan darah. Perawatan jangka panjang untuk
mengurangi risiko stroke selanjutnya tergantung pada penyebab stroke, tetapi
biasanya terdiri dari obat dan kadang tindakan bedah, perawatan rehabilitasi,
seperti fisioterapi dan terapi bicara sering diperlukan (Parker, 2007).
Dari sejumlah klien paska stroke, 10% dapat bekerja tanpa kelemahan,
40% penyandang cacat ringan, dan 50% penyandang cacat berat. Untuk itu, klien
paska stroke membutuhkan terapi rehabilitasi (Purwati, 2007).
Perawatan rehabilitasi stroke adalah proses dimana pasien stroke

menjalani perawatan untuk membantunya kembali ke kehidupan normal. Dalam
masa rehabilitasi, penderita stroke belajar bergerak, berpikir, dan merawat diri.
Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-efek yang ditimbulkan akibat
serangan stroke, namun dapat membantu penderita untuk mengoptimalkan fungsi
tubuhnya (Harnowo, 2012).
Ada berbagai jenis terapi rehabilitasi pada pasien stroke, diantaranya
fisioterapi, okupasi terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari), terapi bicara, terapi
psikologi. Terapi rehabilitasi pada pasien pasca stroke bertujuan untuk mencapai

Universitas Sumatera Utara

kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari
(Basuki, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Satiti (2013) pasien stroke yang sedang
menjalani tahap pemulihan di wilayah kabupaten Brebes bagian utara tidak
mendapat perhatian khusus dari keluarganya karena berbagai penyebab. Salah
satunya adalah keluarga dengan stroke di Kabupaten Brebes memiliki pendidikan
dan ekonomi yang rendah serta terlalu sibuk dengan pekerjaanya sebagai petani
dan pengupas kulit bawang merah yang waktunya dihabiskan seharian untuk
melakukan kegiatan tersebut. Keluarga hanya bertugas mengantarkan ke dokter

ketika jadwal kontrol saja. Keluarga jarang memperhatikan pola makan sehariharinya, kurang dapat memodifikasi lingkungannya, dan kurang dapat memotivasi
serta membantu anggota keluarga yang mengalami stroke tersebut untuk
menjalani latihan.
Pasien stroke umumnya mengalami kondisi penurunan bahasa, berupa
ketidakmampuan atau kesulitan berbicara (afasia). Menurut penelitian 85% pasien
stroke mengalami peningkatan kemampuan bahasa secara signifikan setelah
menjalani terapi wicara yang intensif. Penelitian menunjukkan bahwa 15 pasien
stroke yang menerima pelatihan bahasa yang didukung oleh keluarga dan temantemannya menunjukkan perbaikan yang lebih besar (Harnowo, 2012).
Terapi lain yang sering digunakan pada pasien stroke adalah terapi okupasi
(terapi aktivitas sehari-hari). Terapi okupasi memberikan latihan dalam perawatan
diri maupun latihan untuk dapat mandiri dan kembali bekerja. Salah satu
intervensi yang penting adalah melatih keluarga atau orang lain yang merawat

Universitas Sumatera Utara

penderita tentang beberapa cara mencegah komplikasi, memotivasi penderita
untuk melakukan kegiatan/ aktifitas (Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta).
Penelitian Santoso (2003) menunjukkan bahwa kemandirian makan, mandi dan
berpakaian pada penderita stroke yang mampu mengerjakan aktivitas secara
mandiri hanya (7,7%), yang tidak mengerjakan secara mandiri (56,4%), tidak mau

mandiri (46,1%), dan tidak mampu untuk mandiri (1,3%).
Dalam menjalani rehabilitasi stroke akan memakan waktu yang lama,
sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan (Wurtiningsih, 2012). Secara
psikologis,

apabila

dukungan

keluarga

dari

penderita

stroke

mampu

mengoptimalkan aspek emosional, penghargaan, informasi dan instrumental

berupa perhatian, nasehat, saran atau pemberian pekerjaan, maka dukungan
keluarga akan mampu meningkatkan strategi coping pada penderita stroke
sehingga penderita masih merasa dibutuhkan, diperhatikan dan merasa bahwa
dirinya tidak berbeda dengan manusia lain (Hasan, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Dukungan keluarga pada pasien paska stroke dalam
menjalani Terapi Rehabilitasi di Rumah Sakit Haji Medan.

2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian adalah bagaimana dukungan keluarga pada pasien paska
stroke dalam menjalani terapi rehabilitasi di Rumah Sakit Haji Medan.

Universitas Sumatera Utara

3.


Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga pada
pasien paska stroke dalam menjalani terapi rehabilitasi di Rumah Sakit Haji
Medan.
3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Mengetahui dukungan penilaian keluarga pada pasien paska stroke
dalam menjalani terapi rehabilitasi
3.2.2 Mengetahui dukungan instrumental keluarga pada pasien paska
stroke dalam menjalani terapi rehabilitasi
3.2.3 Mengetahui dukungan informasi keluarga pada pasien paska stroke
dalam menjalani terapi rehabilitasi
3.2.4 Mengetahui dukungan emosional keluarga pada pasien paska
stroke dalam menjalani terapi rehabilitasi

4.

Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan keluarga dapat memberikan
dukungan yang lebih baik pada anggota keluarga yang menjalani terapi
rehabilitasi paska stroke.
4.2 Bagi Penelitian Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk melakukan
penelitian selanjutnya dan hasil penelitian yang diperoleh diharapkan
dapat dimanfaatkan bagi perkembangan ilmu kesehatan yang terkait
dengan stroke.
4.3 Bagi Praktik Keperawatan
Penelitian ini disarankan kepada perawat yang merawat klien paska
stroke agar dapat melibatkan keluarga dalam proses perawatan sehingga
tercapai kesembuhan yang optimal.

Universitas Sumatera Utara