Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)

BAB II
Kondisi Pertanian Masyarakat Lau Kapur Sebelum Tahun 1974
2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam
Desa Lau Kapur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tiga
Binanga Kabupaten Karo. Jarak antara Desa Lau Kapur dengan Kecamatan Tiga
Binanga sekitar 8 km, sedangkan ke pusat Kabupaten sekitar 44 km. Desa Lau Kapur
merupakan suatu desa yang terdapat di Kecamatan Tiga Binanga, dan Kecamatan
Tiga Binanga juga terdiri dari 18 desa, yaitu Perbesi, Limang, Bunga Baru, Simpang
Pergendangen Perlamben, Pergendangen, Gunung, Kuala, Kuta Bangun, Kuta Raya,
Kuta Galoh, Kuta Buara, Kem-Kem, Simolap, Pertumbuken, Kutambaru Punti, Batu
Mamak, Kuta Gerat dan Lau Kapur 9.
Lau Kapur adalah suatu desa yang penduduk aslinya adalah marga Ginting
yang berasal dari daerah Naga 10, tidak ada bukti yang pasti mengenai tahun
kedatangan marga Ginting ke daerah Lau Kapur akan tetapi dari informasi yang di
dapat bahwa marga Ginting sudah mulai bermukim di daerah tersebut dan desa Lau
Kapur mulai di kenal orang-orang di sekitar daerah tersebut pada tahun 1800 akan
tetapi masyarakatnya terdiri dari beberapa keluarga saja dan kemudian disusul oleh
marga Tarigan dan Sebayang.
9
Kantor Camat Tiga Binanga , 12 Juli 2014
10


Wawancara: Selamat Ginting, Lau Kapur, 12 Juli 2014 ‘Naga’ merupakan suatu nama desa yang berada di

daerah Kecamatan Juhar yang merupakan asal marga Ginting yang tinggal di Desa Lau Kapur

Universitas Sumatera Utara

Ketiga klen marga inilah yang membagun dan menetap di Desa Lau Kapur,
marga inilah yang membawa sistem mata pencaharian hingga pemerintahan desa Lau
Kapur tersebut. kebiasaan-kebiasaan adat yang turun temurun membentuk pola
kehidupan masyarakat desa Lau Kapur sehingga dalam kesehariannya masyarakat
desa memakai bahasa Karo dalam bahasa komunikasi mereka.
Desa Lau Kapur berada 710-800 M / DPL dari permukaan laut. Suhu udara di
desa Lau Kapur antara 22° s/d 29° derajat celcius dengan kelembapan udaranya ratarata 28°. Ada dua musim yang terdapat di desa Lau Kapur yaitu musim hujan dan
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Maret sampai bulan Oktober. Hal ini
disebabkan karena arah angin yang berhembus di desa Lau Kapur terbagi atas dua
yaitu: pada musim hujan, angin berhembus dari arah Barat sedangkan pada musim
kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.
Desa Lau Kapur terletak di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo yang
berbatasan dengan :



Sebelah Utara berbatasan dengan aliran sungai (lau bengap)



Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Butar dan
Desa Lau Riman



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Kuta
Gamber dan Desa Liren.

Universitas Sumatera Utara



Sebelah Timur berbatasan dengan lahan Desa Gunung dan lahan Desa KemKem. 11
Pola pemukiman penduduk Desa Lau Kapur, pada umumnya berada di tepi


jalan lintas desa,

dan di antara rumah-rumah itu terdapat bangunan dengan

pekarangan yang cukup luas. Biasanya di jadikan tempat untuk berbagai kegiatan
yang disebut dengan jambur 12. Di sinilah tempat upacara pesta perkawinan, upacara
kematian dan sebagainya yang dilakukan oleh masyarakat. Di pekarangan halaman
desa ada dibangun lumbung-lumbung untuk menyimpan padi (dalam bahasa karo di
sebut sapo page) dan lesung. Di daerah Karo lumbung padi juga sangat berfungsi
sebagai tempat berkumpul atau tempat untuk tidur bagi pemuda. Karena disinilah
masyarakat bisa berkumpul untuk menumbuk padi yang akan di masak untuk
besoknya.
Dari hasil wawancara dengan penduduk setempat maupun petugas kecamatan
pada umumnya rumah yang ada di desa tersebut adalah rumah yang beralaskan
papan, dinding papan dan beratapkan ijuk, serta rumah adat yang di buat secara
gotong royong dan didirikan sesuai dengan prinsip adat. Namun disebut rumah adat

11
12


Kantor Camat Tiga Binanga, 12 Juli 2014.
Jambur adalah suatu tempat yang di jadikan oleh masyarakat untuk merayakan pesta perkawinan dan pesta

kematian dalam suatu kuta.

Universitas Sumatera Utara

karena merupakan lambang perwujudan adat masyarakat gotong-royong dilihat dari
pendiriannya, fungsinya, semuanya bersendikan kepada adat istiadat 13
Karena secara tradisional kampung-kampung orang Karo didirikan di tempat
yang di pilih strategis, yakni dengan memperhatikan segi keamanan, tidak hanya
terhadap serangan sesama manusia, tetapi juga serangan atau gangguan binatangbinatang buas seperti Harimau, Beruang, Babi hutan dan sebagainya, maka
diperkirakan rumah yang pertama kali di dirikan oleh manusia adalah Siwaluh jabu
yang merupakan rumah adat orang Karo. Yang di huni oleh delapan keluarga, di
mana kehidupan di dalamnya diatur berdasarkan adat.
Adapun sarana dan prasarana di desa ini sangat minim, terutama di bidang
kesehatan dan pendidikan. Di bidang kesehatan sebelum tahun 1974 puskesmas
belum ada sehingga masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalau
pun


mau berobat secara medis

akan menempuh jarak yang sangat jauh untuk

menemukan puskesmas di Kecamatan. Sementara itu untuk bidang pendidikan di
desa ini sama sekali tidak ada dan harus bersekolah ke Kecamatan. Mulai dari SD,
Sekolah Lajutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA),
masyarakat harus menyekolahkan anaknya ke Kecamatan juga. Dengan berjalan kaki
menyebrangi sungai.

13

Wawancara: Muat Perangin-angin, Lau Kapur, 16 Juli 2014

Universitas Sumatera Utara

Di desa Lau Kapur penduduk yang tidak produktif berdasarkan usia di bawah
25 tahun dan kelompok ini dianggap masih dalam taraf pendidikan. Kelompok yang
lainnya adalah yang produktif berdasarkan usia 25 tahun ke atas dan tidak bersekolah

lagi. Dan diatas 25 tahun ke atas dianggap sudah mempunyai penghasilan sendiri.
Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupannya masyarakat yang tinggal
di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging
dan dilakukan secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari
terutama bagi masyarakat

yang tinggal di dekat pegunungan. Perekonomian

masyarakat ini pada umumnya bergantung pada pertanian. Hal ini juga yang terjadi
pada Desa Lau Kapur yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada pertanian.
Walaupun alamnya cukup subur dan menghasilkan berbagai tanaman yang laku
di jual di pasaran, akan tetapi keuntungan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pada awalnya sapi/ lembu dan kerbau merupakan hewan dimanfaatkan
untuk membajak sawah masyarakat, karena populasinya yang cocok berkembang di
daerah desa maka hewan tersebut salah satu hewan yang kemudian diternakan. Selain
itu, hewan peliharaan lainnya yang diternakkan oleh masyarakat desa Lau kapur
adalah kambing/ domba dan babi. Hewan-hewan ini sangat membantu perekonomian
masyarakat desa termasuk juga untuk mencukupi kebutuhan disaat dilaksanakan pesta
adat tanpa harus memesan hewan dari daerah lain.


Universitas Sumatera Utara

Sebelum tahun 1974 mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur menanam
padi, cengkeh, tembakau, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja. Tingkat
perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan
perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang
bergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa
Lau Kapur dengan kondisi yang masih tertinggal

melakukan pertanian dengan

mengandalkan tenaga keluarga(aron) dan hanya menggunakan alat pertanian yang
sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan yang lainnya, sedangkan untuk membajak
persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga
kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari
masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka.
Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai
mata pencaharian utama :
2.2 Pertanian Padi
Tanaman padi adalah merupakan tanaman yang sangat diperlukan oleh

masyarakat Desa sebagai kelangsungan hidup mereka. Pertanian padi yang ada di
Desa Lau Kapur ini tidak diketahui tepatnya kapan dimulai tetapi jelas diketahui
bahwa pertanian padi ini sudah turun-temurun dan mendarah daging di kehidupan
masyarakatnya bahkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat desa ini sudah tidak nomaden lagi. Masyarakat sudah menetap dan

Universitas Sumatera Utara

melakukan pertanian selama berpuluh-puluh tahun yang lalu sekalipun pertanian yang
dilakukan tersebut masih secara tradisional.
Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi

masyarakat. Padi juga

merupakan tanaman pokok dan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi
masyarakat tanpa melalui pasar karena padi ditanam sendiri oleh masyarakat tersebut
sebagai petani subsisten . Biasanya padi ditanam sekali dalam satu tahun di lahan
yang kering sedangkan padi yang di tanam di daerah persawahan ditanam dua kali
dalam setahun oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Selain menanam padi masyarakat
juga menanam tembakau, cengkeh, dan pisang sebagai tanaman tambahan. Tujuan

penanaman tanaman tambahan ini bukan saja sebagai aktivitas ketika menunggu padi
siap untuk di panen namun juga untuk makanan tambahan. Sudah menjadi suatu
kebiasaan bagi masyarakat Karo untuk menanam padi sebagai tanaman pokok
mereka, untuk lauknya biasanya masyarakat di desa ini pergi memancing dan
terkadang juga berburu ke hutan. Masyarakat Desa Lau Kapur ini juga memelihara
hewan ternak seperti ayam, babi, kerbau, kambing,dll. Hewan ini bukan untuk dijual
melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Jadi ketika masyarakat di desa ini kedatangan
tamu, mereka tidak kewalahan harus pergi ke pasar untuk membeli hewan karena
sudah ada hewan peliharaan mereka sebagai persediaan lauk mereka.
Di Desa Lau Kapur terdapat dua jenis penanaman padi yaitu penanaman padi
pada lahan kering dan penanaman pada sawah. Tanaman padi yang di tanam di
daerah lahan kering ditanam sekali dalam satu tahun, biasanya masyarakat menanam

Universitas Sumatera Utara

jenis padi seperti padi Udang, padi Siantar, dll. Penanaman ini sekitar bulan Juli
sampai Agustus. Dan musim panen sekitar bulan November sampai Desember. Dan
ada juga padi yang di tanam

dua kali dalam setahun yang berada di daerah


persawahan. Biasanya masyarakat menanam jenis padi yang berumur sekitar 4-5
bulan. Jenis padi yang ditanam seperti padi GR 64. Musim penanaman padi di lahan
persawahan terjadi di bulan Februari sampai Maret, dan musim panen itu sekitar
bulan April sampai Mei. Kemudian lahan padi yang sudah di panen di diami selama
satu sampai dua bulan untuk menggemburkan tanah tersebut supaya hasil padi yang
di tanam pun semakin bertambah. Kemudian berlanjut dengan penanaman lagi pada
bulan Juli tahun itu juga 14. Hal inilah salah satu cara yang dilakukan masyarakat
supaya hasil panen mereka bertambah setiap panen. Pada saat itu, harga pupuk sangat
tinggi dan masyarakat setempat tidak sanggup membeli pupuk untuk menyuburkan
tanah. Meskipun pupuk kandang

tersedia

namun tidak bisa sepenuhnya untuk

menyuburkan tanah karena jika areal persawahan memakai pupuk kandang ke daerah
persawahan maka padi yang masih berumur 2 minggu itu akan habis di makan oleh
hama yang berasal dari pupuk kandang tersebut. Padi tersebut akan rusak dan timbul
bercak-bercak pada daun padi. Masyarakat sering menyebut keadaan padi tersebut

dengan istilah mati otok dan werengan 15.

14

Wawancara: M. Br Sebayang, Lau Kapur, 30 Mei 2014
Mati otok adalah kerusakan yang diakibatkan hama tanaman dengan tanda-tanda
timbulnya bercak-bercak kuning di pucuk daun padi yang membuat padi bisa mati dan itu hanya
terjadi pada beberapa tanaman padi saja. Werengan adalah nama penyakit pada tanaman padi yang bisa
menyebabkan padi tidak membuahkan hasil karena tanaman padi tersebut bisa mati semua.
15

Universitas Sumatera Utara

Dalam mengerjakan lahan pertanian mulai dari penanaman sampai dengan
panen masyarakat Desa Lau Kapur biasanya melakukannya dengan sistem Aron,
yaitu saling membantu dengan perjanjian tenaga diganti dengan tenaga 16. Dalam
pengolahan lahan pertanian masyarakat Desa Lau Kapur masih belum menggunakan
traktor melainkan dengan tenaga kerbau untuk membajak lahan pertanian. Lahan
yang digunakan oleh masyarakat sebagai lahan untuk persawahan hanyalah lahan
yang bisa dialiri oleh sungai dan yang agak landai. Dengan sedikitnya lahan yang bisa
digunakan untuk penanaman padi membuat masyarakat desa ini tetap menanam
pisang sebagai tanaman tambahan. Mengingat pada waktu itu, jajanan yang instan
belum ada ditemui di Desa Lau Kapur.
Lahan yang di tanami padi adalah lahan-lahan yang dialiri sungai untuk
mempermudah pengairan ke sawah –sawah tersebut karena pada saat itu sistem
irigasi masih sangat minim. Pada saat itu pompa air untuk mengaliri lahan yang
kering juga belum ada, sehingga masyarakat menghindari resiko gagal panen juga.
Dalam hal pemupukan tanaman padi masyarakat desa ini hanya melakukan
sekedar saja dan

biasanya hanya sekali pemupukan. Hal ini dikarenakan

oleh

tingginya harga pupuk sedangkan masyarakat tidak sanggup untuk membeli pupuk.
Saat itu pupuk yang tersedia adalah pupuk non subsidi karena pupuk subsidi
pemerintah baru muncul di tahun 1982. Untuk lahan seluas setengah hektar
16

Aron adalah sebuah istilah dengan bahasa setempat masyarakat yang artinya saling tolong
menolong dengan cara bergantian ke ladang petani dalam setiap penanaman maupun panen. Hal ini
dilakukan sendiri oleh petani yang mempunyai lahan.

Universitas Sumatera Utara

masyarakat hanya menggunakan pupuk sekitar 8-10 kg dari mulai menanam sampai
panen 17. Masyarakat sering mengalami kegagalan panen karena tidak mampu
mengatasi masalah kekurangan pupuk untuk kesuburan tanah.
masyarakat yang mampu membeli pupuk

Kalaupun ada

namun mereka pasti enggan untuk

melakukan pemupukan karena jika gagal panen maka hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan pengeluaran yang sudah ada. Selama pertumbuhan tanaman padi,
sangat dianjurkan pemupukan yang ideal. Ketika padi yang kekurangan salah satu
unsur pokok pada pertumbuhan akan menyebabkan tanaman padi tumbuh tidak
normal seperti pertumbuhan terhambat, anakan padi berkurang, rentan terhadap
penyakit dan hama tanaman. Oleh karena itu komposisi pemberian pupuk yang tepat
adalah nitrogen, fosfor,dan kalium 18.
Pemberian komposisi pupuk ini terkandung dalam jenis pupuk Urea, pupuk
TSP dan pupuk KCL. Pemupukan yang ideal itu biasanya dilakukan dengan beberapa
tahap seperti satu hari sebelum/sesudah tanam, kira-kira satu bulan setelah tanam, 45
hari setelah tanam. Sementara di Desa Lau Kapur ini, pemupukan tanaman padi
hanya dilakukan sekali saja dan ada sebagian masyarakat yang hanya memupuk
tanamannya dengan satu jenis pupuk saja, sehingga hasil pertanian kurang
memuaskan.

17

Wawancara: B.Ginting, Lau Kapur , 17 Mei 2014

18
Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar Swadaya,1997, hal
49.

Universitas Sumatera Utara

Untuk pengolahan lahan masyarakat tidak perlu banyak mengeluarkan biaya
karena mereka melakukan sistem aron dan ada juga yang mengajak sanak saudara
supaya lebih menghemat biaya dan cara kerjanya pun lebih cepat karena itu dilakukan
untuk bergantian dengan lahan saudara yang mempunya sawah juga. Selain resiko
gagal panen diakibatkan oleh kurangnya pupuk untuk kesuburan tanah dan ada juga
resiko lain yaitu serangan hama tanaman seperti tikus yang dapat merusak tanaman
padi tersebut dan sering juga terjadi karena kondisi alam. ketika padi sudah mulai
merunduk tiba-tiba datang angin kencang (dalam bahasa setempat dikenal dengan
lapat) yang dapat merusak tanaman padi dan membuat padi rusak dan berjatuhan. Hal
ini yang bisa membuat gagal panen. Apabila panen berhasil masyarakat biasanya
menghasilkan padi yang banyak . Untuk setengah hektar luas lahan, atau sekitar dua
rantai persawahan membutuhkan bibit kurang lebih 30 kaleng padi. Namun apabila
masyarakat mengalami gagal panen, hasil yang didapat tidak sebanding dengan bibit
dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang dibutuhkan.
Jika gagal panen biasanya dengan bibit 30 kaleng padi itu hanya memperoleh hasil
sekitar 50-60 kaleng padi. Hal ini tidak sesuai lagi dengan biaya dan tenaga yang
sudah dikeluarkan. Hasil yang didapatkan ini tentu saja tidak mencukupi untuk
persediaan selama setahun untuk satu keluarga. Oleh sebab itu masyarakat menanam
tanaman tambahan seperti pisang.
Dari tahun ke tahun produksi padi di Desa Lau Kapur mengalami penurunan
dan semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil panen padi

Universitas Sumatera Utara

saja. Tanaman padi yang menjadi tanaman inti di desa ini menjadi merosot dan
menghantar masyarakat mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat
perekonomian

ini akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila

masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain
yang lebih mampu meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam
secara serentak pada bulan November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan
hati para petani, dan tidak dapat dipastikan hasil setiap tahunnya.
Akibat penurunan hasil tanaman padi dalam pertanian masyarakat yang
cenderung tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun, maka sulit bagi
para petani untuk tetap bertahan dengan menanam padi saja. Masyarakat tidak jarang
hanya memakan sagu di pagi hari dan memakan nasi pada siang harinya untuk
menghemat beras tersebut 19. Hasil panen yang dihasilkan biasanya untuk
kelangsungan hidup selama setahun. Namun tidak jarang juga masyarakat harus
menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya, itupun jika hasil panen
bagus. Namun lain lagi jika para petani mengalami kegagalan panen, masyarakat
harus berusaha menghemat dan menanam jagung dan ubi supaya bisa membantu
biaya untuk kehidupan sehari-hari.
Keterbatasan ekonomi di Desa Lau Kapur sebelum tahun 1974 sangat jelas
kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 1974
pendidikan di Desa Lau Kapur ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang
19

Wawancara: Tomas Ginting, Lau Kapur, 21 Mei 2014

Universitas Sumatera Utara

menyekolahkan anaknya hanya sebatas sekolah dasar dan yang paling tinggi saat itu
adalah

hanya

SLTP 20.

Rendahnya

perekonomian

masyarakat

yang

hanya

mengandalkan tanaman padi sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari bentukbentuk rumah yang ada di Desa Lau Kapur. Rumah-rumah masih sangat sederhana
seperti rumah si waluh jabu dan rumah yang memiliki lantai papan dan atap ijuk.
2.3 Pertanian Tembakau
Seiring dengan berkembangannya tanaman tembakau di daerah kecamatan
maka masyarakat desa Lau Kapur juga menanam tembakau karena

tembakau

merupakan golongan tanaman semusim yang cukup banyak di budi dayakan oleh
petani pada saat itu. Karena nilai jual yang sangat tinggi sehingga masyarakat pun
berlomba- lomba untuk menanam tanaman tersebut walau pun cara tanamnya sangat
rumit namun masyarakat tetap ingin mempertahankan karena dengan menanam
tembakau tersebut mereka berpikir kehidupan akan lebih bagus. Tanaman tembakau
sangat bervariasi dan tergantung jenis tembakaunya juga. Karena Tembakau juga
memerlukan temperatur udara yang rendah di dataran tinggi dan di daerah rendah
memerlukan temperatur yang tinggi. Sehingga tidak sembarangan untuk menanam
tanaman tersebut. Suhu udara yang cocok untuk penanaman adalah antara 21-32
derajat C, pH antara 5-6, harus memiliki curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun,
tumbuh di ketinggian antara 200-3.000 m dpl. Dan di tanam pada tanah yang

20

Wawancara: Cakap Ginting, Lau Kapur,19 Mei 2014

Universitas Sumatera Utara

gembur,

mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik supaya

menghasilkan tanaman yang bagus 21.
Bibit yang di pergunakan oleh masyarakat Desa Lau Kapur pada saat itu adalah
bibit lokal yang di bawa oleh penetua adat dari kecamatan, kemudian masyarakat
membeli untuk di tanam. Sesudah itu mereka menabur di lahan mereka masingmasing dengan ukuran yang ingin mereka tanam. untuk menaman tembakau tersebut
masyarakat harus melakukan pembibitan dahulu selama satu bulan. Sesudah
pembibitan tersebut dilakukan baru mereka harus menyediakan lahan tempat
penanaman.
Lahan yang ingin di pergunakan untuk menanam tembakau tersebut masyarakat
harus menaburkan pupuk kandang, sesudah itu membajak/menggemburkan tanah dan
di diamkan selama satu minggu untuk mempersubur tanah tersebut. Jarak tanam
yang dilakukan sekitar 90-100 cm dengan arah membujur antara Timur dan Barat.
Jika kita menginginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat,
sekitar 90 x 70 cm. Dan jika masyarakat ingin menanam seperti biasa maka
masyarakat harus membuat jarak 90 × 90 cm. Ketika tanaman tembakau yang di
tanam dengan jarak tanam rapat (jumlah populasi 20.000-30.000 tanaman/ha)
menghasilkan daun lebih kecil dan tipis. Sehingga masyarakat harus betul-betul
memperhatikan jarak tanam supaya tanaman tembakau tersebut terhindar dari

21
Bambang Cahyono : Tembakau Budi Daya Dan Analisis Usaha Tani :penerbit Kansius, 1998, hlm 32-35

Universitas Sumatera Utara

penyakit cendawan, dan tidak menyebabkan tanaman tumbuh kurus dan tidak
produktif karena penerimaan sinar matahari pada setiap tanaman kurang baik.
Penanaman yang dilakukan untuk tumbuhan tersebut sebaiknya berada pada
tempat yang sudah di basahi dan baiknya di tanam pada pagi hari atau sore hari
supaya tanaman tersebut tidak langsung terkena terik matahari. Dan sesudah
penanaman tersebut dilakukan maka satu- tiga minggu sudah mulai bisa dilihat mana
yang tidak tumbuh dan bisa di ganti lagi dengan tanaman yang baru tetapi harus
seumuran dengan tanaman yang sudah duluan di tanam supaya lebih mudah untuk
memperhatikan perkembangan tanamana tersebut.
Karena harga pupuk pun pada saat itu masih mahal maka masyarakat hanya
memberikan pupuk kandang dan ada pun pupuk yang di beri yaitu pupuk NPK
151515(PAC) sebagai pupuk tambahan. Dengan pupuk seadanya maka tanaman
tersebut tidak memuaskan. Untuk proses pengairan

diberikan 7 hari setelah

penanaman dengan 1-2 lt air/tanaman, kemudian umur 7-25 hari setelah tanam
dengan 3-4 lt/tanaman dan waktu penyiraman di lakukan 3-5 hari sekali, umur 25-30
hari setelah tanam 4 lt/tanaman dengan waktu penyiraman satu minggu sekali . Pada
umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan sangat cepat dan kebutuhan air juga sangat
meningkat sehingga waktu penyiraman di lakukan 3-5 hari sekali dengan air 5

Universitas Sumatera Utara

lt/tanaman. Pada umur 65 hari setelah tanam penyiraman dihentikan, kecuali bila
cuaca sangat kering 22.
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup
umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu
maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal
tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret
pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan
krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila
menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat
kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk
pemetikan adalah pada sore/pagi hari. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari,
dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap
tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak lima kali. Tembakau yang di tanam
oleh masyarakat tersebut sesudah di panen dan dilanjutkan proses pengirisan yang di
lakukan juga sekitar satu bulan sekalian di jemur untuk dapat di jual ke pasar. Namun
tanaman tembakau tidak bertahan lama karena tanaman tembakau tersebut terserang
penyakit yang membuat tanaman terus menjadi rusak dan tidak bisa menghasilkan
untuk memenuhi kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur. Maka dari itu masyarakat
tidak mau mempertahankan tanaman tersebut karena terus terkena penyakit makanya
22

Ibid, hlm 69

Universitas Sumatera Utara

masyarakat juga ingin beralih juga dari tanaman yang tidak bisa menghasilkan bagi
kehidupan mereka ke depannya.
2.4 Pertanian Cengkeh
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai
ekonominya, karena cengkeh pada mulanya hanya di pergunakan untuk obat-obatan.
Namun dalam perkembangannya manfaat cengkeh menjadi lebih luas dan
kebanyakan yang di pergunakan adalah bunganya. Baik sebagai rempah-rempah,
bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri. Pada tahun
1920 di Indonesia cengkeh semakin berkembang menjadi bahan baku untuk
pembuatan rokok kretek sehingga 1930 pemakaian cengkeh sebagai bahan baku
rokok kretek terbesar di dunia. Tanaman cengkeh yang tumbuh optimal pada 300 600 dpal dengan suhu 22°-30°C, curah hujan 1500-4500 mm/tahun. Tanah gembur
dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 - 6,5.
Tanah jenis latosol, andosol dan podsolik merah baik untuk dijadikan perkebunan
cengkeh 23
Untuk menanam Cengkeh maka masyarakat harus membuat bedengan untuk
naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur
ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm.

23

Agus Ruhnayat : Memproduktifkan Cengkih Tanaman Tua Dan Tanaman Terlantar :
penerbit PT Penebar Swadaya, 2002, hal 7

Universitas Sumatera Utara

Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian
selatan.
Benih di tanam dalam polybag ukuran 15 cm x 20 cm, tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2 : 1 dan berikan per 20 25 kg pupuk kandang yang
telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah
dengan 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada
persemaian yang telah disiapkan. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari.
Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan
gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal
40% saat bibit dipindahkan ke lapang. Pupuk yang di gunakan oleh masyarakat pada
waktu itu adalah NPK 151515 dilakukan dengan dosis 10 gr untuk satu pohon per
tahun nya dan kadang tidak di beri pupuk karena susah dan mahalnya harga pupuk
pada masa itu. Terkadang masyarakat hanya menaburkan kandang saja sebagai pupuk
tambahan.

Cara penanaman cengkeh yang di lakukan oleh masyarakat tersebut adalah
dengan mencangkul tanah yang telah diberi air dengan ukuran lubang tanam 75 x 75
x 75 cm. Lakukan penanaman pada awal musim hujan. Berikanlah pupuk kandang 25
- 50 kg campur hingga rata dengan pupuk yang telah di sediakan. Masukkan bibit dan
gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga batas leher akar. Beri peneduh buatan
setingggi 30 cm dengan intensitas 50%. Karena keterbatasan pupuk maka masyarakat
hanya sekali saja memberi pupuk pada tanaman tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Cengkeh juga sering mengalami serangan hama dan penyakit sehingga bisa
menurunkan produktivitas bagi masyarakat desa. Namun masyarakat hanya bisa
membasmi dengan cara tradisional saja karena pada saat itu belum ada alat
penyemprot untuk membasmi itu dan masyarakat hanya bisa mengikuti cara yang di
lakukan oleh nenek moyang yang dulunya sudah menanam terlebih dahulu. Ada pun
jenis hama dan penyakit yang sering mengganggu pertumbuhan tanaman cengkeh
tersebut adalah:

Cengkeh dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk
memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat
kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap
tanaman umumnya tidak serentak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari
selama 3-4 bulan. Bunga cengkeh dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir.
Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan di
keringkan untuk dapat di jual. Ketika harga cengkeh yang semakin menurun maka
masyarakat juga menebangi pohon cengkeh tersebut karena masyarakat desa Lau
Kapur juga tidak ingin mempertahankan kehidupan mereka yang begitu saja dengan
kekurangan. Maka dari itu mereka mencari tanaman yang bisa membawa kehidupan
mereka yang lebih baik, masyarakat juga tidak mau mempertahankan kehidupan
mereka yang serba kekurangan itu namun mereka harus mencari bagaimana cara
supaya kehidupan mereka juga berkembang.

Universitas Sumatera Utara