Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

(1)

Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan

Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Mulya Abdi Syahputra Siregar 111101125

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan

Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Mulya Abdi Syahputra Siregar 111101125

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan I

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan II

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III

5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I 7. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M. Biomed selaku dosen penguji II


(6)

8. Para staf pengajar dan Pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

9. Ayahanda Alm Mustanuddin Siregar dan Ibunda Suriani Lubis yang terus mendukung dan selalu mendo’akan saya sehingga saya punya semangat lebih dalam mengerjakan skripsi ini.

10.Teman-teman mahasiswa S1 2011 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk 12 orang sahabat yang telah memberi semangat dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya.

Medan, Agustus 2015


(7)

Daftar Isi

Halaman judul ... i

Halaman pernyataan orisinalitas ... ii

Lembar pengesahan... iii

Kata pengantar ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar tabel ... ix

Daftar skema ... x

Abstrak... xi

Abstract... xii

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar belakang ... 1

2. Perumusan masalah ... 5

3. Pertanyaan penelitian ... 6

4. Tujuan penelitian ... 6

5. Manfaat penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Spiritualitas 1.1 Definisi spiritualitas... 7

1.2 Konsep spiritual ... 8

1.3 Karakteristik spiritualitas ... 11

1.4 Faktor yang mempengaruhi spiritualitas ... 15

2. Keluarga 2.1 Definisi keluarga ... 20

2.2 Fungsi keluarga ... 23

2.3 Peran keluarga ... 25

2.4 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan ... 26

Bab 3. Kerangka Penelitian 1. Kerangka penelitian ... 29


(8)

Bab 4. MetodologiPenelitian

1. Desain penelitian ... 31

2. Populasi dan sampel ... 31

2.1 Populasi penelitian ... 31

2.2 Sampel penelitian ... 31

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 32

4. Pertimbangan etik ... 32

5. Instrumen penelitian ... 33

6. Uji validitas dan reliabilitas ... 34

6.1 Uji validitas... 34

6.2 Uji reliabilitas ... 35

7. Pengumpulan data... 35

8. Analisa data ... 37

Bab 5. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil penelitian ... 38

1.1 Karakteristik responden ... 38

1.2 Dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke ... 40

2. Pembahasan ... 41

2.1 Karakteristik responden ... 41

2.2 Dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke ... 43

Bab 6. Kesimpulan dan saran 1. Kesimpulan ... 49

2. Saran ... 49

Daftar Pustaka ... 51

Lampiran 1. Informed consent ... 54

Lampiran 2. Instrumen penelitian ... 55


(9)

Lampiran 4. Taksasi dana ... 59

Lampiran 5. Daftar riwayat hidup ... 60

Lampiran 6. Lembar persetujuan valid ... 61

Lampiran 7. Surat komisi etik ... 62

Lampiran 8. Surat izin reliabilitas ... 63

Lampiran 9. Surat izin pengambilan data ... 65

Lampiran 10. Uji reliabilitas ... 67

Lampiran 11. Master data ... 70

Lampiran 12. Hasil pengolahan data demografi ... 71

Lampiran 13. Hasil pengolahan spiritualitas... 73

Lampiran 14. Surat selesai penelitian ... 83


(10)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Kerangka operasional dukungan kelurga dalam memenuhi

kebutuhan spiritual pasien stroke ... 30 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi responden keluarga pasien

stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 39 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dukungan keluarga dalam memenuhi


(11)

Daftar Skema

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik


(12)

Judul Penelitian : Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Mulya Abdi S. Siregar

NIM : 111101125

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2014/2015

ABSTRAK

Spiritualitas merupakan unsur penting dari kesehatan dan kesejahteraan. Para penyelenggara perawatan kesehatan semakin sadar untuk memusatkan perhatian pada hubungan antara spiritualitas dan kesehatan. Spiritual mempunyai 4 karakteristik yakni hubungan dengan diri sendiri, hubugan dengan orang lain, hubungan dengan alam dan hubungan dengan Tuhan. Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke. Sampel yang diambil sebanyak 23 orang keluarga pasien stroke dengan tehnik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner spiritual. Hasil penelitian menunjukan keluarga memiliki spiritual baik 5 orang (21,7%), cukup 17 orang (73,9%), kurang 1 orang (4,3%). Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pihak rumah sakit dapat memberikan sarana dan fasilitas yang lebih baik untuk meningkatkan asuhan keperawatan spiritual agar nantinya perawat dan keluarga dapat memenuhi kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit.


(13)

(14)

Judul Penelitian : Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Mulya Abdi S. Siregar

NIM : 111101125

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2014/2015

ABSTRAK

Spiritualitas merupakan unsur penting dari kesehatan dan kesejahteraan. Para penyelenggara perawatan kesehatan semakin sadar untuk memusatkan perhatian pada hubungan antara spiritualitas dan kesehatan. Spiritual mempunyai 4 karakteristik yakni hubungan dengan diri sendiri, hubugan dengan orang lain, hubungan dengan alam dan hubungan dengan Tuhan. Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke. Sampel yang diambil sebanyak 23 orang keluarga pasien stroke dengan tehnik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner spiritual. Hasil penelitian menunjukan keluarga memiliki spiritual baik 5 orang (21,7%), cukup 17 orang (73,9%), kurang 1 orang (4,3%). Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pihak rumah sakit dapat memberikan sarana dan fasilitas yang lebih baik untuk meningkatkan asuhan keperawatan spiritual agar nantinya perawat dan keluarga dapat memenuhi kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit.


(15)

(16)

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Selama beberapa dekade terakhir, spiritualitas menjadi tema utama diskusi dikalangan publik maupun profesional. Pada fajar abad baru, spiritualitas diliput secara luas oleh media dan didiskusikan oleh banyak kalangan, baik pekerja, politisi, dan pendidik (Messikomer De Creamer, 2002 dalam Young dan Koopsen, 2005). Spiritualitas juga menarik perhatian para profesional penyelenggara perawatan kesehatan, karena terbukti bahwa faktor spiritual merupakan unsur penting dari kesehatan (Dossey, 2001 dalam Young dan Koopsen, 2005).

Pasien dengan penyakit stroke dapat beresiko depresi dan isolasi sosial. Hal ini dapat membuat sulit bagi pasien untuk mengatasi penyakit nya dan meningkatkan beban keluarga, sementara ituperwat berurusan dengan penyakit fisiknya dan terkadang perawat juga sering kurang membantu untuk kebutuhan mental dan spiritual pasienYang NC dan Yeh SH (2012). Andri & Susanto (2008), menunjukkan bahwa sekitar 25-50% pasien stroke mengalami depresi sehingga dapat menyebabkan gangguan motivasi dan fungsi-fungsi kognitif yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat kualitas hidup seseorangan pasca serangan stroke. Tingkat kualitas hidup pasien dapat menentukan seberapa besar mereka menerima kondisi dengan keterbatasan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kualitas hidup tersebut dapat mencerminkan tingkat


(17)

spiritual seseorang karena semakin tinggi kualitas hidup seseorang semakin tinggi pula tingkat spiritualnya. Orang yang memiliki tingkat kualitas hidup yang tinggi cendurung mampu untuk merawat dirinya sendiri, berhubungan dengan orang lain dan lingkungan serta mampu memaknai tujuan hidup agar dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi .

Distres spiritual dapat berkembang apabila seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain sehingga timbul pertanyaan tentang nilai spiritual mereka, tujuan hidup dan sumber makna hidup (Potter & Perry, 2005). Distres spiritual yang terjadi dipengaruhi oleh tingkat spiritual seseorang yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat spiritual seseorang, antara lain faktor perkembangan, faktor budaya, faktor agama, faktor keluarga, faktor pengalaman hidup, faktor kritis dan perubahan, dan faktor isu moral terkait terapi (Hawari, 2002).

Faktor spiritualitasmerupakan unsur penting dari kesehatan dan kesejahteraan. Para penyelenggara perawatan kesehatan semakin sadar untuk memusatkan perhatian pada hubungan antara spiritualitas dan kesehatan (Young dan Koopsen, 2005). Spiritualitas merupakan kesadaran dalam diri seseorang dan rasa terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi, alami, atau kepada beberapa tujuan yang lebih besar dari diri sendiri (Mauk dan Schmidt, dalam Potter Perry, 2010). Spiritualitas menawarkan pengertian keterhubungan secara intrapersonal, dan transpersonal (Milner-Williams, dalam Potter Perry, 2010).


(18)

Spiritual meliputi energi yang integratif yang “didalamnya mengatasi seluruh aspek manusia dan merupakan sarana untuk mengalami hidup” (Goddard, 2000 dalam Young dan Koopsen, 2005). Bagi banyak orang, spiritualitas bersifat experiental, bukan intelektual. Spiritualitas dapat di wujudkan dalam pengalaman dengan alam atau binatang, atau dalam relasi dengan sesama, diri sendiri, atau tuhun (Macrea, 2001 dalam Young dan Koopsen, 2005). Ada tiga manfaat spiritualitas yang dapat di petik dari penderita sakit, yaitu harapan, kekuatan, dan dukungan emosional. Dampaknya adalah orang yang menghayati spiritualitas dapat mengalami rasa puas dalam hidup walau mereka menghadapi penyakit (Skokan dan Bader 2000 dalam Young & Koopsen, 2005).

Menurut Hawari (2006) rasa terhubung dengan Tuhan salah satunya dapat dilihat dari komitmen beragama. Komitmen agama berperan penting dalam pencegahan penyakit, mengurangi penderitaan saat sakit serta mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan (Hawari, 2006). Survei yang dilakukan Time dan CNN & USA Weekend melaporkan bahwa : ”lebih dari 70% pasien berkeyakinan bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdoa dan berzikir dapat membantu proses penyembuhan penyakit. Kemudian setelah dilakukan survey dari 70% pasien tadi mengenai apakah perlu dokter memberikan terapi psikoreligius, doa dan zikir pada intervensi yang akan dilakukan lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa sebaiknya dokter memberikan terapi psikoreligius, doa dan zikir”. Dari survei ini terungkap


(19)

bahwa sebenarnya pasien membutuhkan terapi keagamaan selain terapi dengan obat-obatan dan tindakan medis lainnya (Hawari, 2006).

Selain pengobatan medis spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Hover, 2002 dalam Young & Koopsen, 2005). Hal itu selaras dengan yang dikemukakn American Psychologists Association (1992 dalam Hawari, 2002) bahwa spiritualitas dapat meningkatkan koping individu ketika sakit dan mempercepat proses penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Maka dari itu sangat penting memenuhi kebutuhan spiritualitas pada pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga. Berdasarkan penelitian Kariasa (2009)di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan didapatkan bahwa masih ada sebagian perawat yang tidak melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik. Sebanyak 20 orang perawat dari 30 (66,7%) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien hanya berkaitan hubungan dengan Tuhan dan 17 orang perawat dari 30 (56,7%) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas lebih baik diserahkan kepada rohaniawan rumah sakit.

Kariasa (2009) juga mendapatkan data bahwa keluarga menyatakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan hubungan dengan Tuhan dan praktik keagamaan. Salah seorang keluarga menyatakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang paling sering dilakukan oleh keluarga ketika menjenguk pasien ke ruangan dengan berdoa. Selain itu, sebagian besar keluarga tidak


(20)

dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik karena jam kunjungan keluarga terbatas.

Hidayat (2009) mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan

emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sependapat dengan Hamid (2000) dimana keluarga memiliki peran dalam membentuk spiritual individu karena merupakan tahap awal dari

perkembangan spiritualitas. Dari keluarga individu akan mendapatkan

pengalaman, pandangan hidup tentang spiritual dan belajar tentang Tuhan, diri sendiri, serta kehidupan yang dijalaninya. Keluarga memiliki peran yang sangat vital karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak. Keluarga juga memiliki ikatan emosional yang kuat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berinteraksi dengan individu tersebut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti bagaimana dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Pasien Stroke”.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(21)

3. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian pada penelitan ini adalah bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Tujuan penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke.

5. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 5.1 Praktik keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi penting dan pedoman bagi para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar memperhatikan perawatan spiritualitas pada pasien dan melibatkan keluarga pasin..

5.2 Pendidikan keperawatan

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual dan dukungan keluarga pada pasien stroke.

5.3 Penelitian selanjutnya

Sebagai rujukan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Spiritualitas

1.1.Definisi spiritualitas

Spiritual didefinisikan sebagai kesadaran dalam diri seseorang dan rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, alami, dan tujuan yang lebih besar dari diri sendiri (Mauk dan Schmidt dalam Potter Perry, 2010).Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan sesuatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Hidayat, 2009).

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan. Dapat disimpulkan bahwa spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa ketertarikan, dan kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf (Hamid, 2009).


(23)

1.2.Konsep spiritual

Potter dan Perry (2010) konsep yang menggambarkan kesehatan spiritual begitu beragam. Setiap konsep menawarkan petunjuk dalam memahami pandangan yang dimiliki individu tentang kehidupan dan nilai-nilainya, diantaranya yaitu :

1.2.1 Energi

Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri meraka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit, dan untuk memelihara kesehatan. Energi yang berasal dari spiritualitas membantu klien merasa sehat dan membantu membuat pilihan sepanjang kehidupan (Chiu et al., 2004 dalam Potter & Perry, 2010).

1.2.2 Transendensi diri (self transcedence)

Kepercayaan yang merupakan dorongan dari luar dan lebih besar dari individu. Dorongan ini melebihi ruang dan waktu. Individu biasanya melihat dorongan ini

sebagai sesuatu yang positif, dan ini memperbolehkan individu untuk memilikai pengalaman baru dan mengembangkan perspektifbaru yang melebihi batas fisik biasa. Contoh dari saat yang berlebihan adalah perasaan yang terpesona ketika memegang seorang bayibaru atau melihat pemandangan yang indah saat matahari terbenam (Davis, 2003; Delgado, 2005; Hollins, 2005 dalam Potter & Perry, 2010).


(24)

1.2.3 Keterhubungan (connectedeness)

Spiritual menawarkan pengertian keterhubungan secara intrapersonal (keterhubungan dengan diri sendiri), secara interpersonal (keterhubungan dengan orang lain dan lingkungan), dan transpersonal (keterhubungan dengan yang tidak terlihat, tuhan, atau kekuatan tertinggi) (Minner-Williams,2006). Setelah dihubungkan, klien dapat mengatasi tekanan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menemukan kenyamanan, kepercayaan, harapan, kedamaian, dan kekuasaan (Chiu et al.,2004; Delgado, 2005; Tanyi, 2002; Villagomenza, 2005, dalam Potter & Perry, 2010)

1.2.4 Kepercayaan

Kepercayaan memperbolehkan individu untuk memiliki kepercayaan yang teguh meskipun kurangnya bukti fisik. Hal ini membuat individu mempercayai dan membangun hubungan transpersonal. Meskipun banyak individu menghubungkan kepercayaan dengan kepercayaan keagamaan, tetapi tetap ada kepercayaan tanpa kepercayaan keagamaan (Villagomenza, dalam Potter & Perry, 2010)


(25)

1.2.5 Realitas eksistensial

Spiritualitas melibatkan realitas eksistensial yang menyediakan pengalaman yang unik dan subjektif bagi semua individu. Perjalanan sepanjang hidup seseorang membuat individu menemukan dan membangun rasa arti dan tujuan hidup. Pencariaan tujuan biasanya dihubungkan dengan pekerjaan atau panggilan hidup (Delgado, dalam Potter & Perry 2010). Realitas eksistensial membantu individu bekerja sama dengan yang tidak terduga dan memperbolehkan individu untuk mencintai, menghibur, dan memaafkan orang lain (Chiu et al.,dalam Potter & Perry 2010). 1.2.6 Keyakinan dan nilai-nilai

Keyakinan dan nilai-nilai menjadi dasar kepercayaan. Nilai-nilai membantu individu untuk menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai keindahan dan pemikiran, objek, dan perilaku (Villagomenza 2005, dalam Potter & Perry 2010).

1.2.7 Kekuatan batiniah

Kekuatan batiniah merupakaan suatu sumber energi yang menanamkan harapan, memberikan motivasi, dan mempromosikan harapan yang positif pada kehidupan (Chiu et al. 2004; Villagomenza 2005, dalam Potter & Perry 2010).


(26)

1.2.8 Harmoni dan keindahan

Harmoni dan keindahan nurani mendorong perasaan tenang, positif, dan penuh kedamaian meskipun pengalamaan hidup kacau-balau, penuh ketakutan, dan tidak pasti. Semua perasaan ini membantu individu merasa nyaman walaupun di saat sedang sangat tertekan (Banks-Wallace dan Parks, 2004; Villagomenza 2005, dalam Potter & Perry 2010)

1.3. Karakteristik spiritual

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki spiritual, adapaun karakteristik itu antara lain:

1.3.1 Hubungan dengan diri sendiri

Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang fundamental dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritual (Young dan Koopsen, 2007). Kozier, Erb, Blais & Wilkinson (1995) menyakan bahwa hubungan dengan diri sendiri merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang


(27)

positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Kepercayaan (faith), Fowler dan Keen 1985, astria2009 dalam sirat (2014), menyatakan bahwa kepercayaan bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.

Harapan (hope),harapan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit (Grimm, dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Makna atau arti dalam hidup (meaning of live),merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).


(28)

1.3.2 Hubungan dengan orang lain atau sesama

Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok dalam pengalaman manusiawi (Young dan Koopsen, 2007). Dyer (2001 dalam Young dan Koopsen, 2007) mengakui adanya hubungan antara manusia satu dengan lainnya yang pada taraf kesadaran spiritual kita tahu bahwa kita terhubung dengan setiap manusia.

Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, ramah dan bersosialisasi, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan hubungan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Maaf dan pengampunan(forgiveness). Dengan pengampunan, seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).

Cinta kasih dan dukungan sosial (love and social support).Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan


(29)

antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit dan situasi krisis. (Hart, 2002 dalam Kozier erb & Wilkinson, 1995) 1.3.3 Hubungan dengan alam

Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Rekreasi (joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olahraga dan lain-lain (Puchalski, 2004).

Kedamaian (peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Hamid, 2000).

1.3.4 Hubungan dengan Tuhan

Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup


(30)

keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat tuhan mungkin mngambil berbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain (Young dan Koopsen, 2009). Secara umum melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatanmencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energi yang tidak terbatas. Sebagai contoh, sesorang yang dapat meyakini “Tuhan”, “Allah”, “Sang Maha Kuasa” (Kozier, Erb, Berman & Synder, 2010).

1.4. Faktor yang mempengaruhi spiritualitas

Taylor 1997 & Craven & Himie 1996, dalam Hamid (2008) faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah :

1.4.1 Tahap perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan (Hidayat, 2009)

Pada masa anak-anak, merupakaan perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat: adanya pengalaman dari interkasi dari orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Pada masa kini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau


(31)

keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain.

Pada masa remaja, mereka membandingkan standar orang tua mereka dengan orang tua lain dan menetapkan standar apa yang akan diintegrasikan dalam perilakunya. Remaja juga membandingkan pandangan ilmiah dengan dengan pandangan agama serta mencoba untuk menyatukannya. Pada masa ini, remaja yang mempunyai orang tua yang berbeda agama akan memutuskan pilhan agama yang akan dianutnya atau tidak memilih satupun dari kedua agama orang tuanya.

Pada masa remaja akhir,merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman da rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah dimulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan.

Usia dewasa awal,merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang


(32)

tepat untuk mempercayainya. pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan atau keprcayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.

Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkat kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya (Hidayat, 2009). Hal ini selaras dengan Hamid (2008) kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perkembangan filosifis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga, serta lebih dapat menerima kematian sebagi sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan.

1.4.2 Keluarga

Hidayat (2009), menyatakan bahwa keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sependapat


(33)

dengan Hamid (2000) dimana Keluarga memiliki peran dalam membentuk spiritual individu karena merupakan tahap awal dari perkembangan spiritualitas. Dari keluarga individu akan mendapatkan pengalaman, pandangan hidup tentang spiritual dan belajar tentang Tuhan, diri sendiri, serta kehidupan yang dijalaninya. Keluarga memiliki peran yang sangat vital karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak. Keluarga juga memiliki ikatan emosional yang kuat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berinteraksi dengan individu tersebut.

1.4.3 Budaya

Ras, suku dan budaya meiliki keykinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses kebutuhan spiritual pun berbeda sesua dengan keyakinan yang dimilik. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Perlu diperhatikan apa pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hak bagi tiap individu (Hidayat, 2009).

1.4.4 Pengalaman hidup

Setiap individu pasti mempunyai pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengarui spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadiaan atau pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap


(34)

menguji kekuatan imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk memenuhiya.

1.4.5 Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahaan dapat menuatkan kedalamaan spiritual seseorang (Toth, 1992; Creavn & Hirnle 1996, dalam Hamid, 2008). Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapi atau pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang memengaruhi sesorang. Diagnosa penyakit atau penyakit terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang sistem kepercayaan sesorang. Jika klien dihadapkan pada kematiaan, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal. 1.4.6 Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit seringkali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan sehari-hari berubah, antara lain, tidak dapat menghadiri acara diluar, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau dengan teman dekat yang biasanya memberi dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dapat dari ikatan spiritual dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.


(35)

1.4.7 Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan untuk menunjukan kebesaraannya walaupun ada juga yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.

2. Keluarga

2.1. Definisi keluarga

Dion dan Betan (2013) pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini bergantung pada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam mendefinisikan. Namun ada beberapa definisi keluarga yang sering dijadikan rujukan dalam memudahkan kita mengerti apa arti dari keluarga, yaitu sebagai berikut :

2.1.1 Menurut WHO (1969)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. 2.1.2 Depkes RI dalam UU No. 10 tahun 1992

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.


(36)

2.1.3 Sayekti (1994)

Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atau dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

2.1.4 Menurut Salvicon dan Ara Celtis

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung kerana hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalamnya perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion dan Ara Celis dalam Setiadi, 2005)

2.1.5 Menurut BKKBN (1992)

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah :

a) Terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki ikatan atau persekutuan berupa perkawinan atau persekutuan yang dibentuk.


(37)

b) Terdapat hubungan yang dibentuk melalui adanya hubungan darah ( garis keturunan langsung ), adopsi dan kesepakatan yang dibuat.

c) Tinggal bersama dibawah satu atap atau antara satu anggota dengan yang lain memiliki tempat tinggal berbeda karena sesuatu urusan tertentu (misalnya urusan pekerjaan) akan tetapi untuk sementara waktu.

d) Memiliki peran masing-masing dan bertanggung jawab terhadap tungas yang diberikan.

e) Ada ikatan emosional yang sulit untuk ditinggalkan oleh setiap anggota keluarga.

f) Antara anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi.

2.2 Fungsi keluarga

Beberapa fungsi keluarga secara umum menurut Friedman (1998, dalam Dion & Betan, 2013), antar lain :

2.2.1 Fungsi afektif

Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan unit keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikologis anggota keluarga. Komponen yang diperlukan dalam melaksankan fungsi afektif adalah adanya saling asuh, menerima, menghormati dan mendukung antar anggota keluarga, menaruh perhatian, cinta kasih


(38)

dan kehangatan, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

2.2.2 Fungsi sosialisasi

Merupakan fungsi yang mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Anggota keluarga belajar disiplin, norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam lingkup keluarganya sendiri.

2.2.3 Fungsi ekonomi

Kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mencakup kebituhan makan, pakaian, tempat berlindung yang aman dan nyaman (rumah). Yang dilakukan keluarga dalam menjalani fungsinya adalah mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi keluarga di masa yang akan datang seperti pendidikan anak dan jaminan hari tua.

2.2.4 Fungsi reproduksi

Keluarga memiliki fungsi menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan masyarakat. Komponen yang dilaksanakan keluarga dalam melaksanakan dalam melaksanakan fungsinya adalah meneruskan keturunan, memelihara dan


(39)

membesarkan anak, memenuhi gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga.

2.2.5 Fungsi perawatan keluarga

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktifitas yang tinggi.Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota kaluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

2.3 Peran keluarga

Peran adalah sesuatu yang dihrapkan secara normatif dari seorang dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individudalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008)

Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan, “Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan”.


(40)

Dari pasal di atas jelas bahwa kelurga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang optimal Setiadi (2008).

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain adalah :

2.3.1 Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pelidung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota kelurga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2.3.2 Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok masyarakat tertentu.

2.3.4 Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.4 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Friedman (1998 dalam Dion & Betan 2013) ada 5 pokok tugas kesehatan keluarga, diantaranya yaitu :


(41)

2.4.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan habis. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2.4.2 Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.

2.4.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya).


(42)

c. Keberadaan fasilitasi yang dibutuhkan untuk perawatan. d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota

keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitasi fisik, psikososial).

e. Sikap keluarga terhadap orang sakit.

2.4.4 Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a. Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkunga. c. Pentingnya higiene sanitasi.

d. Upaya pencegahan penyakit.

e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi. f. Kekompakan antar-anggota keluarga.

2.4.5 Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ini :

a. Keberadaan fasilitas keluarga

b. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.


(43)

d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas dalam bidang kesehatan diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga.


(44)

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka penelitian

Sebagai kerangka teori yang telah penulis kemukakan, sebagai landasan penilitian yang akan dilakukan, maka kerangka konsep yang dipergunakan dalam hal ini adalah :

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke:

- Hubungan dengan diri sendiri

- Hubungan dengan orang lain

- Hubungan dengan alam - Hubungan dengan Tuhan

- Kurang - Cukup - Baik


(45)

2. Definisi operasional

Tabel 3.1Kerangka OperasionalDukungan Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke

No. Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke a.Hubungan dengan diri sendiri Tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke Hubungan dengan diri sendiri merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri

Menggunak an kuesioner dengan 25 pernyatan dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah Menggunak an kuesioner dengan 9 pernyatan dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah Kurang 25 - 30 Cukup 51-75 Baik 76 – 100

Kurang 9 – 17 Cukup 18 – 26 Baik 27 – 36


(46)

b.Hubungan dengan orang lain c.Hubungan dengan alam d.Hubungan dengan Tuhan Hubungan dengan orang lain merupakan hubungan antara manusia satu dengan lainnya yang pada taraf kesadaran spiritual kita tahu bahwa kita terhubung dengan setiap manusia Hubungan dengan alam adalah hubungan yang terbagi menjadi 3 bagian yang saling terikat yaitu harmoni rekreasi dan kedamaian

Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat tuhan mungkin mngambil berbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain Menggunak an kuesioner dengan 6 pernyatan dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah Menggunak an kuesioner dengan 4 pernyatan dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah Menggunak an kuesioner dengan 6 pernyatan dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah Kurang 6 – 11 Cukup 12 – 17 Baik 18 – 24

Kurang 4 – 7 Cukup 8 – 11 Baik 12 – 16

Kurang 6 - 11 Cukup 12 – 17 Baik 18 - 24


(47)

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pernyataan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang dilakukan peneliti adalah deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Populasi dan sampel penelitian 2.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian merupakan seluruh subjek yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009).Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien stroke yang sedang mendampingi pasien stroke di ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2.2. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2011). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik total sampling, dimana semua populasi akan di jadikan sampel. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu keluarga pasien stroke yang sedang mendampingi pasien stroke di ruangan rawat inap yang berjumlah 23 orang responden.


(48)

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai lokasi penelitian, karena rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara rumah sakit umum di Sumatera Utara, sehingga didapatkan subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Juni-Juli 2015. 4. Pertimbangan etik

Pengumpulan data dilakukan setelah terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (program studi Ilmu Keperawatan, Universitas Sumatera Utara) dan kemudian permohonan izin penelitian yang telah diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian (RSUP H Adam Malik Medan). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Hidayat (2007) mengatakan bahwa ada pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: a. Informed consent, bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka. b. Anonimity, penelitian tidak


(49)

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang dibuat oleh Fitri Yuningsih (2012) tetapi peneliti memodifikasi instrumen tersebut. Instrument penelitian ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari data demografi, yang kedua berisi tentang dukungan keluarga.Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia.

Kuesioner mengenai data demografi meliputi: hubungan dengan pasien, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, mengikuti kegiatan keagamaan dan. Bagian kedua yaitu kuesioner dalam bentuk tertutup yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi bagaimana dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke. Kuesioner ini terdiri dari 25 pernyataan dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah yang dikembangkan peneliti dari karakteristik spiritual. Setiap item yang dijawab akan diberi nilai yaitu Selalu (SL) diberi nilai 4, Sering (SR) diberi nilai 3, Kadang-kadang (KK) diberi nilai 2, tidak pernah (TP) diberi nilai 1.

P =


(50)

Dimana P merupakan panjang kelas dan rentang kelas adalah nilai tertinggi dikurang nilai terendah. Jumlah skor tertinggi yang akan didapat adalah 100 dan skor terendah adalah 25. Jadi, rentang kelas sebesar 75 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup dan kurang sehingga diperoleh P=25. Maka dukungan keluarga dikategorikan baik jika mampu menjawab pernyataan dengan skor 76 - 100, cukup 51 - 75, dan kurang 25 - 50.

Kuesioner ini terdiri dari lima pernyataan tentang dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritualiti pasien stroke dengan dirinya sendiri (1-9), empat pernyataan tentang dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke dengan orang lain (10-15), dua pernyataan tentang dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke dengan alam (16-19), empat pernyataan tentang dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spritual pasien stroke dengan Tuhan (20-25).

6. Uji Validitas dan reliabilitas 6.1. Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrument dikatakan valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi, dimana validitas dikonsultasikan kepada seseorang dosen yang memiliki keahlian atau kompetensi yang sesuai dengan topik penelitian ini (Setiadi, 2007). Pada instrumen penelitian ini, uji validitas dilakukan sebelum pengumpulan data dengan melakukan konsultasi kepada ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS. Hasil uji validitas


(51)

dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 dan dinyatakan valid.

6.2. Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukururan dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Reliabilitas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, yang disebut koefisien. Koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi pula (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data di ruang RA4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan kepada keluarga pasien stroke yang bukan merupakan responden penelitian sebanyak 10 orang. Uji reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan program komputer untuk analisa statistik Cronbach Alpha. Suatu instrumen dikatakan realibel bila nilai realibilitasnya > 0,70 (Arikunto, 2006). Hasil uji reliabilitas dari 25 pernyataan yang diberikan kepada 10 orang keluarga pasien stroke adalah 0,842

7. Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

7.1. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada institusi pendidikan yakni Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

7.2. Mengirim surat izin penelitian yang diperoleh ketempat dimana akan dilakukan penelitian.


(52)

7.3. Setelah mendapat izin dari rumah sakit yang bersangkutan peneliti melakukan pengambilan data.

7.4. Peneliti memilih calon responden.

7.5. Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian secara sukarela, kerahasiaan informasi mengenai responden dijaga oleh peneliti. Sebelum kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden.

7.6. Sebelum meminta calon responden mengisi kuesioner penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner dan meminta responden yang bersedia untuk menandatangani

informed concent.

7.7. Setelah mendapat persetujuan, pengumpulan data dimulai, kuesioner diisi oleh responden dengan dilakukan pendampingan pada responden, sehinnga apabila responden kurang memahami responden dapat langsung bertanya pada peneliti, atau jika kurang memungkinkan peneliti akan langsung melakukan wawancara dalam mengisi lembar kuesioner agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam pengisian lembar kuesioner.

7.8. Data yang telah diperoleh dari pengisian lembar kuesioner akan dilakukan analisa oleh peneliti.


(53)

8. Analisa data

Setelah data di dapatkan maka peneliti melakukan pengolahan data dengan lengkah-langkah sebagai berikut (Notoadmojdo, 2010):

a. Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali kesalahan atau kekurangan dalam pengisian atau pengambilan identitas responden, mengecek kelengkapan data. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dilakukan pengecekan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpulan data dari setiap variabel dan subvariabel sehingga terisi semuanya.

b. Coding adalah memberi kode tertentu secara berurutan dalam kategori yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memiliki arti tertentu ketika di analisis.

c. Transferring adalah data yang diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden yang terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel.

d. Tabulating adalah bagian terakhir dari pengolahan data dengan mengelompokkan jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur kemudian dihitung berapa banyak item yang termasuk dalam kategori yang sama.

Kemudian data dimasukkan kedalam program komputer, data yang dikumpulkan akan dilakukan uji statistik deskriptif. Data demografi dan dukungan keluarga akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(54)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah dilaksanakan mulai dari 5 Juni sampai 5 Juli 2015 dengan jumlah responden sebanyak 23 orang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 23 orang. Adapun karakteristik responden yang akan di paparkan yaitu hubungan keluarga dengan pasien, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, mengikuti kegiatan keagamaan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan dengan pasien yang paling banyak adalah Suami/ Istri sebanyak 8 orang (34,8%), berdasarkan usia yang terbanyak adalah 36-45 sebanyak 13 orang (56,5%), berdasarkan pendidikan mayoritas paling banyak adalah SMA dengan jumlah 13 (56,5%), pekerjaan yang paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 9 orang (39,1%), berdasarkan penghasilan yang paling banyak adalah <Rp. 1.500.000 sebanyak (43,5%), dan mengikuti kegiatan keagamaan 1x seminggu (52,2%)


(55)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi responden keluarga pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan. (n=)

Data demografi Frekuensi (f) Persentase (%) Hubungan Dengan Pasien

Orang Tua Suami/Istri Anak Kandung Lainnya Umur 6 8 6 3 26,2 34,8 26,1 13,0 <17 17 - 25 26 - 35 36 – 46

0 0 7 13 0 0 30,4 56,5 >46 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Sarjana Pekerjaan Tidak Bekerja PNS Wiraswasta Keryawan Wiraswasta Lainnya Penghasilan 3 0 1 2 13 7 0 4 9 3 7 13,0 0 4,3 8,7 56,5 30,4 0 17,4 39,1 13,0 30,4 <Rp. 1.500.000

Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 >Rp. 2.500.000

Mengikuti Kegiatan Keagaman Tidak Pernah 1x Seminggu 2x Seminggu >2x Seminggu 10 7 6 2 12 4 5 43,5 30,4 26,1 8,7 52,2 17,4 21,7


(56)

5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Hasil pengumpulan data menunjukan bahwa dukungn keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke berada di kategori baik 5 orang (21,7%), cukup 17 orang (73,9%), dan kurang 1 orang (4,3%)Untuk lebih jelas tentang Gambaran Dukungan Keluarga dlm memenuhi kebutuhan spiritul pasien stroke dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Spiritual Baik

Cukup Kurang Total

5 17 1 23

21,7 73,9 4,4 100,0


(57)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik spiritual keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Pernyataan Frekuensi Persentase (%) Hubungan Dengan Diri Sendiri

Baik Cukup Kurang 17 6 0 73,9 26,1 0 Hubungan Dengan Orang Lain

Baik Cukup Kurang 4 14 5 21,7 60,9 17

Hubungan Dengan Alam Baik Cukup Kurang 2 15 6 8,7 65,2 26,1 Hubungan Dengan Tuhan

Baik Cukup Kurang 5 11 7 21,7 47,8 30,4 5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hubungan dengan pasien, sebagian besar hubungan keluarga dengan pasien yaitu suami/istri berjumlah 8 orang (34,8%). Hal ini sesuai dengan konsep peran keluarga Efendy 1998 dalam Dion dan Betan (2013) dimana suami dan istri mempunyai peran mesing-masing dalam peran keluarga. Suami sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pelidung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota kelurga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok


(58)

pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok masyarakat tertentu.

Berdasarkan pada kelompok umur 36-46 tahun (56,5%).Hal ini sesuai dengan teori Duval dan Mc. Godrick 1989 dalam Dion dan Betan (2013) bahwa pada usia dewasa akhir salah satu tugas perkembangan keluarga adalah mempartahankan keakraban suami istri yang saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakt, serta memulihkan hubungan atau kontak dengan anak dan keluarga.

5.2.2 Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke

Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh hasil bahwa mayoritas keluarga pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki spiritual yangcukup dengan frekuensi 17 orang (73,9%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian keluarga pasien stroke kurangmemahami pentingnya kebutuhan spiritual pada pasien stroke. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasmita (2011) pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruangan dengan 17 orang keluarga pasien (66,7%) dalam kategori kurang baik.Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Friedman,1998 dalam Rasmita (2011) bahwa ketika salah satu anggota keluarga menderita


(59)

suatu penyakit, maka tingkat stress dan konflik keluarga cenderung tinggi sehingga kebutuhan-kebutuhan keluarga yang sakit sering tidak terpenuhi. Ini terjadi karena keluarga lebih memfokuskan pada stres yang dihadapinya. Dalam hal ini keluarga diharapkan dapat memfokuskan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien, terutama kebutuhan spiritual pasien.Menurut Friedman dan Pravikoff 1985 dalam Rasmita (2011) menyatakan bahwa berdoa merupakan salah satu cara bagi keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit dan sebagai suatu cara menghadapi stressor yang berhubungan dengan masalah kesehatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan karakteristik spiritual berhubungan dengan diri sendiri berada dikategori baik dengan frekuensi sebanyak 17 orang (73,9%). Hal ini sejalan dengan teori (Potter & Perry, 2005) dimana pengaruh spiritualitas sangat penting selama periode sakit, kekuatan spiritualitas seseorang dapat menjadi faktor penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis.Pada hakikatnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membantu individu dalam menerima keterbatasan kondisi mereka. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberi kekuatan pikiran dan tindakan pada individu.

Berdasarkan karakteristik spiritual hubungan dengan orang lain berada di kategori cukup sebanyak 14 orang (60,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rasmita (2011) dimana sebagian keluarga jarang dan hampir tidak pernah memberikan dukungan spiritual yang berhubungan


(60)

dengan orang lain, seperti mendatangkan teman atau kerabat, dukungan motivasi, memberikan sentuhan pada pasien saat jam kunjung. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Hidayat (2009), dimana keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini sependapat dengan Hamid (2000) dimana keluarga memiliki peran dalam membentuk spiritual individu karena merupakan tahap awal dari perkembangan spiritualitas. Dari keluarga individu akan mendapatkan pengalaman, pandangan hidup tentang spiritual dan belajar tentang Tuhan, diri sendiri, serta kehidupan yang dijalaninya. Keluarga memiliki peran yang sangat vital karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak. Keluarga juga memiliki ikatan emosional yang kuat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berinteraksi dengan individu tersebut.

Karakteristik spiritual hubungan dengan alam di dapatkan hasil bahwa mayoritas keluarga berada di kategori cukup dengan frekuensi 15 orang (65,2%). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995). Lingkungan atau suasana yang tenang dan nyaman dapat memberikan kedamaian pada setiap individu dalam memenuhi kebutuhan


(61)

spiritualitasnya. Kedamaian tersebut dapat meningkatkan status kesehatan individu karena sikap carring dan empatinya Rois (2014). Hal ini berbeda dengan yang dialami sebagian keluarga pasien di ruangan dimana kurangnya fasilitas – fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan spiritual yang berhubungan dengan alam seperti kurangnya tempat sampah di ruangan, ruangan yang kurang sejuk dan juga keluarga maupun perawat jarang memberikan rileksasi kepada pasien seperti mendengarkan musik – musik religi atau pun hiburan lainnya, ini mungkin dikarenakan sebagian keluarga hanya berfokus pada pengobatan medis di rumah sakit.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa karakteristik spiritual berkaitan hubungan dengan Tuhan menunjukan cukup dengan frekuensi 11 orang (47,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Kariasa dalam Sirait (2014) mendapatkan data bahwa salah seorang keluarga menyatakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang paling sering dilakukan oleh keluarga ketika menjenguk pasien ke ruangan dengan berdoa. Selain itu, sebagian besar keluarga tidak dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik karena jam kunjungan keluarga terbatas. Hal ini tidak sejalan dengan(Kozier, Erb, Berman & Synder, 2010) secara umum Hubungan dengan tuhan melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatanmencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energi yang tidak terbatas. Sebagai contoh, sesorang yang dapat meyakini “Tuhan”, “Allah”, “Sang Maha Kuasa” . Hamid, (2009) menyatakan terpenuhinya kebutuhan Spiritual


(62)

apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

Young & Koopsen (2005) dimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberikan semangat pada individu dalam menjalani kehidupan dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Dengan terpenuhinya spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidup.Banyak orang yang menemukan makna dan tujuan hidup dari pengalaman sakit yang telah didapatnya. Hal itu tampak karena sakit seperti halnya orang yang membutuhkan jawaban atas kondisi yang terbatas. Mereka merindukan jawaban atas masalah yang tidak sanggup dihadapi sendiri. Dalam kondisi seperti itu, seseorang dihadapkan pada kenyataan untuk menjaga keseimbangan dengan diri sendiri, sesama makhluk hidup dan dengan Tuhan (Giaqinto, S., et all, 2010).rois 2014

Pengalaman spiritual yang didapat pada periode awal stoke menjadi sangat penting agar mereka mampu mengisi setiap kesempatan dengan sesuatu yang lebih bermakna, menjadi lebih sabar, berfikir positif dan lebih bertawakal lagi. Selain itu, pengalaman spiritual juga dapat memabantu penderita dalam menyesuikan diri dengan keadaannya yang


(63)

baru sehingga mereka mampu menerima kenyataan, menemukan makna hidup atau mengambil hikmah dari pesan Tuhan dibalik stroke yang dialaminya sehingga penderita menjadi lebih tabah dan memiliki kualitas hidup yang tinggi (Yang & Yen, 2012) rois 2014

Menurut Bailon dan Maglaya 1998 dalamYuningsih (2012) keluarga bertugas mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, dan merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat.


(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasilpenelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa hasil penelitian ini memperlihatkan mayoritas keluarga memenuhi kebutuhan spiritual yangcukup17 orang (73,9%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan dukungan spiritual yang cukup baik dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran guna perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai“ Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritul pasien Stroke di RSUP H Adam Malik Medan” antara lain :

2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan agar dapat meningkatkan pembelajaran tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien agar perawat dapat memiliki pengetahuan yang baik agar mampu memberikan asuhan keperawatan spiritual dan dapat memberikan pengjaran pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.


(65)

2.2 Untuk Rumah Sakit dan Keperawatan Komunitas

Bagi pihak rumah sakit diharapkan dapat memberikan sarana dan fasilitas yang lebih baik untuk meningkatkan asuhan keperawatan spiritual agar nantinya keluarga dapat lebih meningkatkan kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit.

2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat spiritual pasien stroke (perkembangan, budaya, agama, keluarga, pengalaman hidup, krisis dan perubahan, isu moral terkait terapi dan asuhan keperawatan).


(66)

Abraham, C., & Shanley, E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta: EGC Anoraga, P. (2009). Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Dempsey, P. A. & Dempsey, A. D. (2002). Buku ajar & latihan: Riset keperawatan. Jakarta: EGC

Diningrum, N. (2010). Gambaran sumber stres kerja pada perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal Provinsi Jawa Tengah tahun 2010. Tesis. http://digilib.ump.ac.id di unduh 30 September 2014

Djojodibroto, R. D. (1997). Kiat mengelola rumah sakit. Jakarta: Hipokrates Ellis, R. B., Gates, R. J., & Kenworthy, N. (1999). Komunikasi interpersonal

dalam keperawatan. Jakarta: EGC

Erlina. (2011). Metodologi penelitian. Medan: USU Press Griffin, R. W. (2004). Manajemen. Jakarta: Erlangga

Hawari, D. (2004). Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: FKUI

Hidayat, A. A. A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Isgiyanto. A. (2009). Teknik pengambilan sampel pada penelitian non eksperimental. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Kusbiantoro, D. (2008). Gambaran tingkat beban kerja dan stres kerja perawat di ruang intensive care unit (ICU) Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp-content/uploads/jurnalsurya/noI/3.pdf di unduh 25 September 2014

Lambert, V. A., Lambert, C. E. (2008). Nurses’ workplace stressors and coping strategies. http://search.proquest.com/ di unduh 6 November 2014


(67)

Martina, A. (2012). Gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). Skripsi. di unduh 26 Oktober 2014

Mucinsky, P. M. (2003). Psychology applied to work. United States of America: Thomson

Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Pengantar dan teori: Dasar-dasar keperawatan

jiwa. Jakarta: Salemba Medika

National Safety council. (2003). Manajemen stres. Jakarta: EGC

Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, proses & praktek. Jakarta: EGC

Rasmita, Dina. (2011). Karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi. http://repository.usu.ac.id

Rihulay, S. B. (2012). Perbedaan tingkat stres kerja perawat unit rawat inap dan perawat unit gawat darurat di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Dan Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang. Skripsi.

http://repository.uksw.edu/handle/123456789/2962di unduh 26 November 2014

Rois, Sahli. (2010). Perbedaan Tingkat Spiritual Pasien Stroke Serangan Pertama dan Serangan Berulang di Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.Skripsi. Universitas Sudirman

Saribu, S. D. (2012). Hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran. Skripsi. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33834 di unduh 25 November 2014

Setiadi. (2007). Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sirait, R.A. (2014). TINGKAT SPIRITUALITAS DAN KECEMASAN IBU

PRIMIGRAVIDA di RSU dr. PIRNGADI MEDAN

The National Institute for Occupational Safety and Health. (2008). Stress at work.http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/pdfs/99-101.pdf di unduh 1 Oktober 2014


(68)

Yuningsih, F. (2012) Peran Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan spiritual Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi. Universitas Sumatera Utara


(69)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Judul : Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Peneliti : Mulya Abdi Syahputra Siregar

Saya adalah mahasiswa Program Studi S-1Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Saya mengharapkan kesediaan saudara/saudariuntuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara/i berhakmenolak untuk menjadi responden dalam penelitian tanpa ada sanksi apapun dikemudian hari. Peran serta saudara dalam penelitian ini tidak akan diminta biaya.Semua informasi tentang saudara tidak akan disebarluaskan dan informasi yang ada digunakan hanya untuk tujuan penelitian.

Medan, Juni 2015

Peneliti Responden


(70)

Lampiran 2 KUESIONER

DUKUNGAN KELUARGA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN STROKE DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

No. Responden : Tanggal :

I. Data Demografi Responden Petunjuk :

• Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (√ ) pada tempat yang telah disediakan.

• Tiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

1. Hubungan dengan pasien : ( ) Orang tua ( ) Suami/istri ( )Anak kandung

( ) Lainnya 2. Usia responden : ( ) < 18 tahun

( ) 18-20 tahun ( ) 20-30 tahun ( ) 30-60 tahun ( ) > 60 tahun 3. Pendidikan terakhir : ( ) Tidak Sekolah ( ) SMU

( ) SD ( ) Perguruan Tinggi ( ) SMP

4. Pekerjaan : ( ) Tidak bekerja ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Negeri ( ) Pegawai Swasta ( ) Lainnya


(71)

5. Penghasilan: ( ) < Rp. 1.500.000 ( ) >Rp. 2.500.000 ( ) Rp. 1.500.000 - Rp 2.500.000 6. Mengikuti kegiatan keagamaan : ( ) tidak pernah

( ) 1x seminggu ( ) 2x seminggu ( ) >2x seminggu

II. Kuesioner Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Berikanlah tanda checklist (√) pada pilihan yang anda anggap benar Keterangan : SL = Selalu

SR = Sering

KK = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah

No. Pernyataan

SL SR KK TD

Hubungan dengan diri sendiri

1. Keluarga membantu pasien stroke memahami kekurangannya

2. Keluarga membantu pasien stroke memahami kelebihannya

3. Keluarga membantu pasien stroke memahami kesulitannya

4. Keluarga membantu pasien stroke menyelesaikan masalahnya

5. Keluarga membantu pasien storoke

menciptakan harapan baru dalam hidupnya 6. Keluarga membantu pasien stoke menghadapi


(72)

7. Keluarga memberikan pasien stroke dukungan dan motivasi

8. Keluarga membantu pasien stroke untuk percaya pada kehidupan dimasa depannya 9. Keluarga membantu pasien untuk menyadari

bahwa keluarganya ada untuknya Hubungan dengan orang lain 10. Keluarga membantu pasien stroke

bersosialisasi dengan lingkungan

11. Keluarga membantu pasien stroke dalam berhubungan dengan pasien lain

12. Keluarga membantu pasien stroke dalam berhubungan dengan teman-temannya 13. Keluarga membantu pasien stroke dalam

berhubungan dengan keluarga lainnya 14. Keluarga membantu pasien stroke

berhubungan dengan tenaga kesehatan 15. Keluarga membantu pasien stroke

berhubungan dengan tokoh agama Hubungan dengan alam

16. Keluarga memfasilitasi pasien stroke dalam memelihara kebersihan lingkungan

17. Keluarga memfasilitasi pasien stroke dalam memelihara kesejukan lingkungan

18. Keluarga memfasilitasi pasien stroke untuk melakukan relaksasi seperti mendengarkan musik, menonton televisi ataupun berolahraga 19. Keluarga membawa pasien stroke ke tempat

yang nyaman dan sejuk misalnya taman untuk menikmati keindahan alam

Hubungan dengan Tuhan

20. Keluarga membantu pasien stroke menyadari bahwa penyakitnya adalah ujian atau cobaan dari tuhan

21. Keluarga mengingatkan pasien untuk menjalankan ibadah

22. Keluarga memfasilitasi pasien stroke untuk menjalankan ibadah seperti menyediakan perlengkapan untuk ibadah

23. Keluarga memfasilitasi pasien stroke dalam berdoa dan beramal

24. Keluarga membantu pasien stroke dalam mempersiapkan dirinya sebelum beribadah 25. Keluarga membantu mendatangkan pemuka


(73)

(74)

Lampiran 4 Taksasi DanaPenelitian

1. Proposal

Penelusuran literatur dari internet Rp 150.000,. Pencetakan literatur dari internet Rp 50.000,.

Fotokopi literatur dari buku Rp 100.000,-

Pencetakan Proposal Rp 70.000,-

Penggandaan dan penjilidan Proposal Rp 50.000,- 2. Pengumpulan Data

Administrasi surat surcei awal Rp 200.000,-

Transportasi Rp 600.000,-

Penggandaan kuesioner dan lembar persetujuanrespondenRp 25.000,-

Souvenir penelitian Rp 300.000,-

3. Analisa Data Dan Penyusunan Laporan

Pencetakan skripsi Rp 80.000,-

Penggandaan dan penjilidan skripsi Rp 150.000,-

CD Rp 10.000,-

Biaya tidak terduga 10% Rp 178.500,-


(75)

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Mulya Abdi Syahputra Siregar

Tempat/Tanggal lahir : Sibolga/05 September 1993

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Halat No 32 C Medan

Pendidikan : 1. SD Negeri 086738 Sibolga 1999-2004

2. SMP Negeri 1 Sibolga Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 2 Sibolga Tahun 2008-2011


(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

Lampiran 10 Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 10 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,842 25

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 2,60 ,516 10

p2 2,50 ,707 10

p3 2,60 ,843 10

p4 2,70 ,949 10

p5 2,80 1,033 10

p6 2,50 ,850 10

p7 2,70 ,675 10

p8 2,90 ,568 10

p9 3,00 ,816 10

p10 2,40 ,843 10

p11 2,70 ,949 10

p12 2,80 ,789 10

p13 2,60 ,843 10

p14 2,80 ,632 10

p15 2,20 ,789 10

p16 2,70 ,949 10


(1)

keluargamengingatkanpasienuntukmenjalankanibadah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TP 5 21,7 21,7 21,7

KK 7 30,4 30,4 52,2

SR 9 39,1 39,1 91,3

SL 2 8,7 8,7 100,0

Total 23 100,0 100,0

keluargamengingatkanpasienuntukmenjalankanibadah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TP 5 21,7 21,7 21,7

KK 7 30,4 30,4 52,2

SR 9 39,1 39,1 91,3

SL 2 8,7 8,7 100,0

Total 23 100,0 100,0

keluargamemfasilitasipasienmeyediakanperlengkapanibadah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TP 6 26,1 26,1 26,1

KK 9 39,1 39,1 65,2

SR 6 26,1 26,1 91,3

SL 2 8,7 8,7 100,0


(2)

keluargamemfasilitasipasienstrokedalamberdoadanberamal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KK 6 26,1 26,1 26,1

SR 9 39,1 39,1 65,2

SL 8 34,8 34,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

keluargamembantupasiendalammempersiapkandirinyasebelumberibadah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TP 11 47,8 47,8 47,8

KK 5 21,7 21,7 69,6

SR 4 17,4 17,4 87,0

SL 3 13,0 13,0 100,0

Total 23 100,0 100,0

keluargamembantumendatangkanpemukaagama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TP 17 73,9 73,9 73,9

KK 3 13,0 13,0 87,0

SR 3 13,0 13,0 100,0


(3)

Data per Item Spiritual

Hubungandengandirisendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 6 26,1 26,1 26,1

Baik 17 73,9 73,9 100,0

Total 23 100,0 100,0

Hubungandenganoranglain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 5 21,7 21,7 21,7

Cukup 14 60,9 60,9 82,6

Baik 4 17,4 17,4 100,0

Total 23 100,0 100,0

Hubungandenganalam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 6 26,1 26,1 26,1

Cukup 15 65,2 65,2 91,3

Baik 2 8,7 8,7 100,0

Total 23 100,0 100,0

Hubungandengantuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 7 30,4 30,4 30,4

Cukup 11 47,8 47,8 78,3

Baik 5 21,7 21,7 100,0


(4)

Data Spiritual

Spiritual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 1 4,3 4,3 4,3

Cukup 17 73,9 73,9 78,3

Baik 5 21,7 21,7 100,0


(5)

(6)