Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita pada Sektor Informal (Studi Kasus : Pedagang di Kota Medan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sektor Informal
Sektor informal oleh Biro Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai

unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan
jasa dengan tujuan utama menciptakan kesempatan kerja dan penghasilan bagi
dirinya sendiri, meskipun mereka menghadapi kendala baik modal maupun
sumberdaya fisik dan manusia BPS (1981). Keith Hart (1991) menggambarkan
sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar
tenaga yang terorganisir.
Dalam Enslikopedia Ekonomi, Bisnis dan Manajemen (1997) dijelaskan
bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor
informal di Indonesia, tetapi terdapat kesepakatan tidak resmi antara para
ilmuwan yang terlibat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk
menerimadefinisi kerja sektor informal di Indonesia sebagai:
a.


Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah;

b.

Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak mempunyai akses)
batuan, meskipun pemerintah telah menyediakannya;

c.

Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan tersebut
belum mampu membuat sektor tersebut mandiri.

Sedangkan ciri-ciri menurut Todaro (2006), sektor informal disebutkan sebagai
berikut:

8
Universitas Sumatera Utara

1.


Sebagian besar memiliki produksi berskala kecil, aktivitas jasa dimiliki oleh
perorangan atau keluarga dan dengan menggunakan teknologi yang
sederhana.

2.

Umumnya para pekerja bekerja sendiri dan sedikit yang memiliki pendidikan
formal.

3.

Produktivitas pekerja dan penghasilannya cenderung lebih rendah daripada
di sektor formal.

4.

Para pekerja di sektor informal tidak dapat menikmati perlindungan seperti
yang di dapat di sektor formal dalam bentuk jaminan kelangsungan kerja,
kondisi kerja yang layak dan jaminan pension.


5.

Kebanyakan pekerja yang memasuki sektor informal adalah pendatang baru
dari desa yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sektor
formal.

6.

Motivasi mereka biasanya untuk mendapatkan penghasilan yang bertujuan
hanya untuk dapat bertahan hifup dan bukannya untuk mendapatkan
keuntungan, dan hanya mengandalkan pada sumber daya yang ada pada
mereka untuk menciptakan pekerjaan.

7.

Mereka berupaya agar sebanyak mungkin anggota keluarga mereka ikut
berperan serta dalam kegiatan yang mendatangkan penghasilan dan
meskipun begitu mereka bekerja dengan waktu yang panjang.

8.


Kebanyakan diantara mereka menempati gubuk-gubuk yang mereka buat
sendiri di kawasan kumuh (slum area) dan pemukiman liar (schelter) yang
umumnya kurang tersentuh pelayanan jasa seperti listrik, air, transportasi

9
Universitas Sumatera Utara

serta jasa-jasa kesehatan dan pendidikan.
Berdasarkan definisi kerja tersebut, aktivitas sektor informal yang
dikategorikan sebagai unit usaha kecil bisa bersifat mendukung aktivitas formal
dan apabila diberdayakan dan dikembangkan dengan baik akan bersinergi dengan
sektor formal perkotaan ntuk saling melengkapi kebutuhan warga kota. Dengan
seragkaian ciri sektor informal di Indonesia, antara lain:
a.

Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, kerena unit usaha timbul
tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia secara formal;

b.


Pada mumnya usaha tidak memiliki izin usaha;

c.

Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam
kerja;

d.

Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi
lemah tidak sampai ke sektor ini;

e.

Unit usaha berganti-ganti dari subsektor ke subsektor lain;

f.

Teknologi yang digunakan masih tradisional;


g.

Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga
kecil;

h.

Dalam menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian
besar diperoleh dari pengalaman sambil kerja;

i.

Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise, dan
kalau memiliki pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri;

j.

Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau
dari lembaga keuangan tidak resmi;


10
Universitas Sumatera Utara

k.

Hasil produsi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat
kota/desa berpenghasilan rendah atau menengah.

2.2

Pedagang Kaki Lima Sebagai Salah Satu Kegiatan Sektor Informal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk aktivitas perdagangan

sektor informal Djakti, (1986). Pedagang kaki lima adalah pedagang kecil yang
umumnya berperan sebagai penyalur barang-barang dan jasa ekonomi kota. Dari
pengertian tersebut, yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah setiap
orang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa, yaitu melayani
kebutuhan barang-barang atau makanan yang dikonsumsi langsung oleh
konsumen, yang dilakukan cenderung berpindah-pindah dengan kemampuan

modal yang kecil dan terbatas, dalam melakukan usaha tersebut menggunakan
peralatan sederhana dan memiliki lokasi di tempat-tempat umum (terutama di atas
trotoar atau sebagian badan jalan). McGee dan Yeung (1977) memberikan
pengertian pedagang kaki lima sama dengan hawker, yang didefinisikan sebagai
sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual pada ruang
publik, terutama di pinggir jalan dan trotoar. Dalam pengertian ini termasuk juga
orang yang menawarkan barang dan jasanya dari rumah ke rumah.
Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang di sektor informal
secara umum oleh Mc Gee dan Yeung (1977) dapat dibagi menjadi:
a.

Bahan mentah makanan dan minuman setengah jadi (Unprocessed and
semiprocessed foods). Termasuk pada jenis dagangan ini adalah bahan
mentah makanan seperti daging, buah, dan sayuran. Selain itu juga
dapat berupa barang-barang setengah jadi seperti beras.

b.

Makanan siap saji (Prepared food) termasuk dalam jenis barang dagangan


11
Universitas Sumatera Utara

ini berupa makanan atau minuman yang telah dimasak dan langsung
disajikan ditempat maupun dibawa pulang.
c.

Non makanan (non foods) termasuk jenis barang dagangan yang tidak berupa
makanan. Contohnya adalah mulai dari tekstil, barang dan obat-obatan.

d.

Jasa pelayanan (services)
Jasa pelayanan yang diperdagangkan adalah jasa perorangan, seperti tukang
pembuat kunci, tukang potong rambut, tukang reparasi jam dan lain-lain. Pola
penyebarannya pada lokasi pusat pertokoan dan pengelompokkannya
membaur dengan jenis lainnya.
Karakteristik menurut jenis usaha dagangan dipergunakan untuk melihat

gambaran tentang variasi jenis dagangan yang didagangkan, serta pengaruhnya

terhadap pendapatan. Hubungan begitu erat bila dikaitkan dengan masalah
pendapatan yang mereka peroleh. Berbagai ragam usaha yang dilakukan oleh
masyarakat dalam bentuk usaha-usaha kecil kaki lima dan semacamnya
kemungkinan memberikan dampak positif untuk meningkatkan pendapatan itu
sendiri.
2.3

Permintaan Tenaga Kerja Wanita di Indonesia
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang

dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) dan sesuai yang disarankan oleh International Labor Organanitation (ILO)
adalah penduduk berusia 15 tahun keatas yang dikelompokkan dalam angkatan

12
Universitas Sumatera Utara

kerja dan bukan angkatan kerja.

Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam
usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja
mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. BPS (Badan
Pusat Statistik) membagi tenaga kerja (employed) atas 3 macam, yaitu:
1.

Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai
jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai
dengan uraian tugas.

2.

Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed),
adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.

3.

Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed),
adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam per minggu.

4.

Menurut Simanjuntak (2001), tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah
atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja,
besekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi
mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

5.

Pada dasarnya tenaga kerja dibagi kedalam kelompok angkatan kerja (labor
force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja
adalah (1) golongan yang bekerja dan (2) golongan yang menganggur
mencari pekerjaan.
Wanita sebagai salah satu anggota keluarga, seperti juga anggota keluarga

13
Universitas Sumatera Utara

yang lain mempunyai tugas dan fungsi dalam mendukung keluarga. Dahulu dan
juga sampai sekarang masih ada anggota masyarakat yang menganggap tugas
wanita dalam keluarga adalah hanya melahirkan keturunan, mengasuh anak,
melayani suami, dan mengurus rumah tangga. Dalam

perkembangannya

sekarang ternyata tugas atau peranan wanita dalam kehidupan keluarga
semakin berkembang lebih luas lagi. Wanita saat ini tidak saja berkegiatan di
dalam lingkup keluarga, tetapi banyak di antara bidang-bidang kehidupan di
masyarakat membutuhkan sentuhan kehadiran wanita dalam penanganannya.
Peran wanita dalam ikut menopang kehidupan dan penghidupan keluarga
semakin nyata (Sumarsono, dkk, 1995).
Wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber daya insani
pembangunan mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama
dengan pria di segala bidang. Pembangunan wanita sebagai mitra sejajar pria
ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan pembangunan manusia
seutuhnya. Kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat serta peranannya
dalam pembangunan perlu dipeliihara dan terus ditingkatkan hingga dapat
memberikan sumbangsih yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan keluarga
dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya (Depdikbud, 1993). Pada
dasarnya wanita sekarang ini tidak lagi melakukan aktivitas seluruhnya hanya
untuk bekerja di rumah. Namun mereka saat ini telah ada yang bekerja. Wanita
khususnya mereka yang berasal dari keluarga miskin merupakan tenaga yang
potensial bagi kesejahteraan

keluarganya

bahkan

acapkali memberikan

sumbangan yang besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan

14
Universitas Sumatera Utara

masyarakat (Kartasasmita, 1996).
2.4

Pendapatan
Pendapatan juga dapat di defenisikan sebagai jumlah seluruh uang yang

diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaa tenaga kerja,
pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran
transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial ata asuransi
pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 1997).
Pendapatan atau juga disebut income dari seorang warga masyarakat hasil
penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor prodruksi.
Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan
sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi.
Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barangbarang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan
permintaan.
Pendapatan merupakan uang yang diterima oleh seseorang atau perusahaan
dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), sewa (rent), bungan (interest), laba
(profit) dan sebagainya, bersama-sama dengan tunjangan pengangguran, uang
pensiun dan sebagainya. Dalam analisis mikroekonomi, istilah pendapatan
khususnya dipakai berkenan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu
yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga
kerja dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga maupun
laba, secara berurutan. Dalam analisis ekonomi makro, istilah pendapatan nasional

15
Universitas Sumatera Utara

(national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari
sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk biaya transfer (tunjangan
pengangguran, pension dan lain sebagainya).
Suatu usaha yang bergerak dalam sektor formal maupun informal dalam
penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan
dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya produksi maka akan
mencapai profit/keuntngan yang maksimum karena profit merupakan salah satu
tujuan penting dalam berusaha. Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit
output yang terjual dikalikan dengan harga output per unit.
Pendapatan
memanfaatkan

diakibatkan

faktor-faktor

oleh

kegiatan-kegiatan

produksi

untuk

perusahaan

mempertahankan

dalam

diri

dan

pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara
keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process
menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positf (pendapatan dan keuntungan) dan
pengaruh negative (beban dan kerugian). Selisih keduanya nantinya menjadi laba
atau rugi.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:
a.

Gaji dan Upah
Imbalan yang diperolah setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk
orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu atau satu
bulan.

b.

Pendapatan dari Usaha Sendiri
Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan biaya-biaya

16
Universitas Sumatera Utara

yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga
sendiri, nilai sewa capital milik sendiri dan semua biaya in biasanya tidak
diperhitungkan
c.

Pendapatan dari Usaha Lain
Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini
merupakan pendapatan sampngan antara lain: pendapatan dari hasil
menyewakan asset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak
lain, pendapatan pensiun dan lain-lain.
Pendapatan yang dijelaskan oleh Abdurrahman (1991) yaitu merupakan

suatu hasil yang di peroleh dari pemakaian kapital dan pemberian jasa
perorangan atau keduanya berupa uang, barang materi atau jasa selama jangka
waktu yang tertentu. Pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pelaku sektor
informal dari total penerimaan (total revenue) pelaku sektor informal itu sendiri
(Soekartawi, 2002). Total penerimaan (total revenue) merupakan penerimaan
keseluruhan dari hasil penjualan dari output yang dihasilkan (Boediono, 1982),
dapat dijelaskan pada persamaan sebagai berikut:
TR = ∑PiQi
Keterangan :
TR
P
Q
I

= Total Revenue
= Harga barang yang dijual
= Jumlah barang yang terjual
= Konstanta

Dari penjualan, pelaku sektor informal akan menerima pendapatan sebesar
TR, jumlah TR dapat diketahui melalui penjualan barang pelaku sektor informal
itu sendiri.

17
Universitas Sumatera Utara

2.5

Hubungan Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Pada bagian ini menjelaskan tentang teori dan hubungan antara

variabel independen (umur, tingkat pendidikan, lama usaha, modal operasional
dan jumlah tanggungan keluarga) terhadap variabel dependen (pendapatan
pekerja wanita sektor informal khususnya pedagang di Kota Medan).
2.5.1

Pengaruh Umur Terhadap Pendapatan
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariningsih dan Rintar Agus

Simatupang (2008) menyimpulkan adanya pengaruh positif hubungan umur
dengan tingkat pendapatan yang diperoleh. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Febriani, Liza dan Almahmudi (2006), dimana variabel umur
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan.
2.5.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan
Pendikan pada saat ini sudah bisa di katakan kebutuhan pokok bagi
setiap individu, agar individu tersebut memiliki kemampuan intelektual yang
mencukupi untuk bersaing dalam dunia kerja. Melalui pendidikan setiap individu
akan mendapatkan berbagai ilmu serta kesempatan yang tidak akan mereka
dapatkan di luar dunia pendidikan. Pendidikan setiap individu yang mereka
dapatkan memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk memiliki ekonomi
yang lebih layak, dari kehidupan

sebelumnya. Menurut

Carter

(2004)

mengungkapkan bahwa pendidikan : a. proses perkembangan kecakapan seorang
individu dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat. b. proses sosial di mana seseorang di pengaruhi oleh suatu
lingkungan yang terpimpin (misal sekolah) sehingga mereka bisa mencapai

18
Universitas Sumatera Utara

kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. Definisi di atas tersebut
menjelaskan bahwa pendidikan terbagi dalam dua bagian, yaitu pendidikan formal
dan pendidikan tidak formal. Pendidikan yang bersifat formal apabila peningkatan
kecakapan yang diperoleh individu tersebut di dapatkan dalam lingkungan khusus
(sekolah) dan pendidikan yang tidak formal apabila pendidikan yang di peroleh
individu tersebut melalui pengalaman pribadinya atau lingkungan sekitarnya, hal
ini cenderung lebih mengarah ke pengalaman pribadinya individu tersebut.
Pendidikan cenderung akan memberikan perubahan terhadap individunya
itu sendiri, dalam hal ini kaitannya pendidikan dengan pendapatan. Pendidikan
yang tinggi juga akan memberikan pendapatan yang tinggi pula, hal ini di
karenakan individu yang memiliki pendidikan yang tinggi mereka akan cenderung
selalu menggunakan ilmu yang mereka dapatkan untuk mereka terapkan dalam
meningkatkan pendapatan individu tersebut.
2.5.2 Pengaruh Lama Usaha Terhadap Pendapatan
Lama usaha akan menentukan keterampilan dalam melaksanakan suatu
tugas tertentu. Lama Usaha dan pengalaman setiap individu dapat berdampak
positif terhadap kemampuan kerja seseorang. Pengalaman memunculkan suatu
struktur pengetahuan, terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang skematis
dan abstrak, yang diperoleh dalam memori yang lama. Selanjutnya Murtanto
dan Gudono (1999) juga mengemukakan bahwa pengalaman meliputi dalarn
hal pengetahuan terhadap kenyataan-kenyataan, proses dan prosedur-prosedur.
Lama usaha akan mempengaruhi dalam analisis seseorang yaitu lebih
teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi kekeliruan. Dapat disimpulkan berarti

19
Universitas Sumatera Utara

orang yang berpengalaman akan lebih teliti dan terinci dalam mendeteksi
kekeliruan dalam pekerjaannya. Lama usaha merupakan lamanya waktu yang di
gunakan seseorang dalam bekerja yang diukur melalui pendapatan yang
meningkat, prestasi maupun tingkat jabatan yang diperoleh. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa pengalaman merupakan pelajaran yang paling berharga dalam
kehidupan seseorang. Melalui pengalaman sering ditemukan kegagalan maupun
kesuksesan yang pernah diraih seseorang.
Menurut Suroto (1992) berdasarkan pengalaman seseorang akan lebih
mampu melihat dan belajar mengenai kekurangan dan kelebihan yang di
milikinya sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk mencapai kesuksesan pada
waktu mendatang. Anaroga (1995) menyebutkan pengalaman adalah keseluruhan
pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam
perjalanan hidupnya. Seseorang yang memiliki pengalaman akan lebih mudah
rnelaksanakan

pekerjaarrnya

dalam

perusahaan,

karena

sudah

terbiasa

melakukannya. Hal ini menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya waktu
maka produktifitas dan keahlian seorang karyawan akan bertambah.
2.5.3 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Pendapatan
Banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan tenaga kerja informal
untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik seperti perbedaan lokasi usaha,
lapangan usaha, jumlah jam kerja dan jumlah modal. Dari faktor- faktor tersebut
yang memberikan pengaruh paling besar terhadap pendapatan tenaga kerja
informal adalah jumlah jam kerja ( Sastra, 2007). Setiap penambahan waktu
operasi akan semakin membuka peluang bagi bertambahnya omzet penjualan.

20
Universitas Sumatera Utara

Analisis jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya
pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individ untuk bekerja
dengan harapan memperoleh penghasilan yang seharusnya ia dapakan. Jam kerja
dalam penelitian ini adalah jumlah atau lamanya waktu yang dipergunakan untuk
berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani konsumen setiap harinya.
2.5.4 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Pendapatan
Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.
Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota
keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga.
Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh
banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumahtangga
berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan semakin
berat beban rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demikian
pula jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga dan anggota-anggota keluarga
yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada besar kecilnya pengeluaran
suatu keluarga. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga
mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak-anak yang belum
dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup lainnya.
Menurut Mantra (2003) yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh
jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu
dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga
kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus

21
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan sehari-hari dikelola bersama- sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk
dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga
membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini orang tua).
2.6
1.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang
(2008) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha
Pedagang Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota Yogyakarta”.
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pemberdayaan sektor informal,
yang berkaitan

dengan

studi

tentang

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kinerja pedagang kaki lima. Dimana Variabel Independen :
Usia, Status Perkawinan, Jumlah Tanggungan, Tingkat Pendidikan, Jam
kerja, Pengalaman pengeceran sebelum mandiri, Pengalaman pada posisi
sekarang, Tingkat persediaan, Ukuran tempat. Metode Penelitian dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh
adalah Variabel usia, status perkawinan , tanggungan keluarga tidak
berpengaruh terhadap pendapatan bersih pedagang kaki lima.
2.

Studi dan penelitian yang di lakukan oleh Rina Handayani yang
berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja
Sektor Informal di Kota Binjai”. Dalam penelitian ini yakni untuk
mengetahui dari variable Independen yaitu modal, jumlah jam kerja serta
tingkat pendidikan terhadap variable dependen yakni pendapatan yang di
peroleh para pekerja sektor informal di kota Binjai. Metode penelitian yang

22
Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan,
pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara langsung dan
kuisioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa. Dari
hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam
kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja
sektor informal di kota Binjai sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap pendapatan sektor informal di kota
Binjai. Variabel independent yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat
pendidikan dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependent yaitu
pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai dengan R-square (R2)
sebesar 92%.
3. Damayanti (2011). Dalam penelitiannya dapat dilihat banyaknya wanita
yang berpartisipasi dalam pasar kerja mengindikasikan bahwa wanita adalah
sumber daya yang potensial bagi pembangunan. Namun demikian potensi
kaum wanita yang relatif besar belum dimanfaatkan secara optimal bila
dilihat dari curahan jam kerja tenaga kerja wanita di Kota Semarang. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan,
pendapatan suami, jumlah tanggungan keluarga, umur, pendidikan terhadap
penawaran tenaga kerja wanita yang diukur dari curahan jam kerja.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda atau Ordinary Least Square (OLS) dengan penawaran tenaga kerja
wanita menikah menjadi variabel dependen dan lima variabel independen
yaitu pendapatan wanita, pendapatan suami, jumlah tanggungan keluarga,

23
Universitas Sumatera Utara

pendidikan, umur. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari
Semarang.

wawancara

dengan

Hasil pengolahan

100

data

orang

responden

menunjukkan

nilai

di
F

Kota
sebesar

9,632772 dengan tingkat probabilitas 0,00 dan koefisien determinasi
(R ) sebesar 0,33879. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu upah, pendapatan suami, jumlah tanggungan keluarga,
umur, dan pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran
tenaga kerja wanita. Pendapatan suami mempunyai pengaruh paling besar
terhadap penawaran tenaga kerja wanita menikah.
4. Didit Suhartono (2010) yang berjudul “Analisis Pendapatan Pedagang Kaki
Lima di Jalan Jendral Soedirman Purwokerto”. Tujuan penelitian adalah
untuk melihat pengaruh faktor pendidikan, masa kerja, jumlah tanggungan
keluarga, jam kerja dan umur terhadap pendapatan pedagang kaki lima.
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan dan
penelitian

kepustakaan,

pengumpulan

data

yang

dilakukan

dengan

wawancara langsung dan kuisioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul
diolah dan dianalisa. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
hanya variabel tingkat pendidikan yang berpengaruh positf dan signifikan
terhadap pendapatan. Sedangkan, variabel masa kerja, jumlah tanggungan
keluarga, jam kerja dan umur berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap pendapatan. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai F sebesar
4,800 dengan tingkat probabilitas 0,001 dan koefisien determinasi (R )
sebesar 0,216.

24
Universitas Sumatera Utara

2.7

Kerangka Konseptual
Berdasarkan berbagai indikator untuk menganalisis hubungan variabel

umur, tingkat pendidikan, lama usaha, jam kerja, tanggungan keluarga terhadap
pendapatan. Maka dibuatlah bagan sebagai berikut:
Umur (X1)

Pendidikan
(X2)
Lama Usaha
(X3)
Pendapatan
(Y)

Jam Kerja
(X4)
Jumlah
Tanggungan
(X5)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.8

Hipotesis Penelitian
Menurut (Sekaren, U., 2003) dalam Sukaria Sinulingga (2011:94),

hipotesis suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih
yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya.
Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis ada dua yaitu hipotesis nol
(Ho) dan hipotesis statistik (Ha). Hipotesis nol adalah hipotesis negatif yang
menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus diuji
kebenarannya dengan analisa statistik.

Sedangkan hipotesis statistik adalah

25
Universitas Sumatera Utara

rumusan hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui perhitungan statistik.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual maka peneliti
menetapkan hipotesis di dalam penelitian ini yaitu:
1.

Variabel umur berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang wanita
kaki lima di Kota Medan.

2.

Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan
pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

3.

Variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
wanita kaki lima di Kota Medan.

4. Variabel jumlah jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
wanita kaki lima di Kota Medan.
5.

Variabel jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap pendapatan
pedagang wanita kaki lima di Kota Medan.

.

26
Universitas Sumatera Utara