PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI PESANTREN (Studi atas Fenomena Bahsul Masail di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur 2006) - Test Repository

  

PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI PESANTREN

(S tu d i a ta s F e n o m e n a B ah su l M asail di

P o n d ok P e sa n tr e n T rem as P a cita n Jaw a T im ur 2 0 0 6 )

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

  

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

M U H . S U K R O N

  

NIM : 111 02 014

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

  (STAIN) SALATIGA

2 0 0 6

DEPARTEMEN AGAMA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 W ebsite :

D E K L A R A S I

  B ism illahirrahm anirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Agustus2006 Peneliti

  MUH. SUKRON NIM. I l l 02 014

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  JL Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  S k rip si S a u d a ra : MUH. SUKRON d e n g a n Nom or In d u k M a h asisw a 1 1 1 0 2 0 1 4 y a n g b e iju d u l “PENDIDIKAN

  

PARTISIPATIF DI PESANTREN (S tu d i a ta s F en o m en a B ah su l

M asail d i P on d ok P e sa n tr e n T rem as P a cita n Jaw a T im ur

2 0 0 6 ) ”. T elah d im u n a q a s a h k a n d a la m sid a n g p a n itia u jia n

  J u r u s a n T arb iy ah S ek o lah Tinggi A gam a Islam Negeri S alatig a p a d a h a ri : Rabu, 0 6 S e p te m b e r 2 0 0 6 M y a n g b e rte p a ta n d e n g a n tan g g a l 13 Sya'ban 1 4 2 7 H d a n te la h d ite rim a seb ag ai b a g ia n d a ri s y a ra t-s y a ra t u n t u k m em p ero leh g elar S a rja n a d a la m Ilm u T arb iy ah .

  06 S e p tem b e r 2 0 0 6 M

  • S alatig a,

  13 S y a 'b a n 1427 H NIP. 150 2 4 7 014

  Dr. H. M. Saerozi, M.Ag. Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING

  Salatiga, Agustus 2006 Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Sdr. Muh. Sukron Ketua STAIN Salatiga di -

  SALATIGA Assalamu 'alaikum Wr. Wh.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama Muh. Sukron NIM 111 02 014

  Jurusan Tarbiyah

  Progdi PAI Judul

  MODEL PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI PESANTREN (Studi atas Fenomena Bahsul Masai 1 di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa

  Timur Tahun 2006) Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing MOTTO

  

% it a ticfaf^sencCiri

  

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang.

  Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayahnya skripsi ini dapat terselesaikan.

  Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam Nabi Muhammad saw, sanak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Islam.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah.

  Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada.

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

  2. Dr. Muh Saerozi dan Jaka Siswanta selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberi pengarahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

  3. K.H. Fuad Habib selaku pemimpin Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Tremas.

  4. Ayah, ibu, kakak-kakaku, adikku dan semua familiku yang selalu memberi motivasi serta do’a restunya.

  5. Elshahab sekeluarga atas do’a-do’anya.

  6. Sahabat sahabati PMII Salatiga, Teman-teman angkatan 2002 terutama PAI A serta yang lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mengisi hari-hari penuh semangat.

  Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempumaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

  Akhimya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam.

  Salatiga, 10 Agustus 2006 Penulis

  Muh. Sukron

  PERSEMBAHAN

  1. Pa’e dan M a’e (Orangyangpaling kucintai)

  

2. Mase, M ba’e dan A d i’e (orangyangpaling kusayangi)

  3. Semua keluarga dan famili

  4. Sahabat dan sahabati PMI1

  5. HI Shahab sekeluarga (atas do ’a dan motivasinya)

  6. Jet Lee, Wauy, Sarah, Puji dan Silvie

  

DAFTAR ISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

   BAB II PEMIKIRAN Prof. H.D. SUDJANA S.,S.Pd„ M.Ed., PhD.

  

  

  

   D. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Pembelajaran Partisipatif

  20

  

  F. Kelebihan dan Kekurangan Kegiatan Pembelajaran

  

  

  

  

  

   BAB IV ANALISIS DATA

  A. Perbandigan Antara Model Pendidikan Partisipatif

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa pendidikan adalah satu aspek kehidupan yang terpenting

  dalam menentukan kehidupan di masyarakat. Seiring dengan kemajuan zaman, berkembang pulalah dunia pendidikan, dari model pendidikan yang tradisional sampai pada model pendidikan yang modem. Tentunya semua itu tidak terlepas dari peran seorang guru maupun ustadz yang mengajarkan ilmunya kepada peserta didik dengan bermacam-macam metode pengajaran yang diterapkan.

  Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting, hampir tanpa kecuali guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.1 Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai talenta untuk dapat mengajar dan membimbing murid-murid agar dapat menerima dan memahami ilmu-ilmu yang tel ah diajarkan, juga memberi motivasi pada murid untuk menambah keilmuan mereka, sehingga bagi calon guru harus dibekali pengalaman praktek mengajar yang memadai mencakup tentang model pendidikan yang tepat dalam mengajar para siswa.

  Sayang sekali, pengalaman praktek mengajar biasanya tidak menolong calon guru mempelajari bagaimana mengajar, ini berbeda demgan keyakinan kuat dari banyak pengamat, sebenarnya calon guru hanya belajar bagaimana

1 W. James Pophan dan Evil Baker terjemahan Dr. Amirul hadi dkk, Tekhnik Mengajar

  Secara Sistematis, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1992, him. I

  2

  menghabiskan jatah waktunyaz. Sehingga model pendidikan yang diterapkan cenderung masih asal-asalan, serta hasil yang dicapai tidak maksimal dan jauh dari tujuan.

  Guru adalah sosok penting dalam dunia pendidikan, akan tetapi kalau tidak ada dukungan yang optimal dari komponen-komponen pendidikan yang lain usaha yang dilakukan oleh guru tidak akan berhasil secara maksimal, oleh karena itu harus ada peran aktif baik oleh guru maupun murid, hal inilah yang perlu dikcmbangkan di lembaga-lembaga pendidikan termasuk di pondok pesantren.

  Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan telah berjasa turut mencerdaskan bangsa. Selain itu, pondok pesantren telah menjadi pusat pendidikan yang telah berhasil menanamkan semangat kewira swastaan dan semangat kemandirian yang tidak menggantungkan diri pada orang lain.2

  3 Model pendidikan di pesantren salaf cukup bervariatif dan punya ciri khusus yang tidak dimiliki olleh lembaga pendidikan lain, seperti bandongan dan sorogan. Juga terdapat model pendidikan yang melibatkan berbagai pihak termasuk kyai , ustadz, santri bahkan masyarakat sekitar. Ini bisa dicermati pada model pembelajaran bahsul mas ail yang diterapkan di pondok pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.

  2 Ibid, hlm.2 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Pondok

Pesantren Madrasah Diniyali dan Pertumbuhanya, Departemen Agama RI, Jakarta, 2003, him. 5

  3 Bahsul masail merupakan salah satu metode pembelajaran yang

  menganut model pendidikan partisipatif, karena dalam pelaksanaannya setiap santri dituntut untuk aktif berperan serta dalam proses pembelajaran. Setiap santri yang mengikuti kegiatan belajar harus menyiapkan segala jawaban- jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada pelajaran yang telah lalu disertai dengan kitab ataupun buku sebagai referensinya, sekaligus siap untuk beradu argumen dengan santri lain apabila terdapat ketidak samaan dalam pendapat, sehingga akan terjadi perdebatan yang sengit diantara santri untuk mendapatkan jawaban yang benar dan dapat diterima oleh semua santri yang mengikuti pelajaran.

  Berawal dari fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Model Pendidikan Partisipatif di Pesantren.” (Studi atas Fenomena Bahsul Masail di Pondok Pesantren Tremas Pacitan

  Jawa Timur)

B. Fokus Penelitian

  Untuk menghindari adanya pembiasan dalam suatu masalah, maka penulis perlu membatasi permasalahan dengan menyertakan fokus penelitian, dan sebagai fokus penelitian adalah fenomena yang terjadi dalam pelaksanaanstrategi pembelajaran yang merupakan

  bahsul masail

  implementasi dari model pendidikan partisipatif di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.

  4 C. Pokok Masalah

  Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana model pendidikan partisipatif dilaksanakan di pondok pcsantren Tremas Pacitun Jawa Timur?

  2. Bagaimana perbandingan model pendidikan di pondok pesantren Tremas dengan teoritis pendidikan partisipatif yang dikemukakan oleh Prof.H.D.

  Sudjana S.,S.Pd.,M.Ed.,PhD ?

  3. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif di pondok pesantren Tremas ?

D. Tujuan penelitian

  Setiap kegiatan yang di sadari pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, adapun yang menjadi tujuan pokok dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui model pendidikan partisipatif yang dilaksanakan di pondok pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.

  2. Untuk mengetahui perbandingan antara model pendidikan di pondok pesantren Tremas dengan teoritis pendidikan partisipatif perspektif Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

  3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif di pondok pesantren Tremas.

  5 E. Metodologi Penelitian

  1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah salah satu dari sumber data, yang darinya peneliti dapat memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam hal ini subyek penelitian merupakan pelaku utama dalam suatu kegiatan yang sedang diteliti.

  Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah sebagai berikut: a. Santri Pondok Pesantren Tremas

  Santri merupakan salah satu dari subyek penilitian karena dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif, santrilah yang menjadi pelaku utama. Dari santri peneliti bisa mendapatkan data tentang kegiatan santri dalam model pendidikan partisipatif.

  b. Ustadz Pondok Pesantren Tremas Ustadz sebagai tenaga pengajar juga sangat berperan dalam pelaksanaan pendidikan partisipatif, karena ustadz berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dari ustadz peneliti mendapatkan data tentang keterlibatannya dalam pendidikan partisipatif

  c. Kyai Pondok Pesantren Tremas Sosok kyai di pondok pesantren sangat dominan dalam menentukan kebijakan, sehingga kyai mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif di pondok

  6

  pesantren. Dari kyai dapat diperoleh data tentang partispasi kyai dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif.

  d. Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Tremas Pondok pesantren Tremas mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, dan hampir setiap kegiatan yang dilakukan oleh santri diketahui oleh masyarakat. Dari masyarakat sekitar peneliti memperoleh informasi berupa pemahaman mereka terhadap kegiatan pembelajaran di pondok pesantren Tremas, pemahaman atas keterlibatan santri, ustadz, maupun kyai dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

  2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian inipendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini terdapat karakteristik yang cenderung pada penelitian kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, bukan berupa angka-angka.

  Untuk menunjang hasil penelitian maka peneliti menggunakan metode studi kasus yaitu fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer ( masa k in i) di dalam konteks kehidupan nyata.4 Dan dalam nencari data peneliti lebih dominan menggunakan kalimat tanya how dan

  why. Metode studi kasus dipilih karena adanya kekhasan di lokasi

  4 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, him. 1

  7

  penelitian yang selama ini peneliti belum menemukannya di lokasi lain pada waktu melakukan observasi.

  3. Lokasi dan Waktu Penelitian

  a. Lokasi Penelitian dilakukan di pondok pesantren Tremas yang terletak di Desa Tremas Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa

  Timur. Dipilihnya pondok pesantren Tremas karena pondok pesantren Tremas merupakan salah satu pondok pesantren yang tertua di Jawa dan mempunyai model pendidikan yang jarang sekali diterapkan di pondok pesantren lain.

  b. Waktu Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dua bulan terhitung dari bulan Mei sampai Juli 2006.

  4. Alat Pengumpul Data

  a. Observasi Partisipatif Dalam hal ini observer terjun langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati5. Peneliti ikut berbaur dengan santri untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran.

  b. Wawancara Mendalam/deep interview Interview dikenalpula dengan istilah wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan

  5 Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian, Gajah Mada University Press, Yogyakarta 2002, him. 81

  8

  secara fisik ang satu dengan melihat yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.6 Dengan wawancara ini peneliti mengorek data dari:

  1. Santri Dari santri peneliti mendapatkan data-data tentang aktivitas santri dalam proses pembelajaran di pondok pesantren Tremas.

  2. Ustadz Data yang dibutuhkan adalah data yang berkenaan dengan kiat- kiat untuk mensukseskan model pendidikan partisipatif yang diterapkan di pondok pesantren Tremas.

  3. Kyai Data yang diperlukan adalah data tentang partisipasi kyai dalam pendidikan partisipatif.

  4. Masyarakat Sekitar Peneliti mencari informasi atau data dari masyarakat tentang pandangan masyarakat terhadap model pendidikan yang diterapkan oleh pondok pesantren Tremas.

  c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.7 Peneliti mencari data dari buku, arsip, majalah, maupun catatan-

  6 Ibid, him. 88

  7 Ibid, him. 131

  9

  catatan yang berkenaan dengan proses pembelajaran di pondok pesantren Tremas, peneliti juga mengambil fhoto pada waktu santri melaksanakan pembelajaran dikelas.

  5. Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, diantaranya: a. Perpanjangan Keikutsertaan

  Peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Sehingga peneliti akan tinggal di lokasi penelitian dalam jangka waktu yang relatif lama sampai peneliti menganggap bahwa data yang dikumpulkan dirasa cukup.

  b. Ketekunan/keajegan Pengamatan Mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara kaitannya dengan proses analisis yang konstan dan tentatif.8

  9 Peneliti selalu ikut dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di pondok pesantren Tremas, bukan hanya satu atau dua kali saja melainkan sampai berkali-kali.

  c. Triangulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.10 Ada tiga macam triangulasi;

  8 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung 2004, him. 327

  9 Ibid, him. 329

  10 Ibid, him. 330

  10

  1. Triangulasi Metode Yaitu perbandingan data yang diperoleh dari satu metode dengan metode lain, hasil yang didapat dari wawancara dibandingkan dengan hasil observasi dan dokumentasi.

  2. Triangulasi Waktu Penelitian Yaitu perbandingan data yang didapat pada satu waktu dengan waktu yang lain, semisal data yang diperoleh pada waktu pagi hari dibandingkan dengan data yang diperoleh pada siang hari.

  3. Triangulasi Sumber Data Yaitu dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari santri dengan data yang diperoleh dari ustadz, kyai, dan masyarakat.

  d. Analisis Kasus Negatif Dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding." Jika peneliti dalam realitasnya menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan idealitas, maka peneliti mencatat dan menganalisisnya, semisal dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif masih ada santri yang tidur dikelas ataupun tidak mengikuti pelajaran dikelas dengan baik.

  e. Uraian Rinci Melaporkan hasil penelitian dengan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

11 Ibid, him. 334

  1 ?

  11

  diselenggarakan. Peneliti mencatat hasil penelitian dengan runtut, teliti, dan secarmat mungkin, sehingga dipastikan tidak ada data yang tertinggal dalam laporan penelitian.

  6. Teknik Analisis Data Dalam analisis data ada beberapa teknik yang dilakukan secara bertahap diantaranya: a. Reduksi Data

  Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tmsformasi data kasar yang 11 muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

  b. Penyajian Data Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi dengan rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan lanjutan untuk analisa data.

  c. Menarik Kesimpulan Setelah peneliti melakukan reduksi data dan penyajian data maka peneliti menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah terkumpul.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

  12 Ibid, him. 335

  1 Miles, Mattew B dan A Michael Hubermen, Analisis Data Kualitatif, Universitas Indonesia, Jakarta, 199, him. 16

  12 Bab I Pendahuluan

  Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, pokok masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II Pemikiran Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD. Bab ini berisi 1. Biografi Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

  2. Definisi pembelajaran partisipatif

  3. Landasan teoritis pendidikan partisiptif

  4. Faktor pendukung pembelajaran partisipatif

  5. Ciri-ciri penbelajaran partisipatif

  6. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran partisipatif

  Bab III Kondisi Pendidikan Pondok Pesantren Tremas Bab ini berisi tentang

  1. Letak geografis

  2. Sejarah berdirinya

  3. Keadaan santri, ustadz, dan masyarakat sekitar

  4. Model pendidikan

  5. Fenomena bahsul masail

  Bab IV Analisis Bab ini berisi tentang analisa terhadap model pendidikan di pondok pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur,

  13

  perbandingannya dengan model pendidikan partisipatif yang dikemukakan Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

  Bab V PenutUf) Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II PEMIKIRAN Prof. H.D. SUDJANA S.,S.Pd., M.Ed., PhD. A. Biografl Prof.H.D.Sudjana S.,S.Pd., M.Ed., PhD. Prof H.D.Sudjana S.,S.Pd., M.E.d.,PhD. Lahir di Bandung dan masuk

  di jurusan IPPK FKIP Unpad tahun 1962. lulus Sarjana Muda dan Saijana Sosial IKIP Bandung, Master o f Education di University of Massachusetts, dan Doctor o f Philoshi di University of Lowa. Dia adalah dasen FIP dan Paska Saijana Universitas Pendidikan Indonesia dan beberapa perguruan tinggi, serta dosen non-organik SESKOAD. Pengalaman jabatan antara lain Skretaris

  Jurusan IPPS (192-1976), Pembantu Dekan I FIP (1982-1988), dan Ketua LPM IKIP Bandung (1989-1997), serta Pimpinan Program Studi PLS PPS UPI sejak 1998.

  Pemah menjadi konsultan, peneliti, pelatih, nara sumber dalam berbagai seminar dan loka karya di tingkat nasional dan daerah. Di tingkat intemasional ia pemah menjadi tim anggota kunjungan studi pendidikan terbuka ke Malaysia, Hongkong, dan Korea selatan (1978), penyaji tentang

  “The Role o f Universities in Indonesia on Non Formal Education ’’yang

  diselenggarakan himpunan mahasiswa Thailand di Amerika Utara (19780),co­ dalam The Summer Training fo r BPM’staff” di center for

  planer dan co-triner

  International Edcation UMMAS (1979), Ketua Tim Kunjungan Studi Pendidikan Nonformal ke Philipina, Thailand, dan Singapura (1980), anggota delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia-South Pacific Bureau di Bali (1980)

  15

  pada work shop on literacy research and evaluation oleh unesco (1981), pada

  conference o f adult education oleh Unesco di Sirys Layan, Cairo Mesir

  (1983), dan pada North american conference on social studies in cedar rapids (1985), ia pemah menjadi penyaji dan pembahas dalam seminar tentang Pancasila simulation games di university o f indiana (1985), lokakarya permias tentang peranan mahasiswa Indonesia dalam pembangunan nasional di university of Iowa (1985), seminar pembangunan di Iowa state university tentang the role o f schools in indonesia strenghthening contiuning education (1991), dan dalam konferensi international tentang learning strategies o f

  multicultural education an intregated secondary schools (1995), penulis

  pemah menjadi ketua kelompok mahasiswa Indonesia di University of Massachusetts (1978) dan ketua permias di Lowa City (periode 1985-1986) dan (1986-198) penulis aktif pula dalam lembaga-lembaga pendidikan keagamaan dan kemasyarakatan di tingkat intemasional, nasional dan daerah. Buku-buku yang telah diterbitkan dan diperbaiki adalah pendidikan luar sekolah: wawasan, sejarah perkembangan, falsafah dan teori pendukung serta asas: manajemen program pendidikan penerapanya dalam program luar sekolah dan pengembanganya sumber daya manusia: strategi pembelajaran dan metode dan teknik pembelajam partisipatif. Buku baru yang akan terbit adalah sistem dan manajemen pelatihan.1

  1 Prof.H. D. Sudjana S., S.Pd., PhD Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Falah Production, Bandung, 2005

  16 B. Definisi Pembelajaran Partisipatif

  Pendidikan partisipatif merupakan kegiatan pembelajaran sebagai akibat penggunaan strategi pembelajaran aktif. Pendidikan partisipatif dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik dituntut untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, karena keberhasilan dalam proses pendidikan ini terletak bagaimana peran aktif peserta didik dalam rangkaian kegiatan belajar, dengan tanpa mengabaikan peranan pendidik.

  Dalam pelaksanaan pendidikan partisipatif yang menitik beratkan pada keaktifan peserta didik, maka keikutsertaan peserta didik itu dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yang meliputi perencanaan program {program

  planing),

  pelaksanaan (program implementation), dan penilaian {program

  evaluation) kegiatan pembelajaran.2

  Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan balajar, permasalahan dan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembalajaran serta merumuskan tujuan belajar yang akan icapai oleh peserta didik. Tujuan belajar dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, atau nilai-nilai yang menjadi bagian dari kehidupan peserta didik.

  Untuk mencapai tujuan belajar, maka ditetapkan program kegiatan pembalajaran, program pembelajaran ini mencakup materi pelajaran, metode

  2 Prof. H.D. Sudjana S., SPd., M.Ed., PhD, Strategi Pembelajaran, Fallah Production, Bandung, 2005, him. 155

  17

  dan teknik pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, alat-alat dan fasilitas serta waktu yang digunakan.

  Partisipasi dalam pelaksanaan program kegiatan pembelajaran menurut Sudjana (2004:155) adalah kegiatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Iklim kondusif ini mencakup, pertama, kedisiplinan peserta didik yang ditandai dengan keteraturan dalam setiap kegiatan penbelajaran. Kedua, pembinaan hubungan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik, sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar. Ketiga, tekanan kegiatan pembelajaran terdapat pada peranan peserta didik yang lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran, bukan pada pendidik yang lebih mengutamakan kegiatan mengajar.

  Partisipasi dalam tahap evaluasi program pembelajam dilakukan untuk menghimpun, mengolah, dan menyajikan data atau informasi yang dapat digunakan baik untuk penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian pengelolaan program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil, dan dampak pembelajaran. Penilaian terhadap proses pembelajaran berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian konsep yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya. Penilaian pada hasil pembalajaran berfungsi untuk mengetahui perubahan perilaku yang dialami peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran. Penilaian pada dampak pembelajaran adalah untuk

  18

  mengetahui perubahan kehidupan lulusan setelah menerapkan hasil belajarnya.3 C. Landasan Teoritis Kegiatan Pembelajaran Partisipatif

  Ditinjau dari segi teori belajar, kegiatan pembelajaran partisipatif dilandasi oleh berbagai teori, diantaranya ialah teori hubungan (iconnectionismej yang dikembangkan oleh Thorndike, teori-teori dari aliran tingkah laku (behaviorisme) yang dikembangkan oleh Guthrine, Skiner, crouder, dan Hull, kegiatan inipun didukung oleh Teori Gestalt dan Teori Medan (field theory).

  Menurut Teori Asosiasi yang dikembangkan oleh Thorndike kemudian oleh James Watson dan Wiliam James, kegiatan belajar akan efektif apabila interaksi antara pendidik dan peserta didik dilakukan melalui stimulus dan respons. Kegiatan pembelajaran adalah proses menghubungkan antara stimulus dan respons. Berdasarkan teori ini, makin giat peserta didik belajar makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dan respons maka akan efektif pula pembelajarannya.3

  4 Teori Asosiasi berguna untuk mengembangkan kegiatan partisipatif, yaitu supaya peserta didik melakukan respons terhadap stimulus yang dipelajari. Namun teori ini menyampingkan peranan kreatifitas pikiran dan perbuatan peserta didik, serta cenderung mengabaikan minat dan aspirasi

  3 Ibid. him. 156

  4 Ibid, him. 178

  19

  peserta didik. Teori ini memberi tekanan terhadap pentingnya kegiatan pembelajaran pada peserta didik perorangan, dan mengutamakan kemampuan pendidik untuk menciptakan stimulus.

  Dalam usaha untuk mengurangi kelemahan Teori Asosiasi muncul teori lain yang melandasi kegiatan pembelajaran partisipatif, seperti teori Medan

  

(fiel theory) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori Medan

  mengutamakan pentingnya pengalaman peserta didik, berorientasi pada pemecahan masalah dan motivasi. Prisip topological psychology yang digunakan Lewin menekankan pada wilayah kehidupan peserta didik (live

  

space), Willayah kehidupan merupakan lingkungan fisik dan psikis yang

  berhubungan dengan peranan peserta didik, motivasi pada peserta didik muncul sebagai kekuatan psikologis yang dapat menimbulkan perubahan.

  Berdasarkan teori ini peserta didik dipandang sebagai subyek yang memiliki memampuan berfikir aktif dan kreatif, dapat mengidentifikasi masalah, serta mampu untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah.

  Menurut Teori Medan, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila peserta didik merasa butuh untuk belajar, menyadari bahwa belajar itu penting bagi perubahan dirinya, serta ikut ambil bagian secara aktif dalam merancang apa yang akan dipelajari, menentukan cara-cara dalam mempelajari, dan marasakan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran secara perorangan, tetapi ia belajar bersama oranglain dalam kelompok dengan kegiatan berfikir untuk berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.5

5 Ibid, him. 179

  20 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan dan Penggunaan Teknik Pembelajaran

  Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran partisipatif ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan,yaitu:

  1. Faktor Manusia Pada faktor manusia, yang perlu diperhatikan dalam teknik pembelajaran partisipatif adalah peserta didik, tenaga lain yang terkait, dan masyarakat. Peserta didik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu karakteristik internal dan ekstemal. Karakteristik peserta didik perlu diperhatikan oleh pendidik. Kemp (1985) mengemukakan bahwa karekteristik peserta didik mencakup karakteristik akademik, pribadi dan sosial. Karakteristik lain yang perlu diperhatikan adalah pekeijaan, motivasi belajar, dan kebiasaan belajar. Pemahaman penyelenggaraan program bagi pendidik terhadap karakteristik peserta didik akan membantu dalam menentukan teknik pembelajaran yang cocok.6

  Apabila pendidik perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penggunaan teknik pembelajaran, maka peserta didikpun perlu mengetahui informasi tentang teknik yang akandigunakan dalam kegiatan pembelajaran. Informasi itu memuat gambaran umum. Alasan penggunaan, dan langkah-langkah penggunaan teknik, serta hubungannya dengan tujuan dan proses kegiatan pembelajaran. Pemahaman terhadap hal-hal ini akan menjadi masukan bagi pendidik dalam membantu peserta

6 Prof. H. D.Sudjana S„ S.Pd. M.Ed., PhD, op-cit, hlm.57

  21

  didik untuk menggunakan teknik pembelajaran yang cocok dengan kehidupan peserta didik, dan dapat menumbuhkan serta mengembangkan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

  2. Faktor Tujuan Belajar Faktor lain yang mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan teknik pembelajaran adalah tujuan belajar. Apabila dikaitkan belajar sebagai proses dan sebagai hasil, maka tujuan belajar erat hubungannya dangan penggunaan tipe-tipe kegiatan belajar. Tipe-tipe kegiatan belajar terdiri antara lain atas tipe kegiatan keterampilan, tipe kegiatan pengetahuan, tipe kegiatan belajar sikap, dan tipe kegiatan belajar pemecahan masalah.

  3. Faktor Materi Pelajaran Materi pelajaran atau bahan belajar akan mempengaruhi pertimbangan pendidik atau penyelenggara pendidikan dalam memilih dan menetapkan taknik pembelajaran yang cocok untuk digunakan. Teknik yang digunakan untuk mempelajari materi pelajaran khusus akan berbeda dengan teknik pembelajaran yang digunakan untuk materi pelajaran yang bersifat umum.

  4. Faktor Waktu dan Fasilitas Penggunaan teknik pembelajaran akan dipengaruhi pula oleh waktu dan fasilitas belajar, waktu berkaitan dengan lamanya kegiatan pembelajaran dan kapan kegiatan itu dilangsungkan. Kegiatan yang dilakukan dalam waktu singkat tidak mungkin menggunakan teknik

  22

  belajar yang membutuhkan waktu lama, sehingga tekniki tu dipilih dan ditetapkan sesuai dengan waktu yang tersedia.

  Kapan kegiatan pembelajaran akan dilangsungkan, perlu dipertimbangkan dalam upaya memilih dan menetapkan teknik pembelajaran. Apabila kegiatan pembelajaran dilakukan pada waktu pagi atau petang hari, di mana fisik peserta didik dalam keadaan segar, maka pendidik bisa menggunakan teknik pembelajaran yang membutuhkan aktifitas berfikir dan berbuat yang labih intensif. Namun apabila kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada siang hari dan peserta didik dalam keadaan lelah atau jenuh maka teknik pembelajaran yang cocok adalah yang dapat mendorong perasaan gembira dan senang.

  Fasilitas belajar seperti ruangan, tempat duduk dan penerangan juga berpengaruh dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran yang tepat.

  5. Faktor Sarana Belaj ar Sarana belajar yang tersedia mempengaruhi pula upaya pemilihan teknik pembelajaran, kemudahan untu mendapat sarana belajar perlu di perhatikan. Sarana belajar itu bisa berupa alat-alat bantu yang dapat memperlancar proses pembelajaran. Alat-alat bantu tersebut bisa berupa proyektor slide, rekaman kaset video, pesawat radio, pesawat televisi, papan tulis, komputer, internet, dan lain sebagainya.

  23 E. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif

  Dalam proses pembelajaran partisipatif ditandai dengan interaksi antara pendidik dan peserta didik, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui terhadap semua materi pelajaran, ia memandang peserta didik sebagai sumber yang mempunyai nilai manfaat dalam kegiatan pembelajaran.

  2. Pendidik mempunyai peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran itu berdasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan perlu, penting dan mendesak oleh peserta didik.

  3. Pendidik memberi motivasi terhadap peserta didik supaya berpartisipasi dalam menyusun tujuan belajar, bahan belajar, dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.

  4. Pendidik menempatkan diri sebagai peserta didik selama kegiatan pembalajaran, ia memberikan dorongan dan bimbingan terhadap peserta didik untuk selalu mcmikirkan, mempelajari, melakukan, dan menilai kegiatan pembelajarannya.

  5. Pendidik bersama peserta didik melakukan kegiatan saling belajar dengan cara saling bertukar pikiran mengenai isi, proses, dan hasil kegiatan pembelajaran, serta tentang cara-cara dan langkah-langkah berikutnya. Pendidik memberikan pokok-pokok informasi dan

  24

  mendorong peserta didik untuk mengemukakan dan mengembangkan pendapat serta gagasannya secara kreatif.

  6. Pendidik berperan untuk mem bantu peserta didik dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, mengembangkan semangat belajar bersama, serta saling bertukar pikiran dan pengalaman.

  7. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok, memperhatikan minat perorangan, dan membantu peserta didik untuk mengoptimalkan respons terhadap stimulus yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

  8. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi, yaitu senantiasa berkeinginan untuk berhasil, semangat berkompetisi, tidak melarikan diri dari tantangan dan berorientasi pada kehidupan yang lebih baik pada masa datang.

  9. Pendidik mendorong dan membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik, sehingga mereka mampu berfikir dan bertindak di dalam hidupnya.7

  10. Pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Fasilitataor ialah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai fasilitator pendidik dapat melakukan kegiatan membimbing, mengajar, dan atau melatih, harus mampu melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan pembelajaran.

7 Prof. H. Sudjna S. S Pd., M. Ed., PhD op-cit, him. 181

  25 Pendidik juga hams mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi,

  menyusun dan mengembangkan bahan (materi) dan strategi 8

  • pembelajaran didalam upaya mencapai tujuan belajar.

  Sebagai fasilitator, apabila pendidik berperan sebagai pengelola atau dilibatkan dalam pengelolaan program pembalajaran, maka ia mempunyai tugas untuk menjabarkan kemampuan merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan pembelajaran, baik dilaksanakan sendiri maupun dengan melibatkan pihak lain. Tugas-tugas untuk melakukan pembelajaran berlangsung melalui rangkaian kegiatan yang berupa mengidentifikasi kebutuhan belajar, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan dalam kegiatan pembelajaran.

F. Kelebihan dan Kekurangan Kegiatan Pembelajaran Partisipatif

  Strategi kegiatan pembelajaran dapat di tinjau berdasarkan pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai penetapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.8

  9 Dalam pelakasanan strategi pembelajaran tentunya ada segi kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dalam strategi pembelajaran partisipatif.

  8 Prof. H. Sudjana S. S.Pd., M. Ed., PhD, op-cit, hlm.79

  9 Ibid,M m 3!

  26 Strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan, pertama, peserta didik akan

  dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri, karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,

  

ketiga, tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga akan

  terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar diantara peserta didik. Keempat, dapat menambah wawasan pikiran, dan pengetahuan bagi pendidik, karena sesuatu yang dialami dan disampaikan oleh peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.

  Adapun kelemahan strategi pembelajaran partisipatif adalah, pertama, membutuhkan waktu relatif lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kedua, aktifitas dan pembicaraan dalam pembelajaran cenderung didominasi yang biasa atau yang senang bicara, sehingga peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara, dan ketiga, pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Strategi pembelajaran partisipatif pada dasamya dapat diterapkan dalam semua metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran perorangan, metode pembelajaran kelompok, dan metode komunitas atau massal. Namun penggunaan strategi ini akan lebih efektif dalam metode pembelajaran kelompok, seperti yang dilakukan di kelompok belajar.

BAB III KONDISI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN TREMAS PACITAN JAWA TIMUR A. Letak Geografis Pondok Tremas adalah salah satu pondok yang umumya cukup tua,

  kalau ditinjau dari letak geografisnya berada di desa Tremas, kecamatan Arjosari, kabupaten Pacitan. Sedangkan Pacitan adalah kota yang terletak di tepi pantai selatan, 135 Km dari kota Solo dan 70 Km dari kota Ponorogo.

  Adapun sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Wonogiri, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Ponorogo, dan sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Trenggalek.

  Desa Tremas sendiri terletak 11 Km dari kota Pacitan dan 1 Km dari kecamatan Aijosari. Desa Tremas dikelilingi oleh bukit-bukit kecil, dan disebelah utara serta timur desa Tremas mengalir sungai Grindulu. Sebelah utara desa Tremas berbatasan dengan desa Gayuan, disebelah timur berbatasan dengan desa Jati Malang, sebelah selatan berbatasan dengan desa Arjosari, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Sedayu

  28 B. Sejarah Berdiri

  Tremas berasal dari kata trem dan kata mas, trem berasal dari kata

  patrem, yang berarti senjata atau keris kecil, sedang mas berasal dari kata

  emas, yang berarti logam berharga yang biasa dipakai oleh kaum wanita.10 Sebelum berdiri pondok Tremas, daerah tersebut berupa hutan belantara. Adapun yang pertama kali membuka hutan sehingga menjadi daerah yang bemama Tremas adalah seorang punggawa keraton Surakarta yang bemama Ketok Jenggot. Namun sebelum hutan tersebut dibuka, temyata telah tinggal seseorang yang bemama R. Ngabehi Honggo Wijoyo.

Dokumen yang terkait

PENGARUH GLOBALISASI EKONOMI TERHADAP PONDOK PESANTREN DI MADURA (Studi Kasus: Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan)

0 5 46

PARTISIPASI PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Di Desa Menala Dusun Tanakakan Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat)

0 12 1

“DEMOKRASI PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN” (Studi pada Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean Krenceng Kepung Kediri)

1 40 1

IMPLEMENTASI PROGRAM LIFE SKILL DI LEMBAGA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN ANNIBROS (Studi Deskriptif pada Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Annibros Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang)

5 19 139

Peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur (1965-2004)

1 18 95

Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren (Studi pada Pondok Pesantren Jam'iyyah Islamiyyah Jurangmangu Timur Pondok Aren Tangerang Selatan)

2 27 0

Penggalian Kriteria Vendor Teknologi Informasi di Pondok Pesantren Mojokerto Jawa Timur Berdasarkan Metode Analytic Network Process

0 0 6

View of PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DI PESANTREN ( Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Sirojul Ulum Semanding Pare Kediri )

0 1 23

Pengembangan Ekonomi Islam di Pesantren Jawa Timur Ahmad Fauzi Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong Probolinggo fauzi_nov4yahoo.co.id Abstract - View of Pengembangan Ekonomi Islam di Pesantren Jawa Timur

0 1 20

KONSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN TERHADAP DEMOKRATISASI PENDIDIKAN DI PESANTREN : Studi Kasus di Pondok Pesantren Langitan, Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 133