Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekapor Non Migas di Provinsi Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi
persaingan bebas dan juga mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan maka
kebijaksanaan pembangunan difokuskan kepada perbaikan perekonomian yang
mengalami kemunduran tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka
membangkitkan lagi perekonomian Indonesia yang sedang terpuruk untuk keluar
dan krisis moneter yang berkepanjangan ini, maka diperlukan yang tidak sedikit
jumlahnya untuk menjalankan atau menyembuhkan perekonomian yang sempat
jatuh dalam beberapa saat.
Bagi negara berkembang khususnya Indonesia, sumber pembiayaan yang
berupa penerimaan devisa yang berasal dan kegiatan ekspor memegang peranan
yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Salah satu upaya pemerintah
untuk mendapatkan devisa dari luar negeri adalah dengan jalan mengekspor hasilhasil sumber daya alam ke1uar negeri. Dari hasil devisa ini dapat digunakan untuk
menambah dana pembangunan dalam negeri.
Kegiatan ekspor akan tetap menempati peranan penting sebagai penggerak
ekonomi dalam negeri. Oleh sebab itu arah kebijaksanaan di bidang perdagangan
ekspor ditujukan untuk meningkatkan ekspor barang khususnya komoditi non
migas. Dipilihnya komoditi ekspor non migas karena harga minyak bumi di
pasaran dunia mengalami kemerosotan. Hal ini berakibat terjadinya penurunan
penerimaan negara yang berasal dari minyak dan gas bumi. Untuk mengatasi
1
Universitas Sumatera Utara
situasi yang tidak menguntungkan maka pemerintah berusaha mengurangi
ketergantungan terhadap ekspor migas yaitu dengan mengadakan diversifikasi
penerimaan ke arah peningkatan produksi serta peningkatan ekspor komoditi dan
jasa-jasa non migas. (Sukirno, 2002)
Salah satu variabel ekonomi makro terpenting yang menentukan apakah
perekonomian suatu negara disebut perekonomian terbuka atau perekonomian
tertutup adalah ekspor. Biasanya semakin tinggi angka ekspor maka akan semakin
terbuka perekonomian negara tersebut dalam alur perekonomian dunia.
Eksportir di dalam melakukan aktivitas ekonomi lebih mengutamakan
pada pertimbangan berapa besar dia akan memperoleh dollar, yen, dan mata uang
negara lain dan bagaimana dengan nilai tukar uang tersebut di dalam negeri serta
pendapatan nasional negara tersebut. Mata uang Amerika Serikat tergolong hard
currency dan hampir semua negara menyukai mata uang tersebut.
Kebijakan menentukan nilai tukar menjadai kebutuhan setiap negara untuk
memfasilitasi keterlibatannya dalam perdagangan antar negara. Sebagai negara
mematok kurs pada suatu level harga tertentu. Sebagai negara lainya membiarkan
kurs bergerak secara bebas mengikuti mekanisne pasar.
Ekspor Indonesia pada awalnya didominasi oleh produk-produk minyak
dan gas bumi (migas). Sejak tahun 1974 sampai tahun 1986 pembiayaan ekonomi
Indonesia banyak tergantung dari penerimaan minyak dan gas bumi. Keadaan
yang demikaian menyebabkan perekonomian Indonesia sangat peka terhadap
perubahan harga migas di pasar Internasional.
2
Universitas Sumatera Utara
Pergeseran ekspor Indonesia terjadi sejak tahun 1989, dengan kontribusi
ekspor non migas lebih besar. Hal ini di sebabkan karena tahun 1982 harga
minyak turun hingga 50 persen sehingga pendapatan negara dari sektor ekspor
migas menurun. Ini memicu pemerintah mencari alternatif sebagai pengganti
ekspor migas yang terus merosot. Salah satunya adalah mengembangkan dan
meningkatkan ekspor non migas (Lestiyono, 2007).
Pergerakan nilai tukar mata uang merupakan konsekuensi dari adanya
interaksi yang terjadi diantara pelaku ekonomi di berbagai negara dalam
melakukan transaksi kegiatan ekonomi.
Suku bunga dasar kredit (SBDK) merupakan suku bunga terendah yang
digunakan sebagai dasar bagi bank dalam menentukan suku bunga kredit yang
terdiri atas tiga komponen utama, yakni rata-rata harga pokok dana untuk kredit,
biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pembagian kredit dan marjin
keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan.
Tingkat inflasi di Sumatera Utara secara umum juga kondisinya lebih baik
dari nasional. Secara umum, laju inflasi Sumatera Utara masih dalam kondisi yang
rendah (dibawah 2 digit) keculi pada tahun 2008 yang mencapai 10,72%. Hal ini
sebagai akibat kontraksi ekonomi di seluruh dunia, dan bahkan capaianya selalu di
bawah capaian nasional kecuali pada tahun 2010 Sumatera Utara capaian tingkat
inflasinya di atas nasional, dimana capaian nasional sebesar 6,96%. Tetpi hal ini
kan terus di upayakan untuk menstabilisasikannya dalam rangka tetap
mempertahankan tingkat daya beli masyarakat.
3
Universitas Sumatera Utara
Ekspor Sumatera Utara menurut negara tujuan utama, dimana hampir
semua negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara tahun 2014 mengalami
penurunan nilai ekspor antara lain Malaysia sebesar 35,31 persen, Jepang 31,97
persen, Turkey 5,72 persen, dan Mesir 2,78 persen. Sedangkan negara tujuan
utama ekspor yang mengalami kenaikan adalah Pakistan 51,30 persen, Kamboja
36,93 persen, Amerika Serikat 27,29 persen, dan Belanda 0,49 persen.
Ditinjau dari distribusi ke berbagai wilayah perdagangan dunia, sekitar
10,18 persen barang ekspor dari Sumatera Utara dipasarkan ke Negara Tiongkok.
Negara Amerika Serikat, Jepang, dan India merupakan pangsa pasar terbesar
berikutnya yaitu masing-masing 10,23 persen, 6,74 persen, dan 6,50 persen.
Ekspor ke negara lain kurang dari 5 persen.
4
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Perkembangan Ekspor Non Migas Sumatera Utara Menurut Sektor tahun
1995-2014 (US $)
Tahun
Pertanian
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Lainnya
Jumlah
1995
1996
1997
448.954
998.291
891.707
634
98
758
2.657,523
2.104,037
2.545,890
55
6
5.199
3.107,163
3.102,431
3.443,555
1998
746.359
198
1.978,413
12
2.713,611
1999
2000
2001
2002
2003
2004
625.157
551.295
665.936
600.529
838.057
1.029,559
2.480
16.559
10.632
19445
13.717
43.936
1.978,413
1.869,809
1.616,118
2.271,999
4.179,345
3.165,894
164
101
110
22
41
23
2.606,216
2.437,764
2.294,796
2.891,996
2.681,996
4.239,409
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1.705,920
1.850,402
2.187,776
1.444,088
1.311,225
2.677,304
3.951,429
2.740,148
2.403,011
1.937,883
19.602
7.953
5.437
3.067
3.068
2.637
9.121
8.994
14.437
12.427
3.798,229
5.224,512
7.068,651
5.012,880
5.012,879
6.467,624
7.922,544
7.644,597
7.179,658
7.410,702
79
31
114
82
82
212
175
197
119
12
5.523,901
7.082,899
9.261,977
6.460,117
6.327,254
9.147,778
11.883,269
10.393,936
9.598,008
9.361,110
Sumber: BPS Sumatera Utara 1995-2014
Dalam kurun waktu 1995-20014, perkembangan ekspor non migas
Sumatera Utara secara keseluruhan menunjukan hasil yang positif. Artinya ekspor
non migas Sumatera Utara selalu meningkat. Pada tahun 2003 nilai FOB ekspor
non migas Sumatera Utara sebesar 5,022 miliar US$. Jumlah tersebut terus
meningkat hingga menyentuh angka 9,361 miliar US$ pada tahun 2014.
5
Universitas Sumatera Utara
Dari tahun ke tahun nilai ekspor non migas Sumatera Utara selalu
berfluktuasi. Nilai ekspor tertinggi diterima pada tahun 2011 dengan nilai FOB
11,883 miliar US$, sedangkan yang terendah adalah 2,563 miliar US$ pada
tahun 2004. Sejak tahun 2005 hingga 2009 cenderung mengalami peningkatan.
Dan semakin membaik pada tahun –tahun berikutnya yang ditunjukan dengan
nilai FOB pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar 11,883
miliar US$, 10,393 miliar US$, 9,598 miliar US$, dan 9,361 miliar US$.
Tabel 1.2
Perbandingan Ekspor Migas dan Non Migas Sumatera Utara Tahun
1995-2014(US$)
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Migas
144
2
726
87
Non Migas
3.107,163
3.102,431
3.443,555
2.713,611
2.606,216
2.437,764
2.294,796
2.891,996
2.681,996
4.563,075
5.523,901
7.820,899
9.261,977
6.460,117
6.327,254
9.147,778
11.838,269
10.393,936
9.598,008
9.361,110
Sumber: BPS Sumatera Utara 1995-2014
Pada tahun 2003-2012 sektor non migas Sumatera Utara mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yang paling tinggi pada tahun 2011 sebesar
6
Universitas Sumatera Utara
11,838 miliar US$ perkembangan tersebut didominasi oleh sektor industri sebesar
7,922 miliar US$, Sedangkan ekspor sektor minyak dan gas bumi tidak
mengalami peran sama sekali. Pada tahun 2013 dan 2014 sektor minyak dan gas
bumi mengalaimi peningkatan sebesar 726 miliar US$, dan 87 miliar US$.
Adanya
keterkaitan
dan
ketergantungan
serta
persaingan
global
menyebabkan kehidupan dalam suatu negara terpengaruh oleh ekonomi
internasional (Hamdy Hadi, 2004). Dengan kata lain dalam era global dan
perdagangan bebas saat ini dapat dikatakan tidak ada lagi negara-negara yang
“autarki”, yaitu negara yang hidup terisolasi tanpa mempunyai hubungan
ekonomi, keuangan maupun perdagangan internasional (ekspor dan impor).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini berjudul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
NON MIGAS DI SUMATERA UTARA ”.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang terjadi pokok permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar terhadap ekspor non di migas
Sumatera Utara?
2. Apakah terdapat pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas di Sumatera
Utara?
3. Apakah terdapat pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap ekspor non
migas di Sumatera Utara?
7
Universitas Sumatera Utara
4. Apakah terdapat pengaruh GDP perkapita negara tujuan ekspor terhadap
ekspor non migas di Sumatera Utara?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar terhadap ekspor
non migas di Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi terhadap ekspor non
migas di Sumatera Utara.
3.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga kredit
terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara.
4.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh GDP perkapita negara tujuan
ekspor terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam hal
ekspor non migas.
2. Sebagai bahan masukan atau pemikiran bagi instansi yang terkait dalam
mengambil keputusan.
3. Menjadi referensi atau diharapkan sebagai bahan kajian peneliti-peneliti
lain untuk menulis topik yang sama.
8
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi
persaingan bebas dan juga mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan maka
kebijaksanaan pembangunan difokuskan kepada perbaikan perekonomian yang
mengalami kemunduran tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka
membangkitkan lagi perekonomian Indonesia yang sedang terpuruk untuk keluar
dan krisis moneter yang berkepanjangan ini, maka diperlukan yang tidak sedikit
jumlahnya untuk menjalankan atau menyembuhkan perekonomian yang sempat
jatuh dalam beberapa saat.
Bagi negara berkembang khususnya Indonesia, sumber pembiayaan yang
berupa penerimaan devisa yang berasal dan kegiatan ekspor memegang peranan
yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Salah satu upaya pemerintah
untuk mendapatkan devisa dari luar negeri adalah dengan jalan mengekspor hasilhasil sumber daya alam ke1uar negeri. Dari hasil devisa ini dapat digunakan untuk
menambah dana pembangunan dalam negeri.
Kegiatan ekspor akan tetap menempati peranan penting sebagai penggerak
ekonomi dalam negeri. Oleh sebab itu arah kebijaksanaan di bidang perdagangan
ekspor ditujukan untuk meningkatkan ekspor barang khususnya komoditi non
migas. Dipilihnya komoditi ekspor non migas karena harga minyak bumi di
pasaran dunia mengalami kemerosotan. Hal ini berakibat terjadinya penurunan
penerimaan negara yang berasal dari minyak dan gas bumi. Untuk mengatasi
1
Universitas Sumatera Utara
situasi yang tidak menguntungkan maka pemerintah berusaha mengurangi
ketergantungan terhadap ekspor migas yaitu dengan mengadakan diversifikasi
penerimaan ke arah peningkatan produksi serta peningkatan ekspor komoditi dan
jasa-jasa non migas. (Sukirno, 2002)
Salah satu variabel ekonomi makro terpenting yang menentukan apakah
perekonomian suatu negara disebut perekonomian terbuka atau perekonomian
tertutup adalah ekspor. Biasanya semakin tinggi angka ekspor maka akan semakin
terbuka perekonomian negara tersebut dalam alur perekonomian dunia.
Eksportir di dalam melakukan aktivitas ekonomi lebih mengutamakan
pada pertimbangan berapa besar dia akan memperoleh dollar, yen, dan mata uang
negara lain dan bagaimana dengan nilai tukar uang tersebut di dalam negeri serta
pendapatan nasional negara tersebut. Mata uang Amerika Serikat tergolong hard
currency dan hampir semua negara menyukai mata uang tersebut.
Kebijakan menentukan nilai tukar menjadai kebutuhan setiap negara untuk
memfasilitasi keterlibatannya dalam perdagangan antar negara. Sebagai negara
mematok kurs pada suatu level harga tertentu. Sebagai negara lainya membiarkan
kurs bergerak secara bebas mengikuti mekanisne pasar.
Ekspor Indonesia pada awalnya didominasi oleh produk-produk minyak
dan gas bumi (migas). Sejak tahun 1974 sampai tahun 1986 pembiayaan ekonomi
Indonesia banyak tergantung dari penerimaan minyak dan gas bumi. Keadaan
yang demikaian menyebabkan perekonomian Indonesia sangat peka terhadap
perubahan harga migas di pasar Internasional.
2
Universitas Sumatera Utara
Pergeseran ekspor Indonesia terjadi sejak tahun 1989, dengan kontribusi
ekspor non migas lebih besar. Hal ini di sebabkan karena tahun 1982 harga
minyak turun hingga 50 persen sehingga pendapatan negara dari sektor ekspor
migas menurun. Ini memicu pemerintah mencari alternatif sebagai pengganti
ekspor migas yang terus merosot. Salah satunya adalah mengembangkan dan
meningkatkan ekspor non migas (Lestiyono, 2007).
Pergerakan nilai tukar mata uang merupakan konsekuensi dari adanya
interaksi yang terjadi diantara pelaku ekonomi di berbagai negara dalam
melakukan transaksi kegiatan ekonomi.
Suku bunga dasar kredit (SBDK) merupakan suku bunga terendah yang
digunakan sebagai dasar bagi bank dalam menentukan suku bunga kredit yang
terdiri atas tiga komponen utama, yakni rata-rata harga pokok dana untuk kredit,
biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pembagian kredit dan marjin
keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan.
Tingkat inflasi di Sumatera Utara secara umum juga kondisinya lebih baik
dari nasional. Secara umum, laju inflasi Sumatera Utara masih dalam kondisi yang
rendah (dibawah 2 digit) keculi pada tahun 2008 yang mencapai 10,72%. Hal ini
sebagai akibat kontraksi ekonomi di seluruh dunia, dan bahkan capaianya selalu di
bawah capaian nasional kecuali pada tahun 2010 Sumatera Utara capaian tingkat
inflasinya di atas nasional, dimana capaian nasional sebesar 6,96%. Tetpi hal ini
kan terus di upayakan untuk menstabilisasikannya dalam rangka tetap
mempertahankan tingkat daya beli masyarakat.
3
Universitas Sumatera Utara
Ekspor Sumatera Utara menurut negara tujuan utama, dimana hampir
semua negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara tahun 2014 mengalami
penurunan nilai ekspor antara lain Malaysia sebesar 35,31 persen, Jepang 31,97
persen, Turkey 5,72 persen, dan Mesir 2,78 persen. Sedangkan negara tujuan
utama ekspor yang mengalami kenaikan adalah Pakistan 51,30 persen, Kamboja
36,93 persen, Amerika Serikat 27,29 persen, dan Belanda 0,49 persen.
Ditinjau dari distribusi ke berbagai wilayah perdagangan dunia, sekitar
10,18 persen barang ekspor dari Sumatera Utara dipasarkan ke Negara Tiongkok.
Negara Amerika Serikat, Jepang, dan India merupakan pangsa pasar terbesar
berikutnya yaitu masing-masing 10,23 persen, 6,74 persen, dan 6,50 persen.
Ekspor ke negara lain kurang dari 5 persen.
4
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Perkembangan Ekspor Non Migas Sumatera Utara Menurut Sektor tahun
1995-2014 (US $)
Tahun
Pertanian
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Lainnya
Jumlah
1995
1996
1997
448.954
998.291
891.707
634
98
758
2.657,523
2.104,037
2.545,890
55
6
5.199
3.107,163
3.102,431
3.443,555
1998
746.359
198
1.978,413
12
2.713,611
1999
2000
2001
2002
2003
2004
625.157
551.295
665.936
600.529
838.057
1.029,559
2.480
16.559
10.632
19445
13.717
43.936
1.978,413
1.869,809
1.616,118
2.271,999
4.179,345
3.165,894
164
101
110
22
41
23
2.606,216
2.437,764
2.294,796
2.891,996
2.681,996
4.239,409
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1.705,920
1.850,402
2.187,776
1.444,088
1.311,225
2.677,304
3.951,429
2.740,148
2.403,011
1.937,883
19.602
7.953
5.437
3.067
3.068
2.637
9.121
8.994
14.437
12.427
3.798,229
5.224,512
7.068,651
5.012,880
5.012,879
6.467,624
7.922,544
7.644,597
7.179,658
7.410,702
79
31
114
82
82
212
175
197
119
12
5.523,901
7.082,899
9.261,977
6.460,117
6.327,254
9.147,778
11.883,269
10.393,936
9.598,008
9.361,110
Sumber: BPS Sumatera Utara 1995-2014
Dalam kurun waktu 1995-20014, perkembangan ekspor non migas
Sumatera Utara secara keseluruhan menunjukan hasil yang positif. Artinya ekspor
non migas Sumatera Utara selalu meningkat. Pada tahun 2003 nilai FOB ekspor
non migas Sumatera Utara sebesar 5,022 miliar US$. Jumlah tersebut terus
meningkat hingga menyentuh angka 9,361 miliar US$ pada tahun 2014.
5
Universitas Sumatera Utara
Dari tahun ke tahun nilai ekspor non migas Sumatera Utara selalu
berfluktuasi. Nilai ekspor tertinggi diterima pada tahun 2011 dengan nilai FOB
11,883 miliar US$, sedangkan yang terendah adalah 2,563 miliar US$ pada
tahun 2004. Sejak tahun 2005 hingga 2009 cenderung mengalami peningkatan.
Dan semakin membaik pada tahun –tahun berikutnya yang ditunjukan dengan
nilai FOB pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar 11,883
miliar US$, 10,393 miliar US$, 9,598 miliar US$, dan 9,361 miliar US$.
Tabel 1.2
Perbandingan Ekspor Migas dan Non Migas Sumatera Utara Tahun
1995-2014(US$)
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Migas
144
2
726
87
Non Migas
3.107,163
3.102,431
3.443,555
2.713,611
2.606,216
2.437,764
2.294,796
2.891,996
2.681,996
4.563,075
5.523,901
7.820,899
9.261,977
6.460,117
6.327,254
9.147,778
11.838,269
10.393,936
9.598,008
9.361,110
Sumber: BPS Sumatera Utara 1995-2014
Pada tahun 2003-2012 sektor non migas Sumatera Utara mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yang paling tinggi pada tahun 2011 sebesar
6
Universitas Sumatera Utara
11,838 miliar US$ perkembangan tersebut didominasi oleh sektor industri sebesar
7,922 miliar US$, Sedangkan ekspor sektor minyak dan gas bumi tidak
mengalami peran sama sekali. Pada tahun 2013 dan 2014 sektor minyak dan gas
bumi mengalaimi peningkatan sebesar 726 miliar US$, dan 87 miliar US$.
Adanya
keterkaitan
dan
ketergantungan
serta
persaingan
global
menyebabkan kehidupan dalam suatu negara terpengaruh oleh ekonomi
internasional (Hamdy Hadi, 2004). Dengan kata lain dalam era global dan
perdagangan bebas saat ini dapat dikatakan tidak ada lagi negara-negara yang
“autarki”, yaitu negara yang hidup terisolasi tanpa mempunyai hubungan
ekonomi, keuangan maupun perdagangan internasional (ekspor dan impor).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini berjudul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
NON MIGAS DI SUMATERA UTARA ”.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang terjadi pokok permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar terhadap ekspor non di migas
Sumatera Utara?
2. Apakah terdapat pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas di Sumatera
Utara?
3. Apakah terdapat pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap ekspor non
migas di Sumatera Utara?
7
Universitas Sumatera Utara
4. Apakah terdapat pengaruh GDP perkapita negara tujuan ekspor terhadap
ekspor non migas di Sumatera Utara?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar terhadap ekspor
non migas di Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi terhadap ekspor non
migas di Sumatera Utara.
3.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga kredit
terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara.
4.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh GDP perkapita negara tujuan
ekspor terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam hal
ekspor non migas.
2. Sebagai bahan masukan atau pemikiran bagi instansi yang terkait dalam
mengambil keputusan.
3. Menjadi referensi atau diharapkan sebagai bahan kajian peneliti-peneliti
lain untuk menulis topik yang sama.
8
Universitas Sumatera Utara