Marah Halimcup 1972 -1995

(1)

BAB II

LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN MARAH HALIM CUP

2.1 Mengenal Sosok Marah Halim Harahap

Pria dari Tabusira6, Tapanuli Selatan ini, lahir pada 28 Februari 1921. Tahun 1967 Marah Halim dilantik menjadi Gubernur Sumatera Utara. Dia menjadi Gubernur menggantikan P.R. Telaumbanua7

Setelah lulus sekolah dasar, Marah Halim, anak keempat dari enam bersaudara, sesungguhnya ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah MULO (sekolah menengah) di Padang Sidempuan. Namun ini semua terkendala karena kemampuan orangtua yang terbatas. ‘Marsaba di huta

. Orangtua Marah Halim adalah petani biasa. Ayahnya, Jabbar Harahap adalah seorang petani yang mengusahakan sawah dan ladang sebagaimana umumnya penduduk kampong Tabusira. Ayahnya adalah penduduk biasa, tetapi Marah Halim sewaktu kecil adalah seorang anak yang luar biasa. Di kampungnya memang terdapat sekolah rakyat yang dibangun swadaya oleh penduduk tetapi kelas tertinggi hanya sampai kelas tiga.

8

6

Tabusira, suatu kampung kecil di Padang Sidempuan yang letaknya dekat dengan perbatasan Sipirok. Dari kampung ini terpapar dibawah sebuah lembah yang indah yang ditengahnya mengalir sungai Aek Batang Tura yang menjadi hulu terjauh dari sungai Barumun. Lembah ini sungguh sangat subur, karena iklim campuran antara berhawa panas (dari Padang Lawas) dan berhawa dingin (dari Sipirok).

7

Telaumbanua lahir di Gunung Sitoli, 30 September 1919. Menyelesaikan pendidikan pada H.I.S. di Sigumpolon, Tarutung dan pendidikan MULO juga di Sigumpolon dan H.I.K. di Solo, Jawa Tengah dan Sekolah Pendeta di Gunung Sitoli, Nias. Ia terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara pada tahun 1965-1967. Telaumbanua tutup usia pada 16 Februari 1987.1

8

Marsaba di Huta ialah Bahasa Suku Batak Angkola yang berarti bersawah di kampung tidak berminat, bersekolah yang lebih tinggi tiada daya, bakat pedagang tidak ada karena keluarga adalah keluarga petani,


(2)

11

lalu jalan keluarnya apa?’. Mungkin kegalauan ini menjadi beban pemikiran tersendiri bagi Marah `Halim. Lantas, Marah Halim terpikir untuk merantau ke Deli (maksudnya Medan). Pemahaman ini muncul karena Marah Halim sudah banyak berinteraksi dengan pemuda-pemuda sebaya di luar kempungnya. Pada masa itu, sudah banyak anak-anak Padang Sidempuan, anak-anak Sipirok dan juga anak-anak Pargarutan yang telah berhasil di Pematang Siantar dan di Medan. Marah Halim kemudian bersiap-siap hijrah ke Medan untuk menyusul abangnya nomor dua, Sjamsoedin yang telah duluan merantau ke Tanah Deli.

Dengan bekal ijazah sekolah dasar, Marah Halim siap rohani dan jasmani untuk memulai perantauan ke Medan. Dari Sipirok, Marah Halim menumpang bis Sibualbuali menuju Padang Sidempuan dan dengan bis yang sama dari Padang Sidempuan menuju Sibolga, lalu Tarutung dan hingga tiba di Pematang Siantar. Marah Halim tidak sampai ke Medan hanya di Pematang Siantar. Di kota ini Marah Halim diterima bekerja di perkebunan. Namun sebagai juru tulis bukanlah bakatnya, karena boleh jadi Marah Halim terbiasa memegang pangkur sejak kecil di kampungnya. Kemudian sejak pendudukan Jepang, Marah Halim melanjutkan perantauan ke Medan. Namun situasi Kota Medan saat itu secara sosial ekonomi tengah memburuk. Di Medan, Marah Halim tinggal bersama abangnya dan kemudian berminat masuk pelatihan militer Jepang. Setelah proklamasi Agustus 1945 kehidupan Marah Halim tidak menentu. Ketika Belanda kembali, dengan pengetahuan pelatihan tempur, Marah Halim yang sudah matang di usia jelang 25 tahun ikut bergabung dengan Barisan Pemuda di Medan lalu menjadi bagian dari


(3)

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatra Timur. TKR ini kemudian berganti nama menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Selama agresi militer Belanda pertama Marah Halim diangkat sebagai Letnan.

Setelah berakhirnya agresi militer Belanda dan pasca pengakuan kedaulatan Republik Indonesia (27 Desember 1949), Marah Halim kembali ke ‘pangkalan’ di Medan dan mulai mengisi pos jajaran militer dengan fungsi staf perwira di wilayah militer Sumatra Timur di Medan.

Selama Abdul Hakim menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara (25 Januari 1951-23 Oktober 1953), Kapten Marah Halim merupakan satu-satunya perwira militer yang bebas keluar masuk kapan saja ke rumah sang Gubernur. Marah Halim dikenal sebagai sosok yang tegas di lingkungan militer tetapi sangat komunikatif dengan pihak-pihak sipil. Karena itu Abdul Hakim sebagai petinggi sipil tertinggi di Sumatra Utara tidak sulit menjalin hubungan dengan Marah Halim. Konon, kemampuan berbicara (mangkobar) yang hebat dari Marah Halim menjadi salah satu alasan mengapa Marah Halim yang dipilih menjadi hakim militer di Aceh. Marah Halim pada tahun 1952 ditugaskan untuk menjadi hakim militer di wilayah Aceh di Kutaradja (kini Banda Aceh).

Nama Marah Halim Harahap mungkin lebih dikenal banyak orang sebagai gubernur yang mencintai sepakbola. Pada masanya, pesepakbolaan Sumatera Utara mengalami fase kejayaanya. Pada masa ini pula nama PSMS (Persatuan Sepakabola


(4)

13

Medan Sekitarnya ) menjadi fenomenal. Referensi kebangkitan sepakbola Sumatera Utara selalu merujuk pada masa ini

Ketika Marah Halim awal mulanya memangku jabatan sebagai Gubernur Sumatera Utara, keadaan bangsa Indonesia masih belum pulih akibat luka-luka yang ditimbulkan dari peristiwa Gerakan 30 September. Ia membersihkan pemerintahan dari unsur komunis. Setelah keadaan terkendali, Marah Halim memulai pembangunan di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan Marah Halim Harahap bangunan fisik di Sumatera Utara cukup meningkat. Hal itu dimungkinkan karena adanya ‘oil boom’ (dana yang cukup besar dari pemerintah pusat)9

Sejatinya pada masa itu rakyat Sumatera Utara sangat mendambakan kehadiran sosok pemimpin, gubernur kepala daerah yang mampu mengatasi masalah-masalah yang kompleks di Sumatera Utara. Untuk melancarkan roda pemerintahan

. Pada masa itu juga cukup banyak dibangun gedung olahraga di Sumatera Utara terutama di daerah-daerah tingkat II, seperti di Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.

Krisis kepemimpinan di Sumatera Utara karena akibat peristiwa G30S merupakan prioritas utama pemikiran wakil-wakil rakyat di DPRD-GR Sumatera Utara untuk mengambil langkah-langkah strategis sebagai hari depan Sumatera Utara. Pimpinan di DPRD-GR ketika itu ialah J.H. Hutauruk selaku Dewan Ketua.

9

Oil Boom merupakan sebuah fenomena yang terjadi pada masa Orde Baru, di mana harga minyak bumi naik drastis karena adanya peperangan negara-negara Timur Tengah dengan Israel yang memaksa OPEC beserta organisasi negara-negara pengekspor minyak terbesar dunia melakukan pemboikotan.


(5)

menuju ketertiban demi hukum dan konstitusi serta menempatkan UUD 1945 dan Pancasila pada jalan yang benar sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Maka setelah melalui proses dan mekanisme pemilihan sesuai dengan peraturan dan perundangan (undang-undang No. 18 Tahun 1965) akhirnya DPRD (GR) Provinsi Sumatera Utara memilih Kolonel Marah Halim Harahap sebagai Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Tahun pertama Marah Halim sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara program beliau lebih menitik-beratkan kepada meningkatkan komunikasi dan hubungan kerja sama dengan para legislatif serta menggalang tali silahturahmi dengan Sembilan parpol, ormas pemuda, ulama, tokoh pejuang/ angkatan ’45, seniman dan juga wartawan.

Marah halim lebih banyak mendengar dari mereka-mereka itu untuk biasa mengetahui masalah-masalah serta situasi perkembangan yang tengah dihadapi oleh Negara dan Pemerintah Orde Baru.

“Masalah politik menjadi tolak ukur bagi Marah Halim untuk mengklasifikasi sikap golongan-golongan politik mana yang betul-betul dalam pandangannya mengerti akan situasi, di samping golongan-golongan politik yang setengah-setengah tahu tetapi sebenarnya tidak tahu karena mendapat informasi pura-pura tahu. Dan ada tokoh atau golongan yang tidak tahu sama sekali tapi punya semangat yang tinggi”10

Marah Halim sebagai pimpinan pemerintahan daerah mengharapkan sekali partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat Sumatera Utara akan tujuan

10

Muhammad TWH, Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara, Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2006, hlm. 74.


(6)

15

pembangunan yang telah dirumuskan oleh Pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto saat itu. Di samping itu, beliau juga ingin menciptakan suatu iklim politik yang berorientasi pada pembangunan di Sumatera Utara, memberikan motivasi kepada pimpinan parpol, ormas pemuda, pimpinan perguruan tinggi dan organisasi sosial agar dapat mandiri dan bertanggung jawab membangun Negara ini.

Marah halim juga dapat dikatakan seorang yang anti PKI, berkali-kali dalam memberikan motivasi kepada masyarakat Sumatera Utara, tidak lupa ia terus mengajak masyarakat untuk menyingkirkan dan membasmi orang-orang PKI di Sumatera Utara sembari mengucapkan sumpah serapah kepada PKI yang pemerintahan Orde Baru anggap sebagai pelaku terjadinya pembantaian misalnya pada 30 September 1965 atau yang kemudian selama masa pemerintahan Orde Baru dikenal dengan sebutan G30S-PKI.

Beliau juga rutin melakukan pembinaan dan menggalang kekuatan sosial politik Orde Baru di daerah Sumatera Utara ini, karena beliau menyadari akan pentingnya arti dari pembangunan sosial politik tak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi.

Muhammad TWH yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Marah Halim mengatakan, sosok Marah Halim mempunyai pembawaan yang keras dan terkesan seram. Namun dengan pembawaan seperti itu, menurut Muhammad TWH, tak menghalangi Marah Halim untuk dekat dengan banyak orang.


(7)

“Dia walaupun keras tapi tetap bersahabat dan enak diajak bercandaan. Bahkan, saat kami bermain tenis sama-sama ia tak jarang mendapat ejekan bercandaan dari kawan-kawannya, tapi tetap saja suasana selalu dapat ia bawa santai,” terang TWH.11

Sejak sebelumnya kegiatan olahraga memang telah memperlihatkan hasil yang baik. Gubernur Marah Halim hanya tinggal memberi dorongan dan mengadakan berbagai macam turnamen olahraga, sehingga kegairahan sangat terasa. Turnamen yang bersifat Nasional diadakan di Medan yang di kenal dengan Turnamen Sepak Bola Marah Halim Cup yang terus berlangsung kendatipun porsinya berbeda, baik dari segi peserta maupun dari segi penyelenggaraan, tetapi kemeriahan terasa. Banyak sekali kegiatan dan prestasi olahraga yang memperlihatkan grafik menaik, di masa kepemimpinan Marah Halim selama dua periode.

2.2 Ide lahirnya Marah Halim Cup

12

Penabalan Marah Halim Cup tidak lain sebagai tanda terima kasih masyarakat olahraga di Sumatera Utara khususnya, atas pembinaaan Gubernur Sumatera Utara Marah Halim Harahap terhadap semua cabang olahraga, terutama sepakbola.

Pada mulanya Marah Halim Cup dicetuskan dan direncanakan hanyalah sebatas turnamen tingkat daerah di Sumatera Utara. Setelah dilantik sebagai kepala daerah tingkat I sumatera utara pada tahun 1967, Gubernur Marah Halim menyetujui diadakannya perebutan kejuaraan Marah Halim Cup di semua daerah tingkat II.

11

Wawancara dengan Muhammad TWH 13 Oktober 2014 di Medan 12

Muhammad TWH, Mengenal Para Gubernur Sumatera Utara 1947-1998, Medan: Biro Humas Pemda Tingkat I Sumatera Utara, 1995, hlm. 64.


(8)

17

Kejuaraan tersebut dimulai pada tahun 1970 dengan menetapkan secara bergiliran tiap ibukota Kabupaten dan Kotamadya sebagai tuan rumah dari cabang olahraga yang dipertandingkan.13

13

Sorip Harahap & Tim, Sejarah Olahraga Sumatera Utara, Medan: Hasmar, 1991, hlm. 84 Sebagai persiapan untuk menghadapi PON Turnamen Marah Halim ini amat berguna dalam usaha meningkatkan prestasi para atlit peserta. Kemudian timbul ide untuk meningkatkan perebutan kejuaraan Marah Halim Cup daerah ke tingkat nasional. Pencetus ide ini adalah Ketua Harian KONI Sumatera Utara, Kamaruddin Panggabean, yang pada masa itu juga menjadi Komisaris Daerah PSSI Sumatera Utara.

Realisasi ide tersebut pada bulan April tahun 1972 mempertemukan enam kesebelasan besar PSSI dalam pertandingan-pertandingan yang turut menyemarakkan perayaan Hari Jadi ke-63 Kota Medan.Setahun berikutnya setelah melihat kelancaran dan suksesnya pertandingan pada tahun 1972 tersebut, Gubernur Marah Halim menyambut baik ide untuk meningkatkan Kejuaraan Marah Halim Cup ke tingkat internasional dengan ikut sertanya kesebelasan luar negeri. Kemudian turnamen ini akhirnya mempunyai nama resminya di ajang internasional, yaitu “Marah Halim Cup Football Tournament”.

Selain turut menyemarakkan perayaan Hari Jadi Kota Medan, turnamen ini bertujuan untuk meningkatkan mutu persepakbolaan di daerah Sumatera Utara khususnya dan di antara semua Negara peserta pada umumnya.


(9)

Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan seni-budaya Sumatera Utara telah diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat.14

14Ibid

. hlm. 85

Sejak Turnamen Marah Halim Cup ini bergulir pada tahun 1972, yang waktu itu hanya diikuti oleh kesebelasan-kesebelasan dalam negeri, perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan grafik yang sangat positif. Pada tahun kedua turut mengambil bahagian dari turnamen ini ialah kesebelasan Malaysia, Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedangkan pada tahun 1974 muncul Khmer, Korea dan Jepang.

India, Taiwan dan Australia juga pernah tercatat turut mengambil bahagian sebagai tim dari luar negeri yang memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi tiga belas tim dengan enam kesebelasan yang berasal dari klub Indonesia.

Dari tahun ke tahun, Panitia Penyelenggara berusaha untuk mendatangkan kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya.


(10)

19

Dari tim dalam negeri tidak selalu dapat diharapkan partisipasinya untuk ikut serta dikarenakan berbagai halangan, demikian juga dengan tim-tim dari luar negeri menghadapi hal yang serupa dengan tim lainnya.

Bila pada perebutan kejuaraan Marah Halim Cup tercatat jumlah terbanyak pada turnamen ke-5 dan ke-6, masing-masing tiga belas tim, angka ini menurun pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat sejak turnamen Marah Halim Cup ke-13 yang hanya berjumlah enam peserta. Pada tahun 1988 sampai dengan 1991 jumlah pesertanya menjadi delapan tim.

2.3 Marah Halim Cup

Sejak turnamen dimulai untuk memperebutkan Piala Marah Halim pada tahun 1972 hingga September 1991 telah berlangsung selama 20 tahun, diikuti oleh 20 kesebelasan dalam negeri dan 24 tim luar negeri. Yang pertama pada tahun 1972 hanya diikuti oleh 6 kesebelasan dalam negeri baru kemudian pada tahun 1973 berikutnya maju selangkah dengan mengikutsertakan 5 tim dari luar negeri.

Dari tahun ke tahun telah diikuti berbagai kesebelasan untuk menyemarakkan turnamen ini, sebagaimana tercantum dalam daftar yang tertera di bawah ini. Kota Medan sebagai Tuan rumah penyelenggara pertandingan menampilkan PSMS pada tahun 1972 dan 1973 sebagai juara pertama 2 kali berturut-turut. Selain PSMS tim lokal yang juga pernah keluar sebagai peraih trofi adalah Persija Jakarta pada tahun 1977, sesudah itu Piala Marah Halim selalu diboyong oleh kesebelasan luar negeri.


(11)

Dalam urutan di bawah ini tercatat nama-nama kesebelasan Asia yang pernah menjuarai Marah Halim Football Tournament seperti Birma, Korea, Jepang, Irak, dengan catatan bahwa Korea terbanyak menjadi juara, yaitu 4 kali. Dari Eropa, Negeri Belanda dan Jerman Barat tampil sebagai tim terkuat yang menjuarai Marah Halim Cup, sedang kesebelasan Australia juga pernah memboyong Piala Marah 2 kali ke negara Kangguru.

Penyelenggaraan turnamen Piala Marah Halim berlangsung tiap tahun, kecuali pada tahun 1987 dan 1990. Untuk jelasnya di bawah ini diuraikan kesebelasan para juara turnamen dan jumlah keikutsertaan masing-masing negara peserta.


(12)

21

No Waktu penyelengaraan Peserta Juara I Juara II Juara III

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

7-16 April 1972 10-24 April 1973

18 Maret - 05 April 1974 05-24 April 1975

30 April-15 Mei 1976 19 Maret - 4 April 1977 03 -14 Maret 1978 27 April - 09 Mei 1979 30 April - 14 Mei 1980 24 April - 07 Mei 1981 11 - 20 Juni 1982 01 - 16 April 1983 04 - 10 Mei 1984 12 -17 April 1985 11 - 16 April 1986 27 Mei - 8 juni 1988 1 - 11 Juli 1989

28 Agustus - 5 September 1991 16 April - 24 April 1995

6 Tim 11 Tim 12 Tim 10 Tim 13 Tim 13 Tim 9 Tim 10 Tim 11 Tim 10 Tim 8 Tim 7 Tim 6 Tim 6 Tim 6 Tim 8 Tim 8 Tim 8 Tim 7 Tim Medan Medan Jepang Australia Australia Jakarta Birma Birma Belanda Korea Jerman Barat Korea Irak Korea Yugoslavia Jepang Belanda RRC Medan Jaya Surabaya Jakarta Medan Korea Korea Jepang Medan Islandia Birma Jepang Jepang Medan Inggris Inggris Korea PSMS Jepang Medan Jaya Harimau Tapanuli Jakarta Birma Ujungpandang Medan Birma Muangthai Korea/Jepang Turki Korea Belanda Italia Irak Muangthai Muangthai Muangthai Hungaria RRC Australia Pelita Jaya

Tabel. 1 Daftar Peraih Juara Marah Halim Cup 1972 – 199515

15Ibid. hal. 91


(13)

2.3.1. Marah Halim Cup sebagai Turnamen Nasional

Setelah pelantikan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tahun 1967 sebagai tonggak awal dimulainya Turnamen Marah Halim Cup melalui persetujuan Gubernur Marah Halim Harahap yang diadakan di Seluruh Daerah Tingkat II Di Sumatera Utara. Kejuaran ini dimulai pada awalnya 1970 sebagai persiapan untuk menghadapi pekan olahraga nasional (PON) serta untuk meningkatkan prestasi atlet-atlet SUMUT peserta PON.

Melihat antusiasme atlit sepakbola maka timbul ide Ketua Harian KONI SUMUT Kamaruddin Panggabean yang pada saat itu juga menjadi Ketua PSSI Sumatera Utara untuk menjadikan turnamen ini sebagai perebutan turnamen tingkat nasional, yang diikuti oleh 6 klub perserikatan PSSI yaitu PSMS Medan, Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar dan Persema Malang.

2.3.2 Marah Halim Cup sebagai Turnamen Internasional

Pada tahun kedua turut mengambil bahagian kesebelasan Malaysia, Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedang pada tahun 1974 muncul Kamboja, Korea Selatan dan Jepang.

India, Taiwan dan Australia tercatat sebagai Tim Luar Negeri yang turut memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi 13 kesebelasan diantaranya 6 Tim indonesia, perlu diberitahukan, bahwa


(14)

23

penyelenggaraan turnamen ke-4 Marah Halim cup sejak 1975 memperoleh pengesahan dari Asian Football Confederation atau AFC dan Federation Internationale de Football Association (FIFA). Hal itu membuktikan adanya kepercayaaan atas turnamen ini dari federasi internasional yang, membawahi dan menilai turnamen sepakbola diberbagai negara di dunia.

Dari tahun ke tahun panitia penyelenggaraan berusaha untuk mendatangkan kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya sekaligus untuk meningkatkan kualitas sepakbola di dalam negeri. Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan seni-budaya Sumatera Utara turut pula diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat.

Sejak tahun 1974 Turnamen Marah Halim ini sudah terdaftar sebagai turnamen resmi federasi sepakbola dunia FIFA. Halim Panggabean, mantan Pengurus PSMS dan juga merupakan anak dari Kamarrudin Panggabean mengatakan bahwa tingkat kepopuleran sepakbola Sumut mulai semakin meningkat di dalam negeri karena adanya Marah Halim Cup.

“Gubernur Marah Halim termasuk penggila bola, dia selalu mengatakan biarlah kalah dalam pertandingan lain asalkan jangan kalah main sepakbola,” ucap Halim menirukan ucapan gubernur yang dekat dengan ayahnya itu.


(15)

Tujuan utama Marah Halim menyelenggarakan ajang ini ialah untuk merangsang pesepakbolaan Sumatera Utara agar dapat berprestasi di tingkat internasional. Untuk itulah maka, sepanjang turnamen ini bergulir PSMS selalu diikutsertakan sebagai salah satu peserta Tuan rumah.

Suksesnya Turnamen Marah Halim Cup yang bertaraf internasional semakin membangkitkan gairah Marah Halim untuk memancing bakat-bakat olahraga lainnya di Sumatera Utara untuk dapat berprestasi kelak di level internasional. Maka itu, kemudian dibuatlah Marah Halim Cup antarkabupaten yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga, antara lain bola voli, badminton, atletik, dan lain-lain layaknya sebuah ajang penyelenggaran pekan olahraga di Sumut.


(1)

19

Dari tim dalam negeri tidak selalu dapat diharapkan partisipasinya untuk ikut serta dikarenakan berbagai halangan, demikian juga dengan tim-tim dari luar negeri menghadapi hal yang serupa dengan tim lainnya.

Bila pada perebutan kejuaraan Marah Halim Cup tercatat jumlah terbanyak pada turnamen ke-5 dan ke-6, masing-masing tiga belas tim, angka ini menurun pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat sejak turnamen Marah Halim Cup ke-13 yang hanya berjumlah enam peserta. Pada tahun 1988 sampai dengan 1991 jumlah pesertanya menjadi delapan tim.

2.3 Marah Halim Cup

Sejak turnamen dimulai untuk memperebutkan Piala Marah Halim pada tahun 1972 hingga September 1991 telah berlangsung selama 20 tahun, diikuti oleh 20 kesebelasan dalam negeri dan 24 tim luar negeri. Yang pertama pada tahun 1972 hanya diikuti oleh 6 kesebelasan dalam negeri baru kemudian pada tahun 1973 berikutnya maju selangkah dengan mengikutsertakan 5 tim dari luar negeri.

Dari tahun ke tahun telah diikuti berbagai kesebelasan untuk menyemarakkan turnamen ini, sebagaimana tercantum dalam daftar yang tertera di bawah ini. Kota Medan sebagai Tuan rumah penyelenggara pertandingan menampilkan PSMS pada tahun 1972 dan 1973 sebagai juara pertama 2 kali berturut-turut. Selain PSMS tim lokal yang juga pernah keluar sebagai peraih trofi adalah Persija Jakarta pada tahun 1977, sesudah itu Piala Marah Halim selalu diboyong oleh kesebelasan luar negeri.


(2)

Dalam urutan di bawah ini tercatat nama-nama kesebelasan Asia yang pernah menjuarai Marah Halim Football Tournament seperti Birma, Korea, Jepang, Irak, dengan catatan bahwa Korea terbanyak menjadi juara, yaitu 4 kali. Dari Eropa, Negeri Belanda dan Jerman Barat tampil sebagai tim terkuat yang menjuarai Marah Halim Cup, sedang kesebelasan Australia juga pernah memboyong Piala Marah 2 kali ke negara Kangguru.

Penyelenggaraan turnamen Piala Marah Halim berlangsung tiap tahun, kecuali pada tahun 1987 dan 1990. Untuk jelasnya di bawah ini diuraikan kesebelasan para juara turnamen dan jumlah keikutsertaan masing-masing negara peserta.


(3)

21

No Waktu penyelengaraan Peserta Juara I Juara II Juara III 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

7-16 April 1972 10-24 April 1973

18 Maret - 05 April 1974 05-24 April 1975

30 April-15 Mei 1976 19 Maret - 4 April 1977 03 -14 Maret 1978 27 April - 09 Mei 1979 30 April - 14 Mei 1980 24 April - 07 Mei 1981 11 - 20 Juni 1982 01 - 16 April 1983 04 - 10 Mei 1984 12 -17 April 1985 11 - 16 April 1986 27 Mei - 8 juni 1988 1 - 11 Juli 1989

28 Agustus - 5 September 1991 16 April - 24 April 1995

6 Tim 11 Tim 12 Tim 10 Tim 13 Tim 13 Tim 9 Tim 10 Tim 11 Tim 10 Tim 8 Tim 7 Tim 6 Tim 6 Tim 6 Tim 8 Tim 8 Tim 8 Tim 7 Tim Medan Medan Jepang Australia Australia Jakarta Birma Birma Belanda Korea Jerman Barat Korea Irak Korea Yugoslavia Jepang Belanda RRC Medan Jaya Surabaya Jakarta Medan Korea Korea Jepang Medan Islandia Birma Jepang Jepang Medan Inggris Inggris Korea PSMS Jepang Medan Jaya Harimau Tapanuli Jakarta Birma Ujungpandang Medan Birma Muangthai Korea/Jepang Turki Korea Belanda Italia Irak Muangthai Muangthai Muangthai Hungaria RRC Australia Pelita Jaya

Tabel. 1 Daftar Peraih Juara Marah Halim Cup 1972 – 199515

15Ibid.


(4)

2.3.1. Marah Halim Cup sebagai Turnamen Nasional

Setelah pelantikan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tahun 1967 sebagai tonggak awal dimulainya Turnamen Marah Halim Cup melalui persetujuan Gubernur Marah Halim Harahap yang diadakan di Seluruh Daerah Tingkat II Di Sumatera Utara. Kejuaran ini dimulai pada awalnya 1970 sebagai persiapan untuk menghadapi pekan olahraga nasional (PON) serta untuk meningkatkan prestasi atlet-atlet SUMUT peserta PON.

Melihat antusiasme atlit sepakbola maka timbul ide Ketua Harian KONI SUMUT Kamaruddin Panggabean yang pada saat itu juga menjadi Ketua PSSI Sumatera Utara untuk menjadikan turnamen ini sebagai perebutan turnamen tingkat nasional, yang diikuti oleh 6 klub perserikatan PSSI yaitu PSMS Medan, Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar dan Persema Malang.

2.3.2 Marah Halim Cup sebagai Turnamen Internasional

Pada tahun kedua turut mengambil bahagian kesebelasan Malaysia, Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedang pada tahun 1974 muncul Kamboja, Korea Selatan dan Jepang.

India, Taiwan dan Australia tercatat sebagai Tim Luar Negeri yang turut memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi 13 kesebelasan diantaranya 6 Tim indonesia, perlu diberitahukan, bahwa


(5)

23

penyelenggaraan turnamen ke-4 Marah Halim cup sejak 1975 memperoleh pengesahan dari Asian Football Confederation atau AFC dan Federation

Internationale de Football Association (FIFA). Hal itu membuktikan adanya

kepercayaaan atas turnamen ini dari federasi internasional yang, membawahi dan menilai turnamen sepakbola diberbagai negara di dunia.

Dari tahun ke tahun panitia penyelenggaraan berusaha untuk mendatangkan kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya sekaligus untuk meningkatkan kualitas sepakbola di dalam negeri. Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan seni-budaya Sumatera Utara turut pula diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat.

Sejak tahun 1974 Turnamen Marah Halim ini sudah terdaftar sebagai turnamen resmi federasi sepakbola dunia FIFA. Halim Panggabean, mantan Pengurus PSMS dan juga merupakan anak dari Kamarrudin Panggabean mengatakan bahwa tingkat kepopuleran sepakbola Sumut mulai semakin meningkat di dalam negeri karena adanya Marah Halim Cup.

“Gubernur Marah Halim termasuk penggila bola, dia selalu mengatakan biarlah kalah dalam pertandingan lain asalkan jangan kalah main sepakbola,” ucap Halim menirukan ucapan gubernur yang dekat dengan ayahnya itu.


(6)

Tujuan utama Marah Halim menyelenggarakan ajang ini ialah untuk merangsang pesepakbolaan Sumatera Utara agar dapat berprestasi di tingkat internasional. Untuk itulah maka, sepanjang turnamen ini bergulir PSMS selalu diikutsertakan sebagai salah satu peserta Tuan rumah.

Suksesnya Turnamen Marah Halim Cup yang bertaraf internasional semakin membangkitkan gairah Marah Halim untuk memancing bakat-bakat olahraga lainnya di Sumatera Utara untuk dapat berprestasi kelak di level internasional. Maka itu, kemudian dibuatlah Marah Halim Cup antarkabupaten yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga, antara lain bola voli, badminton, atletik, dan lain-lain layaknya sebuah ajang penyelenggaran pekan olahraga di Sumut.