Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang
kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan
primer (pangan), kebutuhan sekunder (sandang dan pangan) dan kebutuhan tersier.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus memiliki usaha guna
memperoleh kebutuhan itu. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk
dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka. Kegiatan menanam
tanaman kebutuhan pangan ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Jenis tanaman
yang ditanam di pedesaan sangat bergantung pada keadaan tanah, musim dan iklim.
Keadaan tanah yang subur tentunya sangat menentukan hasil dari pertanian.
Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat
maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang
menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1.
Desa dapat ditandai dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar, tempat
dimana sistem kekerabatannya masih erat, adanya sistem gotong-royong yang tinggi,
kehidupan masyarakat sangat bergantung pada alam, mata pencarian bersifat
1

Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia,


1983.

Universitas Sumatera Utara

homogen, dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak. Pada umumnya mata
pencarian pada masyarakat pedesaan adalah bertani. Musim atau iklim sangat
mempengaruhi masyarakat pedesaan. Karena musim atau iklim menentukan jenis
tanaman yang dapat ditanam oleh masyarakat. Umumnya desa tidak terlalu
bergantung pada kota, karena masyarakat desa dapat memproduksi kebutuhan primer
mereka sendiri.
Terbentuknya suatu pemukiman sebagai tempat tinggal kelompok hal ini
disebabkan naruni alamiah untuk mempertahankan kelompok. Di dalam kelompok
tersebut terjalin sendi-sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama
warga kelompok berdasarkan hubungan kekerabatan/ kekeluargaan 2.
Lau Kapur adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tiga Binanga,
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk di desa ini sekitar 150
KK. Luas wilayah desa ini adalah sekitar 425 Ha. Jarak Desa Lau Kapur dengan
Kecamatan


adalah sekitar 8 Km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota Kabupaten

sekitar 44 Km. Hampir 80% mata pencarian penduduknya adalah bertani 3.
Pada umumnya petani di Desa Lau Kapur menanam tanaman seperti : cengkeh,
padi, tembakau, kacang tanah, dan pisang hanya sebagai tanaman tambahan saja.
Kehidupan bertani bagi masyarakat Desa Lau Kapur sudahlah mendarah daging.

2

Chozon, Pembangunan Pedesaan : Dalam Rangka Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat,
IPB Press ,2010
3
Wawancara: Ulung Sebayang, Lau Kapur, 2 Januari 2014

Universitas Sumatera Utara

Kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur yang agraris ini dulunya bersifat subsisten
yaitu hasil pertanian mereka hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sebelum
tahun 1974 masyarakat Desa Lau Kapur hanya menanam Padi yang merupakan
tanaman pokok untuk kebutuhan masyarakat. Padi pada umumnya di panen dua kali

dalam satu tahun. Namun, ketika padi ditanam di lahan yang sama secara berulang –
ulang maka hasil padi dari tahun ke tahun tidak bisa dipertahankan. Setiap tahunnya
hasil dari tanaman padi semakin menurun sehingga masyarakat mulai beralih ke
tanaman lain yaitu tembakau. Walaupun tetap menanam padi namun tidak menjadi
tanaman pokok dan tidak sebanyak dulu. Masyarakat menanam padi menjadi sekali
dalam setahun, hal ini dilakukan supaya bisa memperoleh

hasil yang sama setiap

tahunnya.
Pada tahun 1965 tembakau mulai di tanami oleh masyarakat Desa Lau Kapur
karena hasil padi semakin menurun dan harga tembakau yang sangat tinggi membuat
masyarakat berlomba-lomba untuk menanamnya, walaupun nilai tembakau semakin
tinggi di pasaran namun masyarakat tidak sepenuhnya meninggalkan tanaman padi.
Mereka menanam tanaman tersebut bergantian di lahan yang sama supaya hasilnya
lebih memuaskan, dan hasil panen masyarakat tersebut dijual ke pasar Tiga Binanga
yang hanya beroprasi pada hari selasa saja.
Tidak hanya padi dan tembakau yang menjadi penghasilan masyarakat, tapi
mereka juga menanam kacang tanah dan cengkeh sebagai tanaman tambahan yang
bisa di jual untuk menambah penghasilan masyarakat tersebut. Namun tanaman


Universitas Sumatera Utara

tersebut tidak bertahan lama karena cengkeh merupakan

tanaman tua yang

menunggu proses panen yang sangat lama. Walaupun harga cengkeh yang begitu
tinggi di pasaran tetapi karena waktu panen yang begitu lama maka dari itu
masyarakat menebang pohon cengkeh tersebut. Menanam

kacang tanah dan di

pinggir ladang tersebut sebagian ditanam pohon pisang sebagai tanaman tambahan.
Desa Lau Kapur termasuk daerah yang bentuk dan alamnya sebagian berbukitbukit dengan dataran rendah yang tidak begitu lurus, di beberapa tempat terdapat
jurang yang sangat sempit memiliki ketinggian 710-800 M / DPL. Beriklim tropis
dengan suhu udara di Desa Lau Kapur antara 22° s/d 29° derajat celcius dengan
kelembapan udaranya rata-rata 28°. Letaknya yang berada di daerah pegunungan,
maka daerah ini memiliki curah hujan yang cukup banyak.
Dengan berkembangnya tanaman jagung di sekitar kecamatan Tiga Binanga

maka masyarakat Desa Lau Kapur juga ikut menanam tanaman tersebut, karena dari
panen jagung tersebut dapat membuahkan hasil yang sangat menjanjikan. Pada
tahun 1974 masyarakat Desa Lau Kapur mulai beralih dari tanaman tua ke tanaman
muda, seperti peralihan dari tanaman tembakau menjadi tanaman jagung. Peralihan
ini disebabkan oleh harga komoditi jagung pada saat ini melambung tinggi dan faktor
lain karena usia jagung sangat rendah yaitu sekitar 4 bulan sehingga dalam setahun
masyarakat Desa Lau Kapur dapat menanam dan memanen jagung sabanyak 2 kali.
Dan jagung juga merupakan tumbuhan yang tidak memerlukan cara kerja yang terlalu
banyak sehingga masyarakat tidak harus selalu mengatur tanaman tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Pertanian jagung di Desa Lau Kapur ini ternyata banyak sekali membawa
dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di desa tersebut. Pertanian jagung
mampu menaikkan pendapatan masyarakat
meningkatnya pendapatan dan

Desa Lau Kapur. Dengan semakin

meningkatnya taraf


hidup masyarakat sehingga

muncul keinginan untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Semakin
meningkatnya pendapatan

dan

tingkat pendidikan masyarakat, hal ini

juga

mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur. Ini bisa terlihat di
kehidupan sehari-hari seperti memperbaiki lingkungan, di mana masyarakat tersebut
sudah mulai ada kesadaran untuk bergotong royong memperbaiki jalan dengan biaya
dari masyarakat sendiri 4. Mengingat pada waktu itu, jarak dari Kabupaten Karo
sangat jauh sehingga pemerintah tidak dapat menjangkau daerah Lau Kapur ini
sehingga proses perbaikan maupun pembenahan desa sangat minim. Di dalam
kehidupan sehari-hari pun pola makanan sudah diperhatikan. Dan penduduk sudah
tahu arti kesehatan serta gizi untuk makanan bagi anak-anak mereka, karena dari

makananlah anak-anak dapat berpikir dan tumbuh kembang sebagai anak yang cerdas
Begitu juga dengan sarana

transportasi, sebagian besar masyarakat masih

menggunakan hewan peliharan mereka seperti kerbau atau lembu sebagai pengangkut
hasil panen mereka untuk di bawa ke rumah masing- masing. Namun, ada juga yang
memiliki mobil pick up, walaupun tidak banyak yang memiliki mobil tersebut tetapi

4

Wawancara: Ngasup Ginting, Lau Kapur, 4 januari 2014

Universitas Sumatera Utara

masyarakat bisa menggunakannya untuk mengangkut hasil panen mereka karena
mobil tersebut juga di sewakan oleh si pemilik mobil dan kerbau juga ikut di sewakan
masyarakat untuk mengangkat hasil panen tersebut.
Penelitian ini membahas tentang Pertanian Jagung di Desa Lau Kapur
Kecamatan Tiga Binanga


Kabupaten Karo (1974-2004). Tahun 1974 adalah

sebagai tahun awal penelitian merupakan periode dimulainya pertanian jagung di
Desa Lau Kapur yang diprakarsai oleh kepala adat yaitu Ngurupi Ginting. Tahun
2004 sebagai akhir dari penelitian ini karena selama 30 tahun telah terjadi perubahan
yang banyak pada pertanian jagung di desa ini, seperti jumlah masyarakat yang
menanam dan melakukan pertanian jagung, lahan yang digunakan, sistem
permodalan, serta pemasaran yang semakin terorganisir. Selama sepuluh tahun ini
juga sudah terlihat kehidupan masyarakat semakin banyak mengalami perubahan ke
arah yang lebih baik seperti, pada bidang pendidikan, pola hidup, dan terhadap
lingkungan dan pembangunan desa. Atas dasar pemikiran di atas, maka penulisan ini
diberi judul

“Pertanian Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga

Kabupaten Karo (1974-2004)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk
mempermudah penulis dalam penulisan dan menghasilkan penelitian yang objektif,

maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas. Pokok permasalahan yang

Universitas Sumatera Utara

dibahas yaitu “Pertanian

jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga

Kabupaten Karo (1974-2004).
Dari judul diatas, maka pokok permasalahan yang dibahas kemudian
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur
Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo sebelum tahun 1974?
2. Bagaimana awal pertanian Jagung di Desa Lau Kapur?
3. Bagaimana pengaruh pertanian Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga
Binanga Kabupaten Karo tahun 1974-2004?
1.3 Tujuan Dan Manfaat penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang
dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dan mata pencaharian
masyarakat Desa Lau Kapor Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten
Karo sebelum tahun 1974.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan awal pertanian Jagung di Desa
Lau Kapur.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui pengaruh pertanian Jagung di Desa Lau Kapur
Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo dari tahun 1974-2004.
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Menambah wawasan tentang latar belakang perekonomian para petani
Jagung di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo.
2. Bahan

masukan


bagi

pemerintah

daerah

untuk

mendukung

perekonomian desa sebagai acuan dan pertimbangan ketika dalam
pengambilan kebijakan dalam rangka untuk kesejahteraan para petani,
kondisi petani di daerahnya, khususnya petani yang jauh dari pusat
pemerintahan seperti Desa Lau Kapur.
3. Menambah literatur bacaan dalam ilmu sejarah dan menjadi acuan
bagi penulis lain manakala penelitian ini dirasa perlu penyempurnaan.
1.4 Tinjaun pustaka
Dalam melakukan kegiatan penelitian dan penulisan perlu dilakukan tinjauan
pustaka. Tinjauan Pustaka dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan bukubuku yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Tujuannya agar diproleh
gambaran umum tentang topik yang akan di bahas. Beberapa buku yang mendukung
penulisan ini, diantaranya:
Adapun buku yang dipakai adalah buku Rahmat Rumana yang berjudul Usaha
Tani Jagung menjelaskan tentang jenis-jenis jagung, tentang lingkungan ideal untuk

Universitas Sumatera Utara

penanaman tanaman jagung yang cocok, tentang bibit dan cara penanaman dan cara
pemeliharaan, pengendalian hama dan sampai ke pasca panen. Dengan adanya buku
ini juga seorang petani tidak akan ragu untuk menanam tanaman tersebut. Dalam
buku ini juga dijelaskan bahwa jagung adalah komoditas ekspor yang menjanjikan
sehingga bisa menjadi sarana untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat. Karena
harganya yang selalu melonjak tinggi.
Buku yang berjudul Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa secara
Partisipasif (1966), mengkaji tentang metode penelitian yang mempelajari
permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipasif. Dalam buku ini dipaparkan
tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersamasama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan
kebijakan secara nyata 5.
Dalam buku “Petani Suatu Tinjauan Antropologis” membahas tentang dunia
petani tidaklah tanpa bentuk, melainkan merupakan salah satu dunia yang teratur,
yang memiliki bentuk-bentuk organisasi yang khas dan berbeda dari kaum tani
lainnya yaitu masyarakat itu sebagai tradisional dan mencapai manusia yang terikat
oleh tradisi yang artinya kebalikan dari modern. Yang bertujuan menyoroti satu tahap
dalam evolusi masyarakat manusia pedesaan.

5

Robert Chambers, PRA Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa secara
Partisipasif, Yogyakarta : Penerbit Kanasius, 1996, hlm 10

Universitas Sumatera Utara

Dalam buku P.Tambun yang berjudul Adat Istiadat Karo (1952), mengkaji
tentang sistem pemerintahan tertua yang di jumpai di wilayah kabupaten Karo ialah
Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung (kuta) menurut adat.
Terbentuknya suatu kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain : merga
pendiri(simantek kuta), senina simantek kuta, anak beru simantek kuta (anak beru
taneh) serta kalimbubu simantek kuta (kalimbubu taneh). Dalam buku ini di jelaskan
bahwa pada dasarnya pembentukan suatu Desa(kuta) harus mengikuti prosedur yang
dibuat oleh pengulu 6.

Dalam buku Sarjani Tarigan yang berjudul Dinamika Orang Karo: Budaya dan
Modernisasi (2008). Dalam buku ini membahas tentang sosial ekonomi masyarakat
Karo dan budaya masyarakat Karo sejak zaman dahulu hingga masa sekarang ini.
Dalam buku ini juga menjelaskan tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat Karo
seperti mata pencaharian, pendidikan, agama, hingga interaksi sosial masyarakat
karo.
Buku yang dianggap perlu juga dalam tulisan ini adalah karangan dari
P.S.Siswoputranto yang berjudul Perkembangan pertanian (1990). Dalam buku ini

6

Pengulu adalah seorang marga tertentu dalam pembangunan desa yang dibantu oleh 2
orang anggotanya dari kelompok “ Anak Beru” dan “ Senina ”. Mereka ini disebut dengan istilah “
Telu si Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi/pemerintahan dalam
lingkungannya. Anggota ini secara turun menurun dianggap sebagai “ pembentuk kesain”, sedang
kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga. Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui
pula kekuasaan kepala kuta asli ( Perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kuta yang asalnya
dari kesain asli itu. Kumpulan kesain itu dinamai Urung

Universitas Sumatera Utara

dijelaskan bahwa perkembangan pertanian sangat pesat di Indonesia. Buku ini juga
membahas mengenai perkembangan tentang produksi, ekspor-impornya, harga dan
pengaturan perdagangannya serta hal yang erat dengan kepentingan ekonomi dan
perdagangan Indonesia. Buku ini banyak memberikan informasi

serta pengaruh

ekonominya bagi masyarakat Indonesia.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penulisan sejarah ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting.
Metode penelitian sejarah lazimnya disebut sebagai metode sejarah. Metode
penelitian ini dimaksudkan untuk merekontruksi masa lampau manusia sehingga
menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian ini menggunakan metode
sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan
masa lampau 7. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap
heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiografi 8
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau
pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan
tentang masalah dalam penelitian yaitu pertanian jagung di Desa Lau Kapur.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan
dan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber tertulis yang berasal dari

7

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah terjemahan (Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI
Press,1971, hal. 18.
8
Dudung Abdurahman, Metode Sejarah, Yogyakarta: Logos, 1999, hal. 35.

Universitas Sumatera Utara

buku seperti dari perpustakaan, perpustakaan daerah maupun dari toko-toko buku
lainnya, majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, dan data yang diperoleh dari
internet. Adapun buku yang didapat dari perpustakan yaitu, Rahmat Rumana yang
berjudul Usaha Tani Jagung, buku karangan Adisarwanto dan Yustina Erna
Widyastuti yang berjudul Meningkatkan Produksi Jagung , buku Koentjaraningrat
yang berjudul Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Penulis mencari sumber tentang
pertanian jagung serta perubahan yang terjadi di Desa Lau Kapur terutama di bidang
ekonomi. Jagung juga mampu menaikkan tingkat perekonomian masyarakat di desa
Lau Kapur. Studi lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai para petani jagung
seperti Ulung Sebayang,Ngasup Ginting dll. Selain para petani jagung penulis juga
mewawancarai petani tembakau yang sudah beralih ke pertanian jagung, para tauke
serta perangkat desa.
Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap sumber. Untuk memeriksa
keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang
kredibel dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan
kritik ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau
tidaknya sumber tersebut. Data yang ada tentang pertanian Jagung di Desa Lau
Kapur sangat perlu dilakukan kritik sumber. Sesudah melakukan langkah pertama
dan langkah kedua berupa heuristik dan kritik sumber, langkah selanjutnya dilakukan
interpretasi. Langkah

ini merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan

fakta-fakta yang sudah diseleksi dan menghasilkan data yang valid.

Universitas Sumatera Utara

Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah metode
penulisan sejarah atau historiografi. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil
penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan
dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah
sejarah. Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu seperti
apa pertanian Jagung di Desa Lau Kapur, pertanian yang dilakukan oleh masyarakat
sebelum pertanian jagung dan juga dampak pertanian jagung terhadap masyarakat
desa ini.

Universitas Sumatera Utara