KORELASI ANTARA KADAR TISSUE POLYPEPTIDE SPECIFIC ANTIGEN SERUM DAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA BPH Repository - UNAIR REPOSITORY
Karya Akhir KORELASI ANTARA KADAR TISSUE POLYPEPTIDE SPECIFIC ANTIGEN SERUM DAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA BPH
Oleh: Mahrany Graciella Bumbungan, dr NIM: 011181505 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2016
Karya Akhir KORELASI ANTARA KADAR TISSUE POLYPEPTIDE SPECIFIC ANTIGEN SERUM DAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA BPH
Oleh: Mahrany Graciella Bumbungan, dr Pembimbing: Endang Retnowati, dr., MS., Sp.PK (K) Dr. Wahjoe Djatisoesanto, dr., Sp.U PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2016
KORELASI ANTARA KADAR TISSUE POLYPEPTIDE
SPECIFIC ANTIGEN SERUM DAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA BPH KARYA AKHIR Dalam rangka memenuhi persyaratan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi Klinik PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN-INSTALASI PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA 2016 i
Tim Penguji Departemen Patologi Klinik:
1. Prof. Dr. Prihatini, dr., Sp.PK (K)
2. Leonita Anniwati, dr., Sp.PK (K)
3. Fery H. Soedewo, dr., MS., Sp.PK (K)
Konsultan Statistika :
Dr. Windhu Purnomo dr., MS
ii
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat, kemurahan, dan perkenaanNya saya dapat menyelesaikan karya akhir yang berjudul “Korelasi antara
kadar Tissue Polypeptide Specific Antigen Serum dan Volume Prostat pada
Penderita BPH”. Karya akhir ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan
Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya ucapkan kepada Endang Retnowati, dr., MS, Sp.PK(K) dan Dr. Wahjoe
Djatisoesanto, dr., Sp.U selaku pembimbing yang telah banyak memberi dorongan,
bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan karya akhir ini. Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Patologi Klinik.
2. Direktur RSUD Dr. Soetomo yang telah memberi ijin untuk menggunakan fasilitas rumah sakit dalam rangka melaksanakan tugas selama pendidikan spesialis ini.
3. Yetti Hernaningsih, dr., Sp.PK, sebagai Kepala Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan
Prof. Dr. Aryati, dr., MS, Sp.PK(K), selama menjabat sebagai Kepala Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr.
Soetomo Surabaya atas pengarahan serta bimbingannya selama saya menempuh pendidikan.
4. Dr. Puspa Wardhani, dr., Sp.PK, sebagai Ketua Program Studi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan Dr.
Sidarti Soehita, dr., MS, Sp.PK(K), selama menjabat sebagai Ketua Program Studi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr.
Soetomo Surabaya atas pengarahan serta bimbingannya selama saya menempuh pendidikan.
5. Dr. Hartono Kahar, dr., Sp.PK, MQIH, sebagai Kepala Instalasi Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yang telah memperkenankan saya belajar dan bekerja di Instalasi Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Aryati, dr., MS, Sp.PK(K), Prof. Dr. Jusak Nugraha, dr., MS, Sp.PK(K), dan Prof. Dr. Drs. Suprapto Ma’at, MS, Apt. sebagai Guru Besar yang dengan penuh
kesabaran membimbing saya memahami pengetahuan patologi klinik.
7. Dr. Windhu Purnomo, dr., MS, dari Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya sebagai konsultan statistik, atas segala bimbingannya dalam metodologi dan analisis statistik dalam penelitian ini.
8. Prof. Dr. Prihatini, dr., MS., Sp.PK (K), Fery H. Soedewo, dr., MS., Sp.PK
(K), dan Leonita Anniwati, dr., Sp.PK (K) yang telah bersedia menjadi penilai dan memberi masukan yang berharga untuk perbaikan karya akhir ini.
9. Juli Soemarsono, dr., Sp.PK (Alm) selama menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Patologi Klinik yang semasa hidup beliau telah memberikan bimbingan dan arahan selama saya menempuh pendidikan.
10. M. Yolanda Probohoesodo, dr., Sp.PK(K) yang telah membantu saya dalam penulisan abstrak dan ringkasan dalam bahasa Inggris.
11. Seluruh staf pengajar Departemen-Instalasi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah membimbing dan memberi petunjuk selama saya mengikuti pendidikan.
12. Seluruh teman sejawat peserta PPDS I Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, atas persahabatan, bantuan, dan kerjasama yang baik selama menempuh pendidikan spesialis ini, khususnya angkatan Januari 2012 yaitu Binar Rahma Utami, Rahmi Rusanti, Suci Andriani, Pauline Hadisiswoyo, M. Abid Fahruddin, Si Ngurah Oka Putrawan, dan Eko Bagus Wahyudi yang selalu kompak, baik dalam suka maupun duka, senasib seperjuangan selama menempuh pendidikan ini, dan juga kepada kakak kelas serta teman PPDS yang lain.
13. Sri Hariastuti, AMd.K; Yuanita Bahar, AMd.AK, atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian.
14. Semua karyawan dan karyawati Instalasi Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala bantuan dan kerjasama yang baik selama menempuh pendidikan.
15. Kepala Departemen-SMF Urologi FK Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan jajarannya yang telah mengijinkan pengambilan sampel penelitian.
Soetomo Surabaya, atas segala bantuan dan kerjasama yang baik dalam pengambilan sampel penelitian.
17. Orang tuaku Bara Bumbungan, Ir., MBA dan Rosanna Christina; papa mama mertua Soleman Marianus Louk, SE dan Margaritha Louk Salean, drg., M.Kes serta kakak-adik tercinta Angely Naftalie, S.Sos dan Manoressy Tobias, ST,
Michael Jackson Aza Louk, SE dan Raynaldo Christo Louk, SE yang penuh
kasih sayang mendukung dan mendoakan dalam menyelesaikan pendidikan ini, serta kepada seluruh keluarga besar atas dukungan, doa, bantuan materiil dan moril.
18. Suamiku tercinta Ronald Melvianno Louk, dr yang selalu sabar dan penuh pengertian, atas doa, pengorbanan lahir batin serta semangat yang diberikan dalam menjalani pendidikan ini. Putriku tercinta Dorothy Melviella Louk (Diva) yang merupakan sumber kebahagiaan serta sumber semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
19. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu saya dalam menempuh pendidikan spesialisasi hingga terselesaikannya karya akhir ini.
Akhir kata saya mohon maaf kepada semua pihak untuk kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan karya akhir ini, serta segala kesalahan dan kekhilafan dalam bertutur kata maupun bersikap yang kurang berkenan dalam berinteraksi selama menempuh pendidikan dan selama kegiatan penelitian ini.
Surabaya, Maret 2016 Penulis
KORELASI ANTARA KADAR TISSUE POLYPEPTIDE SPECIFIC ANTIGEN
SERUM DAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA BPH
Mahrany Graciella Bumbungan
PendahuluanVolume prostat menjadi informasi yang penting karena dapat memprediksi morbiditas pada Hiperplasia Prostat Jinak (BPH). Volume prostat diukur menggunakan transrectal
ultrasonography (TRUS) sebagai baku emas namun TRUS mempunyai beberapa
kekurangan. Dibutuhkan suatu parameter lain yang dapat memprediksi volume prostat.Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS) yang terdeteksi di sirkulasi terdiri dari
fragmen sitokeratin yang terdapat dalam jaringan dan menunjukkan status proliferasi.Sel epitel pada BPH yang mengandung sitokeratin 18 akan mengalami hiperplasia sehingga dapat terdeteksi dengan pemeriksaan TPS. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya korelasi antara kadar TPS serum dan volume prostat.
Metode
Penelitian bersifat observasional potong lintang, dilakukan mulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan Februari 2016. Subjek penelitian terdiri dari 28 penderita BPH yang datang berobat ke Poli Rawat Jalan Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Volume prostat diukur menggunakan alat TRUS. Kadar TPS serum diukur menggunakan metode ELISA secara manual (TPS® ELISA IDL Biotech).
Hasil
Kadar TPS serum berkisar antara 82,45-1771,5 U/L (195,35±349,79 U/L). Volume prostat bervariasi antara 20,7-87,4 ml (34,70±15,31 ml). Tidak terdapat korelasi positif yang bermakna antara kadar TPS serum dan volume prostat (p=0,404; r=0,164).
Simpulan
Tidak terdapat korelasi antara kadar TPS serum dan volume prostat pada penderita BPH
Kata kunci: BPH, Tissue Polypeptide Specific Antigen, volume prostat
CORRELATION BETWEEN LEVEL OF SERUM TISSUE POLYPEPTIDE
SPECIFIC ANTIGEN AND PROSTATE VOLUME IN BPH PATIENTS
Mahrany Graciella Bumbungan
Background
Prostate volume has become an important information because it can predict morbidity
in Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Prostate volume was measured using
transrectal ultrasonography (TRUS) as a gold standard; but it has some disadvantages.
Other parameters are needed to predict prostate volume. Tissue Polypeptide Specific
Antigen (TPS) detected in the circulation consists of cytokeratin fragments contained in
the tissue and show the proliferation status. BPH epithelial cells containing cytokeratin
18 will undergo hyperplasia, so it can be detected by TPS examination. The aim of this
study was to prove any correlation between the levels of serum TPS and prostate
volume.Methods
This study was done in October 2015 until February 2016, the study design was cross
sectional observational. Study subjects consisted of 28 BPH patients from the Urology
Outpatient Clinic Dr. Soetomo General Hospital Surabaya. Prostate volume was
measured using TRUS. Levels of serum TPS were measured using manual ELISA
method (TPS® ELISA IDL Biotech).Results
Levels of serum TPS ranged between 82.45-1771.5 U/L (195.35±349.79 U/L). Prostate
volume varied between 20.7-87.4 ml (34.70±15.31 ml). No significant positive
correlations between levels of serum TPS and prostate volume were found (p=0.404;
r=0.164).Conclusions
There were no correlations between levels of serum TPS and prostate volume in BPH
patients.Keywords : BPH, Tissue Polypeptide Specific Antigen, prostate volume
KORELASI ANTARA KADAR TISSUE POLYPEPTIDE SPECIFIC ANTIGEN
SERUM DAN VOLUME PROSTAT PADA PENDERITA BPH
Mahrany Graciella Bumbungan
Hiperplasia prostat atau benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan kelainan terbanyak kedua pada penderita laki-laki setelah batu saluran kemih. Pedoman
American Urological Association (AUA) mendefinisikan BPH sebagai diagnosis
histopatologis yaitu terjadi proliferasi sel epitel dan sel stroma prostat di dalam zona transisional prostat yang mengakibatkan penyempitan uretra. BPH sering ditemukan pada pria usia lanjut dengan angka kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia.
Diagnosis BPH ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit penderita termasuk kuesioner International Prostate Symptom Score (IPSS) dan 1 pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality of life atau QoL). Pencitraan ultrasonografi transrektal atau transrectal ultrasonography (TRUS) merupakan baku emas untuk memprediksi volume prostat sehingga dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat dan konsistensi prostat namun TRUS memilik beberapa kelemahan.
Parameter lain dibutuhkan untuk memprediksi volume prostat yang dapat digunakan secara luas yaitu Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS). Sel epitel pada BPH yang mengandung sitokeratin 18 akan mengalami hiperplasia termasuk sel stroma sehingga sitokeratin 18 dapat terdeteksi dengan pemeriksaan TPS.
Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya korelasi antara kadar TPS serum dan volume prostat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 hingga Februari 2016 dengan jenis penelitian analisis observasional dan rancangan potong lintang. Subjek penelitian sebanyak 28 sampel yang merupakan penderita BPH yang datang berobat ke Poli Rawat Jalan Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sampel darah vena diambil dan dilakukan pengukuran kadar TPS menggunakan metode ELISA (TPS® ELISA IDL Biotech). Volume prostat diukur menggunakan alat TRUS.
82,45-1822 U/L dengan rerata± SD pada seluruh sampel adalah 195,35 ± 349,79 U/L. Volume prostat bervariasi antara 20,7-87,4 cm dengan rerata ±SD adalah 34,70 ± 15,31 cm.
Hasil analisis statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya korelasi positif yang bermakna antara kadar TPS serum dengan volume prostat (p= 0,404) dengan nilai r= 0,164.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan hipotesis. Sitokeratin 18 memiliki efek terbatas pada fisiologis sel epitel prostat karena kemungkinan ada peningkatan sitokeratin lain yang berlebihan. Sitokeratin 18 menunjukkan dampak yang rendah terhadap morfogenesis dan pertumbuhan sel epitel prostat karena adanya upregulation dari sitokeratin lain seperti sitokeratin 8 dan 19.
Sitokeratin 8 dan 19 yang didapat bersama dengan sitokeratin 18 menyebabkan sitokeratin 18 yang dideteksi dengan TPS tidak selalu meningkat karena adanya tumpang tindih dengan sitokeratin lain yang lebih dominan. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun volume prostat membesar pada hiperplasia prostat jinak namun sitokeratin 18 yang dideteksi dengan TPS tidak selalu meningkat.
SUMMARY
CORRELATION BETWEEN LEVEL OF SERUM TISSUE POLYPEPTIDE
SPECIFIC ANTIGEN AND PROSTATE VOLUME IN BPH PATIENTS
Mahrany Graciella Bumbungan
Prostatic hyperplasia or benign prostatic hyperplasia (BPH) is the second most common disorder in male patients after urinary tract stones. Guidelines of the American Urological Association (AUA) define BPH as the histopathologic diagnosis which is proliferation of epithelial cells and prostate stromal cells in the transitional zone of the prostate that cause constriction of the urethra. BPH is common in older males with the incidence increasing with age.
BPH diagnosis is made based on patient’s medical history questionnaire including the International Prostate Symptom Score (IPSS) and one single question about the quality of life (quality of life or QoL). Transrectal ultrasonography (TRUS) is the gold standard for predicting prostate volume in order to detect enlarged prostate and prostate consistency but TRUS have some disadvantages.
Another parameter is needed to predict the volume of the prostate that can be used widely, namely Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS). BPH epithelial cells containing cytokeratin 18 will undergo hyperplasia including stromal cells so that cytokeratin 18 can be detected by TPS examination.
The aim of this study was to prove any correlation between levels of serum TPS and prostate volume. This study was an observational analytical type with cross sectional design, and was done in October 2015 until February 2016. Study subjects were 28 BPH patients who visited the Urology Outpatient Clinic Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya. Venous blood samples were taken and levels of TPS were measured by ELISA method ((TPS® ELISA IDL Biotech). Prostate volume was measured by TRUS.
TPS levels were increased in 13 subjects of this study, ranged between 82.45- 1822 U/L with sample total mean ± SD of 195.35 ± 349.79 U/L. Volume prostate varied, ranged between 20.7-87.4 ml with mean ± SD of 34.70 ± 15.31 ml. significant positive correlation between levels of serum TPS and prostate volume (p= 0.404; r= 0.164).
The result of this study was in contrast with the hypothesis. This is due to the fact that cytokeratin 18 that has a limited effect on prostate epithelial cell physiology because there may be an increase in other cytokeratins excessively. Cytokeratin 18 shows a low impact on morphogenesis and growth of prostate epithelial cells due to their upregulation of cytokeratin such as cytokeratin 8 and cytokeratin 19.
Cytokeratin 8 and 19 obtained along with cytokeratin 18 causes that cytokeratin 18 detected by TPS is not always increased due to overlapping with other dominant cytokeratins. These explanations show that although the prostate volume is enlarged in benign prostatic hyperplasia, the cytokeratin 18 as detected by TPS does not always increase.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................................iii KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv ABSTRAK............................................................................................................vii RINGKASAN .......................................................................................................ix DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti ......................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi ........................................................................ 6
1.4.3 Manfaat Bagi Klinisi .......................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).. .......................................................... 7
2.1.1 Definisi ............................................................................................... 7
2.1.2 Epidemiologi ......................................................................................8
2.1.3 Prostat ................................................................................................. 10
2.1.3.1 Anatomi Prostat ......................................................................... 10
2.1.3.2 Fungsi Prostat ............................................................................ 12
2.1.4 Etiologi BPH ..................................................................................... 13
2.1.5 Patogenesis BPH ............................................................................... 14
2.1.5.1 Teori DHT dan Growth Factors yang terganggu ..................... 14 2.1 5.2 Peran Estrogen dan Ketidakseimbangan dengan Androgen ..... 17
2.1.5.3 Peran Jalur Inflamasi dan Sitokin pada BPH ............................ 18
2.1.6 Manifestasi Klinis ............................................................................. 20
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 21
2.1.7.1 Urinalisis ................................................................................... 21
2.1.7.2 Pemeriksaan Fungsi Ginjal ....................................................... 22
2.1.7.3 Catatan Harian Miksi/Voiding Diaries ..................................... 22
2.1.7.4 Uroflometri .............................................................................. 22
2.1.7.5 Pemeriksaan Residual Urine/PVR ............................................ 23
2.1.7.6 Pemeriksaan Colok Dubur atau DRE ....................................... 23
2.1.7.7.1 Prosedur TRUS ............................................................ 26
2.1.7.7.2 Interpretasi Hasil TRUS ............................................... 26
2.1.7.7.3 Komplikasi TRUS ........................................................ 28
2.1.7.8 Pemeriksaan Urodinamika ........................................................ 28
2.1.8 Terapi BPH ........................................................................................ 28
2.1.8.1 Watchful Waiting ...................................................................... 30
2.1.8.2 Medikamentosa ......................................................................... 31
2.1.8.3 Pembedahan .............................................................................. 33
2.2 Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS) .................................................. 34
2.2.1 Biokimia dan Fisiologi ................................................................ 34
2.2.2 Metode Pemeriksaan TPS ............................................................ 37
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................................... 38
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual .................................................................. 39
3.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 41
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................... 42
4.2 Populasi, Sampel, Besar sampel dan Kriteria Sampel ................................... 42
4.2.1 Populasi Penelitian ............................................................................. 42
4.2.2 Sampel Penelitian ............................................................................... 42
4.2.3 Besar Sampel ..................................................................................... 42
4.2.4 Kriteria Sampel ................................................................................. 43
4.2.4.1 Kriteria Penerimaan Sampel ..................................................... 43
4.2.4.2 Kriteria Penolakan Sampel ........................................................ 43
4.3 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................................... 43
4.4 Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 44
4.4.1 Waktu Penelitian .................................................................................. 44
4.4.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 44
4.5 Variabel Penelitian ......................................................................................... 44
4.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 44
4.7 Alur Penelitian ............................................................................................... 45
4.8 Prosedur Kerja Laboratorium ........................................................................ 46
4.8.1 Pengukuran kadar TPS serum .............................................................. 46
4.8.1.1 Prinsip Pengukuran kadar TPS serum ............................................. 46
4.8.1.2 Sampel untuk Pengukuran TPS serum ............................................ 46
4.8.1.3 Bahan-bahan yang Disediakan ........................................................ 47
4.8.1.4 Persiapan Reagen ............................................................................ 48
4.8.1.5 Cara Pengukuran kadar TPS serum ................................................ 48
4.8.1.6 Interferensi ...................................................................................... 50
4.8.2 Penjaminan Mutu Pengukuran kadar TPS serum .................................. 50
4.9 Pengumpulan dan Penyajian Data .................................................................. 50
4.9.1 Pengumpulan Data ................................................................................ 50
4.9.2 Penyajian Data ...................................................................................... 50
4.10.1 Analisis Desktriptif ......................................................................... 50
4.10.2 Analisis Statistik ............................................................................. 51
4.11 Persetujuan dari Komite Etik Penelitian ...................................................... 51
4.12 Kerahasiaan Data Subjek Penelitian . ........................................................... 51
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Penjaminan Mutu ............................................................................................ 52
5.2 Data Penelitian ............................................................................................... 52
5.2.1 Hasil Penetapan Jumlah Sampel ............................................................ 52
5.2.2 Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................. 53
5.2.3 Hasil Pengukuran kadar TPS serum ...................................................... 54
5.2.4 Hasil Pengukuran Volume Prostat ........................................................ 56
5.2.5 Korelasi antara kadar TPS serum dan Volume Prostat ......................... 57
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Penjaminan Mutu Pengukuran Kadar TPS ..................................................... 60
6.2 Karakteristik Subjek Penelitian ..................................................................... 61
6.3 Kadar TPS serum pada Penderita BPH .......................................................... 62
6.4 Hasil Pengukuran Volume Prostat pada penderita BPH ................................ 64
6.5 Korelasi antara kadar TPS serum dengan Volume Prostat ............................ 65
6.6 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................67
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ........................................................................................................ 68
7.2 Saran. ............................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69 LAMPIRAN ........................................................................................................ 74
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi atau istilah berhubungan dengan BPH ................................................8Tabel 2.2 Pilihan Terapi pada BPH ................................................................................30Tabel 2.3 Jenis Obat golongan ARB dan Efek Samping ................................................32Tabel 2.4 Jenis Obat golongan 5-ARI dan Efek Samping ..............................................33Tabel 5.1 Distribusi Subjek Penelitian menurut Usia .....................................................53Tabel 5.2 Hasil Rerata Usia Subjek Penelitian ...............................................................53Tabel 5.3 Hasil Pengukuran kadar TPS Serum ..............................................................55Tabel 5.4 Hasil Rerata Pengukuran kadar TPS Serum ...................................................55Tabel 5.5 Hasil Pengukuran Volume Prostat ..................................................................56Tabel 5.6 Hasil Rerata Pengukuran Volume Prostat ......................................................56Tabel 5.7 Hasil Rerata Pengukuran kadar TPS Serum dan Volume Prostat.........................................................................................................................................57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Prostat..........................................................................................11Gambar 2.2 Struktur dan Pembagian Zona Prostat .......................................................12Gambar 2.3 Mekanisme Perubahan Testosteron menjadi DHT oleh enzim 5αReduktase.............................................................................. ........................................13
Gambar 2.4 Mekanisme Kerja Androgen pada Sel Epitel dan Sel StromaProstat..............................................................................................................................16
Gambar 2.5 Efek T cell-derived proinflammatory cytokines pada Patogenesis danProgresivisitas Inflamasi dan Pertumbuhan Sel pada Penuaan Prostat ..........................19
Gambar 2.6 Ultrasonografi Transrektal (TRUS) ............................................................26Gambar 2.7 Gambaran BPH pada TRUS .......................................................................27Gambar 2.8 Gambaran Kanker Prostat pada TRUS .......................................................27Gambar 2.9 Skema Pengelolaan BPH di Indonesia untuk Spesialis Urologi .................29Gambar 2.10 Algoritma Pemilihan Golongan obat BPH ...............................................31Gambar 2. 11 Hipotesis Jalur Diferensiasi Sel Epitel Prostat Manusia ..........................35
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................................38Gambar 4.1 Alur Penelitian ............................................................................................45Gambar 4.2 Skema Prosedur Pemeriksaan TPS ELISA .................................................49Gambar 5.1 Grafik Korelasi antara kadar TPS Serum dan Volume Prostat ................ ..59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Information for Consent (Penjelasan penelitian untuk disetujui) ...............74 Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Ikut dalam Penelitian ...................................77 Lampiran 3 Surat Persetujuan Pengambilan Sampel Darah ...........................................78 Lampiran 4 Lembar Pengumpulan Data Penderita BPH ................................................79 Lampiran 5 Skor IPSS dan QoL .....................................................................................80 Lampiran 6 Surat Ijin Pengambilan Sampel Penelitian ..................................................81 Lampiran 7 Surat Ijin Pengambilan Kelengkapan Data Sampel Penelitian .................. 82 Lampiran 8 Keterangan Kelaikan Etik .......................................................................... 83 Lampiran 9 Tabel Pemantapan Mutu Pengukuran Kadar TPS serum ........................... 84 Lampiran 10 Data Hasil Penelitian ................................................................................ 85 Lampiran 11 Analisis Statistik ...................................................................................... 86
DAFTAR SINGKATAN
5-AR : 5α-reduktase 5-ARI : 5α- reductase inhibitor µg/L : mikrogram per liter A2M :
2 Makroglobulin
ACT :
1 antichimotrypsin
API :
1 Antitripsin
AR : Androgen Receptor ARB : Alpha Receptor Blocker AUA : American Urology Association AUR : Acute Urinary Retention BPE : Benign Prostate Enlargement BPH : Benign Prostatic Hyperplasia BPO : Benign Prostate Obstruction BOO : Benign Outlet Obstruction CD : Cluster of Differentiation Ck : Cytokeratin CYFRA : Cytokeratin 19 Fragment CZ : Central Zone DHT : Dihidrotestosteron DM : Diabetes Melitus DRE : Digital Rectal Examination EGF : Epidermal Growth Factor ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay FGF : Fibroblast Growth Factor FK : Fakultas Kedokteran HCC : Hepatocellular Carcinoma HRP : Horse Radish Peroxidase
IFN-γ : Interferon gamma
IGF : Insulin-like Growth Factor
IL : Interleukin
IPSS : International Prostate Symptom Score
ISK : Infeksi Saluran Kemih KGF : Keratinocyte Growth Factor Litbang : Penelitian dan Pengembangan LUTS : Lower Urinary Tract Symptoms NATF : Non-Androgenic Testicular Factor ng/ml : nanogram per mililiter
PSA : Prostate Specific Antigen PVR : Post Voiding Residual PZ : Peripheral Zone Qmax : pancaran maksimum QoL : Quality of Life RA : Reseptor Androgen RLU : Relative Light Unit RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SD : Standar Deviasi SST : Serum Separator Tube TGF-β : Transforming Growth Factor-β TMB : Tetra Methyl Benzidine TPS : Tissue Polypeptide Specific antigen TUIP : Transurethral Incisi Prostate TUNA : Transurethral needle ablation of the prostate TRUS : Transrectal Ultrasonography TURP : Transurethral Resection of the prostate TZ : Trancisional Zone UDS : Urodynamic Studies UNAIR : Universitas Airlangga USG : Ultrasonografi U/L : Unit per liter WHO : World Health Organization
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperplasia prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan kelainan terbanyak kedua pada penderita laki-laki setelah batu saluran kemih. BPH adalah pertumbuhan sel kelenjar prostat yang tidak terkontrol dan bersifat jinak. Pedoman American Urological Association (AUA) mendefinisikan BPH sebagai diagnosis histopatologis yaitu terjadi proliferasi sel epitel dan sel stroma prostat di dalam zona transisional prostat yang mengakibatkan penyempitan uretra sehingga menghambat pengeluaran urine. Hal ini menyebabkan timbulnya infeksi, batu buli dan prostatitis kronik (Aulia D, 2009; Astrawinata DAW, 2009; McVary 2010).
BPH memberi keluhan yang meresahkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari meskipun jarang mengancam jiwa. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO).
Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai
benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan
perubahan struktur buli-buli maupun ginjal (Parnham A & Haq A, 2013).Keluhan yang disampaikan oleh penderita BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinary tract symptoms) yang terdiri atas jenis iritatif (storage symptoms) yang meliputi
frekuensi miksi meningkat (frequency), tergesa-gesa ingin berkemih (urgency), miksi di
(voiding symptoms) terdiri dari pancaran lemah (slow stream), miksi harus menunggu lama (hesitancy), mengedan (straining), aliran terputus-putus (intermittency) dan tidak tuntas (Astrawinata, 2009).
BPH lebih sering ditemukan pada pria usia lanjut dengan angka kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia. Diperkirakan 1 dari 4 pria di Amerika membutuhkan pengobatan untuk BPH bergejala saat usia 80 tahun. BPH menjadi alasan kedua tersering untuk dilakukan tindakan pembedahan pada pria diatas usia 65 tahun (Hudson DL et al, 2001; McConnell et al, 2003).
Telitian kohort Baltimore Longitudinal Study of Aging didapat bahwa 60% pria berusia lebih dari 60 tahun menderita BPH. Kejadian BPH di Amerika menurut Olmsted
County Survey sebanyak 13% pria kaukasian berusia 40-49 tahun dan 28% pada pria
berusia lebih dari 70 tahun. Penelitian multicenter pada negara di Asia didapat bahwa persentase BPH lebih tinggi dibanding di Amerika (Aulia D, 2009).
BPH menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih di Indonesia dan secara umum diperkirakan hampir 50% pria yang berusia di atas 50 tahun ditemukan menderita BPH (Rahardjo, 2006).
Diagnosis BPH ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit penderita termasuk kuesioner International Prostate Symptom Score (IPSS) dan 1 pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality of life atau QoL) sebagai panduan untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat (lampiran 9).
Pemeriksaan fisik yaitu colok dubur atau digital rectal examination (DRE) dan merupakan pemeriksaan yang penting pada penderita BPH sehingga dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat dan adanya nodul (Wijanarko S et al, 2006).
Ukuran prostat bervariasi secara signifikan semasa hidup pria. Berry et al menemukan
bahwa rerata berat prostat meningkat sekitar 20 gram saat seorang pria berusia 40 tahun dan
sekitar 38,8 gram pada pria diatas usia 80 tahun. Informasi mengenai volume prostat menjadi
hal yang penting karena menjadi peramal keparahan dari progresivitas penyakit BPH atau
outcome dari BPH seperti terjadinya retensi urine akut atau Acute Urinary Retention (AUR),
dan respon terhadap pengobatan (Shim HB et al, 2007; Mosli HA et al, 2010).Telitian oleh Park et al tahun 2003 menyatakan pria dengan volume prostat ≥ 30 ml mengalami resiko gejala LUTS sedang sampai berat, penurunan aliran urine, dan retensi urine 3 sampai 4 kali lipat lebih tinggi sehingga volume prostat menjadi informasi yang semakin penting karena volume prostat memprediksi kuat morbiditas yang berkaitan dengan BPH seperti AUR (Alawad AAM et al, 2014).
Pengukuran volume prostat dapat dilakukan dengan teknik DRE, TRUS dan
transabdominal sonography. DRE yang selama ini menjadi metode yang dipercaya
dalam mengestimasi volume prostat total memiliki sensitivitas yang rendah, membutuhkan sumber daya manusia yang terlatih dan terdapat variabilitas antara pemeriksa satu dengan pemeriksa yang lain. TRUS menjadi baku emas untuk pengukuran volume prostat karena memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding DRE namun pengukuran volume prostat yang rutin dengan TRUS tidak memungkinkan pada setiap pasien karena TRUS memiliki avaibilitas yang rendah, membutuhkan tenaga ahli
HB et al, 2007; Kuo HC, 2008; Mosli HA et al, 2010).
Parameter lain dengan demikian dibutuhkan untuk memprediksi volume prostat yang dapat digunakan secara luas yaitu Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS). TPS adalah suatu protein yang mewakili epitop M3 dari Tissue Polypeptide Antigen (TPA). TPS yang terdeteksi di sirkulasi terdiri dari fragmen sitokeratin yang terdapat dalam jaringan yang menunjukkan status proliferasi. TPS adalah satu-satunya tes yang secara spesifik mengukur fragmen terlarut sitokeratin 18 yaitu protein sitokeratin yang terdapat di sel epitel prostat sehingga TPS sering disebut “proliferation markers” (Bormer, 1994; Rebhandi 1998; Assiri MA, 2008).
Korelasi antara TPS dan volume prostat yang akan diteliti pada pasien BPH diharapkan dapat membantu dalam memperkirakan volume prostat khususnya oleh klinisi yang tidak memiliki TRUS atau akses melakukan TRUS. Tujuannya adalah membantu klinisi yang tidak dapat mengetahui besar volume prostat melalui TRUS, masih dapat memprediksinya melalui kadar TPS.
Sel epitel pada BPH yang mengandung sitokeratin 18 akan mengalami hiperplasia termasuk sel stroma sehingga sitokeratin 18 dapat terdeteksi dengan pemeriksaan TPS. Fragmen sitokeratin yang terdeteksi pada serum menandakan sintesis filamen sitokeratin yang berlebihan dari sel yang berproliferasi. TPS dapat diukur dengan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) menggunakan antibodi monoklonal afinitas tinggi terhadap M3, salah satu epitop dari 35 jenis epitop TPA dan merupakan struktur epitop pada sitokeratin 18 yang berhubungan dengan proliferasi sel (Assiri MA, 2008). Apakah terdapat korelasi antara kadar TPS serum dan volume prostat pada penderita BPH?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
1.3.1.1 Membuktikan adanya korelasi antara kadar TPS serum dan volume prostat pada penderita BPH
1.3.1.2 Memperoleh informasi mengenai hubungan antara kadar TPS serum dengan volume prostat dalam menunjang diagnosis dan memperkirakan pembesaran prostat pada penderita BPH.
1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Mengukur kadar TPS serum pada penderita BPH.
1.3.2.2 Mengukur volume prostat pada penderita BPH.
1.3.2.3 Menganalisis korelasi antara kadar TPS serum dan volume prostat pada penderita BPH.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
Menambah wawasan keilmuan tentang peran kadar TPS serum dalam hubungannya dengan volume prostat pada penderita BPH dan dapat menjadi dasar penelitian imunologi lebih lanjut untuk mengetahui peran TPS pada penyakit BPH. Menambah wawasan ilmu pengetahuan sekaligus untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang kesehatan khususnya dalam penyakit BPH sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di Instalasi Patologi Klinik RSUD DR. Soetomo Surabaya.
1.4.3 Manfaat bagi Klinisi