Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Terhadap Polusi Debu di Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari

rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan
aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada
di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian
batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan
respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan
mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat
atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa
keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama
pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab (Chung, 2003).
Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa
pasien mencari pertolongan medis. Gangguan yang paling sering adalah
kelelahan, insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang, berkeringat, dan
inkontinensia urin. Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan

mendadak dapat menyebabkan berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ
(Irwin, 1998).
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama
dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya
manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun
kesehatan kerjanya. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu
tenaga kerja dan lingkungan kerja (Budiono, 2003).
Setiap tenaga kerja harus memperoleh perlindungan diri dari berbagai
persoalan disekitar tempat kerjanya dan hal-hal yang dapat menimpa dirinya atau
mengganggu dalam pelaksanaan tugasna sehari-hari. Perlindugan tenaga kerja ini
betujuan agar para pekerja dapat melakukan tugas sehari-hari dengan rasa aman

Universitas Sumatera Utara

sehingga beban tugas yang diterimanya dapat diselesaikan dengan baik. Upaya
perlndungan tenaga kerja perlu ditingkatkan melalui beberapa langkah yaitu
perbaikan kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan
kerja (Depkes RI 2003).
Diantara gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan

salah satu sumber gangguan yang tak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu,
debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan
kerja, salah satunya adalah batuk kronis gangguan (Depkes RI 2003).
Di lingkungan kerja khususnya di bagian terminal mempnyai resiko tinggi
yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernafasan. Paparan debu
di daerah terminal sebagian besar berasal dari asap kendaraan bermotor. Absorbsi
dari partikel asap kendaraan maupun debu terjadi hanya lewat paru-paru melalui
mekanisme pernafasan, sebagian partikel debu yang tidak larut akan tertahan di
jaringan paru, sedanagkan bagian yang larut terbawa oleh darah kebagian lain dan
sebagian terbuang lewat kencing.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan polusi udara
perkotaan memberi kontribusi bagi 80.000 kematian setiap tahun. Bahkan WHO
dan American Thoracic (ATS) 2005, memaparkan polusi udara menumbulkan
penyakit yang terkait respirasi (pernafasan) dan kardiovaskular, terganggunya
akivitas harian akibat sakit gejala batuk, sesak dan infeksi saluran pernafasan
hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru dan tekanan darah.
Salah satu gejala awal gangguan pernafasan yang dapat dicermati adalah
seringnya batuk -batuk.
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri
dan kendaraaan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi

tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Dampak dari pencemaran tersebut
adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang bedampak negatif terhadap
kesehatan manusia. Oleh karena itu, besarnya masalah yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara terhadap kesehatan manusia harus diperhatikan.
Hasil pengukuran udara ambien di terminal Giwangan Kota Yogyakarta
tahun 2007 oleh Dinas Lingkungan Hidup kota Yogyakarta selama 24 jam

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 202,39 ug/m3 dan SO2sebesar
289,87 µg/m3 dan NO2sebesar 139,38 µg/m3, hal ini memperlihatkan bahwa
masing masing zat pencemar telah mendekati nilai baku mutu yang
dipersyaratkan. (Sukirno, 2009)
Hasil penelitian pengukuran udara ambien di terminal Amplas Medan
tahun 2001 oleh Edinton Sidabukke, SKM mahasiswa FKM USU selama
pengukuran 24 jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 2,11
mg/m3, hal ini menunjukkan konsentrasi debu di terminal Amplas tahun 2001
sudah melebihi Nilai Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 tahun 1999.
Terminal bus sebagai tempat persinggahan bus yang baru tiba maupun

yang akan berangkat, dapat dipastikan terminal memiliki konsentrasi perncemaran
yang tinggi dibanding daerah pemukiman. Disamping sebagai tempat lalu lalang
berbagai kendaraan dan bus, di terminal juga dapat ditemui pedagang, warung
makanan dan minuman, kios kios, dan jasa seperti tukang tambal ban dan
sebagainya. Mereka berada di terminal selama 8 sampai 24 jam, dan memiliki
kemungkinan besar terpapar oleh pencemar.
Berkaitan dengan upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja,
penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu upaya dalam pengendalian
bahaya di tempat kerja sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun
pengendalian administratif (Budiono, 2003).
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:
Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan terhadap polusi
debu di komunitas kerja Terminal Amplas Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan bahaya
polusi debu dengan kejadian Batuk Kronis Berulang pada komunitas kerja
Terminal Amplas Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang bahaya polusi debu pada
komunitas kerja Terminal Amplas Medan.
2. Mengetahui sikap pencegahan terhadap bahaya polusi debu pada
komunitas kerja Terminal Amplas Medan.
1.4.

Manfaat Penelitian
1. Memberikan gambaran kepada komunitas pekerja tentang pentingnya
pencengahan bahaya polusi udara dalam rangka penurunan angka
kejadian Batuk Kronis Berulang

2. Meningkatkan kesadaran komunitas pekerja tentang bahaya polusi
debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti tentang bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis
Berulang
4. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi untuk
penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara