Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Motivasi
1. Defenisi Motivasi
Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses
yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan
berkelanjutan. Sebagai sebuah proses, motivasi tidak dapat dilihat secara
langsung, untuk itu motivasi dapat dilihat dan disimpulkan dari perilaku,
seperti pilihan tugas, usaha, ketekunan dan verbalisasi.
Motivasi melibatkan adanya tujuan yang mengarahkan dan mendorong
untuk melaksanakan suatu tindakan. Motivasi juga melibatkan adanya
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Aktivitas fisik yang
dimaksud berupa usaha, ketekunan dan berbagai tindakan nyata dan aktivitas
mental

adalah berbagai

tindakan

yang melibatkan


kognisi,

seperti

merencanakan, mengorganisasikan, memonitoring, membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah (Pintrich & Schunk, 2002).
Motivasi berasal dari bahasa lain yaitu movere yang berarti bergerak.
Penggunaan Istilah bergerak (move) didasarkan pada pandangan umum
mengenai motivasi, yaitu sesuatu yang membuat individu tetap bertindak,
bergerak dan membantu individu untuk terus menyelesaikan pekerjaan.
Sebaliknya, individu mengetahui dirinya sedang tidak termotivasi ketika

13
Universitas Sumatera Utara

dirinya tidak menyelesaikan pekerjaannya dan hanya bermalas-malasan
(Pintrich & Schunk, 2002).
Menurut Santrock (2011) motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah dan kegigihan perilaku. Sehingga, perilaku yang termotivasi

adalah perilaku yang berenergi, terarah dan bertahan dalam waktu yang lama.
Motivasi menyebabkan individu memiliki kekuatan dan menyebabkan
individu bertindak atau berbuat untuk memenuhi motifnya. Sejalan dengan
Santrock, Woolfolk (2004) mendefinisikan motivasi sebagai kondisi internal
yang merangsang, mengarahkan dan mengatur perilaku. Motivasi juga
diartikan sebagai konstruk teoritis yang dipergunakan untuk menjelaskan
intensi, inisiatif, ketekunan dan kualitas dari sebuah perilaku, khususnya
perilaku yang goal-directed (Maehr & Meyer dalam Brophy, 2004).
Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, salah
satunya adalah dalam hal belajar. Menurut Uno (2014), belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil
penguatan perilaku yang berlandaskan suatu tujuan dan demi mencapai tujuan
tersebut. Menurut Brophy (2004), belajar mengacu pada permrosesan
informasi, pemaknaan dan pemahaman atau penguasaan yang didapatkan
melalui pengetahuan dan skill tertentu. Belajar juga dapat diartikan sebagai
pengaruh permanen terhadap perilaku, pengetahuan, dan keterampilan dalam
berpikir yang diperoleh dalam pengalaman (Santrock, 2011).
Motivasi dapat mempengaruhi apa, kapan dan bagaimana individu
dalam belajar


(Schunk dalam Pintrich & Schunk, 2002). Individu yang

14
Universitas Sumatera Utara

termotivasi dalam mempelajari suatu hal akan terikat dalam suatu aktivitas
yang diyakini dapat membantunya dalam belajar seperti memperhatikan
instruksi dengan baik, mengumpulkan dan mengorganisasikan materi yang
akan dipelajari, membuat catatan, memeriksa tingkat pemahaman dan
meminta bantuan ketika tidak memahami materi (Zimmerman & MartinezPons dalam Pintrich & Schunk, 2002).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah proses yang mengarahkan individu pada suatu tujuan, yang mendorong
individu melaksanakan aktivitas belajar, tetap melakukan kegiatan belajar dan
membantu individu dalam melaksanakan aktivitas belajar yang kesemua
perilakunya dapat terlihat dari perilaku pemilihan tugas, usaha, ketekunan dan
prestasi individu.

2. Indeks Motivasi
Indeks motivasi atau disebut juga dengan indexes of motivation
merupakan indeks atau indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur

motivasi (Pintrich & Schunk, 2002). Indeks motivasi ini terdiri dari pilihan
tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Sebagai sebuah proses, indeks motivasi
ini akan menunjukkan ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu (Pintrich
& Schunk, 2002). Berikut ini akan dijabarkan mengenai masing-masing
indeks tersebut.

15
Universitas Sumatera Utara

a. Pilihan Tugas
Teori motivasi ini memperhatikan alasan individu memilih suatu
aktivitas dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Pilihan tugas yang
dimaksud adalah pemilihan tugas oleh individu dalam kondisi bebas atau
tanpa syarat. Saat berada pada kondisi bebas untuk memilih tugas yang
harus dikerjakan, individu akan memilih tugas yang berhubungan dengan
apa yang menjadi ketertarikan mereka dan dengan demikian akan
menunjukkan letak motivasinya.
Mahasiswa afirmasi yang memilih melaksanakan aktivitas belajar
ketika berada di kondisi bebas untuk memilih (misalnya saat memiliki
waktu senggang) dapat dikatakan termotivasi untuk belajar, sedangkan

mahasiswa afirmasi yang memilih untuk melakukan aktivitas lain yang
tidak berhubungan dengan aktivitas belajar dapar dikatakan tidak
termotivasi untuk belajar.
b. Usaha
Rajin belajar tentu tidak mudah untuk dilakukan. Individu yang
memiliki motivasi tentunya mengeluarkan banyak usaha agar berhasil
dalam belajar. Usaha sangat diperlukan terutama pada tugas yang sulit.
Pelajar dituntut untuk mengeluarkan usaha mental yang lebih keras dalam
proses belajar, yaitu dengan penggunaan strategi kognitif yang akan
meningkatkan pembelajaran, seperti mengatur informasi, mengawasi
tingkat pemahaman dan menghubungakan materi yang dipelajari satu sama
lain. Namun, indikator ini dibatasi oleh skill atau kemampuan individu,

16
Universitas Sumatera Utara

sehingga dalam beberapa kasus, individu bisa memperoleh hasil yang baik
dengan usaha yang tidak begitu keras.
Mahasiswa program afirmasi yang temotivasi untuk belajar tentunya
akan mengeluarkan usaha maksimal dalam melaksanakan aktivitas belajar,

misalnya dengan bertanya apabila tidak mengerti dengan materi
perkuliahan, mempersiapkan diri sebelum mengikuti perkuliahan dengan
terlebih dahulu membaca materi, mencatat materi perkuliahan yang
pernting, dan sebagainya. Sebaliknya, mahasiswa program afirmasi yang
tidak termotivasi tidak akan berusaha dengan maksimal dalam belajar.
c. Ketekunan
Ketekunan adalah waktu yang dihabiskan untuk terlibat dalam tugas
belajar. Individu yang tetap berusaha meskipun kesulitan dikatakan sebagai
individu yang memiliki motivasi yang tinggi, dengan belajar tekun maka
individu akan memperoleh hasil yang memuaskan. Namun, sama dengan
indikator usaha, ketekunan selalu dibatasi oleh kemampuan individu. Pada
beberapa kondisi, individu tidak memerlukan waktu yang lama untuk
belajar namun bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Ketekunan sangat
bermakna dalam proses belajar dan utamanya ketika individu menghadapi
tantangan dalam belajar.
Mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar tentunya
akan menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam aktivitas belajar,
walau menghadapi banyak kesulitan mahasiswa program afirmasi yang
termotivasi untuk belajar akan tetap berusaha dan terus melaksanakan


17
Universitas Sumatera Utara

aktivitas belajar. Sebaliknya mahasiswa program afirmasi yang tidak
termotivasi tidak menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam tugas
belajar dan akan menyerah ketika merasa kesulitan dalam belajar.
d. Prestasi
Prestasi merupakan dampak tidak langsung dari motivasi. Individu
yang memilih untuk terlibat dalam suatu tugas, mengeluarkan banyak
usaha, dan tekun akan memiliki prestasi yang baik pula. Akan tetapi
indikator ini tidak boleh dipandang sebagai cerminan dari apa yang
dipelajari oleh individu atau kualitas dari kemampuan kognitif dari
individu.
Mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar tentunya
akan melaksanakan aktivitas belajar pada saat senggang, mengeluarkan
usaha maksimal dalam belajar dan tentunya akan menghabiskan banyak
waktu untuk terlibat dalam aktivitas belajar dan ketiga hal tersebut akan
membuat mahasiswa program afirmasi memiliki prestasi yang memuaskan,
namun apabila mahasiswa program afirmasi lebih memilih untuk tidak
melaksanakan aktivitas belajar pada saat senggang, mengeluarkan usaha

minimum dan hanya menghabiskan sedikit waktu untuk belajar, maka
prestasi yang ditunjukkan juga tidak akan memuaskan dan menunjukkan
bahwa mahasiswa program afirmasi tidak termotivasi untuk belajar.

18
Universitas Sumatera Utara

3. Fungsi Motivasi
Pada dasarnya motivasi dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku belajar (Uno, 2014).
Motivasi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran
(Parsons, Hinson & Brown, 2001). Tidak hanya dalam belajar, motivasi juga
akan mempengaruhi perfoma individu melalui kemampuan belajar, perilaku
dan strategi belajar yang dialami sebelumnya (Pintrich & Schunk, 2002).
Pintrich & Schunk (2002) menjelaskan bahwa motivasi dengan belajar dan
performa memiliki hubungan timbal balik. Motivasi dapat mempengaruhi
belajar dan performa individu dan apa yang dipelajari oleh individu dapat
mempengaruhi motivasi individu.

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam melaksanakan
berbagi hal, salah satunya dalam hal belajar. Tran (2013), berpendapat bahwa
motivasi dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti lingkungan yang tidak
mendukung, keterlibatan orang tua, dukungan teman sebaya dan kondisi
sekolah yang tidak mendukung. Sejalan dengan itu, Ullah,dkk (2013)
menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah
teman sebaya dalam pembelajaran. Jika teman sebaya memberikan dukukan
dan motivasi dalam pembelajaran maka individu juga akan terdorong untuk
belajar.

19
Universitas Sumatera Utara

Motivasi merupakan kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut Uno (2014) ada 2 faktor yang mempengaruhi motivasi,
yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan.
a. Faktor – Faktor Pribadi dalam Motivasi
Menurut Uno (2014) ada dua hal yang berasal dari dalam diri yang
mempengaruhi motivasi, diantaranya :

1) Motif berprestasi
Motif berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam melakukan
sesuatu. Motif ini sangat berpengaruh teradap performansi individu.
Individu yang memiliki motif berprestasi tinggi akan berusaha
menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda pekerjaannya.
2) Menghindarkan kegagalan
Inidividu menghindari kegagalan karena memiliki ketakutan yang
bersumber dari kegagalan tersebut. Individu mungkin akan bekerja
dengan tekun karena jika tidak maka ia akan mendapatkan malu dari
orang lain atau diolok-olok oleh temannya atau dihukum oleh orang
tuanya.
b. Faktor – Faktor Lingkungan dalam Motivasi
Menurut Uno (2014) motif individu untuk melakukan sesuatu bisa
dikembangkan, diperbaiki atau diubah melalui pengaruh lingkungan.
Lingkungan mampu mempegaruhi individu melalui respon lingkungan
terhadap suatu perilaku. Respon tersebut bisa melalui penguatan seperti

20
Universitas Sumatera Utara


pujian, bantuan, nasihat dan penghargaan terhadap individu atau hukuman
yang akan memperlemah suatu perilaku.

B. Dukungan Sosial Teman Sebaya
1. Definisi Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dukungan sosial merupakan bantuan, penghargaan, perhatian dan kenyaman
yang diperoleh individu dari orang lain atau dari kelompok sosial yang dimiliki
individu (Sarafino, 2011). Individu yang mendapatkan dukungan akan merasa
bahwa ia dicintai, berharga dan merasa menjadi bagian dari sebuah jaringan
sosial. Dukungan sosial memiliki efek kausal dalam proses psikologis. Bahkan
hebatnya dukungan sosial dapat digunakan untuk membantu orang yang sedang
mengalami stress (Davidson,Neale & Kring, 2002).
Menurut Cohen (2004) dukungan sosial mengacu pada sumber daya materi,
informasi dan psikologis yang berasal dari jaringan sosial individu, dimana
individu dapat memperoleh bentuan guna menghadapi masalah/stress yang
dialaminya. Hogg&Vaughan (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial
sangat diperlukan oleh individu. Untuk itu individu perlu memiliki jaringan
dukungan sosial, yaitu orang-orang yang tahu dan peduli mengenai kita dan
mereka yang siap untuk membantu pada saat mengalami kita sedang
mengalami tekanan.
Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber. Orang-orang terdekat
seperti orang tua, teman, sahabat dan saudara bisa menjadi sumber dukungan
sosial. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan

21
Universitas Sumatera Utara

sosial yang bersumber dari teman sebaya. Menurut Santrock (2009) teman
sebaya adalah individu yang memiliki kesamaan usia atau tingkat kematangan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) teman atau disebut juga
dengan kawan, sahabat atau orang yang sama-sama berbuat/bekerja dan sebaya
diartikan sebagai sama atau sejajar, misalnya usia, kemampuan atau
pendidikannya. Dari pengertian tersebut bisa dikatakan bahwa teman sebaya
merupakan kawan yang sama atau sejajar dengan kita, baik usia, status maupun
tingkatan pendidikannya. Teman sebaya yang dimaksudkan dalam pelitian ini
adalah teman yang memiliki kesamaan daerah, jurusan dan tempat tinggal.
Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa dukungan sosial teman
sebaya adalah suatu bantuan, perhatian, penghargaan dan kenyamanan yang
diperoleh individu dari teman sebaya yang membuat individu penerima
bantuan merasa terbantu, nyaman, diperhatikan dan merasa sebagai bagian dari
kelompok sosial.

2. Bentuk Dukungan Sosial
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa individu perlu untuk mendapatkan
dukungan sosial, namun yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dapat
diberikan oleh dukungan sosial kepada individu. Untuk itu, berikut akan
dijelaskan bentuk-bentuk dukungan sosial dan bentuk dukungan yang diberikan
(Sarafino, 2011).

22
Universitas Sumatera Utara

a.

Dukungan Emosional
Dukungan emosional adalah dukungan yang diberikan oleh teman

sebaya dalam bentuk ekspresi perhatian (caring and concern ) dan
dorongan (encouragement) kepada individu. Individu yang menerima
dukungan ini akan merasakan nyaman, diperhatikan, penghargaan,
belongingness dan merasa bahwa dirinya dicintai.

b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini diberikan dalam bentuk instrumen atau materi. Misalnya
individu yang sedang kekurangan uang diberikan pinjaman uang. Dengan
menerima dukungan jenis ini akan membantu individu dalam waktu
tersebut dan juga akan merasa terbantu secara materi.
c. Dukungan Informasional
Dukungan

sosial yang dapat diberikan adalah dukungan berupa

nasehat, arahan, petunjuk atau feedback terhadap sesuatu yang dilakukan
oleh individu.
d. Dukungan Persahabatan
Dukungan ini berupa ketersediaan orang lain untuk berbagi waktu
dengan individu. Dukungan sosial ini membuat individu merasa sebagai
anggota dalam suatu kelompok, ia bisa berbagi perasaan, informasi dan
ketertarikannya.

23
Universitas Sumatera Utara

3.

Sumber Dukungan Sosial
Dukungan sosial bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya seperti

keluarga, teman, rekan kerja, dokter, psikolog atau kelompok dukungan
(Sarafino, 2011). Akan tetapi, ketersediaan dukungan sosial ini berbeda-beda
tergantung pada gender, hubungan antara pemberi dan penerima dukungan
sosial, konteks sosiokultural dan karakteristik kepribadian pemberi dukungan
sosial (Cohen, 1992). Orang yang mendapatkan dukungan sosial yakin bahwa
mereka dicintai dan beharga dan bagian dari jaringan sosial seperti keluarga
atau kelompok dukungan dapat membantnya saat sedang membutuhkan
pertolongan atau saat sedang dalam bahaya (Sarafino, 2011).

4.

Faktor yang Mempengaruhi Perolehan Dukungan Sosial
Tidak

semua

orang

bisa

memperoleh

dukungan

sosial

ketika

membutuhkannya (Sarafino, 2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perolehan dukungan sosial menurut Sarafino (2011). Faktor-faktor tersebut
antara lain:
a. Penerima dukungan sosial yang potensial
Individu yang tidak socialable cenderung tidak suka menerima
dukungan sosial, begitu juga dengan individu yang tidak suka menolong
orang lain, walau ia mengetahui bahwa ada yang sedang memerlukan
bantuan. Ada juga individu yang tidak asertif menyatakan bahwa ia
membutuhkan bantuan, merasa independen dan merepotkan orang lain dan
juga tidak tahu siapa yang dapat dimintai tolong.

24
Universitas Sumatera Utara

b. Pemberi dukungan sosial yang potensial
Ada individu yang tidak sensitif dengan keadaan orang lain, tidak
mempunyai sumber daya yang diperlukan atau berada dibawah tekanan,
dalam keadaan tersebut individu tidak bisa mendapatkan dukungan sosial.
Namun, perlu diingat bahwa ketersediaan dukungan sosial juga bergantung
pada jaringan sosial yang dimiliki oleh individu. Ukuran, komposisi,
kedekatan dan frekuensi pertemuan dengan individu dalam jaringan sosial
akan mempengaruhi dukungan sosial yang diperoleh.
c. Gender dan Sosiokultural
Gender dan sosiokultural juga turut mempengaruhi dalam menerima
dukungan sosial. Berdasarkan penelitian Greenglass&Noguchi (dalam
Sarafino, 2011) dikatakan bahwa wanita menerima lebih sedikit dukungan
sosial dari pasangannya, dibandingkan dengan lelaki dan lebih mendapatkan
dukungan sosial dari temannya (sesama laki-laki).
Faktor sosiokultural juga mempengaruhi, dibuktikan dengan penelitian
Gottlieb&Green (dalam Sarafino, 2011), yang menyatakan bahwa orang
kulit hitam memiliki jaringan sosial yang lebih kecil dibandingkan dengan
orang yang berkulit putih dan orang Hispanik. Hispanik cenderung
memperoleh dukungan sosial dari keluarga besarnya, sementara orang kulit
hitam memperoleh dukungan sosial dari keluarga dan kelompok di gereja
dan orang kulit putih memiliki banyak teman dan rekan kerja sebagai
sumber dukungan sosialnya.

25
Universitas Sumatera Utara

5. Dampak Dukungan Sosial
Dukungan sosial memiliki dampak positif terhadap motivasi, hal ini
dibuktikan dalam penelitian Tezci,dkk (2015) mengenai dukungan sosial
dan motivasi. Menurut Tezci,dkk (2015) dukungan sosial memiliki peran
yang signifikan terhadap motivasi dan pencapaian akademik individu.
Dukungan, apresiasi dan pujian dari keluarga, teman sebaya dapat
meningkatkan motivasi dan tingkat pencapaian akademik individu.
Dukungan sosial memiliki dampak baik positif maupun negatif.
Dukungan sosial dirasa berdampak positif apabila, dukungan sosial dapat
membantu individu untuk mengatasi tekanan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung (Cohen dan Wills, dalam Sarafino, 2011).
Menurunkan tingkat kecemasan individu (Sarason, Pierce, Sarason, dalam
Sarafino, 2011) dan meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance).
Ketika lingkungan di sekitar individu sangat mendukung individu dalam
waktu tertentu, maka tingkat kecemasan yang rendah serta rasa
keberhargaan diri (self worth) akan menjadi bagian yang stabil dalam
kepribadian individu.
Dukungan sosial juga dapat memberikan dampak negatif, ada kondisi
tertentu yang membuat individu tidak selalu merasakan dukungan sosial
yang diterima adalah dukungan (Dunkel-Schetter & Bennet, 1990; Wilcox,
Kasl, & Berkman dalam Sarafino, 2011). Hal ini terjadi apabila bantuan
yang diberikan tidak sesuai atau diberikan dengan cara yang salah, atau
individu merasa tidak membutuhkan bantuan. Terkadang individu juga

26
Universitas Sumatera Utara

menganggap menerima bantuan adalah pertanda bahwa individu dianggap
tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya dan akan mengakibatkan
penuruan self-esteem (Lepore dalam Sarafino, 2011).

C. Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara.
Motivasi merupakan elemen yang sangat penting dan bahkan krusial dalam
proses belajar (Parsons, Hinson, Brown, 2001). Motivasi merupakan salah satu
faktor yang menentukan apa, kapan dan bagaimana individu belajar (Pintrich &
Schunk, 2002). Dengan adanya motivasi maka individu bisa memiliki penguat
dalam belajar, memperjelas tujuan belajar dan memiliki ketekunan dalam belajar
(Uno, 2014). Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan
menunjukkan performa

belajar

(Iskandar,

2009)

yang kemudian akan

mempengaruhi hasil belajarnya.
Puluhan mahasiswa program Afirmasi yang berasal dari Papua berada di USU,
mahasiswa program afirmasi ini merupakan mahasiswa ras minoritas di USU dan
dalam proses perkuliahannya mahasiswa program afirmasi menghadapi berbagai
tantangan, seperti adaptasi dan stigma. Menariknya, sebanyak 18,3% mahasiswa
afirmasi sudah berhenti kuliah dan mahasiswa program afirmasi yang bertahan
memiliki prestasi belajar yang kurang memuaskan. Salah satu hal yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah karena rendahnya motivasi. Menurut
Sardiman (2014) individu melakukan sesuatu karena adanya motivasi adanya

27
Universitas Sumatera Utara

motivasi yang baik dalam belajar tentunya akan menunjukkan hasil belajar yang
baik pula.
Rendahnya motivasi bisa disebabkan berbagai hal, berdasarkan informasi yang
diperoleh dari mahasiswa yang berasal dari Papua, proses adaptasi, jauh dari
orang tua, orang tua yang kurang memberikan dukungan dan perasaan berbeda
menjadikan mahasiswa yang berasal dari Papua malas kuliah dan belajar.
Berbagai penelitian menunjukkan pelajar minoritas menunjukkan motivasi yang
rendah, seperti penelitian Tran (2013) yang menyatakan bahwa pelajar etnis
minoritas memiliki motivasi yang rendah karena rendahnya kepercayaan terhadap
pendidikan, sikap para pengajar terhadap individu, pengaruh dukungan orang tua,
dukungan teman sebaya dan kurangnya kepercayaan individu terhadap sistem
pendidikan.
Motivasi juga bisa dipengaruhi oleh banyak hal, salah satu hal yang bisa
mempengaruhi motivasi adalah dukungan yang diperoleh untuk belajar (Iskandar,
2009). Dukungan ini bisa berupa banyak hal, salah satunya adalah dukungan
sosial teman sebaya. Dukungan sosial merupakan bantuan berupa bantuan fisik
maupun psikologis yang diperoleh individu dari teman sebayanya yang membuat
individu merasa terbantu dan nyaman (Sarfino, 2011).
Dukungan sosial memiliki empat bentuk, yang pertama adalah dukungan
emosional. Dukungan ini berupa perhatiaan, empati maupun dorongan kepada
individu. Bentuk dukungan kedua adalah dukungan instrumental, yaitu bantuan
berupa benda maupun tenaga yang diterima oleh individu pada saat dibutuhkan.
Bentuk dukungan yang ketiga adalah dukungan informasional, yaitu bantuan

28
Universitas Sumatera Utara

berupa nasihat atau arahaan dan yang terakhir adalah dukungan persahabatan,
yaitu dukungan berupa kehadiran teman sebaya pada saat dibutuhkan
(Sarafino,2011).
Bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut juga diperoleh oleh mahasiswa
program afirmasi di USU. Misalnya, ketika sudah tidak memiliki uang lagi karena
beasiswa yang tidak cair selama beberapa bulan, beberapa mahasiswa afirmasi
memperoleh bantuan dari teman sebayanya berupa donasi uang. Tak jarang
bantuan emosional juga diperoleh mahasiswa afirmasi melalui kata-kata
penyemangat yang disampaikan oleh teman-temannya pada saat merasa tidak
semangat atau pada saat sedih. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh teman
sebayanya tersebut membuat mahasiswa afirmasi merasa nyaman, terbantu dan
juga lebih bersemangat. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh
Sarafino (2011), bahwa bantuan yang diperoleh pada saat individu benar-benar
membutuhkannya akan berdampak positif pada individu,
Penelitian Tezci,dkk (2015) menunjukkan bahwa dukungan sosial teman
sebaya memiliki dampak positif terhadap motivasi. Hasil penelitian Tezci (2015)
juga mengindikasikan bahwa dukungan sosial memiliki peran yang krusial dalam
kesuksesan kehidupan pendidikan individu. Individu yang menerima dukungan
sosial teman sebaya akan merasa lebih berharga dan bahagia. Dengan dukungan
sosial dari teman sebaya berupa nasihat, materi dan penghargaan terhadap
usahanya untuk belajar mahasiswa diharapkan menjadi lebih termotivasi, seperti
yang diungkapkan oleh Iskandar (2009) adanya dorongan dan penghargaan bagi

29
Universitas Sumatera Utara

peserta didik akan mendukung peserta didik untuk belajar dan mengadakan
perubahan perilaku.

D. Hipotetsis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh dukungan sosial teman sebaya
terhadap motivasi mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sumatera
Utara”.

30
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

2 19 125

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA Pengaruh Dukungan Keluarga Dan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2012.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru universitas Muhammadiyah surakarta tahun akademik 2013.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru universitas Muhammadiyah surakarta tahun akademik 2013.

0 1 15

Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

0 1 3

Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara

0 0 38