Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Terhadap Polusi Debu di Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan

(1)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Rezky Prianka Bagaskara

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 29 Desember 1993

Agama : Islam

Alamat : Taman Setiabudi Indah Blok YY No. 66, 20122 Orang Tua : Ayah : H. Rifnaldi

Ibu : Hj. Mika Dwi Fitri Yeni Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Blimbing 3 Malang (2000-2004) 2. SD Islam Az-Zahrah Palembang (2004-2006) 3. SMP Negri 3 Batam (2006-2007)

4. SMP Negri 1 Medan (2007-2009)

5. SMA Krida Nusantara Bandung (2009-2010) 6. SMA Negri 1 Medan (2010-2012)

7. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang) Riwayat Organisasi :

1. Anggota Seksi Keamanan PORSENI FK USU 2013 2. Anggota Seksi Sepak Bola PORSENI FK USU 2014

3. Kepala Divisi Logistik SCOPH PEMA FK USU Periode 2014-2015 4. Anggota Seksi Peralatan dan Tempat PMB FK USU 2014


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Rezky Prianka Bagaskara, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengeetahuan dan Sikap Pencegahan Bahaya Polusi Debu dengan Kejadian Batuk Kronis Berulang di Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar pada blok Community Research Progamme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Bapak dan Ibu sekalian untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya memohon kesediaan Bapak dan Ibu sekalian untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jika Bapak dan Ibu sekalian bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan Bapak dan Ibu sekalian

Identitas pribadi Bapak dan Ibu sekalain sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Bapak dan Ibu sekalian dapat bertanya langsung kepada peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan, atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak dan Ibu sekalian, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, , 2015


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan yang cukup dari peneliti secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan ‘BERSEDIA’ berpartisipasi menjadi sukarelawan dalam penelitian ini yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Bahaya Polusi Debu terhadap Kejadian Batuk Kronis Berulang di Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan.

Medan, 2015

Mengetahui, Menyatakan,

Peneliti, Responden,


(4)

Lampiran 4

KUESIONER Pengetahuan responden

Pilihlah salah satu dari pilihan jawaban yang diberikan sesuai dengan keadaan yang anda ketahui.

1. Menurut anda, penyebab dari batuk kronik adalah terkena polusi ? a. Ya

b. Tidak

2. Menurut anda, tanda dan gejala dari batuk kronik adalah batuk lebih dari 3 minggu ?

a. Ya b. Tidak

3. Menurut anda, kurang minum air putih adalah resiko terkena batuk kronik?

a. Ya b. Tidak

4. Menurut anda, umur 45 tahun adalah umur yang paling beresiko untuk terkena batuk kronik?

a. Ya b. Tidak

5. Menurut anda, tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah kita terkena batuk kronik adalah memakai masker?

a. Ya b. Tidak

6. Menurut anda, apakah dilingkungan anda mengalami hal yang sama? a. Ya


(5)

7. Menurut anda, jika batuk kronik tidak segera diperiksa apakah akan membahayakan diri anda?

a. Ya b. Tidak

8. Menurut anda, apakah merokok dapat menyebabkan batuk anda semakin parah ?

a. Ya b. Tidak

9. Menurut anda, apakah anak anda juga bisa terkena batuk kronik jika anda juga terkena?

a. Ya b. Tidak

10. Menurut anda, minum jamu akan mengurangi batuk anda? a. Ya


(6)

Sikappencegahan responden

Di bawah ini merupakan cara-cara melakukan pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang, bagaimanakah pendapat anda tentang pernyataan di bawah ini.

Ya Tidak

1. Apakah anda akan membawa diri anda ke dokter? 2. Apakah anda akan mencari obat sendiri ke apotek? 3. Apakah anda akan menjauhkan anak anda dari anda? 4. Apakah anda akan tetap berkeja saat itu?

5. Apakah anda akan memberikannya obat/jamu ? 6. Apakah anda akan memberikan vitamin ? 7. Apakah anda akan minum air hangat ?

8. Apakah anda akan minum jeruk nipis dengan kecap ? 9. Apakah anda akan memilih – milih makanan ?

10. Apakah anda akan memakai masker hanya untuk satu kali pemakaian?


(7)

Lampiran 5

UJI VALIDITAS KUESIONER Validasi Tingkat Pengetahuan

Correlations pertan yaan1 pertan yaan2 pertan yaan3 pertan yaan4 pertan yaan5 pertan yaan6 pertan yaan7 pertan yaan8 pertan yaan9 pertan yaan1 0 total pertanyaan benar pertanyaan1 Pearson Correlation 1 .444* -.076 .688** .688** .509* -.140 .250 -.076 .327 .609**

Sig. (2-tailed) .050 .749 .001 .001 .022 .556 .288 .749 .160 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan2 Pearson Correlation .444* 1 .688** -.076 -.076 .509* .327 .667** .688** -.140 .702**

Sig. (2-tailed) .050 .001 .749 .749 .022 .160 .001 .001 .556 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan3 Pearson Correlation -.076 .688** 1 -.053 -.053 .350 .546* .459* 1.000** -.096 .610**

Sig. (2-tailed) .749 .001 .826 .826 .130 .013 .042 .000 .686 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan4 Pearson Correlation .688** -.076 -.053 1 1.000** .350 -.096 -.115 -.053 .546* .483*

Sig. (2-tailed) .001 .749 .826 .000 .130 .686 .630 .826 .013 .031

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan5 Pearson Correlation .688** -.076 -.053 1.000** 1 .350 -.096 -.115 -.053 .546* .483*

Sig. (2-tailed) .001 .749 .826 .000 .130 .686 .630 .826 .013 .031

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan6 Pearson Correlation .509* .509* .350 .350 .350 1 .031 .218 .350 .336 .713**

Sig. (2-tailed) .022 .022 .130 .130 .130 .898 .355 .130 .147 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan7 Pearson Correlation -.140 .327 .546* -.096 -.096 .031 1 .490* .546* .216 .496*

Sig. (2-tailed) .556 .160 .013 .686 .686 .898 .028 .013 .361 .026

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan8 Pearson Correlation .250 .667** .459* -.115 -.115 .218 .490* 1 .459* .140 .637**


(8)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 pertanyaan9 Pearson Correlation -.076 .688** 1.000** -.053 -.053 .350 .546* .459* 1 -.096 .610**

Sig. (2-tailed) .749 .001 .000 .826 .826 .130 .013 .042 .686 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan10 Pearson Correlation .327 -.140 -.096 .546* .546* .336 .216 .140 -.096 1 .496*

Sig. (2-tailed) .160 .556 .686 .013 .013 .147 .361 .556 .686 .026

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total pertanyaan benar

Pearson Correlation .609** .702** .610** .483* .483* .713** .496* .637** .610** .496* 1

Sig. (2-tailed) .004 .001 .004 .031 .031 .000 .026 .003 .004 .026

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Validasi Sikap Pencegahan

Correlations sikap 1 sikap 2 sikap 3 sikap 4 sikap 5 sikap 6 sikap 7 sikap 8 sikap 9 sikap 10 total pertanyaan benar sikap1 Pearson

Correlation

1 .840** .491* .667** .490* .667** .490* .840** .577** .459* .931**

Sig. (2-tailed) .000 .028 .001 .028 .001 .028 .000 .008 .042 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap2 Pearson Correlation

.840** 1 .642** .327 .608** .327 .608** .608** .728** .546* .908**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .160 .004 .160 .004 .004 .000 .013 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap3 Pearson Correlation

.491* .642** 1 .145 .336 .145 .642** .336 .630** .350 .716**

Sig. (2-tailed) .028 .002 .541 .147 .541 .002 .147 .003 .130 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap4 Pearson Correlation

.667** .327 .145 1 -.140 1.000

**

-.140 .793** .192 -.076 .520*


(9)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 sikap5 Pearson

Correlation

.490* .608** .336 -.140 1 -.140 .608** .216 .404 .546* .572**

Sig. (2-tailed) .028 .004 .147 .556 .556 .004 .361 .077 .013 .008

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap6 Pearson Correlation

.667** .327 .145 1.000

**

-.140 1 -.140 .793** .192 -.076 .520*

Sig. (2-tailed) .001 .160 .541 .000 .556 .556 .000 .416 .749 .019

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap7 Pearson Correlation

.490* .608** .642** -.140 .608** -.140 1 .216 .404 .546* .628**

Sig. (2-tailed) .028 .004 .002 .556 .004 .556 .361 .077 .013 .003

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap8 Pearson Correlation

.840** .608** .336 .793** .216 .793** .216 1 .404 .546* .796**

Sig. (2-tailed) .000 .004 .147 .000 .361 .000 .361 .077 .013 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap9 Pearson Correlation

.577** .728** .630** .192 .404 .192 .404 .404 1 .397 .740**

Sig. (2-tailed) .008 .000 .003 .416 .077 .416 .077 .077 .083 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

sikap10 Pearson Correlation

.459* .546* .350 -.076 .546* -.076 .546* .546* .397 1 .588**

Sig. (2-tailed) .042 .013 .130 .749 .013 .749 .013 .013 .083 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total pertany aan benar Pearson Correlation

.931** .908** .716** .520* .572** .520* .628** .796** .740** .588** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .019 .008 .019 .003 .000 .000 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(10)

Lampiran 6

UJI RELIABILITAS KUESIONER Reliabilitas Tingkat Pengetahuan.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.772 10

Reliabilitas Sikap Pencegahan Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(11)

Lampiran 7

DATA INDUK

No. Nama Umur Pekerjaan

Jenis

Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 TOTAL P HASIL P TOTAL S HASIL S

1 HA 23 sopir angkutan L S B B B B B B B B B S S S B B B B B B S 9 baik 6 cukup

2 SU 22 sopir angkutan L B B S S B B B B B S S S S B B B B B B B 7 baik 7 baik

3 BL 21 sopir angkutan L B B B S B B B B S S B B B B B B S S S S 7 baik 6 cukup

4 JG 45 sopir angkutan L S B B B B B S S S B B B B B S B B B B B 6 cukup 9 baik

5 S 42 kenek angkutan L S B B B B B B S S S B B B B B B B B B B 6 cukup 10 baik

6 KH 35 kenek angkutan L B B B S B S B S B B B B S S B B B B B B 7 baik 8 baik

7 AN 54 sopir angkutan L S B B B B B B S S B B B B B B B B B B B 7 baik 10 baik

8 JG 44 kenek angkutan L B B B B B B B B S S S B B B S S S B B B 8 baik 6 cukup

9 KL 43 sopir angkutan L B B B B B B B B B B B B B B S S B B B B 10 baik 8 baik

10 ST 32 sopir angkutan L B B B B B B B B B B S B B S B S B B B B 10 baik 7 baik

11 RS 45 sopir angkutan L S B B B B B B B B B S B B S B S B B B B 9 baik 7 baik

12 AF 32 kenek angkutan L B B B B B B B B B B S B B B B S B B B B 10 baik 8 baik

13 M 30 sopir angkutan L S B B B B B B B B B B B B B B S B B B B 9 baik 9 baik

14 SS 39 sopir angkutan L S S B B B B B B S B B B B B B S B B B B 7 baik 9 baik

15 NS 37 sopir angkutan L S S B S B B B B S B B B B B B B B B B B 6 cukup 10 baik

16 P 41 sopir angkutan L B S B B B B B B S B B B B B B B B B B B 8 baik 10 baik

17 DA 40 sopir angkutan L B B B B B B B B B B B S B B B B B S B B 10 baik 8 baik

18 K 52 sopir angkutan L B B B B S B B B B B B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

19 JK 43 sopir angkutan L S B B B S B B B B B B B B B B B B S B B 8 baik 9 baik

20 FA 43 cleaning service P B S B B S B B B B B B B S B B B B S B B 8 baik 8 baik

21 AS 22 kenek angkutan L B B B B B B B B B B B B S B B B B B B B 10 baik 9 baik

22 B 21 tukang parkir L S B S S B B B B B B B B B B B B B S B B 7 baik 9 baik

23 FG 19 pengamen L B B B S B B B B B B S B B B B S B B B B 9 baik 8 baik

24 JS 54 sopir angkutan L S B B S B B B B B B S S B B B S B B B B 8 baik 7 baik

25 AS 42 kenek angkutan L B B B S S B B B S B B B B B B S B B B B 7 baik 9 baik


(12)

27 AL 32 kenek angkutan L S B S B B S B B B B B B B B B B B S B B 7 baik 9 baik

28 SG 44 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B B B B B B B S B B 9 baik 9 baik

29 W 51 sopir angkutan L B S B S B S B B B B B B B B B B B S B B 7 baik 9 baik

30 GP 47 sopir angkutan L B S B B B B B B B B B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

31 AS 22 pengamen L B S B B B B B B S B B B S B B S B B B B 8 baik 8 baik

32 JG 48 tukang parkir L B B S B B B B B S B B B S B B B B B B B 8 baik 9 baik

33 KK 34 kenek angkutan L B B B B B B B B S B B B S B B B B B B B 9 baik 9 baik

34 LK 52 cleaning service P B B B B B S B B B B S B B B B B B B B B 9 baik 9 baik

35 KS 43 sopir angkutan L S B B B B B B B B B S B B B S B B B B B 9 baik 8 baik

36 PT 37 cleaning service L S B B B B B B B B S S B B B S S B S B B 8 baik 6 cukup

37 S 54 pedagang L S B B B B B B B B S B B B B S B B S B B 8 baik 8 baik

38 S 42 pedagang L S S B B B B B B B S B B B B B B B B B B 7 baik 10 baik

39 TM 35 sopir angkutan L B B B B B B B B B S B B B B S B B B B B 9 baik 9 baik

40 S 55 sopir angkutan L B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B 10 baik 10 baik

41 KS 45 sopir angkutan L B B B S B B B B B B B S B B B S B B B B 9 baik 8 baik

42 DJ 37 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B B S B B B B B B B 9 baik 9 baik

43 SH 41 sopir angkutan P B S B B B S B B B B B B S B B B B S B B 8 baik 8 baik

44 UL 56 sopir angkutan L B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B 10 baik 10 baik

45 IS 55 sopir angkutan L B B S B B B B B S B B B B B B B B B S B 8 baik 9 baik

46 MR 43 sopir angkutan L B B B S B B B B S B B B B B B B B B S B 8 baik 9 baik

47 IS 35 kenek angkutan L B B B B B S B B B B B B B B B S B B S B 9 baik 8 baik

48 F 36 kenek angkutan L S B B B B S B B B S B B S B B B B S S B 7 baik 7 baik

49 ER 49 sopir angkutan L B S B B B S B B B B B B S B B B B S B B 8 baik 8 baik

50 ML 49 cleaning service P S B B B B B B B B B S B S B S B B S B B 9 baik 6 cukup

51 L 45 sopir angkutan L S B B B B B B B B B S B S B B B B S B B 9 baik 7 baik

52 A 52 sopir angkutan L S B S S B B B B B B B B B B B B B B B B 7 baik 10 baik

53 SA 43 kenek angkutan L S S S B B B B B B S B B B B B B B B B B 6 cukup 10 baik

54 MP 37 pengamen L B S B B B B B B B S B S B B B S B B B B 8 baik 8 baik

55 BS 34 pengamen L B S S B B B B B B B B S B B B B B B B B 8 baik 9 baik


(13)

57 DR 31 tukang parkir L B B S B B B B B S B B B B B B B B B S B 8 baik 9 baik

58 RP 46 tukang parkir L S B B B B S B B S B B B B B B B B B S B 7 baik 9 baik

59 CH 29 kenek angkutan L B B B B B S B B B B B B B B S B B B S B 9 baik 8 baik

60 SJ 38 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B B B B B S B B B B 9 baik 9 baik

61 A 34 sopir angkutan L B B S B B S B B B B B B B B B S B B B B 8 baik 9 baik

62 T 33 sopir angkutan L B B B B B B B B S B B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

63 ES 32 sopir angkutan L S B B S B B B B B B B S S B B B B B B B 8 baik 8 baik

64 AS 41 sopir angkutan L S B B B B B B B B B B S S B B B B B B B 9 baik 8 baik

65 K 52 sopir angkutan L S B B B B B B B B B B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

66 VA 34 cleaning service P B B B S B B B B B B B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

67 KW 33 pedagang L B B B B B B B B B B B B B B S S B B B B 10 baik 8 baik

68 GA 27 pedagang L B B B B B S B B B B B B B B B B B B S B 9 baik 9 baik

69 RZ 31 kenek angkutan L S B B S B B B B B S B B B B B B B B S B 7 baik 9 baik

70 PS 39 sopir angkutan L B B B B B S B B B S S B B B B B B B B B 8 baik 9 baik

71 SA 43 sopir angkutan L B B B B B S B B B B S S B B B B B B B B 9 baik 8 baik

72 SR 51 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B S B B B B B B B B 9 baik 9 baik

73 CN 30 kenek angkutan L S S S B B S B B B B B B B B B B B B B B 6 cukup 10 baik

74 AN 43 kenek angkutan L B S B B B S B B B B B B B B S S B B B B 8 baik 8 baik

75 AS 46 sopir angkutan L S S B B B S B B S B B B B B B B B B B B 6 cukup 10 baik

76 AK 58 sopir angkutan L S B B B B B B B S B B B B B B B B B B B 8 baik 10 baik

77 SB 42 sopir angkutan L B B S B B B B B S B B B B B B B B B S B 8 baik 9 baik

78 AW 36 sopir angkutan L B B B B B B B B B B S B B B B B B B S B 10 baik 8 baik

79 SMH 33 sopir angkutan L B B S B B B B B B B B B B B B B B B S B 9 baik 9 baik

80 DS 32 sopir angkutan L S B B B B S B B B B B B B B B S B B B B 8 baik 9 baik

81 JD 53 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B B B B S B B B B B 9 baik 9 baik

82 K 42 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B B B S B B B B B B 9 baik 9 baik

83 GS 32 kenek angkutan L B B S B B S B B B B B B B S B B B B B B 8 baik 9 baik

84 PS 44 pengamen L S S S B B S B B B B S B B B B B B B B B 6 cukup 9 baik

85 JS 46 pengamen L B B S B B B B B B B S B B B B B B B B B 9 baik 9 baik


(14)

87 PS 53 cleaning service L B B B B B B B B B B B B S B B B B B B B 10 baik 9 baik

88 HS 55 tukang parkir L B B B B B B B B S B B S S B S B B B S B 9 baik 6 cukup

89 PR 39 sopir angkutan L B B B B B S B B B B B S B B S B B B S B 9 baik 7 baik

90 KJ 57 kenek angkutan L B B B S B S B B B B B S B B S B B B S B 8 baik 7 baik

91 KS 59 pedagang L B B B B B S B B B B B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

92 RS 60 cleaning service L B S B B B B B B B S B B B B B B B B B B 8 baik 10 baik

93 LS 61 tukang parkir L B B B B B B B B B S B B B B B B B B B B 9 baik 10 baik

94 LK 29 pengamen L B B B B B B B B B S B B S B B B B B B B 9 baik 9 baik

95 FS 30 sopir angkutan L B B B B B B B B B B B B S S B B B B S B 10 baik 7 baik


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Budiono,S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Tri Tunggak Fajar : Jakarta.

Chung KF. The clinical and pathophysiological chal-lenge of cough. Dalam: Chung KF, Widdicombe J, Boushey H, Penyunting. Cough. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2003. h. 3-10

Chang AB. Causes, assessement and measurement of cough in children. Dalam: Chung KF, Widdicombe J, Boushey H. Penyunting. Cough. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2003. h. 57-73.

Cloutier MM. Cough. Dalam: Loughlin GM, Eigen H. Penyuntings. Respiratory disease in children. Baltimore. Williams & Wilkins 1994

De Jongste, Shields MD. Chronic cough in children. Thorax 2003; 58: 998-1003.

Depkes RI. 200. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta. Fardiaz, S. 2003. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

Hartinah, D. 2011. Tingkat pengetahuan tentang bahaya polusi debu pada pekerja meubel Cv. Accent House Pecangan Jepara

Irwin RS, Boulet LP, 7tier MM. Managing cough as a defense mechanism and as a symptom. A consensus panel report of the American College of Chest Physicians. Chest 1998; 114:133S-181S.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Petunjuk Teknis Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) 2013. Jakarta


(16)

Kristanto, Philip.2013. Ekologi Industri. Penerbit CV Andi Offset. Jakarta

Mukono, H.J. 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Airlangga University Press, Surabaya

Myint, SH. 1994. Common Cold, Asthma and Indoor Air Quality. Indoor Environment 3Basel : Karger A.G

Notoadmodjo,S 2007. Metodologi Pelnelitian Kesehattan. PT.Rineka Cipta; Jakarta.

Santosa G. Pendekatan klinik batuk kronik dan atau berulang pada anak. Pidato pengukuhan Guru Besar. Universitas Airlangga 1991

Sastrawijaya, A.T. 2009. Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Soedomo, M. 2011. Pencemaran Udara. Institut Teknologi Bandung. Bandung Sugiharto, Ign. 2011. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air. CV. Andi


(17)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian 3.2. Definisi Operasional

3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan menunjukkan seberapa besar komunitas kerja di Terminal Amplas mengetahui tentang pencegahan bahaya polusi debu dengan kejadian Batuk Kronik Berulang. Pengetahuan adalah jawaban responden yang berkaitan dengan pencegahan bahaya polusi debu dengan kejadian Batuk Kronik Berulang. Pengetahuan disini akan mencakup pencegahan polusi debu dengan kejadian Batuk Kronik Berulang.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan komunitas kerja di Terminal Amplas tersebut digunakan kuesioner sebagai instrumen. Dalam kuesioner tersebut diajukan 20 pertanyaan dalam bentuk pertanyaan pilihan berganda dengan rincian 10 pertanyaan tentang pengetahuan dan 10 pertanyaan tentang sikap pencegahan, dimana total nilai 20, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar diberi nilai 1, apabila salah tidak diberi nilai (diberi nilai 0).

Selanjutnya dikategorikan atas baik, cukup, dan kurang pada pengetahuan dan sikap pencegahan dengan definisi sebagai berikut:

Tingkat Pengetahuan

Batuk Kronis Berulang Sikap


(18)

Pengetahuan

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang pengetahuan batuk kronis dan bahaya polusi debu (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu 7-10)

b. Cukup, apabila responden mengetahui sebagian tentang pengetahuan batuk kronis dan bahaya polusi debu (skor jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-6)

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang pengetahuan batuk kronis dan bahaya polusi debu (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu 0-3)

Sikap Pencegahan

a. Baik, apabila responden melakukan mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang sikap pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu 7 – 10)

b. Cukup, apabila responden mengetahui sebagian tentang sikap pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang (skor jawaban responden 40 – 75% dari nilai tertinggi yaitu 4 – 6)

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang sikap pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu 0 – 3)

3.2.2 Komunitas Kerja Terminal Amplas

Dalam penelitian ini komunitas kerja yang ingin diteliti yaitu komunitas kerja yang berada di lingkungan Terminal Amplas sekurang kurangnya dalam 9 bulan terakhir yang mencakup dari seluruh jenis kelamin baik pria maupun wanita.


(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. JenisPenelitian

Penelitian ini menggunakan survey deskriptif tentang tingkat pengetahuandansikapterhadaptindakanpencegahan Batuk Kronis Berulang padakomunitas kerja di Terminal Amplas Medan dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional.

4.2. WaktudanTempatPenelitian

Penelitianinidilaksanakanmulaibulan JulisampaibulanAgustus2015 di Terminal Amplas Medan. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang di Terminal Amplas Medan.

4.3. PopulasidanSampel 4.3.1. Populasi

Populasidalampenelitianiniadalahseluruhpekerja di lingkungan Terminal Amplas Medan yang memenuhi kriteria inklusi.

4.3.2. Sampel

Sampeldaripenelitianiniadalahseluruhpekerja baik pria maupun wanita yang bekerja di lingkungan Terminal Amplas Medan

Adapunkriteriainklusidalampenelitianiniadalah: 1. Bisa membaca dan menulis

2. Bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent PengambilansampeldilakukandenganmenggunakanmetodeConsecutive Sampling,yaitupemilihan sample dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi.


(20)

4.4. TeknikPengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang didapatlangsungdarimasing-masingsampelpenelitian. Data diperoleh dengan menggunakn kuesioner yang secara langsung dijawab oleh responden. Data yang didapatkan dari kuesioner adalah mengenai pengetahuan, sikap pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang di komunitas kerja Terminal Amplas Medan.

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner yang disusun secara terstruktur dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknis koelasi “product moment” dan uji Cronbach (croanbach alpha) dengan menggunakan program komputer.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reabilitas kuesioner dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 20 subjek.

Item atau komponen pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar daripada r tabel (0,444). Kuesioner dinyatakan reliable jika mempunyai nilai koefisien Alpha yang lebih besar dari 0,6. Hasil uji validitas dan reabilitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.


(21)

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Cron bach’ s Alpha Status Tingkat Pengetahuan tentang bahaya polusi Debu

1 0,609 Valid

0,772

Reliabel

2 0,702 Valid Reliabel

3 0,610 Valid Reliabel

4 0,483 Valid Reliabel

5 0,483 Valid Reliabel

6 0,713 Valid Reliabel

7 0,496 Valid Reliabel

8 0,637 Valid Reliabel

9 0,610 Valid Reliabel

10 0,496 Valid Reliabel

Sikap Pencegahan terhadap bahaya polusi debu

11 0,931 Valid

0,881

Reliabel

12 0,908 Valid Reliabel

13 0,716 Valid Reliabel

14 0,520 Valid Reliabel

15 0,572 Valid Reliabel

16 0,520 Valid Reliabel

17 0,628 Valid Reliabel

18 0,796 Valid Reliabel

19 0,740 Valid Reliabel

20 0,588 Valid Reliabel

Setelah kuesioner valid dan reliable, peneliti akan membagikan kuesioner pada subjek penelitian yang telah menyetujui informed consent-nya. Apabila jumlah subjek penelitian sudah mencapai jumlah yang diinginkan, maka pencarian subjek dihentikan.


(22)

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Ada dua bagian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu bagian data demografi, pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan pencegahan bahaya polusi debu. Data demografi meliputi nama, usia, dan pekerjaan responden. Kuesioner penelitian ini menggunakan 10 pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan tentang bahaya polusi debu dan 10 pertanyaan mengenai sikap pencegahan terhadap bahaya polusi debu

4.5. PengolahandanAnalisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Menurut Notoadmodjo (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara manual antara lain :

a. Editing (penyuntingan data)

Memeriksa hasil data yang diperoleh dan memperjelas pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan. Bila ada data yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.

b. Coding sheet (membuat lembaran kode)

Lembaran kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual.

c. Data entry (memasukkan data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulating (tabulasi)

Kegiatan membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. 4.5.2. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara ditabulasi untuk diolah lebih lanjut dengan menggunakan perangkat lunak statistik.


(23)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di lingkungan Terminal Amplas Medan, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan. Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumater Utara, terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Kota .Kecamatan Medan Amplas mempunya penduduk sebesar 88.638 jiwa. Luasnya adalah 11,19 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 7.921,18 jiwa/km2. Di kecamatan ini terletak Terminal Terpadu Amplas yang merupakan terminal keluar masuk untk mobil angkutan umum antar kota dan provinsi.

Kecamatan Medan Amplas terletak sebelah Tenggara Kota Medan. Dan batas batas administrasinya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Denai Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kecamatan Medan Johor 5.1.2. Karakteristik responden

Pada penelitian ini, jumlah sampel yang didapat sebagai responden yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 96 orang. Karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan umur, jenis pekerjaan dan jenis kelamin. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(24)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden

Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

15-30 tahun 31-50 tahun 13 63 13,4 65,6

>50 tahun 20 20,8

Total 96 100

Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa mayoritas reponden berumur 31-50 tahun yaitu sejumlah 63 orang (65,6%)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sopir Angkutan Kenek Angkutan Pedagang Petugas Kebersihan Tukang Parkir 51 18 5 7 8 53,1 18,8 5,2 7,3 8,3

Pengamen 7 7,3

Total 96 100

Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa mayoritas responden bekerja sebagai sopir angkutan yaitu sejumlah 51 orang (53,1%)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%)

Pria 91 94,8

Wanita 5 5,2

Total 96 100

Dari Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa jenis kelamin reponden mayoritas adalah pria yaitu sejumlah 91 orang (94,8 %).


(25)

5.1.3. Hasil Analisis Data Analisis Univariat

A. Tingkat Pengetahuan Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang bahaya polusi debu

di Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan.

Jumlah (Orang) Persentase (%) Baik

Cukup

89 7

92,7 7,3

Kurang 0 0

Total 96 100

Berdasarkan Tabel 5.4. diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 89 orang (92,7 %).

B. Sikap Pencegahan Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Sikap Pencegahan terhadap bahaya polusi debu Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan.

Jumlah (Orang) Persentase (%) Baik

Cukup

90 6

93,8 6,3

Kurang 0 0

Total 96 100

Berdasarkan Tabel 5.5. diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai sikap yang baik yaitu sebanyak 90 orang (93.8 %)


(26)

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 orang di komunitas kerja Terminal Amplas Medan paling banyak berumur 31-50 tahun sebanyak 63 orang (65,6%). Menurut teori, semakin tua umur seseorang, maka pengalamannya akan bertambah, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya tentang suatu objek. Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan (Notoadmodjo, 2003)

Pada tabel 5.4 pengetahuan tentang bahaya polusi debu di komunitas kerja Terminal Amplas Medan didapati respondeyang memiliki pengetahuan baik sebesar 92,7%, pengetahuan cukup sebesar 7,3%, dan pengetahuan kurang sebesar 0%. Ini dapat diartikan bahwa responden dapat dikatakan telah memiliki pengetahuan baik tentang bahaya polusi debu di komunitas kerja Terminal Amplas Medan.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: pendidikan, pekerjaan, media masa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2005).

Pada tabel 5.5 sikap pencegahan bahaya polusi debu di komunitas kerja Terminal Amplas Medan didapati responden yang memiliki sikap pencegahan baik sebesar 93,8%, pencegahan cukup sebesar 6,3%, dan pencegahan kurang sebanyak 0%.


(27)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2008), tingkat pengetahuan responden tentang bahaya polusi debu dan perilaku pencegahannya di desa Sidorejo didapatkan presentase sebesar 42,5% yang berpengetahuan baik. Hal tersebut sesuai dengan penelitan ini dimana pengetahuan yang dimiliki responden didapatkan melalui media massa, buku, pengelaman responden, penyuluhan dari Puskesmas, dan informasi tentang bahaya polusi debu dan upaya pencegahannya yang didapatkan dari kerabat terdekat.

Menurut Hartinah (2011), dalam penelitiannya yang bejudul Tingkat pengetahuan tentang bahaya polusi debu pada pekerja meubel Cv. Accent House Pecangan Jepara didapati bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang bahaya polusi debu cukup yaitu sebanyak 14 responden (42,4%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat pengetahuan tentang bahaya polusi debu kurang sebanyak 7% responden (21,2%) serta sisanya berpe ngetahuan bahaya polusi debu baik sebanyak 12 responden (36,4). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian diatas pada Tabel 5.4 didapati responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 89 (92,7%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 7 (7,3%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0 (0%).

Pengetahuan yang kurang tentang bahaya polusi debu dapat disebabkan oleh kurangnya memperhatikan informasi tentang bahaya polusi debu terhadap kesehatan pernafasan. Dampak dari pemaparan debu dianggap hal yang tidak begitu penting untuk diperhatikan karena mereka menganggap hal itu adalah sesuatu yang wajar dan biasa saja. (Hartinah, 2011)


(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan pekerja di lingkungan Terminal Amplas adalah baik sebanyak 89 orang (92.7%).Tingkat sikap pencegahan pekerja di lingkugan Terminal Amplas adalah baik sebanyak 90 orang (93.8%), sikap pencegahan cukup 6 orang (6.3%) dan sikap pencegahan kurang 0 orang (0%).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan

Bagi peneliti di masa akan datang jumlah sampelnya lebih banyak, tempat yang berbeda dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan yang lebih spesifik.Dalam hal ini untuk peneliti di masa yang akan datang diharapkan dapat memperluas cakupan atau meneliti tentang bahaya polusi debu lebih mendalam dari segi teori, dampak, pencegahan, dan lain-lain.

6.2.2 Bagi responden

Diharapkan untuk meningkatkan, atau setidaknya mempertahankan tingkat pengetahuan dan sikap pencegahannya terhadap bahaya polusi debu dengan kejadian batuk kronis berulang.

6.2.3 Institusi

Untuk institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan bahan bacaan.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batuk 2.1.1. Definisi

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab (Chung, 2003). Selain sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat berfungsi sebagai ‘alarm’memberitahu adanya gangguan pada sistem respiratorik atau sistem organ lainnya yang terkait. Hampir semua keadaan yang mengganggu sistem respiratorik dan beberapa gangguan ekstra-respiratorik, memberikan gejala batuk. Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa pasien mencari pertolongan medis (Chung, 2007).

Gangguan yang paling sering adalah kelelahan, insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang, berkeringat, dan inkontinensia urin. Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan mendadak dapat menyebabkan berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ. Batuk tidak selalu berarti patologis atau abnormal. Seperti telah dikemukakan di atas, sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk diperlukan untuk membersihkan jalan napas dari mukus sekresi respiratorik, pada orang dewasa mencapai 30 ml/hari. Walaupun sebagian besar tidak mengalami kelainan paru yang serius, batuk dapat sangat mengganggu dan sulit untuk diatasi. Sampai batas tertentu batuk kronik pada anak adalah normal dan mempunyai prognosis yang baik. Jika batuk kronik yang terjadi sangat sering


(30)

atau berat, maka sangat mungkin terdapat penyakit yang mendasarinya (De Jongste, 2003).

2.1.2. Etiologi

Batuk kronik seringkali secara simultan disebabkan oleh lebih dari satu etiologi. Pada pasien dewasa yang tidak terpajan asap rokok serta gambaran foto toraks tanpa kelainan khusus, penyebab tersering batuk kronik adalah sindrom PND (postnasal drip), asma, dan RGE (refluks gastro-esofagus). Postnasal drip merupakan penyebab tersering batuk kronik, baik sebagai penyebab tunggal atau kombinasi. Pada anak, penyebab tersering batuk kronik adalah asma, IRA (infeksi respiratorik akut) berulang baik atas atau bawah, serta RGE. Penyebab yang lebih jarang adalah anomali kongenital, aspirasi kronik berulang, atau pajanan dengan polutan lingkungan termasuk asap rokok (Irwin, 1998). Pada berbagai hal, keadaan, atau penyakit dapat bermanifestasi sebagai batuk. Sebagian besar etiologi berasal dari sistem respiratorik, namun tidak boleh dilupakan kelainan atau penyakit dari sistem lain yang memberikan gejala batuk. Untuk mendeteksi etiologi batuk, pemahaman tentang mekanisme batuk, termasuk lokasi reseptor batuk sangat penting diketahui. ingat bahwa batuk kronik juga dapat disebabkan oleh kelainan atau penyakit di luar sistem respiratorik. Secara garis besar, batuk kronik pada anak dapat dibagi menjadi 2 kelompok, Batuk kronik non spesifik semata (isolated) tanpa wheezing pada yang relatif tampak sehat Batuk kronik karena terdapat kelainan respiratorik yang serius.

2.1.3. Klasifikasi

Mengenai batasan batuk akut dan kronik terdapat beberapa pendapat. Beberapa penulis mengajukan batas batuk 3 minggu atau lebih sebagai batas batuk kronik. (Irwin, 2008). Penulis lain membagi menjadi 3 kelompok, batuk akut, sub-akut, dan kronik. Kurang dari 2 minggu termasuk batuk akut, antara 2-4 minggu disebut batuk sub-akut, sedangkan lebih dari 4 minggu disebut batuk kronik (Chang, 2003). Terdapat penulis lain mengusulkan batas akut adalah kurang dari 3 minggu, subakut antara 3-8 minggu, dan kronik 8 minggu atau


(31)

lebih. Istilah lain yang berdekatan dengan batuk kronik, yaitu batuk berulang (recurrent cough).

Secara teoritis etiologi batuk kronik berbeda dengan etiologi batuk berulang, sehingga seharusnya dibedakan secara tegas antara kedua hal tersebut. Namun dalam praktek sehari-hari seringkali sangat sulit membedakan kedua hal tersebut. Penyebab batuk tersering pada anak yang dihadapi dalam praktek sehari-hari adalah infeksi respiratorik akut (IRA) yang sebagian besar penyebabnya virus (Chang, 2003). Sebagian IRA karena virus tertentu dapat menyebabkan batuk yang berkepanjangan yang disebut post infectious cough. Bila seorang anak mengalami keadaan ini berulang-ulang akan terlihat sebagai batuk kronik. Terdapat kesulitan dalam membedakan kedua hal tersebut, maka dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak dikenal istilah batuk kronik berulang (BKB) atau chronic recurrent cough. Sebenarnya istilah itu terdiri dari dua pengertian dengan kata penghubung dan/ atau, yaitu tepatnya batuk kronik dan atau batuk berulang. Pengertiannya bila terpenuhi salah satu saja maka sudah bisa dimasukkan sebagai BKB (Santosa, 1991).

2.1.4. Mekanisme batuk

Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik (Irwin, 1998). Bila rangsangan pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk berulang, sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan menyebabkan batuk kronik. Anatomi refleks batuk telah diketahui secara rinci.

Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lokasi reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang telinga tengah, pleura, dan gaster (Chung, 2003). Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak mempunyai resptor batuk (Irwin, 1998). Reseptor ini dapat terangsang


(32)

secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang merangsang), atau secara termal (udara dingin). Mereka juga bisa terangsang oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan lain-lain, juga oleh bronkokonstriksi (Cloutier, 1994).

2.1.5. Pendekatan diagnostik 2.1.5.1.Anamnesis

Langkah awal penilaian batuk kronik adalah menentukan karakteristik batuk. Perlu ditanyakan apakah batuk produktif atau kering, tunggal atau berturutan. Anak kecil tidak selalu bisa mengekspektorasikan dahak, biasanya mereka akan menelan apa yang dibatukkan atau kemudian memuntahkannya (Cloutier, 1994). Pertanyaan lain meliputi kapan batuk, apakah lebih sering terjadi dari pada biasa, apakah timbul pada malam hari, apakah mengganggu tidur, bagaimana bunyi batuk, apakah ada gejala penyerta, (demam, mengi, sesak), dan juga apakah sebelumnya pernah terjadi dengan pola yang sama. Hal lain yang perlu digali, apakah ada hal yang memperberat atau meringankan gejala.

Secara khusus tanyakan pencetus yang lazim pada asma (aktivitas, tertawa, menangis, pajanan udara dingin, perubahan cuaca, debu, asap rokok, asap dapur, asap obat nyamuk, atau rontokan bulu binatang) dan apakah memperburuk gejala (Santosa, 1991). Pertanyaan lain meliputi terapi apa yang pernah didapat, dan bagaimana hasilnya. Respons yang kurang terhadap bronkodilator pada asma seringkali dijumpai akibat dosis tidak adekuat dan waktu pemberian yang tidak tepat. Perlu digali pula adanya gejala lain yang menyertai batuk, apakah anak mengalami gangguan tumbuh kembang, apakah batuk mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup anak. Anamnesis yang baik akan memberikan petunjuk berharga. Sebagai contoh, batuk produktif yang timbul setelah posisi berbaring mengarah ke kemungkinan PND atau refluks GE. Batuk paroksismal mungkin disebabkan oleh pertusis, klamidia, atau benda asing yang terhirup. Batuk berulang disertai mengi disebabkan oleh obstruksi trakeobronkial (misalnya karena asma, benda asing, tumor mediastinum). Batuk yang berkaitan dengan makan atau proses menelan menunjukkan aspirasi ke dalam trakeobronkus. Ini dapat disebabkan oleh refluks GE, gangguan menelan karena kelainan saraf, atau mungkin karena fistel trakeo-esofagus. Batuk disertai suara


(33)

serak atau hilang mungkin karena benda asing di laring, papiloma laring, atau croup. Batuk darah dapat disebabkan oleh batuk hebat yang ditimbulkan oleh sebab apapun. Namun kemungkinan tuberkulosis, bronkiektasis, atau benda asing perlu dipertimbangkan (Cloutier, 1994).

2.1.5.2.Pemeriksaan Fisik

Pada batuk kronik semata tanpa kelainan paru yang serius, pemeriksaan fisis anak dapat normal, tanpa kelainan yang khusus. Namun tetap perlu dicari berbagai kelainan fisis yang khas misalnya nyeri tekan paranasal, tanda cairan atau infeksi di telinga tengah. Tanda-tanda alergi bila ditemukan akan membantu penegakan diagnosis. Pada anak asma, pemeriksaan fisis mungkin menunjukkan peningkatan diameter anteroposterior toraks, retraksi, mengi, atau ronki (Cloutier, 1994). Temuan klinis lain seperti deviasi trakea menunjukkan paru kolaps ipsilateral, atau masa di kontralateral. Gambaran cobblestone di retrofaring, menunjukkan kemungkinan PND kronik. Telinga juga perlu diperiksa secara khusus atas kemungkinan adanya benda asing. Anak balita kadang memasukkan benda-benda kecil ke dalam lubang tubuh termasuk telinga. Seperti kita ketahui, pada sebagian orang di liang telinga tengah dijumpai ujung saraf aurikular (Arnold nerve) yang akan meneruskan rangsangan mekanik ke pusat batuk. Benda asing di telinga atau kadang serumen yang mengeras dapat menimbulkan gejala batuk kronik.

2.1.5.3.Pemeriksaan Penunjang

Foto toraks perlu dibuat pada semua pasien batuk kronik, bila ada foto lama ikut dievaluasi (Cloutier, 1994). Foto toraks perlu dibuat pada hampir semua anak dengan batuk kronik untuk menyingkirkan kelainan respiratorik bawah dan patologi kardiovaskular (Irwin, 1998). Peran uji fungsi paru pada anak terbatas karena banyak anak tidak mampu melakukannya, dan hasil positif tidak selalu menegakkan diagnosis atau memprakirakan respons positif terhadap terapi tertentu. Prevalens tuberkulosis di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia; oleh karena itu skrining tuberkulosis dengan uji tuberkulin perlu dilakukan pada anak-anak, terlebih dengan gejala batuk kronik. Bila dicurigai adanya refluks gastro-esofagus, perlu dilakukan pemeriksaan monitoring 24 jam pH esofagus,


(34)

bila perlu dilakukan pemeriksaan endoskopi (Chung, 2003). Foto sinus paranasalis terindikasi pada pasien dengan IRA disertai sekret purulen, batuk yang bertambah pada posisi telentang, nyeri daerah frontal, dan nyeri tekan / ketok di atas sinus. CT scan sinus lebih dianjurkan terutama untuk anak kecil yang sinusnya belum berkembang sepenuhnya. Foto dengan kontras barium diperlukan pada kasus batuk yang berhubungan dengan pemberian makanan, batuk yang disertai stridor atau mengi yang terlokalisir di saluran respiratorik besar. Pemeriksaan imunologis (IgG, IgE, IgM, IgA) perlu dilakukan pada kasus batuk yang berhubungan dengan otitis berulang, bronkiektasis, atau batuk produktif yang tidak responsif dengan antibiotik.

2.1.6. Tatalaksana

Tata laksana untuk batuk kronik harus ditujukan kepada penyebabnya. Pada pasien dewasa penyebab batuk kronik dapat ditentukan pada hampir seluruh kasus, dan mengarahkan keberhasilan terapi pada sebagian besar di antaranya. Melihat keberhasilan yang tinggi ini terapi batuk non-spesifik perannya sangat terbatas pada tata laksana batuk kronik (Irwin, 1998). Hasil yang sama dapat diharapkan dalam tata laksana batuk kronik pada anak (Cloutier, 1994). Sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, langkah pertama yang perlu dilakukan dalam tata laksana batuk kronik adalah penghentian pajanan dengan asap rokok (merokok pasif). Tata laksana batuk kronik pada anak yang termasuk kelompok I termasuk penjelasan untuk menenangkan pasien dan orang tua, karena batuk biasanya memerlukan waktu 4-8 minggu untuk sembuh (De Jongste, 2003).

Untuk batuk kronik pada pasien anak dengan kelainan respiratorik yang nyata, hasilnya mungkin tidak sebaik dibandingkan kelompok pertama. Batuk yang berhubungan dengan penyakit paru kronik tidak boleh ditekan tetapi diberdayakan. Pasien dan orang tuanya perlu diberi edukasi bahwa batuk merupakan mekanisme alami yang berguna dan melindungi, dan bukannya harus dihentikan dengan cara apapun. Farmakoterapi untuk batuk dibagi dalam dua jenis, yaitu antitusif untuk mencegah, mengendalikan, dan menekan batuk, atau protusif untuk membuat batuk lebih efektif. Terapi antitusif terindikasi bila batuk


(35)

tidak mempunyai manfaat, misalnya batuk yang timbul akibat rangsangan di faring (Irwin, 1998). Antitusif nonspesifik ditujukan kepada gejala bukan kepada penyebab atau mekanisme batuknya, oleh karena itu terapi antitusif perannya sangat terbatas. Obat ini terindikasi hanya bila terapi definitif dan spesifik tidak dapat diberikan, baik karena etiologinya tidak diketahui, batuk yang demikian hebat atau bila terapi definitif tidak akan berhasil, misalnya batuk karena kanker paru (Chung, 2003).

Peran terapi antitusif terbatas karena besar kemungkinan identifikasi etiologi batuk, dan terapi spesifik bisa berhasil. Protusif terindikasi bila batuknya bermanfaat dan perlu diberdayakan, yaitu pada kelainan respiratorik yang menghasilkan banyak sekresi, misalnya bronkiektasis, bronkitis, pneumonia, atelektasis paru. Dari beberapa studi yang dievaluasi beberapa obat protusif yang dinyatakan efektif adalah salin hipertonik, erdostein, dan terbutalin (Irwin, 1998). 2.2. Pencemaran Udara

2.2.1. Definisi Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat. Menurut PP No. 41 Tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimianya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, iritasi pada mata dan kulit. Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan seperti bronkhitis, asma, kanker paru-paru. Gas pencemar yang terlarut dalam udara dapat langsung


(36)

masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya diserap oleh sistem peredaran darah (Kemenlh, 2007).

Pencemaran udara dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu pergesekan permukaan, penguapan, dan pembakaran. Pergesekan permukaan adalah penyebab utama pencemaran partikel padat di udara dan ukurannya dapat bermacam-macam. Penguapan merupakan perubahan fase cairan menjadi gas. Polusi udara banyak disebabkan zat-zat yang mudah menguap, seperti pelarut cat dan perekat. Demikian pula terjadi uap pencemaran jika ada reaksi kimia pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Dan pembakaran merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat dan membebaskan energi, cahaya atau panas (Sastrawijaya, 2009). 2.2.2. Sumber Pencemaran Udara

Sumber polusi utama berasal dari transportasi di mana hampir 60 % dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15 % terdiri dari hidrokarbon. Sumber – sumber polusi lainnya adalah pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain – lain (Fardiaz, 2003).

Bahan pencemar udara atau polutan dibagi menjadi dua bagian (Mukono, 1997) : 1. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:

a. Gas, terdiri dari :

- Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi dan karbon oksida (CO atauCO

2)

- Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida

- Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak

- Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi dan bromin.

b. Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat pun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut


(37)

dapat berasal dari proses kondensasi, proses disperse misalnya proses menyemprot (spraying), maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes), gas dan kabut (mist). Adapun yang dimaksud dengan :

- Asap adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna

- Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan - Uap adalah partikel bentuk gas yang merupakan hasil dari proses

sublimasi, distilasi atau reaksi kimia

- Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air. 2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia dari udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO

2 yang menghasilkan N dan O radikal. Proses kecepatan dan

arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : - Konsentrasi relatif dari bahan reaktan

- Derajat fotoaktivasi - Kondisi iklim

- Topografi lokal dan adanya embun. 2.2.3. Bahan Pencemar dan Dampaknya

Kualitas udara dipengaruhi oleh konsentrasi sejumlah besar zat yang mungkin ada, beberapa terjadi secara alami dan lainnya karena kegiatan manusia. Pencemar yang dikeluarkan dari penambangan dan kegiatan terkait terdiri dari gas dan partikel primer (misalnya debu). Partikel sekunder terbentuk di atmosfer karena reaksi yang melibatkan pencemar utama nonpartikel. Contohnya, pembentukan dalam kepulan dari partikel sulfat dari emisi sulfur dioksida.


(38)

Bahan pencemar partikulat di udara berupa partikel padat debu, suspensi, cairan berupa kabut, lahan, debu Pb, debu asbes dan tetesan asam sulfat yang menyebabkan kurangnya daya pandang dan menyerap sinar matahari. Partikulat ini menyebabkan korosi terhadap alat dan mesin dunia industri, terjadinya erosi gedung-gedung dan gangguan saluran pernapasan manusia. Partikulat yang dihasilkan oleh industri kendaraan bermotor dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti bronkhitis (Suharto, 2011).

Berubahnya kualitas udara akan menyebabkan timbulnya beberapa dampak lanjutan, baik terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, aspek estetika udara, keutuhan bangunan, dan lainnya. Dalam bidang kesehatan, udara yang tercemar dapat menimbulkan insiden penyakit saluran pernapasan meningkat seperti Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA), TBC, memperberat penderita penyakit jantung dan asma, meningkatkan kasus alergi bagi yang hipersensitif terhadap polutan tertentu dan meningkatkan kasus kanker terutama kanker paru.

Menurut WHO dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia tergantung kepada jenis bahan pencemar dan efeknya terhadap masing – masing individu berbeda – beda. Secara umum efek dari bahan pencemar adalah gangguan fungsi paru dan system pernapasan. Menurut Chandra (2007) efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat sebagai berikut :

a. Efek Cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap haemoglobin darah (menjadi methahaemoglobin) yang lebih kuat dibanding daya afinitas O

2sehingga terjadi kekurangan gas

oksigen di dalam tubuh b. Efek Lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan


(39)

oleh pencemaran udara antara lain emfisema paru, black lung disease, asbsestosis, silikosis, bisinosis dan pada anak – anak penyakit asma dan eksema.

Menurut Myint (1994) pencemaran udara diduga sebagai pencetus infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas dan gejala batuk serta pilek merupakan gejala yang mendominasi gambaran kliniknya.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan (Mukono,1997) dapat menyebabkan terjadinya :

1. Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silica menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan

2. Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar 3. Produksi lender dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan 4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan

5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit

6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir

7. Akibat dari semua hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.


(40)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab (Chung, 2003).

Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa pasien mencari pertolongan medis. Gangguan yang paling sering adalah kelelahan, insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang, berkeringat, dan inkontinensia urin. Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan mendadak dapat menyebabkan berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ (Irwin, 1998).

Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Budiono, 2003).

Setiap tenaga kerja harus memperoleh perlindungan diri dari berbagai persoalan disekitar tempat kerjanya dan hal-hal yang dapat menimpa dirinya atau mengganggu dalam pelaksanaan tugasna sehari-hari. Perlindugan tenaga kerja ini betujuan agar para pekerja dapat melakukan tugas sehari-hari dengan rasa aman


(41)

sehingga beban tugas yang diterimanya dapat diselesaikan dengan baik. Upaya perlndungan tenaga kerja perlu ditingkatkan melalui beberapa langkah yaitu perbaikan kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan kerja (Depkes RI 2003).

Diantara gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, salah satunya adalah batuk kronis gangguan (Depkes RI 2003).

Di lingkungan kerja khususnya di bagian terminal mempnyai resiko tinggi yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernafasan. Paparan debu di daerah terminal sebagian besar berasal dari asap kendaraan bermotor. Absorbsi dari partikel asap kendaraan maupun debu terjadi hanya lewat paru-paru melalui mekanisme pernafasan, sebagian partikel debu yang tidak larut akan tertahan di jaringan paru, sedanagkan bagian yang larut terbawa oleh darah kebagian lain dan sebagian terbuang lewat kencing.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan polusi udara perkotaan memberi kontribusi bagi 80.000 kematian setiap tahun. Bahkan WHO dan American Thoracic (ATS) 2005, memaparkan polusi udara menumbulkan penyakit yang terkait respirasi (pernafasan) dan kardiovaskular, terganggunya akivitas harian akibat sakit gejala batuk, sesak dan infeksi saluran pernafasan hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru dan tekanan darah. Salah satu gejala awal gangguan pernafasan yang dapat dicermati adalah seringnya batuk -batuk.

Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraaan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Dampak dari pencemaran tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang bedampak negatif terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, besarnya masalah yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap kesehatan manusia harus diperhatikan.

Hasil pengukuran udara ambien di terminal Giwangan Kota Yogyakarta tahun 2007 oleh Dinas Lingkungan Hidup kota Yogyakarta selama 24 jam


(42)

menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 202,39 ug/m3 dan SO2sebesar 289,87 µg/m3 dan NO2sebesar 139,38 µg/m3, hal ini memperlihatkan bahwa masing masing zat pencemar telah mendekati nilai baku mutu yang dipersyaratkan. (Sukirno, 2009)

Hasil penelitian pengukuran udara ambien di terminal Amplas Medan tahun 2001 oleh Edinton Sidabukke, SKM mahasiswa FKM USU selama pengukuran 24 jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 2,11 mg/m3, hal ini menunjukkan konsentrasi debu di terminal Amplas tahun 2001 sudah melebihi Nilai Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999.

Terminal bus sebagai tempat persinggahan bus yang baru tiba maupun yang akan berangkat, dapat dipastikan terminal memiliki konsentrasi perncemaran yang tinggi dibanding daerah pemukiman. Disamping sebagai tempat lalu lalang berbagai kendaraan dan bus, di terminal juga dapat ditemui pedagang, warung makanan dan minuman, kios kios, dan jasa seperti tukang tambal ban dan sebagainya. Mereka berada di terminal selama 8 sampai 24 jam, dan memiliki kemungkinan besar terpapar oleh pencemar.

Berkaitan dengan upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja, penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu upaya dalam pengendalian bahaya di tempat kerja sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun pengendalian administratif (Budiono, 2003).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan terhadap polusi debu di komunitas kerja Terminal Amplas Medan.


(43)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan bahaya polusi debu dengan kejadian Batuk Kronis Berulang pada komunitas kerja Terminal Amplas Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang bahaya polusi debu pada komunitas kerja Terminal Amplas Medan.

2. Mengetahui sikap pencegahan terhadap bahaya polusi debu pada komunitas kerja Terminal Amplas Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran kepada komunitas pekerja tentang pentingnya pencengahan bahaya polusi udara dalam rangka penurunan angka kejadian Batuk Kronis Berulang

2. Meningkatkan kesadaran komunitas pekerja tentang bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang

4. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.


(44)

ABSTRAK

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier. Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab.

Penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Sample random sampling artinya pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap unit sampel yang terpilih. Data yang telah diumpul diperiksa. Setelah data di periksa, data dimasukkan ke program SPSS untuk menentukan seberapa besar tingkat pengetahuan dan sikap pengecahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang.

Distribusi pengetahuan lingkungan kerja Terminal Amplas berpengetahuan baik sebanyak 89 orang (92.7%), berpengetahuan cukup 7 orang (7.3%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%). Distribusi sikap pencegahan lingkugan kerja Terminal Amplas melakukan sikap pencegahan baik sebanyak 90 orang (93.8%), sikap pencegahan cukup 6 orang (6.3%) dan sikap pencegahan kurang 0 orang (0%).


(45)

ABSTRACT

Cough is spending a number of abrupt air volume of the thoracic cavity through the epiglottis and mouth. The mechanism through which the air flow generated very quickly which can throw out the existing material along the respiratory tract, especially the big channel. Thus cough plays an important role as one of the major mechanisms of respiratory defense. Another mechanism that works together with a cough is mukosilier clearance. Coughing would prevent aspiration of solid or liquid foods and various other foreign matter from the outside. Coughing will also carry out an excessive secretion produced in the respiratory tract, especially when there is inflammation by various causes.

This research uses random sampling techniques. Sample random sampling means sampling is done randomly by providing equal opportunity to each sample unit selected. The data has been diumpul examined. Once the data is in check, the data is entered into SPSS to determine how much the level of knowledge and attitudes prevention danger of dust pollution on the incidence of Recurrent Chronic Cough.

Distribution of knowledge work environment Terminal Sandpaper well knowledgeable as many as 89 people (92.7%), knowledgeable enough 7 (7.3%) and much less knowledgeable 0 (0%). Distribution of environmental prevention work attitude Terminal Sandpaper do good preventive attitude as much as 90 people (93.8%), prevention attitude quite 6 (6.3%) and the lack of prevention attitude 0 (0%).


(46)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN TERHADAP POLUSI DEBU DI KOMUNITAS KERJA TERMINAL AMPLAS MEDAN

OLEH :

REZKY PRIANKA BAGASKARA 120100045

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(47)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN TERHADAP POLUSI DEBU DI KOMUNITAS KERJA TERMINAL AMPLAS MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedoteran

OLEH :

REZKY PRIANKA BAGASKARA 120100045

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(48)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN TERHADAP POLUSI DEBU DI KOMUNITAS KERJA TERMINAL AMPLAS MEDAN

Nama : Rezky Prianka Bagaskara

NIM : 120100045

Pembimbing

( Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes ) NIP. 196906091999032001

Penguji I

( dr. Putri C Eyanoer, MS. Epi, PhD )

NIP. 197209119992001

Penguji II

( Prof. dr. Bidasari Lubis, Sp.A(K) )

NIP. 19530315197922001

Medan, Januari 2016

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH )


(49)

ABSTRAK

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier. Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab.

Penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Sample random sampling artinya pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap unit sampel yang terpilih. Data yang telah diumpul diperiksa. Setelah data di periksa, data dimasukkan ke program SPSS untuk menentukan seberapa besar tingkat pengetahuan dan sikap pengecahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang.

Distribusi pengetahuan lingkungan kerja Terminal Amplas berpengetahuan baik sebanyak 89 orang (92.7%), berpengetahuan cukup 7 orang (7.3%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%). Distribusi sikap pencegahan lingkugan kerja Terminal Amplas melakukan sikap pencegahan baik sebanyak 90 orang (93.8%), sikap pencegahan cukup 6 orang (6.3%) dan sikap pencegahan kurang 0 orang (0%).


(50)

ABSTRACT

Cough is spending a number of abrupt air volume of the thoracic cavity through the epiglottis and mouth. The mechanism through which the air flow generated very quickly which can throw out the existing material along the respiratory tract, especially the big channel. Thus cough plays an important role as one of the major mechanisms of respiratory defense. Another mechanism that works together with a cough is mukosilier clearance. Coughing would prevent aspiration of solid or liquid foods and various other foreign matter from the outside. Coughing will also carry out an excessive secretion produced in the respiratory tract, especially when there is inflammation by various causes.

This research uses random sampling techniques. Sample random sampling means sampling is done randomly by providing equal opportunity to each sample unit selected. The data has been diumpul examined. Once the data is in check, the data is entered into SPSS to determine how much the level of knowledge and attitudes prevention danger of dust pollution on the incidence of Recurrent Chronic Cough.

Distribution of knowledge work environment Terminal Sandpaper well knowledgeable as many as 89 people (92.7%), knowledgeable enough 7 (7.3%) and much less knowledgeable 0 (0%). Distribution of environmental prevention work attitude Terminal Sandpaper do good preventive attitude as much as 90 people (93.8%), prevention attitude quite 6 (6.3%) and the lack of prevention attitude 0 (0%).


(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penilis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rezeki, rahmat dan karunia berlimpah yang telah diberikan, tanpa-Nya karta tulis ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Bahaya Polusi Debu terhadap Kejadian Batuk Kronis Berulang di Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan.” Dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian karya ini dimulai dari penentuan judul hingga terbentuk sebuah hasil penelitian, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik

3. Ibu dr. Putri C. Eyanoer, Ms. Epi dan Ibu Prof.Dr.Bidasari Lubis, SpA(K) selaku dosen penguji yang telah memberi ide, kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik

4. Ibu dr. Aridamuriany D Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A (K) selaku dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis persembahkan untuk orang tua penulis, ayahanda H. Rifnaldi dan ibunda ibunda Hj. Mika Dwi Fitri Yeni, serta saudara saya Ibnu Aulia Matondang, SH dan Keyka Primadizi Clara Citra atas doa, perhatian


(52)

dan dukungan tanpa henti yang selama ini dan akan terus penulis terima

6. Teman tedekat saya yang selalu mendukung khususnya Atikha Aprilia Harahap

7. Teman-teman seangkatan di FK USU, Arif Darmawan, Rian Satria, Umar Ar Rasyidin Lubis, Wahyudhi Simatupang, Rama Dhanianda Siregar, Yovi Eko Azhra, Tengku Mafazi Faruqi, Luthfi Wal Ikram, M. Ikhsan Fadillah, Arjumado Azhrah Harahap, Roy Rinaldi Marpaung, M. Yusuf Adira Putra, Hansel Ardy Parulian Tabunan, M. Reza Hakim Nasution, Andrea Agitha Tarigan, Syekh Ahmad Arafat Husain, Baginda Asyraf Hasibuan, Abraham Sihotang, Kiko Michael Valentino Sihombing, M. Arief Fadhillah Aulia, M. Nasir Nasution, Sergio Pratama Tarigan, Dimas Sofani Lubis, Farid Maulana Nasution, Milla Shera Perangin-perangin, Ferbrina Fajria, teman-teman angkatan 2012 lainnya, kelompok praktikum A-6, serta seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuan, dukungan, cerita, pengalaman dan keceriaan selama tujuh semester menjalani pendidikan di sini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah berupa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun struktural. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritis dan saran yang membangung demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Kedokteran.

Medan, 14 Desember 2015


(53)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Batuk ... 4

2.1.1. Defenisi ... 4

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Klasifikasi... 5

2.1.4. Mekanisme ... 6

2.1.5. Pendekatan Diagnostik ... 7

2.1.5.1. Amamnesis... 7

2.1.5.2. Pemeriksaan Fisik ... 8


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Batuk ... 4

2.1.1. Defenisi ... 4

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Klasifikasi... 5

2.1.4. Mekanisme ... 6

2.1.5. Pendekatan Diagnostik ... 7

2.1.5.1. Amamnesis... 7

2.1.5.2. Pemeriksaan Fisik ... 8


(2)

2.1.6. Tatalaksana ... 9

2.2. Pencemaran Udara ... 10

2.2.1. Defenisi Pencemaran Udara ... 10

2.2.2. Sumber Pencemaran Udara... 11

2.2.3. Dampak Terhadap Kesehatan ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

3.2.1. Pengetahuan... 15

3.2.2. Komunitas Kerja Terminal Amplas ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel... 17

4.3.1. Populasi ... 17

4.3.2. Sampel ... 17

4.4. Tenik Pengumpulan Data ... 18

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 18

4.4.2. Instrumen Penelitian ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.5.1. Pengolahan Data ... 20

4.5.2. Analisis Data ... 20

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2. Karakteristik responden... 21

5.1.3. Hasil analisis data ... 23

5.2. Pembahasan ... 23


(3)

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 25

6.2.1. Bagi Peneliti Lanjutan ... 25

6.2.2. Bagi responden ... 25

6.2.3. Institusi ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR SINGKATAN

ATS : American Thoracic

BKB : Batuk Kronis Berulang

CT : Cephalo Toraks

DEPKES : Departemen Kesehatan

Ig : :Immunoglobulin

IRA : Infeksi Respiratorik Akut

KONIKA : Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak PND : Peripheral Nervus Disease

RGE : Refluks gastro-esofagus

WHO : World Health Organization


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 21

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden... 24

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ... 24

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 24

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan ... 25

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Sikap Pencegahan Komunitas Kerja Terminal Amplas Medan ... 25

Tabel 5.6. Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan bahaya polusi debu terhadap kejadian Batuk Kronis Berulang di komunitas kerja Terminal Amplas Medan. ... 26