PERBANDINGAN PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM FORMULA TABLET' FLU ANTARA METODE KOLORIMETRI DAN DENSITOMETRI Repository - UNAIR REPOSITORY

  SKRIPSI ABDUL MUGrHNI

  PERBANDINGAN PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM FORMULA TABLET' FLU

  ANTARA METODE KOLORIMETRI DAN DENSITOMETRI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

  1987

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga PERBANDINGAN PLHETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM FORMULA TABLET FLU ANTARA METODE KOLORIMETRI DAN DENSITOMETRI ■SKRIPSI

  DIBUAT UNTUK MEMiiNUHI SYARAT-SYARAT ML’NCAPAI GELAR SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

  1987

  A / 4 / i f

  oleh ABDUL MUGHNI 058210446 \ M I LI S.

  FBRPUSTAKAA*

  • 'WMITERSITAS A iR L A N O «A *

  I U R A B A Y A _

  Disetujui oleh pembimbing,

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga K A I A P E H G A U T A R Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Kaha

  Penyanyang segala puja danpuji syukur saya panjatkan kehadirat Allah, atas rahmat yang telah dilimpahkan pada saya, sehingga tugas skripsi ini dapat tersele- saikan, sehagai salah satu syarat untuk mencapai ge- lar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

  Pada kesempatan ini saya sampaikan rasa peng- hargaan dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada s

  1. Bapak Drs. Soebahagiono sebagai pembimbing utama dan bapak Drs. Suko Hardjono sebagai pembimbing serta yang dengan penuh kesabar- an dan kesungguhan hati telah berkenan mem- bimbing, memberi nasehat dan dorongan moral pada saya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Bapak Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Ma- kanan Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Timur’ yang telah mengijinkan saya untuk menggunakan alat Densitometer.

  3. Bapak Drs. Sudaryo yang dengan sabar dan rela hati meluangkan waktunya untuk mem- berikan bantuan dan bimbingan dalam hal pemakaian alat Densitometer. i

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  4. Kedua Orang Tua saya yang telah banyak berkorban dan member! dorongan pada saya untuk menyelesai- kan skripsi ini.

  5 . Petugas lsboratorium yang dengan rela telah ba- nyak membantu dalam pelaksanaan skripsi ini.

  Akhir kata semoga amal baik mereka tersebut diatas mendapat balasan yang lebih besar dari Allah Yang Maha Pengasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengem- bangan ilmu pengetahuan

  Penyusun, ii

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  DAFTAR ISI Halaman

  KATA PENG A N T A R .............................. i DAFTAR TABEL ............................... vi DAFTAR GAMBAR ............................... vii DAJTAR LAMPIRAN............................. ix BAB : I. PENDAHULUAN............................

  1 II. TINJAUAN PUSTAKA................. .....

  5 1.-.Tinjauan tentang parasetamol .........

  5 1.1. Sifat fisika ......................

  5 1.2. Sifat kimia .......................

  6

  6 1.3. Dosis pemakaian ...................

  1.4. Penetapan kadar parasetamol ........

  7

  1.4.1. Penentuan kadar nitrogen menurut cara Kjeldahl ...................

  7 1.4.2. Secara nitritometri .............

  8

  1.4.3. Secara spektrofotometri cahaya ultra lembayung.................

  8

  2..Tinjauan tentang kolorimetri dan spektro fotouetrl ................ ..........

  8

  8 2.1. Teori kolorimetri ............... .

  2.2. Hukum Lambert .....................

  9 2.3* Hukum Beer ........................

  12 2.4. Metode kolorimetri ................

  13

  iii

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Halaman

  2.5. Penetapan kadar parasetamol secara kolorimetri ...........................

  14

  3 . Kromatografi ...........................

  15 3.1. Kromatografi lapisan tipis ............

  15

  3.2. Penetapan kadar dengan kromatografi la­ pisan tipis ..........................

  17 4. Densitometri ..................... ......

  20 4.1. Teori Kubelka - Kunk ..................

  21 4.2. Prinsip dasar densitometri ............

  29

  4.3. Penetapan kadar dengan metode densitome­ tri ............... ...................

  31 III. luLTODE PENELITIAN..........................

  32 1 . Bahan sampel yang digunakan .............

  32 2. Bahan-bahan............................

  32 2.1. Bahan-bahan untuk metode kolorimetri ....

  32 2.2. Bahan-bahan untuk metode densitometri ...

  33 3. Alat-alat..............................

  33 3.1. Alat-alat untuk metode kolorimetri .....

  33 3.2. Alat-alat untuk metode densitometri ....

  33 4. Cara kerja ................. ............

  33 4.1. Pemeriksaan parasetamol ...............

  33

  4.2. Penetapan kadar parasetamol dengan metode kolorimetri ..........................

  34 4.2.1. Penetapan panjang gelombang maksimum ..

  34

  35 4.2.2. Penentuan waktu optimum pengukuran ....

  4.2.3. Penetapan kadar parasetamol dalam . sampel .............................

  35

  m 1 t s

  1 FHR? US7A1E AAW

  4#3. Penetapan kadar parasetamol dengan metode densitometri ..................... ... 36

  51

  Halaman v

  VIII. RINGKASAN................................... ... 65 DA?TAR PUSTAKA .................. .................. ... 66

  VII. SARAN-SARAN................................. ... 64

  VI. KESIMPULAN.................................. ... 63

  V. PEMBAHASAN.................................. ... 60

  4 . Pengolahan data .............................. 53

  3.2. Penentuan panjang gelombang maksimum ........ 47 3.3. Penetapan kadar parasetamol dalam sampel ..

  4.3.1. Pembuatan larutan baku parasetamol ........ 36 4.3.2. Penentuan panjang gelombang maksimum ....

  3. Penetapan kadar parasetamol dengan metode densitometri ......... .................... ... 47 3.1* Pembuatan larutan baku parasetamol .......... 47

  47

  2.1. Penentuan panjang gelombang maksimum ........ 42 2.2* Penentuan waktu optimum pengukuran.......... 42 2.3. Penetapan kadar parasetamol dalam sampel ..

  2. Penentuan kadar parasetamol dengan metode kolorimetri .................................. 42

  38 IV. HASIL-HASIL PERCOBAAN ......................... ... 42 1 . Pemeriksaan parasetamol................... ... 42

  4.3.3. Penetapan kadar parasetamol dalam sampel....37 5 . Metode pengolahan data .................... ...

  36

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  DAFTAR TABEL I. Tabel untuk memasukkan data yang diperoleh......

  38 II, Contoh tabel anova model Factorial in a randomized complete block design ..........................

  39 III. Penentuan panjang gelombang maksimum pada metode kolorimetri dengan kadar parasetamol 20,36 ppm. ..

  43 IT. Penentuan waktu optimum pengukuran pada metode kolorimetri dengan kadar parasetamol 20,36 ppm. ..

  45 V. Hasil-hasil penetapan kadar parasetamol dengan metode kolorimetri ............................

  48 VI. Hasil penimbangan parasetamol sebagai zat baku pembading.....................................

  49 VII. Penentuan panjang gelombang maksimum pada metode densitometri dengan kadar 0 , 1 mg/ml.............

  50 VIII. Hasil-hasil penetapan kadar parasetamol dengan metode densitometri ...........................

  52 IX. Hasil-hasil percobaan telah dirubah dengan persen pendapatan kembali (recovery), disusun model :

  

11 Factorial in a randomized complete block design "

  55 X. Hasil perhitungan anova dari metode kolorimetri dan densitometri ..............................

  56 Tabel :

  Halaman vi

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  DAFTAR GAMBAR Gr.m'bar :

  Ealaman

  1. Seberkas cahaya yang jatuh pada lapisan yang

  22 tidak homogen...............................

  2. Hubungan antara reflektans (Ar)' dengan faktor

  )1

  penyerapan (K pada berbagai harga faktor penghamburan (S} .............................

  26

  3. Hubungan antra transmitans (Aj) dengan faktor penyerapan (K) pada berbagai harga faktor

  27 penghamburan (S)'.............................

  4. Hubungan antara logaritma transmitans dengan faktor penyerapan (Kj pada berbagai harga faktor penghamburan £S);.............................

  28

  5. Diagram optik densitometri atas dasar pengukuran transmisi ...................................

  29

  6 . Diagram optik densitometri atas dasar pengukuran cahaya yang dipantulkan ......................

  30

  7. Diagram optik densitometri atas dasar pengukur­ an absorbsi .................................

  30

  8 . Diagram optik densitometri atas dasar pengukur­ an absorbsi sinar difluorensikan .............

  31

  9. Kurva serapan terhadap panjang gelombang pada

  20,36

  kadar parasetamol ppm, untuk penentuan panjang gelombang maksimum dengan metode kolo­ rimetri .....................................

  44 vii

  Gambar : Halaman

  10. Kurva serapan terhadap waktu (menit) pada kadar parasetamol 20,36 ppm, untuk penentuan waktu optimum pengukuran dengan metode kolo­ rimetri.....................................

  46 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  DAFTAH LAMPIRAN Lampiran s

  I. Hasil rekaman penentuan luas kurva untuk zat baku pembanding dan kode sampel A.

  II. Hasil rekaman penentuan luas kurva untuk zat baku pembanding dan kode sampel B.

  III. Hasil rekaman penentuan luas kurva untuk zat baku pembanding dan kode sampel C.

  IV, Hasil rekaman penentuan luas kurva untuk zat baku pembanding dan kode sampel D.

  V. Hasil rekaman penentuan luas kurva untuk zat baku pembanding dan kode sampel E.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  B A B

  I P E O A H U L U A I Pada dekade terakhir ini banyak obat flu yang ber- edar, mengandung parasetamol sebagai obat analgesik dan antipiretik. Sediaan yang mengandung parasetamol banyak diproduksi dan diedarkan baik sebagai obat tunggal mau- pun campuran dalam bentuk sirup dan tablet* Salah satu sebab adalah parasetamol sebagai obat pilihan untuk a- nalgesik flan antipiretik dengan efek samping yang rela- tif kecil, disamping itu harga parasetamol yang relatif murah sehingga harganya terjangkau oleh masyrakat.

  Sebagai kontrol kualitas, obat harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh farmakope, salah satu diantaranya adalah kadar obat. Metode penetapan kadar obat di dalam farmakope umumnya sebagai obat tunggal. Penetapan kadar parasetamol dalam tablet parasetamol sebagai obat tunggal yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi III adalah dengan penentuan kadar ni­ trogen menurut cara Kjeldahl (1). Dalam Acta Pharmaceutica disebutkan cara penetapan ka- darnya dengan cara nitritometri (

  2 ) sedangkan dalam

  Analytical Profiles of Drug Substances dengan cara spektrofotometri cahaya ultra lembayung (

  3 )*

  1 Sampai sekarang penetapan kadar obat dalam bentuk campuran belum banyak dilakukan, misalnya bagaimana ca- ra penetapan kadar metampiron dalam tablet Neuralgin

  ,

  vitamin C dalam tablet multivitamin dan lain-lain-, Berdasarkan kenyataan ini# penelitian ini dimaksudkan untuk mencari metode yang mempunyai ketelitian dan ke- tepatan yang lebih baik dan relatif sederhana, sehing­ ga dapat diterapkan untuk penetapan kadar parasetamol dalam tablet flu. Disamping itu juga i;:ut memecahkan masalah penetapan kadar obat dalam bentuk campuran.

  Dalam penelitian ini, sebagai metode penetapan kadar parasetamol dalam formula tablet flu digunakan dua metode yang dipilih yaitu metode kolorimetri dan metode densitometri. Dua metode ini akan dibandingkan untuk mendapatkan metode yang lebih sederhana dan lebih baik dalam hal ketelitian dan ketepatan.

  Metode kolorimetri didasarkan pada pengukuran serapan maksimum dari 2 - nitro - 4 - asetamidofenal yang berv'arna merah jingga dalam larutan alkali* yang merupakan hasil reaksi antara parasetamol dengan a- sam nitrit (4).

  Metode densitometri didasarkan pada pengukuran

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  kerapatan optik noda kromatogram. Kerapatan optik terse- but dinyatakan dalam bentuk luas noda kromatogram (

  5 t ) *

  kerugiannya. Keuntungan metode kolorimetri antara lain ialah biaya yang relatif lebih murah dan cara pelaksa- naannya cukup sederhana. Sedangkan keuntungan metode densitometri antara lain cara pelaksanaannya relatif cepat dan sensitivitasnya yang tinggi. Kerugian metode kolorimetri antara lain ialah syarat- nya bahwa larutannya harus berv/arna dan warnanya ba­ rns stabil. Untuk larutan berwarna sebagai hasil reaksi maka re - aksinya harus sempurna. Sedangkan kekurangan metode . densitometri antara lain ialah bahvra peralatannya yang sangat mahal dan banyak memakai pelarut-pelarut organik.

  Apabila kesalahan pelaksanaan percobaan dan de­ ngan mengatur variabel yang sesuai untuk metode den­ sitometri, maka dapat dikemukakan hipotesa : Ada per- bedaan yang bermakna antara metode kolorimetri dan densitometri terhadap penetapan kadar parasetamol da- lam formula tablet flu.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  4 Untuk membuktikan kebenaran tersebut perlu di­ lakukan perbandingan penetapan kadar parasetamol dalam formula tablet flu antara kedua metode terse­ but.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  BAB II. .TIKJAUAN PUSH? AKA 1. Tlnnauan_ teiLtang^ara .a_tamol (.7,8,9).

  Parasetamol merupakan derivat Acetanilid dan meru­ pakan senyawa p - amino;fenol.. Pertama-tama digunakan pengobatan oleh Von Mering dalam tahun 1893 (7). Nama lain adalah acetaminofen, asetaminophenum, asetaphe- num, N - asetil -

  4 - aminophenol, p - asetaminophenol,

  p - asetamidofenol, p - hidroksi asetanilid, 4 - hidrok- siasetanilid. Parasetamol adalah metabolit utama .Eenasetin yang mempu- nyai spektrum farmakel«gis sama dengan .fenasetin. Efek farmakologik dari ‘parasetamol adalah antipiretik dan analgesik.

  1.1. Sjfat_ fisika (8,9).

  Parasetamol adalah serbuk atau hahlur yang berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit, herat molekul 15 1, 17 mempunyai titik lehur 169°C - 172°C. Infleks M a s (df1> : 1,293. Kelarutan parasetamol adalah larut dalam 70

  20

  bagian air, dalam hagian air panas, da­ lam 7 bagian etanol 95# P* dalam 13 bagian

  5

  6 aseton P dalam 50 bagian kloroform, . dalam 40 bagian gltser^l P, dalam 9 bagian proPilen- glikol P dan larut dalam alkali hidroksida.

  1.2 Slfat %lmia. (1).

  

%

  • Dalam etanol 90

  dengan larutan besi (III) klorida memberikan warna biru violet,

  • serbuk 'pararetamol didihkan dengan asam klo­ rida P selama 3 menit, kemutfian ditambah air suling, didinginkan tidak berbentuk endapan, kemudian ditambah larutan kalium bikromet terjadi perlaban-lahan werna violet yang ti­ dak berubah menjadi merah 1.5 Posis jpemakaian. (10).

  Para'Setamol mempunyai dosis pemakaian untuk o- rang dewasa, tiap kali pemakaian 300 mg -

  1 g

  dengan dosis maksimum 4 g sehari. Untuk anak

  6 - 12 tabun adalab 150 mg - 300 mg tiap kali pemakaian dan dosis maksimum 1, 2 g sebari.

  Untuk anak 1 - 6 tahun, tiap kali pemakaian a- dalah 60 mg - 120 mgf sedang bsyi dibaivah umur 1 tahun adaleh 60 mg. Untuk anak maksimum enam kali sehari.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  7 1.4. Penetapan Jfcadsr Parasetamol.

  Ada beberapa metode untuk penetapan kadar pa- rasetamol diantaranya yang sering digunakan adalah :

  1.4.1. Penentuan kadar nitrogen menurut cara r K.ieldahl tl.ll).

  Paracetamol didestruksi dengan asam sulfat berlebih dengan katalisator tembaga (.

  11 )

  sulfat, maka nitrogen yang ada akan tere duksi menjadi amoniak (.5). Amoniak yang terjadi diikat oleh asam sulfat sebagai a- monium sulfat. Kemudian ditambah natrium.-hi- drokeida akan dibasilkaiv amonium hidroksida da‘n‘ natrium .sulfat.Dengan pemanasan :ainonium hidroksida terurai menjadi uap amoniak dan air. Uap amoniak yang terjadi ditampung d& lam asam borat untuk membentuk senyawa a- monium meta borat yang bersifat basa lemah.

  Reak si i NH^+ HH4BO2+ H^O

  Amonium . meta borat kemudian dititrasi de­ ngan asam sulfat menggunakan indikator me- til merab.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  8 1.4.2. Secara nitritometri. (2).

  Pads prinsipnya paracetamol dihidrolisa men­ jadi senyawa p-aminophenol yang dapat diten- tukan dengan cara nitritometri dengan meinakai

  Q ,

  indikator dalam yaitu campurafl tropeolin dan metilen .biru, -Untuk. mempercejp.at reaksl / ditambahkau kalium bromid'a sebagai katalisator. 1.4.3. 5ecara spektrofotometri cahava ultra l.efflfrayung(3)

  Parasetamol dilarutkan dalam alkohol absolut, kemudian diaeamkan dengan asamklorida encer dan selanjutnya diencerkan dengan alkobol ab­ solut sampai volume tertentu. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum + 249 nm.

  2. Tin.iauan $entan* %olorlmetri dan gpektrofotometri.

  2.1. Teorl kolorimetri tl2f13#14»15).

  Apabila seberkas cahaya monokromatis atau bu- kan monokromatis jatuh pada media yang homo- gsn, maka sebagian cahaya tersebut akan dipan tulkan, sebagian akan cLiabsorbsi dan sebagian akan diteruskan. Bila intensitas cahaya yang datang sama dengan lof intensitas cahaya yang dipantulkan sama dengan Irf intensitas cahaya

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  9 yang diabsorbsi sama dengan la dan intentitas ca­ haya yang diteruskan sama dengan Itf maka dapat di nyatakan sebagai berikut ;

  Io = Ir + la + It. Bila dalam percobaan digunakan larutan blanko dengan kuvet yang sama, maka Ir dapat diabaikan sehingga persamaan tersebut dapat ditulis :

  Io = la + It Orang yang pertama kali menyelidiki hubungan an- tara Io dan It adalah Lambert (1760). Kemudian

  Beer (1852) membuat penyelidikan yang sama, me- mikirkan hubungan antara intensitas cahaya yang diteruskan dengan konsentrasi.

  2.2. Eukum Lambert. (12,13,14,15).

  Jumlah cahaya monokromatis yang diabsorbsi ada­ lah berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang datang, atau dengan perkataan lain inten­ sitas cahaya yang diteruskan (It) dan intensi­ tas caya yang datang adalah konstan. Secara matematik dapat ditulis :

  • 1 - 1

  It = Io a atau = a (,1) dimana faktor a menyatakan fraksi cahaya datang yang diteruskan dalam medium yang tebalnya 1 cm.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  10 Intensitas cahaya yang akan diteruskan akan menurun secara geometrik, hila tebal medium yang dilalui cahaya naik secara aritmatik. Hal ini berarti bahwa medium yang mempunyai tebal yang Bama dari bahan yang sama akan mengabsorbsi fraksi cahaya datang yang sa­ ma. Menurut hukumLambert hubungan antara t

  It danlo dapat dinyatakan sebagai berikut:

  • t It = Io a (2) dimana t menunjukkan tebal medium. Bila cahaya yang mempunyai intensitas I jatuh pada medium yang mengabsorbsi dengan te­ bal tertentu sebesar dt, maka penurunan irfcensitas dl dari cahaya datang sebanding dengan I dan dt, hal ini dapat dinyata­ kan sebagai persamaan differensial : dl = -k I dt atau = kl (3) dimana k adalah faktor keseimbangan dan t adalah tebal medium. Berdasarkan uralan diatas, liukum Lambert berbunyi :

  Intensitas cahaya monokromatis yang diteruskan akan menurun secara eks- ponensial, bila tebal medium yang mengabsorbsi naik secara aritmatik.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  11 Dengan cara mengintegralkan persamaan (3) didapatkan persamaan ;

  • dl = -kdt

  I J L

  d

  I T Io = k.t

  • k.t (4) It = Io c

  Dengan cara me'-rubah - logaritma natural menjadi logaritma Briggs akan didapatkan

  • 0,4343k.t -Kt It = To. 10 = Io.lO (5) dimana K adalah koefisien ekstingsi yaitu

  K = 0,4343k. ' K biasanya dinyatakan sebagai kebalikan tebal medium t cm dan dengan pengurangan intensitas cahaya sepersepuluh kalinya intensitas cahaya semula, maka akan dipe£ oleh :

  • Kt It * 0,1 = 1 0 atau Kt = 1 dan K = 1

  %

  io

  f

  It = (

  6 )

  io Perbandingan antara radiasi cahaya yang diteruskan oleh kuvet dan larutan zat terhadap radiasi cahaya yang diteruskan oleh suatu bahan yang dipakai sebagai pembanding dikenal dengan istilah s

  12 transmitans ( T ), yang dinyatakan dalam prosen t

  $ ).

  Dari Hukum Lambert dapat diketahui ab- sorbang (. A ) sebagai anti logaritma da­ ri transmitans ( I ), 2,3. Hukum Beer. (12,13,14,15).

  Beer mempelajari pengaruh konsentrasi larutan terhadap cahaya yang diterus­ kan atau diabsorbsi. Beer menemukan hubungan antara cahaya yang diterus'i- . kan dengan konsentrasi sama seperti

  Lambert menemukan hubungan antara cahaya yang diteruskan dengan tebal medium.

  Se€ara matematik, hukum Beer dapat dinyatakan sebagai berikut : It = Io a° (

  8 )

  dimana c menunjukkan konsentrasi zat berwama, bila c = t t seperti pa- da persamaan hukum Lambert, maka akan didapat persamaan lagi : dl = -K*I dc dl * K*I dc

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  13 Sehingga Hukum Beer berbunyi : Intensitas cahaya monokromatis yang diteruskan akan menurun secara eksponensial, apabila kon- sentrasi senyawa yang mengabsorbsi naik secara aritmatik.

  9 Dengan mengintegralkan persamaan ( ) akan didapatkan

  persamaan : -k’c It * Io e (10)

  • 0,4343k*c -k'c It = Ie 10 = Ie.10 til)

  Penggabungan persamaan (5) dan (11) akan memberikan persamaan dasar dari kolorimetri dan spektrofotome- tri dan disebut sebagai hokum : Beer - Lambert.

  • E.e.t. It = Io e atau umumnya ditulis ; log Io = E.b.c.

  It dimana E adalah koefisien molar ekstingsi jadi A = log 1 = E.b.c.

  t : 2.4. Metode kolorimetri.

  Kolorimetri adalah suatu metode kuantitatif se­ nyawa kimia berdasarkan penentuan absorbsi oleh la - rutan yang berwarna pada panjang gelombang sinar tam pak. Senyavra kimia yang akan ditentukan dengan meto­ de kolorimetri harus memenuhi salah satu syarat di- antara tiga kategori dibawah ini (16).

  .14

  a. Senyawa kimia tersebut harus berwarna misalnya: sianokobalamin. b* Senyawa kimia tersebut harus direaksikan dengan' pereaksi tertentu untuk menghasilkan senyawa berwarna yang stabilf misalnya : norefinephrin direaksikan dengan lf 2 - nafta kuinon - 4 - sulfonat dalam suasana basa menghasilkan senya­ wa berwarna kemerah - merahan.

  c. Senyawa kimia harus diubah dahulu menjadi de- rivatnya dan kemudian direaksikan dengan pere­ aksi tertentu untuk menghasilkan senyawa ber- waraa yang stabil, misalnya : aretofenetidin diubah menjadi fenetidin yang reaksinya dengan asam kromat menghasilkan senyawa yang berwarna.

  2 .

  5 - Fenetauan kadar parasetamol secara kolorimetri.

  Pada umumnya penetapan kadar parasetamol de­ ngan metode koloriraetri adalah parasetamol dihi- drolisa dulu menjadi p-aminofenol, kemudian dire­ aksikan dengan senyawa tertentu untuk membentuk larutan berwarna yang stabil; misalnya s dengan vanilin (17).

  Dengan metode koloriraetri juga dapat diten- tukan kadar parasetamol berdasarkan reaksi yang terjadi antara parasetamol dengan asam nitrit untuk membentuk 2 - nitro - 4 acet-

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  1*5 amidofenol yang berwaraa merah jingga da- lam larutan alkali. Kemudian diukur absorb sinya pada panjang gelombang maksimum (4).

  Reaksi • Paracetamol 2-nitro-4-acetami- ion 2-ni- dofenol tro-4-ace- tamidofenol r T . Le Pedril st. telah melaporkan bahwa as­ pirin, acetanilid, phenacetin, phenobarbital tripelinnamina, lidocain, eucalyptol, glyce­ ryl guajacolat, fta camphorsulfonat, penga - wet ester para - hidroksibensoat dan bahan pengisi tablet adalah tidak mengganggu bi- la berada bersama dengan Paraeetamol untuk penetapan kadar Parasetamol berdasarkan re­ aksi diatas, juga phenylpropanolamin dan phenyltoloxamin tidak mengganggu (4).

  3. Kromatografi, 3.1. Kromatografi laoisan tipis.

  Kromatografi adalah tehnik untuk pemisahan cam- puran zat yang mana pemisahan ini berdasarkan

  16' perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponennya pada fase diam karena pengaruh su- tu pelarut yang bergerak (18). Kromatografi dapat dikembangkan menjadi metode analisa, karena basil pemisahan kromatografi selalu dapat dipercaya. Hasil yang dapat cli- percaya adalah syarat pokok dari euatu metode analisa. Ukuran metode analisa dapat dipercaya adalah:

  a. Metode analisa kualitatif:

  • spesifik
  • dapat diulang dengan hasil sama

  b. Metode analisa kuantitatif :

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  • tepat (precise)
  • teliti (accurate), Dalam pelaksanaan kromatografi bila fase diam yang digunakan lapisan tipis yang dilapisi ad- sorben, maka tehnik ini disebut kromatografi lapisan tipis, bila fase diam adalah kertas disebut kromatografi kertas dan bila fase di­ am adalah kolom disebut kromatografi koloro* Sedangkan mekanisme pemisahan pada kromato­ grafi lapisan tipis dapat berdasarkan atas: partisi, adsorpsi, pertukaran ion, elektro foresis, filtrasi gel dan afinitas tergan-

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  17 tung pada adsorben yang digunakan. Pada umumnya berdasarkan odsorpsi dan partisi (18,19).

  Dengan menggunakan kromatografi lapisan tipis dapat dilakukananalisa kimia antara lain : a. Pemurnian komponen-komponen dalam su- atu campuran.

  b. Identifikasi komponen-komponen dalam suatu campuran.

  c. Penetapan kadar suatu zat baik seba­ gai zat tunggal maupun suatu campuran* 3,2, Penetapan kadar gengan kromatografi lapisan tipis. (

  5 , 20 ).

  Pada dasarnya penetapan kadar dengan Kromato­ grafi lapisan tipis dapat dilakukan sebagai berikut : Pertama-tama harus disiapkan larutan zat yang akan ditetapakan kadarnya dan larutan pemban- ding. Zat yang akan diperiksa dan zat pemban- ding secara kuantitatif, kemudian dilarutkan dalara pelarut yang sesuai dengan volume ter­ tentu. Larutan zat diambil secara kuantitatif dengan injeksi mikro dan ditotolkan dengan ha- ti-hati dan perlahan-lahan pada lempeng lapis­ an tipis yang di/mnakan* Kemudian lapisan ti­ pis yang bernoda zat yang diperiksa dan zat

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  18 pembanding dimasukkan kedalam bejana kaca ter- tutup yang lewat jenuh dengan eluen yang sesu- ai untuk dieluasi* Setelah eluen mencapai ja~ rak tertentu, maka lempeng lapisan tipie diam bil dan dikeringkan. Untuk mendapatkan hasil pernsriksaan yan.^ baik danbentuk noda yang bu- lat, perlu dipilih ketiga komponen yang sesuai yaitu :

  1 . fase dlam 2 . fase bergerak

  3. kadar zat yang diperiksa/pembanding. Kemudian noda-noda hasil pemisahan dapat di- tentukan letaknya dengan cara : a. Menggunakan sinar lembayung ultra un­ tuk eat-zat yang dapat berfluoresensi.

  b. Mencelupkan dengan cepat kromatogram dalam larutan pereeksi* c. Mengaliri dengan uap jodium.

  d. Menambahkan pereaksi warna pada pelarut yang digunakan untuk eluasi. Setelah itu noda-noda komponen zat dapat diten tukan kadarnya dua cara yaitu j

  1, Penentuan kadar zat setelah noda dieks traksi dengan pelarut yang sesuai.

  Pada cara ini, noda-noda ?at dan pern- banding setelah dideteksi dan dketahui

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  19

  lokasinya pada kromatogram dikerok dan ditampung, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai. Hasil ekstraksi ' ditentukan kadarnya denga cara yang sesuai seperti : a. Spektrofotometri/Kolorimetrl.

  b. Spektrofluorometri.

  c. Polarografi.

  d. Volumetri.

  2. Penentuan langsung dari noda yang di- hasilkan pada lapisan tipis.

  Cara ini dapat dilakukan dengan cara :

  a. Membandingkan luas noda zat yang diperlksa dengan luas no­ da pembanding. Prinsip perhitungan :

  2

  2

  log = (ul+IJ )-(Sl'fS ) log K S (U

  1 -U 2 )'+(.S 1 -S2)'

  dimana r Ui= larutan zat yang diperiksa.

  U

  2 = larutan zat yang diperiksa de­

  ngan kadar setengah dari kadar larutan U^. larutan pembanding dengan kadar tertentu (diketahui).

  § ~

  larutan pembanding dengan kadar

  2

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  20 setemgah dari S^.

  K = Ul= S1 =

  2 Luas noda dapat diperhitungkan secara planimetri.

  b. Membandingkan berat guntinpan noda zat dengan noda pembanding.

  c. Secara Densitometri.

  4. Densitometri. ('5,6,21,22). Densitometri adalah metode dimana intensitas zat warna diukur secara lanpsung pada kromatogram. Metode densitometri ini merupakan salah satu metode optik yang dapat digunakan untuk irientifikasi zat dan penentuan ka­ dar zat atau campuran zat dengan kadar yang sangat kecil sesudah dilakukan pemisehan dulu dengan kromatografi la­ pisan tipis«

  Pada prinsipnya penetapan kadar dengan densi - tometri. adalah sama . dengan metode spektrofotometri. PerTredaan prinsip antara densitometri dan spektrofotome­ tri adalah pada densitometri hubungan antara absorbs! konsertrasi tidak menunjukkan hubunpan yang linier seper­ ti yang ditunjukkan oleh hukum Beer - Lambert pada meto­ de spektrofotometri. Hal ini disebabkan oleh adanya ham- buran cahaya ( scattering ) dari absorben pada lempeng kromatografi lapisan tipis bersifat tidak homogen.

  21 Dalam hal ini hubungan antara absorbs! dan konsen- trasi pada densitometri cenderung mengikuti penyimpangan negatif dari hukum Beer - Lambert pada spektrofotometri untuk kadar larutan yang besar. Hubungan antara absorbsi dan konsentrasi pada metode Densitometri dapat dijelaskan 61£h teori Kubelka - Munk.

  4.1. Teori Kubelka - Munk. (6,22).

  Bila seTfoerkas cahaya dengan intensitas I ja- tuh pada perraukaan lapisan tipis yang tidak homogen dengan arah tegak lurus, sepertiyang ditunjukkan pada gambar : i, maka sebagian cahaya yang datang akan mengalami refleksi

  (Ig) dan intensitas cahaya yang mengalami re fleksi dapat ditentukan dengan koefisien re­ fleksi perraukaan yang dinyatakan dengan secara matematik dapat ditulis : rs = i . t C D

  Sebagian cahaya yang datang akan diserap oleh medium lapisan tipis yang tidak homogen dengan intensitas sebesar Io dan sebagian lagi akan diteruskan dengan intensitas sebesar IT<f secara matematik dapat ditulie s i = i - I? i = i - i . 6

  Io = I ( 1 - £ ) (2)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Gambar 1

  Jika medium lapisan tipis bersifat homogen, maka berlaku hukum Beer-Lambert yang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  25

  • KX

  IT = IQ . e (3)

  dimana IT' adalah intensitas cahaya yang me- ninggalkan medium, X adalah tebal medium dan KX adalah Koefisien penyerapan.

  • KX Harga e menyatakan berkurangnya intensitas cahaya yang melewati medium dan harga loga­ ritma e“KX disebut kerapatan optik ( optical density ) dari medium. Pada umumnya medium yang digunakan dalam kro- matografi lapisan tipis berupa lapisan tipis fase padat yang tidak homogen sehingga selain menyerap juga menghamltoirkan cahaya, oleh ka- rena itu selain parameter KX, juga dikenal parameter SX ( Koefisien penghamburan ). Oleh karena itu hubunpan antara serapan dengan kon sentrasi menvimpang dari hukum Beer-Lambert.

  Meskipun hamburan dari cahaya ini tidak me- nvebabkan kehilangan cahaya yang banyak, te- tapi akan mempengaruhi jalan penyelfcaran sum- ber cahaya dan akan mengurangi cahaya yang masuk dalam medium. Perbandingan intensitas cahaya yang mening- galkan. lapisan tipis ( IT )■ yang keruh

  ( turbid ) dengan intensitas cahaya yang

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  24 masuk (I0) disebut Transmittanse (A^) dari la­ pisan tipis. Sedangkan perbandingan intensi - tas cahaya yang dipantulkan dengan inten sitas cahaya yang masuk ( p disebut Reflektans (Aj^) dari medium, Secara matematik dapat di- lis :

  Ajf —

  1 ^ dan A*p * I»p (4)

  Io Io Pada tahun 1920 P. Kubelka dan P. Munk telah memecahkan masalah adanya hamburan dari medi*-. um yang tidak homogen. Secara matematik Teori Kubelka-Munk yang telah merumuskan hubungan antara kerapatan optik dengan serapan dapat dinyatakan sebagai berikut : dj(x)/dx = - (S+K). J(x> + S.r(x) dr('x)/dx = (S + K) - r(x) - S(x)S.J(x) (5) dimana : j(x) : intensitas cahaya dengan arah te- gak lurus raenuju permukaan lapisan tipis# r(x) : intensitas cahaya dengan arah te- gak lurus meninggalkan permukaan lapisan tipis,

  S : faktor penghamburan untuk tiap satu satuan tebal lapisan tipis, K : faktor penverapan untuk tiap sa-

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  25 tu satuan tebal lapisan tipis.

  Lempeng lapisan tipis mempunyai koefisien penghamburan CSX) yang berbeda-beda ter^ gantung dari ukuran dan distribusi adsor- ben yang digunakan, misal SX lempeng la­ pisan tipis silicagel produksi E. Merck ■ adalah 3 sedangkan produksi Wako adalah 7.

  Untuk lebih Jelasnya, berikut ini adalah kurva-kurva yang menggambarkan hubungan antara beberapa parameter dari persamaan

  2,

  3 Kubelka-Munk pada gambar gambar dan

  gambar 4*

  26 Gambar 2 : Hubungan antara Reflektans C. ) dengan faktor penyerapan ( K ) pada berbagai harga faktor penghamburan ( S ).

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  27

  3 •

  Gambar Hubungan antara Transmitans ( ) dengan faktor penyerapan ( K ) pa­ da berbagai harga faktor pengham­ buran ( S ).

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  28 A lo g ,0 A Io

  9 G-ambar 4 s H-ubungan antara lo^aritma Transmitans

  dengan faktor' penyerapan ( K ) pafla berbagai harga faktor penghamburan ( S ).

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 29 4.2. Prlnslp Dasar Densitometer.(5.6.PO).

  Untuk penentuan kadar zat dari noda pada la­

  t

  pisan tipis dapat dilakukan dengan cara

  1 . Membandingkan transmisi sinar tampak

  yang mele^-ati noda bahan dengan noda pembaflr ding pada kromatogram.

  Cara ini dapat dilihat pada diagram gambar 5.

  > ■ < . i i i i

  

____________ y

  2

  t . ,

  I i i

  t y

  Gambar 5: Diagram optik Densitometri atas dasar pengukuran transmisi

  ( 1 a sumber cahaya, 2 = lempeng

  kromatografi lapisan tipis, 3 = foto sensor)

  2 . Membandingkan sinar ultra, lembayung atau

  sinar tampak yang dipantulkan oleh noda bahan de ngan noda pembanding pada kromatogram. Cara ini dapat dilihat pada diagram gambar 6 .

  30 Gambar

  6

  : Diagram optik Densitometer atas da­ sar pengukuran cahaya yang dipan- tulkan. (

  1 = surcber cahaya, 2 =

  lempeng kromatografi lapisan ti­ pis,

  3 = foto sensor )

  3. Membandingkan absorbsi sinar lemba- yung ultra atau sinar tampak yang afclewati noda bahan dengan noda pembanding pada kro­ matogram. Cara ini dapat dilihat pada diagram gambar 7.

  5 Gambar 7 : Diagram optik Densitometer atas da­

  sar pengukuran absorbsi (

  1 * sum-

  ber cahaya, 2 = phototube, 3 = Col­ limator, 4 = monokror.:ator, 5 = lem­ peng kromatografi lapis tipis ).

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  4# Membandingkan absorbsi sinar yang difluo rensikan oleh noda bahan dengan noda penbanding pada kromatogram, Cara ini dapat dilihat pada diagram gambar

  8 ,

  3 \ u / - A — - Q )

  7 \ \

  2 \

  \

  5 Gambar 8 : Diagram optik densitometer atas dasar pengukur-

  an absorbsi sinar yang difluorensikan, (l=eumber cahaya,

  2 =phototube, 3 =collimator

  5

  =lempeng kronatografi-lapisan tipis, 6 =kondensor, 7 =filter). 4,3. P-eneta_Pan-Skadar, denran metode densitometri.. (.22,23.).

  Ketode densitometri untuk perhitungan kadar su­ atu zat didasarkan atas pengukuran kerapatan optik noda kromatogram, yang dinyatakan dalam bentuk luas kurva noda kromatogram, dimana luas kurva zat ini dibandingkan dengan luas kurva zat baku, Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah hubungan antara luas kurva dengan konsentrasi telah dilinierkan de­ ngan suatu faktor yang telah diatur oleh sistem da­ lam densitometer dan diukur pada panjang gelombang maksimum. Luss kurva yang dihasilkan melalui alat komputer didapatkan kadar zat dari noda kromatogram.

  B A B III METODE PENELITIAN 1. Bahan, sampeJ^rang dlgunakan.

  2.1. Bahan-bahan untuk metode kolorimetri.

  f. Larutan besi {III) klorida g. Larutan bikromat.

  e. Natrium hidroksida ( E. Merck )

  d. Amonium sulfamat (. Fluka AG )

  c. Natrium nitrit (. E. Merck )

  4m

  b. Asam klorida ( E. Merck )

  a. Parasetamol pembanding didapat dari PT Brataco bersertifikat.

  2. Bahan- bahan.

  Sampel yang digunakan adalah dengan mencampur sendiri beberapa bahan obat seperti yang tercantum dalam formula obat paten . yaitu :

  0,2 mg.

  mg, klorferamin maleat

  1

  Sampel 13 : Asetaminofen 50 mg, coffein 5 mg, fenilpropano- lamin HC1 1,5 mg, klorfeniramin maleat 0,2 mg. Sampel E s Asetaminofen 50 mg, fenilpropanolamin HC1 2 mg. vit# Bq_

  5 mg, klorfeniramin maleat 0,25 mg.

  ,

  12

  Sampfcl A : Acetocal 50 mg, asetaminofen 50 mg, coffein 10 rag, Sampsl B s Asetaminofen 50 mg, fenilpropanolamin HC1 2,5 mg. klorfeniramin maleat 0,167 mg, vit. C 4*167 mg. Sampel C : Salisilamida 50 mg, asetaminofen 50 mg, coffein

  32 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  ?3

  2.2. Bahan-bahan Untuk gfetode densitometri,

  a. Paracetamol pembanding didapat dari PT Brataco bersertifikat.

  b. Etanol ( E# Merck ) c. Kloroforra ( E. Merck ). % Alat - alat.

  3*1* Alat-alat untuk getode Kolorimetri.

  a. Neraca analitik.

  b. Spektrofotometer Ultrospek 4050.

  c. Alat-alat gelas. 3.2# Alat-alat untuk getode densitometri.

  a. Lempeng kromatografi Kieselgel 60 GF

  2

  54 b. Bejana kromatografi.

  c. Mikropipet

5 mikroliter.

  d. Shimadzu High Speed TLC Scanner CS-920.

  4. Cara kerja* 4.1. Pemeriksaan para^setamol (1).

  • Penentuan titik lebur yaitu bahan .parasetamol digerus, kemudian dilihat titik leburnya dengan alat: micro heating table " Boetius " dengan soecialmicrosc.op. Suhu dicatat pada saat rat mulai melebur dan pada saat fase padat tepat melebur semua.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  3A

  • mg serbuk dilarutkan dalam 100

  10 ml air

  suling ditambah 0,05 ml larutan besi (III) klorida P. akan teraadi warna biru violet.

  • 100 mg serbuk dalam 1 ml asam klorida P didihkan selama

  3 menit, ditambah 10 ml

  air suling, didinginkan, tidak terbentuk endapan, ditambah 0,05 ml kalium bikromat

  0 , 1 N akan terjadi perlahan-lahan warna violet yang tidak merubah menjadi merah.

  4.2. Penetapan jtadar .Paracetamol dengan Metode Kolorimetri. (

4 ).

  4.2.1. penetapan flan.jang £elombang maksimum.

  Sejumlah 50 mg serbuk paracetamol ditimbang seksama dimasukkan dalam labu

  ukur 10 0 . dan ditambah air hingga. :

  • m l

  

100,0

  larut satnpal ml, Dipipet 10,0 ml larutan tersebut dimasuk- kan dalam labu ukur 50,0 ml dan ditambah air hinfrga

  50 ml,

  Larutan ini di^i.iet 10,0 ml dan dimasuk- kan kedalam labu ukur 50,0 ml. kemudian r'i-

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  35 tambah 2,0 ml HC1

  6 N dan 5»0 ml, natrium nitrit 10 $, ditutup, dicampur dan didiamkan selama

  1

  5

  menit. Kelebihan asam nitrit dihilangkan dengan penambahan amonium sulfamat 15$, ditambah 15, ml NaOH 10$, kemudian didinginkan, kemudian diencex kan dengan air hingga 50,0 ml* Blanko dibuat da­ ri 10,0 ml air, ditambah 2,0 ml HC1

  6 N dan 5,0ml

  natrium nitrit

  10 $, kemudian diperlakukan seper­

  ti diatas. Larutan diukur serapannya terhadap blanko pada panjang gelombang antara 416 mm de­

  2 ngan mm.

  4.2.2. Penentuan waktu optimum Pengukuran.

  Pembuatan larutan dan blanko dibuat sama S£ perti pada 4.2.1. kemudian setiap 5 menit diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.

  Selanjutnya dibuat grafik serapan terhadap waktu. Penentuan waktu optimum ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang tidak berubah-ubah terhadap waktu pengukuran*

  4.2.3. Penetapan kadar .PffTflag±flmol dalfltn saTnp^i.