Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih,
serta makanan padat seperti pisang bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim
(Ambarwati, 2009).
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja, termasuk kolostrum tanpa
tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air
matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Cunningham,
2006).
Dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja
kepada bayinya sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan
tambahan atau cairan lain apapun seperti susu formula, air putih, jeruk, madu, dan
lain-lain.
Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan sering terdapat produksi
kolostrum susu ibu. Setelah lahir waktu bayi mulai menghisap, maka suplai air susu
meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal sekitar 100 ml tersedia pada hari
kedua dan ini meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua. Produksi air susu ibu
yang paling efektif biasanya dicapai 1-14 hari setelah melahirkan. Selanjutnya bayi

yang sehat mengkonsumsi sekitar 700-800 ml per 24 jam. Namun demikian konsumsi

10

Universitas Sumatera Utara

bayi bervariasi antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi kurang dari
600 ml atau bahkan sampai satu liter selama 24 jam meskipun keduanya mempunyai
laju pertumbuhan yang sama. Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah
air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml
dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi.
Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah
pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan lemak dalam
tubuhnya, yang akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai
sumber energi selama menyusui. Terkadang peningkatan jumlah produksi konsumsi
pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Ibu yang
kekurangan gizi sering menurun jumlah produksi air susunya sehingga dapat
berakibat fatal bagi bayi yang sangat muda. Ibu yang kekurangan gizi biasanya
memiliki bayi yang mengalami marasmus dini pada bayi berumur sampai enam bulan
yang hanya diberi ASI (Almatsier, 2011).

2.1.1

Zat-zat yang Terkandung dalam ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi secara

khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat
daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri dari :
1. Laktosa (Karbohidrat)
a. Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan
penting sebagai sumber energi.

Universitas Sumatera Utara

b. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat
dalam ASI murni.
c. Sebagai

sumber

meningkatkan


penghasil

penyerapan

energi,
kalsium

sebagai
dalam

karbohidrat
tubuh.

utama

Merangsang

tumbuhnya laktobasilus bifidus.
d. Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan mikro

organisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit atau gangguan kesehatan.
e. Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang
berperan dalam perkembangan sistem saraf.
f. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium dimasa
pertumbuhan bayi.
g. Komposisi dalam ASI laktosa -7gr/100ml.
2. Lemak
a. Lemak merupakan zat besi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber
utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi.
b. Berfungsi sebagai penghasil kalori/energi utama, menurunkan resiko
penyakit jantung di usia muda.
c. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak essensial yaitu :
linoleat dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi
menjadi AA dan DHA

Universitas Sumatera Utara

1) Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA) adalah
asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids)

yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
2) Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk
menjamin pertumbuhan dan kecedasan anak.
3) Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa
dari substansi pembentukan (precursor) yaitu masing-masing dari
Omega 6 (asam linoleat).
4) AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan bayi.
5) AA dan DHA merupakan zat yang didapat dari perubahan Omega-3
dan Omega-6 yang berfungsi untuk otak janin dan bayi.
d) Lemak : 50% tinggi pada ASI premature, asam lemak esssensial.
e) Komposisi dalam ASI : lemak 3,7-4,8 gr/100ml.
f) Ciri khas lemak dalam ASI secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya.
2) Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali dihisap oleh bayi dan
hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit
pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian.
3) Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan
terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi
yang diperlukan.


Universitas Sumatera Utara

4) Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang
yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna
karena mengadung enzim lipase.
5) Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
6) Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah
rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit
menyerap lemak PASI sehingga bayi lebih mudah diserang penyakit
diare.
7) Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya
dengan PASI yaitu 6:1.
8) Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh
tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf otak
bayi.
3. Protein
a. Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi.
b. Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai

pembentuk struktur otak.
c. Protein dalam susu adalah Whey dan Casein/kasien.
1) ASI memiliki perbedaan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk
bayi yaitu 65:35. Hal ini merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi.

Universitas Sumatera Utara

2) Komposisi ini menyebabkan ASI lebih mudah diserap .
3) Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whey/casein
adalah 20:80 sehingga tidak mudah diserap.
4) Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein (yang
merupakan protein utama pada susu sapi).
d. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu sistin, taurin, triptofan dan
fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan.
e. Sistin dan taurin merupakan dua macam asam amino yang tidak terdapat
dalam susu sapi.
1) Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik
2) Taurin Neotransmitter yang baik untuk perkembangan otak anak.
− Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam

ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak.
− Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin
akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
f. Komposisi Protein dalam ASI adalah 0,8-1,0 gr/ml
g. Ciri khas dalam ASI secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI.

Universitas Sumatera Utara

2) Namun demikian protein ASI sangat cocok karena umur didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein
unsur whey.
3) Perbandingan protein unsur whey dan casein didalam ASI adalah
80:40, sedangkan dalam PASI 20:80.
4) Artinya protein dalam PASI hanya sepertiganya protein ASI yang
dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua
kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi.
5) Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan
defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya

makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
4.

Garam dan Mineral
a. ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya lebih
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi selama 6 bulan.
b. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.
− Zat besi : zat yang membantu pembentukan darah untuk
menghindari bayi dari penyakit kurang darah (anemia).
− Ferum : Fe rendah tapi mudah diserap
c. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya lebih tinggi, tetapi
sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan memperberat kerja

Universitas Sumatera Utara

usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan

pertumbuhan


bakteri

yang

merugikan

sehingga

mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan gelisah
karena obstipasi atau gangguan metabolisme.
5. Vitamin
a. ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi.
b. ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru
lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
c. Vitamin-vitamin tersebut adalah vitamin ADEK antara lain :
− Vitamin A yang sangat bergunan bagi penglihatan bayi.
− Vitamin D
− Vitamin E terdapat dalam kolostrum.

− Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembentukan
darah dalam ASI dalam jumlah yang cukup dan mudah diserap.
Karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin
K, maka setelah lahir bayi diberikan tambahan vitamin K.
(Maryunani, 2012).
2.1.2 Kandungan ASI sebagai Zat Pelindung
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. ASI
mengandung beberapa zat pelindung berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

1. Faktor Bifidus


Faktor bifidus yaitu fasilitas pertumbuhan lactobacillus bifidus
(melawan bakteri pathogen dalam usus).



Zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri lactobacillus
bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau
penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi beberapa jenis bakteri
merugikan seperti keluarga coli.



Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus.

2. Lactobacillus bifidus


lactobacillus

bifidus

berfungsi

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit dan gangguan kesehatan.


Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Laktoferin
− Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi


Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan.

− Laktoferin menyerap Fe dari saluran pencernaan.

Universitas Sumatera Utara

4. Lysosim
− Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
− Lysosim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan antiinflamatory.
− Lysosim sangat bermanfaat untuk mengurangi karies dentis dan
maloklusi serta dapat memecahkan bakteri yang merugikan.
5. Immunoglobulin (antibodi)
− Immunoglobulin A (lg.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori lg.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri
patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
− Susu formula hanya sedikit mengandung Immunoglobulin, dan
sebahagian besar merupakan jenis yang salah. Selain itu tidak
mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup.
6.

Sel-sel darah putih hidup
Sel darah putih pada ASI dalam 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil (Maryunani, 2012).

2.1.3 Perbedaan ASI dan Susu Formula
Beberapa perbedaan yang terdapat pada ASI dan susu formula, dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Keunggulan ASI Dibandingkan dengan Susu Formula
Keunggulan
ASI
Sumber gizi
sempurna

Mudah dicerna

ASI

Susu Formula

Mengandung zat gizi berkualitas
tinggi
yang
berguna
untuk
pertumbuhan dan kecerdasan bayi,
antara lain:
− Faktor
pembentukan
otak
terutama DHA.
− ASI mengandung whey lebih
banyak daripada casein.
Pembentukan enzim pencernaan
bayi baru sempurna pada usia
kurang dari 5 bulan. ASI mudah
dicerna bayi karena mengandung
enzim-enzim yang dapat membantu
proses pencernaan.

Tidak seluruh zat gizi yang
terkandung
didalamnya
dapat diserap oleh tubuh
bayi.

Sulit dicerna karena tidak
mengandung
enzim
pencernaan.
Akibatnya
lebih
banyak
sisa
pencernaan
yang
dihasilkan dari proses
metabolisme.
Komposisi
Komposisi zat gizi sejak hari Komposisi zat gizinya
sesuai
pertama menyusui biasanya berubah selalu sama untuk setiap
kebutuhan
dari hari ke hari. Komposisi ASI kali minum.
pada saat mulai menyusui (fore
milk) berbeda dengan komposisi
pada akhir menyusui (hind milk).
Kandungan protein fore milk
(berwarna bening dan encer) tinggi
tetapi kandungan lemaknya rendah
dibandingkan dengan hind milk
(berwarna bening dan kental), maka
disarankan agar tidak terlalu cepat
memindahkan bayi untuk menyusu
pada payudara yang lain, bila ASI
pada payudara yang sedang
diisapnya belum habis.
Cita rasa
Cita rasa bervariasi sesuai dengan Bercita rasa sama dari
bervariasi
jenis senyawa atau zat yang waktu ke waktu
terkandung didalam makanan dan
minuman yang dikonsumsi ibu.
Sumber : Maryunani, 2012

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Manfaat Pemberian ASI
Pemberian ASI bukan bermanfaat bagi bayi saja, tetapi juga bagi ibu,
keluarga, dan negara. Adapun penjelasan manfaat pemberian ASI tersebut adalah
untuk :
a. Bayi yaitu ASI mengandung protein yang spesifik melindungi bayi dari alergi;
secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia bayi; ASI
bebas kuman karena diberikan secara langsung; suhu ASI sesuai dengan
kebutuhan bayi; ASI lebih mudah dicerna dan diserap usus bayi; ASI
mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan;
menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu otot pipi yang baik.
b. Ibu yaitu mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula; mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum
hamil; menunda kesuburan; menimbulkan perasaan dibutuhkan; mengurangi
kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
c. Keluarga yaitu aspek ekonomi, penghematan dana untuk membeli susu
formula; aspek psikologi, bertambahnya kebahagian keluarga sehingga suasana
kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga;
Aspek kemudahan, menyusui sangat praktis karena dapat diberikan kapan dan
dimana saja.
d. Negara yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi; menghemat
devisa negara dalam hal pembelian susu formula; mengurangi subsidi untuk
rumah sakit; peningkatan kualitas generasi penerus (Ambarwati, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Mekanisme Hormonal Pemberian ASI
Ada dua refleks pada ibu dalam proses pemberian ASI yaitu refleks prolaktin
dan aliran, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Refleks Prolaktin, sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba pada puting susu
terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent di bawa ke hipotalamus
di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang di sekresi dan
jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus hisapan yaitu frekuensi,
intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
b. Refleks aliran (Let Down Reflex), rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat
menyusui selain memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon
prolaktin, juga memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin
yang dilepas ke dalam darah untuk membuat otot polos yang mengelilingi
alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air dari alveoli, duktulus
dan sinus menuju puting susu (Bobak, 2005).
2.1.6 Aspek dalam Pemberian ASI
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan sehingga mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif, adalah sebagai berikut :
a. Aspek Pemahaman dan Pola Pikir
ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada
bandingnya meskipun susu formula mahal. Rendahnya tingkat pemahaman

Universitas Sumatera Utara

tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan
kurangnya informasi.
b. Aspek Gizi
ASI mengandung nutrisi lengkap yang di butuhkan oleh bayi hingga 6 bulan
pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi disebut
kolostrum (cairan kekuningan) yang sungguh tidak ternilai harganya dan
banyak mengandung zat kekebalan terutama Immunoglobin A (IgA) yang
berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi serta diare. Kadar
protein yang dikandung kolostrum lebih tinggi dibandingkan ASI matang atau
matur. Efek laksasif yang dihasilkan oleh kolostrum dapat membantu bayi baru
lahir untuk mengeluarkan mekonium dari ususnya.
c. Aspek Pendidikan
Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama
bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan
bayi tanpa memperhatikan aspek lain. Memberikan ASI eksklusif pada awal
kehidupan bayi terlebih saat otaknya masih bersifat plastis, merupakan hal yang
sangat penting karena mengandung DHA (Dukosa Heksanoat Asam) dan AA
(Arakhidonat Asam). Hal tersebut harus diketahui oleh semua ibu hamil dan
menyusui sehingga bayi mendapat nutrisi terbaik sejak awal kehidupannya.
d. Aspek Imunologik
Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti infeksi yang bersih dan
bebas kontaminasi. Kadar IgA dalam kolostrum sangat tinggi. Meskipun IgA

Universitas Sumatera Utara

tidak diserap oleh tubuh bayi tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri
pathogen Eschericia coli (E. Coli) dan berbagai kuman pada saluran
pencernaan. Laktoferin yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel
kelenjar payudara bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri),
karena merupakan glikoprotein yang dapat mengikat besi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri aerob seperti stafilococcus dan E.
Coli ( Cunningham, 2006).
e. Aspek Psikologis
Secara psikologis, menyusu mengandung tiga hal penting, yaitu :
1. Dapat membangkitkan rasa percaya diri karena ibu mampu menyusui dengan
produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Ibu juga merasa bangga
dapat menyusui bayinya karena sesuai dengan kodratnya sebagai wanita
2. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat tergantung pada integritas ibu
dan bayi. Kasih sayang, rasa aman, dan tenang dari ibu sehingga bayi bisa
lebih agresif menyusui. Dengan demikian, gizi yang diperoleh bayipun
semakin banyak dengan adanya interaksi tersebut
3. Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan
rasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan
mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam
rahim. Dapat disimpulkan bahwa aktifitas menyusui bayi dapat membentuk
ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi dan dapat menghadirkan perasaan
aman serta tenang.

Universitas Sumatera Utara

f. Aspek Kecerdasan
Para ahli gizi sependapat bahwa ASI mengandung DHA dan AA yang
dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama kepada bayi memiliki dampak yaitu memungkinkan asupan gizi
menjadi lebih maksimal sehingga membantu mengoptimalkan perkembangan
sistem saraf otak yang berperan meningkatkan kecerdasan bayi.
g. Aspek Neurologis
ASI dapat mengkoordinasi syaraf pada bayi yang terkait dengan aktivitas
menelan, menghisap dan bernafas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi
resiko gangguan sesak nafas pada bayi baru lahir atau terjadinya asma pada
anak pra sekolah, mencegah gejala hipersekresi bronkus atau suara nafas yang
tidak teratur pada bayi, tidak mudah batuk dan mencegah terjadinya infeksi
saluran pernafasan.
h. Aspek Biaya
Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif dapat
mengurangi biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli susu formula
beserta peralatannya (Maryunani, 2012).
2.1.7 Cara Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
ASI eksklusif tetap dapat diberikan meskipun ibu bekerja. Adapun cara
pemberian ASI eksklusif bagi ibu bekerja dan cara menyimpan ASI akan di bahas di
bawah ini sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Cara pemberian ASI oleh ibu bekerja yaitu :
a. Sebelum berangkat bekerja bayi harus disusui terlebih dahulu
b. Bila memungkinkan ibu pulang untuk menyusui bayinya
c. Setelah ibu pulang dari tempat kerja, sebaiknya bayi segera disusui dan
lebih tingkatkan frekuensi untuk menyusui pada malam hari
d. Disaat waktu luang, sempatkan untuk memompa atau menampung ASI
menggunakan tangan dengan cara :
− Tangan dicuci sampai bersih
− Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air bersih
− Payudara dikompres dengan handuk yang hangat
− Pijat payudara dengan lembut menggunakan tangan dari pangkal ke
arah ujung payudara
− Kemudian dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kalang
payudara diperas
− Ulangi tekan – peras – lepas – tekan – peras – lepas
− Pada mulanya ASI tidak akan keluar, tetapi setelah beberapa kali maka
ASI akan keluar
− Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara di semua sisi, agar
yakin bahwa ASI telah diperas dari setiap arah payudara
2. Cara menyimpan ASI

Universitas Sumatera Utara

a. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/plastik, termasuk plastik klip ± 80100 cc
b. ASI yang disimpan dalam freezer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak
digunakan lagi setelah 2 hari
c. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 40C
d. ASI beku tidak boleh dimasak/dipanaskan, hanya dihangatkan dengan
merendam dalam air hangat
e. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah:
− Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
− Setelah diperas, ASI disimpan dalam lemari es/ freezer
− Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas
ASI yang dikeluarkan dapat bertahan di udara terbuka/bebas selama 6-8 jam,
di lemari es 24 jam, di freezer selama 6 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari es
tidak boleh dipanasi karena nutrisinya akan hilang, cukup didiamkan saja atau
dihangatkan dengan merendam dalam air hangat (Maryunani, 2012).

2.2.

Faktor - faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

2.2.1. Karakteristik Ibu
1) Umur

Universitas Sumatera Utara

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penelitian. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2003).
Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai
dengan ulang tahunnya yang terakhir. Umur merupakan konsep yang masih abstrak
bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya. Seseorang mungkin
menghitung umur dengan tepat tahun dan kelahirannya, sementara yang lain
menghitungnya dalam ukuran tahun saja.
Umur reproduksi sehat dikenal sebagai saat yang tepat dalam kehamilan,
persalinan dan menyusui yaitu umur 20-35 tahun dan dianggap sangat mendukung
dalam pemberian ASI eksklusif. Umur kurang dari 20 tahun dianggap masih belum
matang secara fisik, mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan
dan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun dianggap
juga berbahaya karena alat reproduksi dan fisik ibu sudah jauh berkurang ataupun
menurun sehingga dapat mengakibatkan resiko bawaan pada bayinya dan dapat
meningkatkan penyulit pada kehamilan, persalinan dan nifas (Fraser, 2009).
2) Pendidikan
Pendidikan adalah satu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Pendidikan memiliki peranan yang
penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan

berhubungan

dengan

pengetahuan

ibu

menyusui dalam

memberikan ASI eksklusif karena tingkat pengetahuan ibu yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibanding pendidikan yang
rendah.
Hasil penelitian Subur, dkk (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Semakin rendah pendidikan maka
semakin rendah kemampuan dasar seseorang dalam berfikir mengambil keputusan
khususnya dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Diharapkan orang
yang bersangkutan memiliki kecakapan atau pengetahuan kerja yang bertambah baik
dan memiliki ketrampilan kerja baik kualitas dan kuantitas. Pada umumnya, semakin
baik pekerjaan ibu maka semakin tinggi juga pengetahuan dan pengalamannya
(Notoadmodjo, 2003).
Pekerjaan diperkirakan dapat memengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu
dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan ibu yang bekerja lebih baik dari yang
tidak bekerja karena ibu yang bekerja memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi khususnya tentang ASI eksklusif. Terhentinya pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang bekerja terjadi karena habisnya masa cuti melahirkan selama
tiga bulan. Sebagian ibu kesulitan menyusui bayinya maupun memerah ASI di tempat
kerja. Selain padatnya aktifitas kerja, masih sedikit perusahaan yang menyediakan

Universitas Sumatera Utara

tempat khusus untuk menyusui bayi ataupun memerah ASI. Bila tidak diperah secara
teratur, produksi ASI akan segera menurun. Ketidaktahuan ibu tentang manajemen
laktasi, seperti cara memerah dan menyimpan ASI, turut menghambat proses
menyusui. Banyak ibu tidak percaya diri bahwa produksi ASI-nya mencukupi
sehingga memberi susu formula kepada bayinya (Kompas, 2012).
Bagi ibu yang bekerja di luar rumah, menyusui merupakan masalah karena
harus meninggalkan rumah selama berjam-jam. Sebelum berangkat bekerja, ibu harus
menyusui bayi dengan kedua payudara dan setelah pulang dari tempat kerja
dianjurkan untuk segera menyusui kembali. Di tempat kerja ibu juga bisa
mengeluarkan ASI-nya baik dengan tangan atau pompa. Hal ini perlu dilakukan
untuk menghindari pembengkakan payudara dan memberi kesempatan payudara
supaya kosong. Karena dengan pengeluaran ASI berarti tetap ada rangsangan pada
aerola (pengganti isapan bayi) sehingga hormon prolaktin tetap aktif berfungsi
(Maryunani, 2012).
Hasil penelitian Sugiarti (2011) didapatkan adanya hubungan yang bermakna
antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Rohani (2007) menunjukkan signifikan nilai p = 0,029 sehingga pekerjaan
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu yang bekerja cenderung untuk
tidak memberikan ASI eksklusif karena mereka terlalu sibuk dan tidak bisa
meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka
membiasakan menyusu dengan botol dengan susu formula atau memberikan makanan
tambahan sejak dini kepada bayinya.

Universitas Sumatera Utara

4) Paritas
Paritas adalah rata-rata anak dilahirkan hidup oleh seorang wanita subur yang
pernah kawin pada tahun tertentu. Hubungan paritas dengan pengetahuan sangat erat
kaitannya, dimana berdasarkan penelitian semakin banyak paritas, kemungkinan akan
bertambah pula pengetahuan ibu tentang jumlah anak ibu yang dapat memberikan
pemenuhan kesehatan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).
5) Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan.
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih luas dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).
Informasi yang salah tentang pentingnya ASI membuat para ibu tidak berhasil
dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Sekelompok yang peduli ASI secara
konsisten terus menerus menyuarakan pentingnya pemberian ASI di awal kehidupan
bayi. Mereka yakin bahwa rendahnya keberhasilan pemberian ASI eksklusif
dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu.
Hasil penelitian Subur, dkk (2012) berdasarkan uji korelasi rank spearman
maka diperoleh nilai sig=0,000 yang menunjukkan bahwa korelasi bermakna antara
pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Nilai koefisien korelasi rank

Universitas Sumatera Utara

spearman 0,836 menunjukkan bahwa korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang
sangat kuat.
2.2.2 Dukungan Keluarga
Peranan keluarga dalam memberikan dukungan kepada ibu sangat dominan
berhubungan dengan perilaku ibu. Banyak ibu yang tinggal berdekatan dengan
keluarganya seperti orang tua dan mertua. Praktek pemberian ASI diketahui oleh
budaya dan norma yang berkembang di kalangan anggota keluarga, rekan, dan
masyarakat secara umum. Peranan keluarga terhadap berhasil atau tidaknya ibu
memberikan ASI eksklusif sangat besaar terlebih bila ibu yang tinggal serumah
dengan orang tua. Kebiasaan memberikan susu formula terlalu dini telah dilakukan
turun menurun dan tidak menimbulkan masalah. Dukungan keluarga atau orang tua
merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya karena berhubungan
dengan rasa percaya diri ibu.
Hasil penelitian Isroni (2010) dan Rahmawati (2013) diperoleh bahwa
dukungan keluarga berhubungan signifikan dengan keberhasilan dalam pemberian
ASI eksklusif.
2.2.3 Peran Petugas Kesehatan
Peran petugas kesehatan terutama dalam memberikan promosi adalah melalui
pendidikan kesehatan. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,
meningkatkan, dan mendukung usaha pemberian ASI eksklusif. Sebagai individu
yang bertanggung jawab dalam gizi bayi dan perawatan kesehatan, petugas kesehatan
memiliki posisi yang dapat memengaruhi organisasi dan fungsi pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

ibu baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan. Bidan adalah
petugas kesehatan yang terlibat pada perawatan selama kehamilan sampai bayi lahir.
Petugas kesehatan harus dapat menginformasikan kepada ibu agar memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya dengan menjelaskan manfaat dan komposisi ASI
dibandingkan dengan susu formula (Maryunani, 2012).
Hasil penelitian Sugiarti (2011) diperoleh bahwa tenaga kesehatan yang
memberikan susu formula pada bayi baru lahir sebanyak 33,3% sehingga bayi gagal
dalam pemberian ASI eksklusif. Menurut Hikmawati, dkk (2008) promosi susu
formula berasal dari petugas kesehatan, misalnya pada saat ibu dan bayi pulang
dibekali dengan susu formula.
Hasil penelitian Isroni (2010) terdapat hubungan yang signifikan antara
peranan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis
didapatkan nilai OR=9,450 artinya ibu yang mendapat peran dari petugas kesehatan
berpeluang memberikan ASI eksklusif sebanyak 9,45 kali dibandingkan ibu yang
tidak mendapat peran dari petugas kesehatan.
Petugas kesehatan yang menolong ibu bersalin juga harus melaksanakan
inisiasi menyusu dini kepada bayi baru lahir. Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi
menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu sendiri
atau tidak disodorkan ke puting susu. Inisiasi menyusu dini akan sangat membantu
dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan lama menyusu. Dengan
demikian, kebutuhan bayi akan terpenuhi hingga usia 2 tahun dan mencegah anak
kurang gizi ( Maryunani, 2012 )

Universitas Sumatera Utara

Terdapat banyak manfaat Inisiasi Menyusu Dini, baik untuk ibu dan bayinya,
serta manfaat psikologis, yaitu :
a. Manfaat untuk Ibu yaitu meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi;
merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan
sesudah melahirkan; memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan
melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi; mengurangi stress ibu
setelah melahirkan; mencegah kehamilan; dan menjaga kesehatan ibu.
b. Manfaat untuk Bayi yaitu mempertahankan suhu bayi tetap hangat;
menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung;
kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang
normal (bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat baik bagi bakteri yang
menguntungkan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi
bayi); mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaganya;
memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk memulai
menyusu; mempercepat keluarnya meconium; bayi akan terlatih motoriknya
saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu; memperoleh
kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi; mencegah
terlewatnya puncak ”refleks mengisap” pada bayi yang terjadi 20-30 menit
setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang dan hanya
muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian.
c. Manfaat secara psikologis, ikatan emosional (emotional bonding) yaitu
hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasih sayang; ibu merasa lebih

Universitas Sumatera Utara

bahagia; bayi lebih jarang menangis; ibu berprilaku lebih peka (affectionately)
(Maryunani, 2012).
Bayi yang di beri kesempatan menyusu dini oleh petugas kesehatan, hasilnya
delapan kali lebih berhasil dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Sugiarti (2011), bahwa terdapat adanya hubungan yang bermakna
pada pelaksanaan inisiasi menyusu dini terhadap keberhasilan pemberian ASI
eksklusif.
UNICEF bersama WHO memperkenalkan sepuluh langkah keberhasilan
menyusui

dan

Deklarasi

Innocenti

menghimbau

dunia

agar

mendukung

pelaksanaannya di semua fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
ibu. Uraian tersebut sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan peningkatan pemberian air susu ibu yang secara rutin
dikomunikasikan kepada kepada semua petugas
b. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut
c. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur
2 tahun.
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di
ruang bersalin
e. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis

Universitas Sumatera Utara

f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.
g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari.
h. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan
frekuensi menyusui.
i.

Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

j.

Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI di masyarakat dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah
Bersalin/ sarana pelayanan kesehatan ( Maryunani, 2012 ).

2.3. Landasan Teori
Lawrence Green seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan,
terdapat tiga faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu Predisposing, enabling, dan
reinforcing. Faktor predisposisi (predisposing factors) meliputi pengetahuan dan
sikap petugas kesehatan yang merupakan kognitif domain yang mendasari
terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, kepercayaan, sistem
nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor pendukung atau
pemungkin (enabling factors) mencakup ketersediaan sarana dan pra sarana atau
fasilitas kesehatan berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian
informasi. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors ) meliputi dukungan
dari tenaga kesehatan, keluarga dan rekan serta sikap pasien dengan mencari
informasi.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini, yang menjadi faktor predisposisi adalah karakteristik
ibu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan ibu yang memiliki
bayi berumur lebih dari 6 sampai12 bulan dengan pemberian ASI eksklusif. Tingkat
pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam
menghadapi masalah terutama dalam pemberian ASI eksklusif.
Faktor pemungkin yaitu sumber daya kesehatan yang dapat menstimulasi ibu
untuk memelihara kesehatan dengan ketersediaan waktu bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Faktor penguat yaitu dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan dalam
menginformasikan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan
juga sebagai penolong persalinan agar segera melakukan inisiasi menyusu dini pada
bayi baru lahir.
Faktor Predisposing





Pengetahuan
Sikap
Nilai
Kepercayaan

Faktor Enabling


Perilaku

Ketersediaan
fasilitas,
sarana/prasarana

Faktor Responsing



Dukungan keluarga
Informasi Petugas
Kesehatan

Gambar 2.1 Konsep Landasan Teori

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapar dilihat pada gambar 2.2 sebagai
berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Karakteristik Ibu :






Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Pengetahuan

Dukungan Keluarga

Pemberian ASI Eksklusif

Peran Petugas Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah
Karakteristik Ibu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan
pengetahuan; dukungan keluarga; dan Peran petugas kesehatan dalam memberikan
pendidikan kesehatan dan melakukan inisiasi meyusu dini pada bayi baru lahir. Peran
petugas kesehatan dilakukan oleh bidan selaku pemberi pelayanan kebidanan
khususnya pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir di Kecamatan Siatas
Barita.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif.
Variabel independen akan berhubungan dengan variabel dependen atau karakteristik
ibu, dukungan keluarga, dan peran petugas kesehatan akan berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Pahlawan Kecamatan Binjai Utara Tahun 2005

3 59 81

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

HUBUNGAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA WONOREJO KECAMATAN KENCONG KABUPATEN JEMBER

11 80 69

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

0 0 18

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

0 0 9

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

0 1 4

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

0 0 32

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, PERAWATAN PAYUDARA, PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF, DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAN KECAMATAN SUNGAI TEBELIAN KABUPATEN SINTANG

0 0 7

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS PAKUALAMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014

0 0 15