PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

  Miftahul Jennah NIM : 021424019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  HALAMAN PERSEMBAHAN HIDUP ADALAH SEBUAH PERJUANGAN “ Hanya kita yang bisa menolong diri kita sendiri yang lain hanyalah faktor pendukung

  SEBAGAI UNGKAPAN SYUKUR KUPERSEMBAHKAN KARYA INI BAGI : Maha segala-galanya ALLAH SWT.

  Bapa dan Mama Adik-adikku (Sri, Naim, dan Fara)

  Almarhum B’ta (Moh Azhar D’juma) Almamater Tercinta PERNYAT TAAN KEA ASLIAN KA ARYA Saya men nyatakan de engan sesun ngguhnya b bahwa skrip psi ini tidak k memuat k karya atau bagia an karya or rang lain, k kecuali yang g telah dise ebutkan dal lam kutipan n dan daftar pust taka sebaga aimana laya aknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Y , Desember 2008 Miftahu ul Jennah

  

ABSTRAK

Miftahul Jennah, Perubahan Konsep Siswa Mengenai Rangkaian

Listrik Pada Siswa Kelas III SMP Angkasa Lanud Adisucipto Menggunakan

Metode Demonstrasi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana konsep awal siswa mengenai Rangkaian Listrik, (2) Pada bagian mana konsep awal siswa salah atau kurang lengkap, (3) Apa yang menyebabkan konsep awal siswa salah atau kurang lengkap, (4) Bagaimana konsep siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

  Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Juli - 2 Agustus 2008 di SMP Angkasa Lanud Adisucipto, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah siswa SMP kelas IX yang berjumlah 35 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes tertulis yang terdiri dari pretes dan posttes, rancangan pembelajaran, dan pertanyaan wawancara. Rancangan pembelajaran disusun berdasarkan hasil pretes dan wawancara, wawancara dilakukan untuk mengetahui konsep awal siswa secara mendalam dan penyebab salah konsep atau konsep yang kurang lengkap pada siswa.

  Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ditemukan adanya konsep awal siswa secara umum masih mengalami permasalahan atau konsep awal yang belum benar dan belum lengkap mengenai arus listrik, Hukum Ohm, Hambatan Kawat, serta Rangkaian Seri dan Paralel. (2) Melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi siswa mengalami perubahan konsep yang belum benar menjadi benar (3) Penyebab dari salah konsep yang terjadi pada siswa dalam penelitian ini adalah konsep awal yang dimiliki siswa, metode mengajar guru dan minat siswa.

  

ABSTRACT

Miftahul Jennah, student’s conceptual change about Circuit Electric Using

Demonstration Method at III Junior High School Angkasa Lanud

Adisucipto. Physics Education Study Program, Department Mathematics

and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata

Dharma University, Yogyakarta.

  The aims of this research are to know: 1) How students early concept about circuit electric?, 2) where the part early concept student`s misconception or not complete?, 3) What cause early concept student`s misconception or not complete?, 4) How student`s concepts about circuit electric after experiencing process using guided Demonstration Method.

  The research was held since 14 th July 2008 until 2th August 2008 at 3th Junior High School Angkasa Lanud Adisucipto in Yogyakarta. Sample of this research are student`s of 3-A class that has 35 number. There are four steps to obtain data in this research, that is: pretest, interview, learning design, and interview. Interview doing for to know students early concept more understanding and cause misconception are not complete of concept student`s.

  The research shows that: 1) Found concept understanding of participant which not correct and not complete about circuit electric. 2) Change pass Demonstration Method Most of the student`s felt conceptual change to be a correctly. 3) Misconception was happened to student`s in this research cause early concept student`s, teacher method teach, and interest

  KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia_Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Konsep Siswa Pada Siswa kelas III SMP Angkasa Adisucipto Menggunakan Metode Demonstrasi”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dengan jenjang pendidikan strata satu.

  Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bimbingan, kesempatan, sarana, fasilitas, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Bpk Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian dan kesabaran selama penyusunan skripsi

  2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Sri Maryani, Spd. Selaku Guru Mata Pelajara Fisika Kelas IX SMP Angkasa Adisucipto, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian terhadap siswa-siswi yang diasuhnya.

  4. Sekretariat JPMIPA khususnya Pa Narjo dan Pa Sugeng atas bantuan administrasinya, Laboratorium Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah membantu peneliti dalam pengadaan alat dan persiapan penyusunan instrument.

  5. Ba apaku Moha ammad Ali Brandu dan n Mamaku M Mahani Azh har yang ter rcinta ata as doa, duku ungan, biay ya dan nasih hat yang tiad da henti-hen ntinya. TER RIMA KA ASIH BAN NYAK untuk k semuanya

  a, “ maafka an anakmu selama ini yang tel ah banyak mengecawa akan dan b elum bisa m membangga akan kalian n. Mif say yang Bapa d dan Mama.

  6. Ad dik-adikku yang tersa ayang Sri M Murni, Nu rul Ainun Naim, Fai iqotul Sa ahara atas pe erhatian, do oa, dan duku ungan yang penuh selam ma ini. Sri, cepet kel larin kuliah hnya ya…. .!!! Naim Gumu, yan ng rajin da an semanga at ya bel lajarnya…. .!!! Fara m mboza, i’m b back to hom me. Senang gkan??? Sem moga kit ta semua bis sa menjadi k kebanggaan n bapa dan m mama, ok… ……!!!

  7. Te eman-teman nku, Alfon, Dina, Tas sa, Dedi, abang Jose

  e, mba Den ni, K ma aran , yan ng telah m memberikan n support selama ini i. Teman-t teman ang gkatan 200 02 yang ma asih stay at taupun da o out juga Te eman-teman n kos Ta asura 51 Ksi inta, Knona

  a, Nelda, Be erna, mba H Hesti, and N New comer R Ririn, Ra atna, Anas, N Niken terim ma kasih ya telah menja adi bagian d dalam hidup pku.

  8. Sis swa-siswi k kelas III A SMP Ang gkasa Adisu ucipto atas kerja samaa dan par rtisipasinya a selama pen nelitian berl langsung.

  Yogyakarta, Desember Y 2008 Penuliss

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ........................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................. iii PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v ABSTRAK ..................................................................................................... vi ABSTRACT ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................

  1 Latar Belakang Masalah .................................................................................

  1 A. Perumusan Masalah ...........................................................................

  4 B. Tujuan Penelitian ...............................................................................

  4 C. Manfaat Penelitian .............................................................................

  5 BAB II. DASAR TEORI ...............................................................................

  6 A. Pengetahuan Awal ..............................................................................

  6 B. Hubungan Pembelajaran dengan Pengetahuan Awal .........................

  7 C. Konsep ...............................................................................................

  1 1. Pengertian Konsep .........................................................................

  10

  BAB II A. B 1 2. Pemahaman Konsep .......................................................................

  50 G. Metode Analisis Data .........................................................................

  H. Peta Pemahaman Siswa ...................................................................... 146

  22 G. Rangkuman Konsep Akhir Siswa ...................................................... 144

  E. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................... 109 F. Data Postes dan Pembahasan ................................................................

  D. Penyebab Konsep Yang Salah atau Kurang Lengkap pada Siswa ..... 106

  68 C. Rangkuman Konsep Awal Siswa ....................................................... 105

  67 B. Data Pretes Dan Wawancara Serta Pembahasan ................................

  67 A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................

  65 BAB IV. DATA DAN ANALISIS ................................................................

  49 F. Instrumen Penelitian .............................................................................

  13 3. Perubahan Konsep .............................................................................

  48 E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................

  47 D. Desain Penelitian ................................................................................

  47 C. Subjek Penelitian ................................................................................

  47 . Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................

  47 Jenis Penelitian ...................................................................................

  33 I. METODE PENELITIAN ...............................................................

  27 F. Rangkaian Listrik .................................................................................

  25 E. Metode Demonstrasi .............................................................................

  14 D. Miskonsepsi .......................................................................................

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 149 A. KESIMPULAN .................................................................................. 149

  B. SARAN .............................................................................................. 150 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 152 LAMPIRAN ................................................................................................... 154

  DAFTAR L MPIRAN A

  LAMPIRAN I Data Hasil Pretes dan Posttest ........................................................................ 154 LAMPIRAN II Rancangan Perencanaan Pembelajaran .......................................................... 158 LAMPIRAN III Lembar Kerja Siswa ....................................................................................... 164 LAMPIRAN IV Contoh Hasil Wawancara ............................................................................... 168

  

LEM MBAR PER RNYATAA AN PERSE ETUJUAN

PUBLI

IKASI KAR RYA ILMI

  Yang bert anda tangan n di bawah i ini, saya ma ahasiswa Un niversitas S Sanata Dharm ma: N ama : Mifta ahul Jennah h Nim : 0214 424019 Demi pe ngembangan n n ilmu peng getahuan, s aya membe erikan kepaada perpustaa kaan universita s sanata dha arma karya ilmiah saya a yang berju udul:

  PERUB BAHAN KO ONSEP SI SWA MEN NGENAI R RANGKAIA AN LISTR

  IK PADA A SISWA K KELAS III

  I SMP ANG GKASA LA ANUD ADI

  ISUCIPTO O

MEN NGGUNAK KAN METO ODE DEMO ONSTRAS SI

.

  Beserta pe erangkat yan ng diperluk kan (bila ada

  a). Dengan demikian s aya memb erikan e kepada P Perpustakaa an Univers sitas Sanat a Dharma hak untu uk menyim mpan, mengalihk kan dalam bentuk me dia lain, m mengelolany ya dalam be entuk pang gkalan data, men ndistribusika annya secar ra terbatas, dan memp publikasikan nnya di Int ternet atau medi ia lain untu uk kepenting gan akadem mis tanpa pe erlu memin nta ijin dari i saya maupun m memberi ro oyalti kepad da saya sel lama tetap mencantum mkan nama saya sebagai pe enulis. D emikian pernyataan n ini saya bu uat dengan s sebenarnya. .

  Dibuat di Yogyakarta a Pada Tang ggal : 15 De esember 200

  08 Yang men nyatakan (Miftahul Jennah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut para ahli psikologi kognitif, manusia tidak lahir dengan

  kepala yang kosong seperti tape kaset yang dapat diisi, tetapi waktu lahir pun manusia sudah punya “isi’ otak yang memungkinkannya untuk belajar dari lingkungan. Sejalan dengan perkembangan usia, anak tidak sekedar menyerap informasi apa saja dari lingkungannya tetapi otaknya sudah selektif dengan memilih informasi apa saja yang masuk dan mencari hubungannya dengan apa yang sudah ada dalam otaknya. Demikianlah siswa secara alami mengisi otaknya tentang berbagai fenomena alam sejak kecil sehingga dalam otaknya telah terbentuk seperangkat pengetahuan yang sering disebut pengetahuan awal atau sejenis teori siswa.

  Siswa yang mengikuti pelajaran di kelas, sudah memiliki pengetahuan awal tentang alam dan fisika. Namun guru kadang tidak menyadari dan memperhitungkan hal tersebut. Secara umum, guru menganggap bahwa pikiran siswa masih kosong dalam memulai suatu materi yang baru (belum mempunyai konsep). Guru langsung memberikan dan menanamkan konsep yang benar pada siswa tanpa memperhatikan apa yang sudah ada sehingga dalam pikiran siswa terdapat campuran antara konsep yang dikembangkan sendiri dari lingkungannya dan konsep yang sebenarnya yang diajarkan oleh guru. Campuran antara kedua konsep itu dapat menjadi pengertian yang salah yang akan menyebabkan banyak kesulitan dalam fisika.

  Menurut Suparno (2005:94-95) Proses pembelajaran yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar. Perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah menjadi benar sesuai dengan konsep para ahli fisika. Perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting maka hal itu perlu mendapat penekanan dari pihak guru. Dengan dua perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar.

  Ada dua macam proses perubahan konsep yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala atau fenomena baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian. Dalam proses akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan atau pengetahuan baru. Disini ada perubahan secara drastis dan siswa sungguh-sungguh mengubah konsep yang telah mereka miliki. Hal ini biasanya terjadi bila siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah. Perubahan konsep secara akomodasi disebut juga secara radikal. Proses akomodasi dan asimilasi terus menerus berjalan dalam diri seseorang.

  Walaupun perubahan konsep itu tidak mudah, terlebih perubahan konsep yang salah ke konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah, namun bagi guru yang ingin memajukan siswanya tetap perlu mengusahakan metode- metode yang secara efesien membantu perubahan konsep tersebut. Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dengan siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan dan konsep-konsep mereka dengan demikian akan ketahuan salah konsep yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat merubah konsepnya.

  Ada beberapa metode pembelajaran fisika yang dapat membantu proses perubahan konsep, salah satunya adalah dengan menggunakan metode demonstrasi. Proses perubahan konsep dapat dikembangkan melalui pembelajaran fisika dengan bantuan media karena dengan adanya media, siswa ditunjukkan langsung, dan dirangsang agar lebih berminat mencari dan melibatkan mereka secara aktif untuk mengamati, menalar mengenai hasil percobaan, merumuskan kesimpulan, dan menjelaskan hasil percobaan.

  Dengan demikian sehubungan dengan hal diatas dan demi berhasilnya pembelajaran diharapkan para pendidik mau untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum proses belajar mengajar dimulai sehingga bisa membuka konsep awal yang dimiliki siswa dan dapat membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal atau mengubah konsep yang salah yang dimiliki mereka serta dapat merestrukturisasi pengetahuan awal siswa apabila pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep para fisikawan. Dengan demikian diharapkan akan mendapat hasil pembelajaran yang lebih baik.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis berminat untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang fisika khususnya menyangkut pokok bahasan “Rangkaian Listrik” serta perubahan konsep yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan mengambil judul “PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI

RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA

  

LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI”

B.

   Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana konsep awal siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana?

  2. Pada konsep mana sajakah, konsep awal siswa salah atau kurang lengkap?

  3. Apakah yang menyebabkan konsep awal siswa salah atau kurang lengkap?

  4. Bagaimana perubahan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

  1. Dapat mengetahui konsep awal siswa kelas pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana

  2. Dapat mengetahui pada konsep mana saja konsep awal siswa salah atau kurang lengkap

  3. Dapat mengetahui sumber penyebab konsep awal siswa salah atau kurang lengkap

  4. Dapat mengetahui perubahan konsep yang terjadi pada siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode demonstrasi

D. MANFAAT PENELITIAN

  Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1.

   Bagi peneliti

  Menambah pengelaman dalam menerapkan teori yang di peroleh selama kuliah serta memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran fisika yang menekankan pada perubahan konsep dengan metode demonstrasi.

  2. Bagi guru atau calon guru

  Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih metode mengajar yang sesuai dalam pembelajaran fisika.

  3. Bagi siswa

  Dengan media pendidikan yaitu demonstrasi, siswa dapat terlibat langsung dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu juga dapat mendorong motivasi belajar mereka.

BAB II DASAR TEORI A. Pengetahuan Awal Pada saat siswa menerima pelajaran sains secara formal dibangku

  sekolah, didalam dirinya telah terbentuk seperangkat keyakinan tentang berbagai fenomena alam. Dalam kasus-kasus tertentu, keyakinan atau intuisi tersebut sangat kuat dipegang oleh siswa dan bisa jadi berbeda dengan teori-teori yang diterima kebenarannya dan diajarkan di sekolah melalui pelajaran sains, akan tetapi tidak jarang pula keyakinan yang telah berkembang sejalan dengan teori yang diakui kebenarannya oleh para ilmuwan (Driver 1983:2-3, dalam Sarkim,1998:242). Pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh siswa inilah yang disebut dengan pengetahuan awal.

  Selain itu Filsafat konstruktivisme secara singkat mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka (Suparno,1997:28). Dengan demikian siswa sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan mereka sejak awal sebelum mendapatkan pelajaran formal di sekolah tentang bahan tertentu. Mereka mengkonstruksi sendiri dari pengelaman mereka, lingkungan dan kejadian sehari-hari yang mereka alami.

  Setiap orang mempunyai struktur pengetahuan awal (skema) yang berperan sebagai suatu filter dan fasilitator terhadap ide-ide dan pengalaman-

  6 pengalaman yang baru. Skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Proses berubah dan berkembangnya skema seseorang untuk dapat memahami tantangan pemikiran dari luar disebut proses adaptasi (Suparno,2005:88).

  Pengetahuan awal menurut Driver seperti yang dikutip oleh Sarkim (1998:243) mempunyai ciri-ciri : (1) bersifat sangat personal, artinya pengetahuan sangat bervariasi meskipun mengacu pada pokok yang sama, (2) tampak tidak koheren, artinya bahwa pengetahuan tersebut seringkali tidak senilai dengan pengetahuan sebelumnya dan hal ini digunakan untuk menjelaskan atau meramalkan dalam konteks kepentingan yang berbeda-beda pula, (3) bersifat stabil, artinya sekalipun sudah mengikuti pelajaran di sekolah siswa tidak memodifikasi pengetahuannya meskipun pengetahuan itu sudah coba diubah oleh guru dengan menunjukkan bukti yang bertentangan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, (4) pemikiran anak didominasi oleh persepsi yang disebabkan oleh penalaran didasarkan pada peristiwa-peristiwa terobservasi, (5) pusat perhatian siswa terbatas dan kurang memperhatikan hal- hal lain yang mestinya terkait, (6) pusat perhatian lebih pada perubahan bukan pada keadaan, dimana hal ini sangat terkait dengan perhatian siswa yang terbatas.

B. Hubungan Pembelajaran Dengan Pengetahuan Awal Suparno (1997:61) mengatakan bahwa belajar merupakan proses aktif.

  Pelajar mengkonstruksi arti, entah teks, dialog, pengelaman fisis dan lain-lain.

  Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang diajarkan dan pengertian yang sudah dipunyai sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain;

  1. Belajar berarti membetuk makna. Makna diciptakan manusia dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

  2. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun secara lemah.

  3. Belajar bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukan hasil perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri; yakni suatu pengembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

  4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

  5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengelaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan.

  6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa.

  Konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

  Dari uraian diatas dapat didefenisikan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar adalah menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu yang belajar, sehingga bagi siswa belajar berarti mencoba memahami apa yang disampaikan dalam proses belajar mengajar dengan pengelaman yang telah dimiliki atau mengkonstruksi struktur dasar baru yang merupakan perpaduan antara yang telah dimiliki dengan yang baru. Dengan demikian sangatlah penting mengetahui pengetahuan awal siswa.

  Pandangan tentang pentingnya pengetahuan awal siswa dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, didasari keyakinan bahwa pembelajaran sains akan mengakibatkan restruktusasi konsep siswa. Keyakinan tersebut juga membawa konsekuensi pada perlunya guru memahami adanya konsep awal siswa agar guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang membantu siswa dalam melakukan restrukturisasi konsepnya. Ausubel (dalam Dahar 1989:117) berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Untuk itu guru perlu mengetahui pengetahuan yang dimiliki siswa. Dalam hal ini Slameto (1988:37) mengatakan bahwa guru yang mengajar perlu memperhatikan pelajaran yang akan disampaikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang akan diterima.

  Waktu pertama kali datang ke kelas, siswa sudah membawa makna tertentu tentang dunianya. Inilah pengetahuan dasar mereka untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang baru. Juga mereka membawa perbedaan tingkat intelektual, personal, sosial, emosional, dan kultural. Ini semua mempengaruhi pemahaman mereka. Latar belakang dan pengertian awal yang dibawa siswa tersebut sangat penting dimengerti oleh pengajar agar dapat membantu memajukan dan memperkembangkannya sesuai dengan pengetahuan yang lebih ilmiah (Suparno,1997:63).

C. Konsep 1. Pengertian Konsep

  Dalam belajar, guru dan siswa selalu menghadapi dan berhubungan dengan sejumlah konsep sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari. Setiap konsep dapat berhubungan dan hubungan ini dijelaskan dengan prinsip, hukum, dan teori yang ada. Euwee van Berg berpendapat bahwa dalam fisika konsep adalah segala pengertian yang sudah ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi dan ciri – ciri yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan (Kartika Budi, 1992: 39).

  Menurut Sund sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi (1987:234) konsep adalah gambaran mental tentang sesuatu. Dalam Fisika konsep tersebut dapat berupa obyek, prinsip, hukum atau teori. Konsep tentang sesuatu adalah hasil dari suatu proses yang disebut persepsi. Proses persepsi adalah proses pemberian atau penangkapan arti dari sejumlah informasi yang diterima. Dengan demikian konsep merupakan pengertian yang dimiliki seseorang, yang tertanam dalam pikirannya berdasarkan pengelaman dan kejadian yang dialaminya dari suatu objek. Jadi ketika seseorang tersebut berurusan dengan objek yang sama maka dengan sendirinya konsep tentang objek tersebut sudah ada dalam pandangannya.

  Pada saat belajar, setiap siswa akan menafsirkan dan menangkap makna dari konsep yang dipelajari. Tafsiran dari konsep yang dipelajari tersebut dapat berbeda pada setiap siswa. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh perbedaan proses pembentukan, tingkat pendidikan, aspek yang ditonjolkan, sudut pandang, dan konsep lain yang melatar belakangi (Kartika Budi,1998:162-163).

  Menurut Kartika Budi (1987:237) dalam pembelajaran fisika kita berhadapan dengan konsep fisis, baik itu konsep konkrit maupun konsep proses. Robert B. Sund dalam Kartika Budi (1987:235) menjelaskan bahwa konsep konkrit adalah konsep yang mengacu pada obyek seperti benda-benda, besaran-besaran, atau atribut dari besaran. Sedangkan konsep proses adalah konsep yang mengacu pada proses dari benda-benda atau besaran-besaran fisis. Menurut Flavell (1970) sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar (1989:79-80) mengungkapkan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu : a. Atribut. Setiap komponen mempunyai sejumlah atribut yang berbeda baik secara fisik maupun secara fungsional. Contohnya, konsep meja harus mempunyai permukaan yang datar, dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan itu dari lantai.

  b.

  Struktur yaitu menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut- atribut. Ada tiga macam struktur yaitu (1) stuktur konjunktif yaitu konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat memenuhi syarat- syarat sebagai konsep, misalnya percepatan adalah perubahan kecepatan tiap selang waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) konsep-konsep disjunktif yaitu konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada, (3) konsep-konsep relasional yaitu konsep yang menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep.

  c. Keabstrakkan. konsep-konsep yang dapat dilihat dan konkret, atau konsep- konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.

  d. Keinklusifan, mengacu pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep.

  e. Generalisasi atau keumuman. Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya., misalnya energi merupakan superordinat dari energi kinetik.

  f. Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep.

  g. Kekuatan, ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

  Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda-beda, maka orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus- stimulus dengan cara yang tertentu. Karena konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang sama persis, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda juga

2. Pemahaman Konsep

  Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Pemahaman adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Seseorang dikatakan dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan suatu situasi, menafsirkan grafik, mengubah hukum kedalam persamaan matematis, mengubah persamaan matematis kedalam kalimat, dan menafsirkan tabel (Irmina Umi Purwanti,2002:17). Sehingga pemahaman konsep dapat didefinisikan sebagai bentuk pengertian terhadap suatu gambaran atau abstraksi tentang situasi-situasi atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu benda atau simbol.

  Pemahaman menurut Kartika Budi (1987:233) merupakan salah satu aspek kognitif yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Aspek ini merupakan aspek yang menonjol atau aspek yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan pembelajaran, maka pertama-tama yang dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang dipelajari. Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka diperlukan kriteria atau indikator-indikator. Kriteria atau indikator tersebut antara lain menurut Kartika Budi (1992:114): (a) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (b) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain; (c) dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum; (d) menerapkan konsep untuk: (i) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (ii) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, (iii) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (e) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (f) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan; (g) dapat membedakan konsepsi yang salah; dan (h) dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator diatas.

3. Perubahan Konsep

  Menurut Piaget, belajar adalah proses perubahan konsep. Dalam proses tersebut siswa setiap kali membangun konsep yang baru melalui asimilasi dan akomodasi skema mereka. Oleh sebab itu belajar merupakan proses yang terus menerus, tidak berkesudahan (Paul Suparno,1997:35). Perubahan konsep dapat berupa melengkapi pengetahuan (konsep) yang sudah ada ataupun mengkonstruksi pengetahuan baru. Pengertian dan pengetahuan manusia terus berubah, terus berkembang, tidak pernah statis berhenti.

  Menurut Toulmin, bagian terpenting dalam pengertian manusia adalah perkembangan konsepnya yang evolutif, terus berubah pelan-pelan dan bukan konsep yang telah baku, prosedur yang stereotip, atau konsep yang tidak dapat diubah. Dalam perkembangan konsep, seseorang merubah gagasan mereka lebih maju. Rasionalitas manusia justru terletak pada bagaimana seseorang mengubah konsep, prosedur, dan gagasan mereka untuk semakin maju (Novak 1977 dalam Suparno 2005:85). Posner dkk menjelaskan adanya dua fase yang dapat dibedakan dari perubahan konsep dalam filsafat sains, yaitu

  

central commitments dan the central commitments in need of modification.

  Dalam central commitments para ilmuwan mendefenisikan persoalan, strategi menghadapi persoalan itu, dan menentukkan kriteria untuk penyelesaian.

  Dalam fase yang kedua, the central commitments in need of modification, ilmuwan harus mengubah central commitments bila itu bertentangan dengan asumsi dasar mereka. Perubahan itu harus dilakukan, bila defenisi, strategi, dan kriteria yang digunakan ternyata menghasilkan akibat-akibat yang berlawanan dengan asumsi dasar para ilmuwan. Perubahan harus juga dilakukan bila defenisi, strategi maupun kriteria yang digunakan tidak dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Suparno, 2005 :85).

  Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa belajar adalah proses perubahan konsep dimana melalui tahap proses asimilasi dan proses akomodasi. Dalam asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian sedangkan dalam akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan yang baru. Disini ada perubahan secara drastis dan siswa sungguh- sunguh mengubah konsep yang telah mereka punyai. Hal ini biasanya terjadi bila siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah.

  Menurut Posner dkk. (Suparno,2005:90) supaya terjadi proses akomodasi memerlukan beberapa kondisi yang harus dipenuhi, antara lain : a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang ada. Siswa mengubah konsep mereka jika mereka percaya bahwa konsep yang telah mereka punyai tidak dapat lagi digunakan dalam menghadapi situasi, pengelaman atau gejala yang baru. Jadi konsep lama sudah usang.

  b. Konsep yang baru harus intelligible (dapat dimengerti). Siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman-pengalaman baru dapat didekati dengan konsep-konsep baru tersebut.

  c. Konsep yang baru harus masuk akal, yaitu mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dimunculkan oleh para pendahulu, dan konsisten dengan teori dan pengetahuan lain atau dengan pengalaman yang lama. d.

  Konsep baru harus berguna untuk program riset dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan yang baru.

  Menurut Posner dkk. salah satu penyebab terbesar ketidak puasan terhadap konsep lama adalah adanya peristiwa anomali. Suatu peristiwa yang bertentangan dengan yang dipikirkan siswa, dimana siswa tidak dapat mengasimilasikan pengetahuannya untuk memahami fenomena yang baru (Suparno, 1997:51). Bila siswa mengalami peristiwa anomali mereka akan merevisi dan mengubah konsep yang lama untuk menghindari konflik dipikirannya.

  Banyak pendidik sains menggunakan data anomali untuk memacu perubahan konsep pada anak (Chinn 1993 dalam Suparno 1997:51). Dalam proses itu mereka membuat atau menyediakan eksperimen atau pengalaman yang memberikan data-data yang berlawanan dengan prediksi siswa atau pengertian siswa (Suparno, 2005:91). Data anomali berperan besar dalam perubahan konsep dalam sejarah sains.

  Carey menjelaskan ada dua macam pengertian restrukturisasi yaitu lemah dan kuat. Restrukturisasi lemah tidak mengubah konsep, tetapi restrukturisasi kuat mengubah konsep (Dykstra dkk 1992 dalam Suparno 2005:93). Untuk dapat membuat restrukturisasi kuat, perlu metode pengajaran yang dapat mengubah konsep. Strategi yang membuat disekuilibrium (ketidakseimbangan) dalam pikiran siswa akan mudah menyebabkan perubahan konsep. Restrukturisasi lemah ini sesuai dengan istilah asimilasi dari Posner, sedangkan restrukturisasi kuat sesuai dengan istilah akomodasi dari Posner. Dalam restrukturisasi lemah, konsep awal yang dipunyai siswa tidak diubah secara total tetapi hanya disesuaikan sedangkan dengan restrukturisasi kuat, konsep siswa diubah secara total menjadi konsep yang berlainan (Suparno, 2005:93).

  Pembelajaran fisika yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya perubahan konsep secara cepat dan efesien.

  Perubahan konsep yang terjadi pada kegiatan pembelajaran fisika yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari konsep yang belum sempurna menjadi sempurna sedangkan perubahan kedua adalah proses pembetulan konsep yaitu dari konsep yang salah menjadi benar atau menjadi sesuai dengan konsep para ahli fisika.

  1) Proses perluasan konsep Proses yang pertama adalah proses memperluas konsep yang sudah ada. beberapa cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan mereka tentang bahan fisika, antara lain :

a) Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa.

  Yaitu dengan cara guru menjelaskan konsep yang baru sesuai dengan urutan kurikulum yang telah direncanakan. b) Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepnya bertambah. Model belajar mandiri ini perlu bantuan pengarahan dari guru.

  c) Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan, baik dari buku maupun multimedia fisika.

  Pembelajaran untuk menambah konsep diatas juga dapat mengakibatkan bertambahnya miskonsepsi. Memang dalam pembelajaran siswa mengalami penambahan konsep yang sangat banyak, namun miskonsepsinya juga bertambah. Dalam proses pengembangan pengetahuan, memang kedua hal ini dapat berjalan seiring. Namun tentu saja yang ideal adalah bila miskonsepsinya makin berkurang.

  2) Pembetulan konsep yang salah Untuk proses ini tidak cukup guru menambah bahan fisika dalam pembelajaran. Tetapi harus memikirkan strategi yang tepat untuk membetulkan miskonsepsi yang dialami siswa. Banyak ahli dalam fisika mengusulkan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomali bagi siswa. Siswa diberikan kesadaran bahwa konsep awal yang mereka miliki tidak tepat, salah atau tidak sesuai dengan situasi yang ada. Untuk menyadarkan siswa dari kesalahan konsep yang mereka miliki dengan menyediakan data anomali. Dimana siswa diajak untuk menjelaskan masalah baru dengan konsep lamanya yang memang ternyata tidak mencukupi dan siswa tertantang untuk mengubah konsepnya. Dengan hasl eksperimen yang berlainan dengan konsep awal siswa, maupun melalui diskusi dengan orang yang mempunyai konsep lain, siswa tertantang untuk memikirkan kembali konsep awalnya, sehingga siswa terbantu untuk mengubah konsep awal mereka.

  Menurut Joan Davis (2001) sebagaimana dikutip oleh Suparno (2005:97) seorang guru dalam mengajarkan perubahan konsep harus memperhatikan dua hal pokok:

a) Membuka konsep awal siswa.

  Perubahan konsep hanya mungkin terjadi bila siswa sadar akan konsep awal mereka, entah benar entah tidak. Dari konsep awal itulah dapat dilihat dimana miskonsepsi mereka dengan segala alasannya. Maka diperlukan kepiawaian guru untuk membantu siswa berani mengungkapkan pikiran atau gagasan mereka.

  b) Membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal

  Dalam langkah ini guru mencari beberapa teknik yang sesuai untuk menantang agar siswa mengubah gagasan mereka yang tidak benar.

  Untuk dapat membantu mengubah kerangka berpikir awal siswa, guru perlu mengerti ekologi konseptual siswa, yaitu semua pengetahuan dan kepercayaan yang dipunyai siswa. Hal ini meliputi antara lain ; (1)

  Pengetahuan awal atau konsep yang telah ada dalam diri siswa (2) Relasi antara konsep-konsep tersebut dalam pikiran siswa

  (3) Pengetahuan baru tentang konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa

  (4) Keyakinan epistemologis siswa, yaitu keyakinan siswa yang membuat siswa percaya bahwa pengetahuannya benar. Keyakinan ini sangat penting agar guru dapat membantu siswa mengubah keyakinan. Tanpa perubahan keyakinan, siswa akan sulit mengubah konsep dan gagasan mereka.

  Dalam mengajar untuk perubahan konsep perlu dimengerti bahwa konsep awal siswa itu resisten terhadap perubahan. Ini terjadi karena siswa percaya bahwa pengertian awal mereka telah berjasa dalam memahami dunia ini. Maka untuk membuang pengertian itu tidaklah mudah. Itulah sebabnya seorang guru hanya menyajikan konsep yang benar kepada siswa dan memberitahukan kepada siswa bahwa pikiran mereka tidak tepat, tidak akan mengubah konsep awal siswa. Dalam pengajaran perubahan konsep, siswa perlu dibantu untuk secara konstruktif mau mereorganisasi pengetahuan mereka dan ini tidaklah mudah (Davis, 2001:6 dalam Suparno, 2005 :98)

  Menurut Duit (1999, dalam Suparno, 2005:98), strategi yang perlu dikembangkan dalam perubahan konsep agar lebih efektif menyangkut dua hal pokok: 1.

  Guru membuat situasi sedemikian rupa sehingga konsep awal siswa menjadi eksplisit dan tampak jelas

2. Guru menantang agar muncul konflik kognitif pada siswa dan terjadi

  disequilibrium dalam pengertian siswa. Bila ini terjadi maka siswa akan merasa tidak nyaman pikirannya dan akan lebih menerima pengertian baru yang lebih intelligible, plausible, dan fruitfull.

  Beberapa peneliti, ahli, dan pendidik fisika menemukan beberapa metode pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep, terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar ke arah yang lebih benar (Suparno, 2005:102). Beberapa metode itu antara lain:

  1. Bridging analogy (analogi penghubung) Model penjelasan analogis adalah model penjelasan suatu konsep atau topik dengan cara menganalogikan suatu konsep dengan suatu peristiwa yang dimengerti siswa 2. Simulasi komputer

  Dalam simulasi ini siswa dapat memanipulasi data, mengumpulkan data, manganalisis data, dan mengambil kesimpulan.bila dalam simulasi siswa menemukan siswa menemukan data yang sangat berbeda dengan yang mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam pikirannya. Konflik inilah yang memacu memacu mereka untuk bertanya.

  3. Wawancara diagnosis Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru bebas bertanya dan siswa bebas untuk menjawab. Apa yang hendak ditanyakan dan urutan pertanyaan dalam wawancara tidak perlu dipersiapkan. Pada wawancara terstruktur, pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar sudah disusun sehingga memudahkan dalam wawancara. Melalui wawancara tersebut akan diketahui pemahaman yang dimiliki siswa mengenai konsep tertentu dan hubungannya dengan konsep lain. Siswa juga dapat menjelaskan alasan dari pemahaman konsep tersebut, sehingga apabila terjadi salah konsep ataupun perubahan konsep dapat terdeteksi dengan jelas 4. Diskusi kelompok

  Diskusi merupakan cara yang baik untuk mengungkapkan pengetahuan siswa. Diskusi dengan teman lain tentang konsep yang baru saja dipelajari akan membuat mereka tertantang untuk mengerti lebih dalam. Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka maing-masing mendengarkan gagasan teman lain dan memperdebatkannya secara argumentatif rasional gagasan mereka yang berbeda.

5. Peta konsep

  Peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsep-konsep terssebut. Peta konsep ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi. Menurut Novak,dkk (dalam Suparno,2005:111) Peta ini mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antar konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep dibentuk berdasarkan pada pemahaman siswa mengenai konsep tersebut dan hubungannya dengan konsep lain. Selain mendeteksi miskonsepsi pada siswa, peta konsep dapat pula menunjukkan perubahan konsep yang telah terjadi. Hal ini akan lebih jelas apabila disertai dengan wawancara yang dilakukan oleh guru pada siswa.

  6. Problem solving Problem solving adalah model pembelajaran dengan cara pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang hendak diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu.sebaiknya guru meminta agar iswa mengungkapkan bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut dan bukan hanya melihat hasil akhirnya.

  7. Percoban atau pengalaman lapangan Percobaan tau pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengontraskan pengertian siswa dengan kenyataan (Gilbert, watts,osborne, 1982; brauwer, 1984;McClelland, 1985 dalam Suparno, 2005:114). Percobaan dan pengamatan dapat menghilangkan miskonsepsi intuitif siswa. Percobaan dapat menantang intuisi mereka , apakah benar atau tidak.