Peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur (1965-2004)

(1)

1

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi berjudul Peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah Dalam Peningkatan Pendidikan di masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu, Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama kepada:

1. DR. Abd Chaer, MA Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui skripsi ini.

2. Drs. M. Ma’ruf Misbah Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memproses demi kelancaran skripsi ini

3. Drs. Usep Abdul Matin, MA. MA selaku Sekretaris Jurusan Sejarah Peradaban yang yang telah membantu dan memproses skripsi ini.

4. Drs. Muslih Idris, Lc, MA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis

5. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim. M.A selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan dan ktitik kepada penulis.


(2)

6. Para Bapak dan Ibu dosen yang selalu memberikan ilmunya dan pelajaran selama penulis mengikuti kuliah

7. Adinda tercinta (Endah Sari), yang telah memberikan dorongan dan semangat selama penulis menempuh perkuliahan program Strata Satu Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora.

8. Teman-teman angkatan 2004 Mujib (ube), Zulhilmy (Joe), Fahmi, Ryan, Khoiruddin, Revi, Syarif (Uin), Mantik, Yakin (kikin), Tya, ‘Aini dan lain -lain yang tak bisa disebutkan satu persatu.

9. Bapak Sukamto kepala Desa Gondang yang telah membantu selama penulis mengadakan penelitian.

10. KH. Cholil Majid pimpinan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah yang telah mengizinkan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11. KH. Ahmad Dahlan, tokoh Masyarakat yang telah membantu penulisan selama penulis mengadakan penelitian dalam rangka skripsi ini.

12. Para karyawan-karyawati perpustakaan utama dan Fakultas Adab dan Humaniora yang telah menyediakan fasilitas dalam rangka penulisan skripsi ini.

13. Kedua orang tua yang telah memberikan bimbingan dan nasehat, sejak penulis kecil hingga dewasa, dan adik kandung vina dan syamsul. Tidak lupa kepada adik sepupu Ali Murtadho dan Palek Nanang yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis, semoga amal bail semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, mendapatkan imbalan dan pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT, Akhirnya, jika ada kesalahan dan


(3)

kekurangan penulis mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Dan semoga skripsi ini menjadi bermanfaat bagio almamater khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 10 Maret 2009


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GONDANG TUGU TRENGGALEK A. Kondisi Geografis dan Demografis Masyarakat Gondang ... 13

B. Kondisi Ekonomi Masyarakat Gondang ... 19


(5)

BAB III PONDOK PESANTREN QAMARUL HIDAYAH DALAM SOROTAN

A. Latar Belakang Berdirinya ... 32

B. Tujuan Berdirinya ... 34

C. Tokoh Pendiri dan Penerusnya ... 36

1. Pemberian Nama Pondok ... 39

2. Kehidupan Para Santri... 40

3. Kebijakan Pengurus ... 41

D. Fasilitasnya ... 43

BAB IV PONDOK PESANTREN QAMARUL HIDAYAH DAN PERANAN DALAM PENINGKATAN PENDIDIKAN MASYARAKAT GONDANG A. Sebagi pusat Pencerahan Intelektual Umat Melalui Pendidikan. 51 1. Pendidikan Non Formal... 53

2. Pendidikan Formal ... 55

3. Ekstra kurikuler... 60

B. Sebagai Pusat Kesejahteraan Umat Melalui Pemanfaatan Unit Usaha dan Keterampilan ... 63

C. Sebagai Pusat Pelayanan Masyarakat Kecil Melalui Panti Asuhan... 67


(6)

A. Kesimpulan... 71 B. Saran-saran ...

... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 77


(7)

DAFTAR TABEL

1. Tabel I Perincian Sarana Pendidikan Kecamatan Tugu... 16

2. Tabel II Perincian Menurut Matapencaharian Penduduk Desa Gondang ... 22

3. Tabel III Perincian Peningkatan Pendidikan Masyarakat Gondang ... 26

4. Tabel IV Mata Pelajaran Diniyah ... 55


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata didik, yang kemudian mendapatkan awalan pe dan akhiran an, berarti proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat, kapan dan dimanapun manusia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.2 Dari sini bisa ditegaskan bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Suatu daerah dapat dikatakan maju, bila di daerah terdapat lembaga pendidikan yang layak, sebaliknya suatu daerah akan tertinggal dan tidak maju, bila hanya ditemukan lembaga pendidikan yang kurang memadai.

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1, h. 204

2

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islan Berbasis Kompetensi Konsep dan implementasi Kurikulum 2004, (Bandung, PT. Rosda Karya, 2006), cet 3, h. 68


(9)

Untuk kasus yang terakhir ini terjadi di Desa Gondang dan sekitarnya masalah pendidikan menjadi perioritas utama bagi masyarakat, terbilang pendidikan di Desa Gondang ini termasuk terbelakang dibandingkan dengan desa lain. Dari sekecamatan Tugu yang tergolong memiliki pendidikan rendah adalah Nglinggis, pucang anak, termasuk Gondang. Banyak masyarakat yang putus sekolah karena orang tua mereka tidak mampu untuk membiayai sekolah anak-anak mereka sampai tingkat tinggi dan masih banyak pula yang buta huruf. Hanya orang tertentu saja yang bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat tinggi.

Begitu juga dengan sarana pendidikan di Desa Gondang pada waktu itu hanya satu buah saja, yaitu SR (Sekolah Rakyat) yang bertempat di dekat Balai Desa Gondang pada tahun 1960. Setelah tahun 1975 pemerintah kabupaten membangun dua sarana pendidikan tingkat dasar di setiap desa dan mengubah SR (Sekolah Rakyat) menjadi SD (Sekolah Dasar). Namun tidak semua masyarakat bisa menikmati pendidikan itu karena Desa Gondang termasuk desa yang tertinggal perekonomiannya dibandingkan dengan desa-desa lain yang terdapat di Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Setelah ada pembangunan SD dan SMP pada tahun 1975, masyarakat sedikit terbantu, tetapi masyarakat tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka karena mahalnya biaya pendidikan dan banyaknya masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan membuat para orang tua tidak memperhatikan pentingnya pendidikan bagi putra-putri mereka. Sehingga banyak diantara mereka yang putus sekolah hanya sampai jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, bahkan baru menginjak kelas satu saja banyak anak-anak mereka yang keluar atau putus sekolah.


(10)

Berangkat dari pengalaman itu, maka penerus Pondok Peasantren Qamarul Hidayah Kyai Qamaruddin untuk mendirikan sebuah pendidikan umum, yang awalnya hanya ilmu-ilmu agama saja yang diberikan oleh Kyai. Pada tahun 1887 pondok pesantren ini dibangun dan diperluas oleh KH. Abdul Majid. Barulah pada tahun 1965 Pondok Pesantren Qamarul Hidayah diresmikan oleh Kyai Qamaruddin sekaligus peresmian lembaga pendidikan formal yang kemudian diteruskan oleh adik kandung KH. Chalil Majid.

Sejak awal pendirian sampai sekarang dengan kesederhanaan yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Qamarul Hidayah terus berusaha meningkatkan diri baik pada bidang pendidikan non formal maupun formal dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan para santri dan masyarakat di sekitar pondok. Semenjak digantikan oleh adik kandung KH. Chalil Majid Pondok Pesantren Qamarul Hidayah semakin maju dan mengikuti zaman yang semakin modern dan berkembang, karena memiliki lembaga pendidikan umum yang didirikan oleh KH. Chalil Majid. Hal ini menandakan bahwa pondok pesantren dan para santri yang terdapat di dalam pondok pesantren bersifat terbuka. Tidak hanya memikirkan hal-hal yang ukhrawi saja melainkan juga bersifat duniawi yang lebih penting mereka menanggapi terhadap perkembangan dunia luar. Hal ini dapat dibuktikan bahwa mereka dapat menyesuaikan terhadap zaman yang semakin maju.3

Awalnya pondok pesantren ini bernama Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in dalam perkembangan selanjutnya yang diteruskan oleh adik kandung

KH. Chalil majid nama pondok pesantren tersebut diubah menjadi Pondok 3

Sindu Galba,Pesantren sebagai wadah Komunikasi, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1995), cet 2, h.3


(11)

Pesantren Qamarul Hidayah, karena untuk mengenang jasa-jasa Kyai Qamaruddin yang telah berjuang mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bersiat umum.

Pondok pesantren ini pertama kali didirikan oleh KH. Abdul majid, setelah meninggal digantikan oleh putranya yang bernama Kyai Qamaruddin. Tetapi Kyai Qamaruddin memimpin pondok pesantren hanya sebentar saja, karena beliau meninggal ditembak oleh tentara. Kemudian diteruskan oleh KH. Chalil Majid atau Mbah Mubin (panggilan beliau sehari-hari oleh para santri dan masyarakat sampai sekarang). Dengan adanya sistem pendidikan yang diterapkan oleh KH. Chalil Majid, maka dibangunlah sebuah lembaga pendidikan yang sangat membantu masyarakat sekitar dan para santri. Bahkan di Pondok Pesantren Qamarul Hidayah terdapat keterampilan dan beberapa unit usaha yang dikembangkan oleh pondok pesantren ini untuk para santri dan masyarakat sekitarnya.

Pondok Pesantren Qamarul Hidayah telah membantu pemerintah dalam hal pemberantasan buta huruf yang dicanangkan pemerintah, karena pondok pesantren ini memiliki jenjang pendidikan yang lengkap mulai dari MI, MTS, SMK dan MA Qamarul Hidayah. Dengan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan MA Qamarul Hidayah masyarakat merasa banyak terbantu oleh kehadiran lembaga pendidikan umum yang dibangun oleh Pondok Pesantren Qamarul Hidayah, karena anak-anak mereka yang telah lulus dari Pondok Pesantren Qamarul Hidayah telah memiliki keterampilan untuk bekal hidupnya. Para santri juga mamiliki jiwa sosial yang tinggi untuk membantu masyarakat yang memerlukan tenaga, maka dengan senang hati mereka membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan. Pondok pesantren Qamarul Hidayah ini


(12)

juga telah meluluskan lebih dari seribu santri, bahkan dari mereka menduduki pemerintahan di kabupaten Trenggalek, dan yang paling banyak adalah menjadi guru agama sekolah dasar.4

Walaupun tidak sebesar pondok-pondok pesantren yang terkenal dan terbesar di Jawa Timur seperti halnya, Pondok Pesantren Gontor, Lirboyo, Pondok Pesantren Tebu Ireng dan pondok pesantren lainnya. Pondok Pesantren Qamarul Hidayah ini juga telah terkenal dan sangat berpengaruh besar di masyarakat khususnya di Gondang dan daerah sekitarnya.

Tentunya keberadaan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah terhadap masyarakat sangat berarti sekali khususnya dalam bidang pendidikan. Karena Pondok Pesantren Qamarul Hidayah didirikan bertujuan untuk membentuk manusia yang bertaqwa, berakhlaqul karimah, berilmu, kreatif, aktif, semangat, cakap, berguna bagi agama, bangsa dan negara. Disamping itu santri diharapkan membekali diri dan mampu meraih kemampuan tentang agama Islam.5 Ini telah menjadi bukti bahwa peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang terbukti berhasil, karena lulusan santri terdahulu telah menjadi orang yang berguna bagi agama dan bangsa. Setelah adanya lembaga pendidikan yang lengkap, pendidikan masyarakat dari tahun ketahun meningkat sedikit demi sedikit walaupun berjalan dengan lamban.

Karena belum ada yang membahas tentang Pondok Pesantren Qamarul Hidayah yang terletak di Gondang, Tugu, Trenggalek, Jawa Timur, maka penulis perlu untuk memperkenalkan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah ini kepada

4

Arsip Yayasan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah thn.2006/2007 5

KH. Chalil Majid, ketua pimpinan Pon-Pes Qamarul Hidayah, Wawancara Pribadi, Gondang, 05 Juli 2008


(13)

masyarakat luas dan para pembaca. Bahwa Pondok Pesantren Qamarul Hidayah memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan agama Islam dan pendidikan umum.

Maka penulis mencoba untuk mengkaji dan membahas tentang “PERANAN PONDOK PESANTREN QAMARUL HIDAYAH DALAM PENINGKATAN PENDIDIKAN MASYARAKAT GONDANG, TUGU, TRENGGALEK, JAWA TIMUR (1965-2004)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa perlu memberikan pembatasan dalam arti mempersempit permasalahan yang akan dikaji, agar tidak terlalu luas dan jauh dari titik sasaran. Masalah yang dibahas harus ditentukan ruang lingkupnya, melalui penjelasan mengenai tempat, waktu penelitian.6 Oleh karena itu, penelitian skripsi ini akan di batasi pada perannya dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur tahun 1965-2004.

Berangkat dari pembatasab tersebut, maka permasalahan dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi masyarakat Desa Gondang Tugu Trenggalek?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah tahun 1965-2004 ?

3. Bagaimana peranan dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur ?

6

Abdurrahman, Dudung, M. Hum,Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos, 1999), cet. 1, h.50


(14)

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

Penelitian dan penulisan karya ilmiah memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kondisi masyarakat Desa Gondang Tugu Trenggalek. b. Mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah tahun

1965-2004

c. Dan Untuk mengetahhui peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini.

b. Bagi pihak Pondok Pesantren Qamarul Hidayah, hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memeberikan masukan yang bermanfaat dalam menentukan langkah selanjutnya.

c. Bagi Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, hasil penelitian ini merupakan informasi yang berharga perihal Peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah Gondang Tugu Trenggalek.

d. Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.


(15)

D. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mencari data, makalah dan skripsi yang terdapat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan daerah kabupaten Trenggalek yang membahas tentang Pondok Pesantren Qamarul Hidayah di daerah Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur. Namun setelah ditelusuri terdapat buku-buku, disertasi, tesis, skripsi dan karya ilmiyah lain yang membahas mengenai pesantren sangat banyak. Tetapi dalam membicarakan tentang tinjauan penelitian terdahulu, penulis hanya membicarakan beberapa saja, diantaranya adalah Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Modernisasi Pesantren Kritik Terhadap Nurchalis Majid Pendidikan Tradidsional Islam dan Bilik-bilik Pesantren.Sedangkan di perpustakaan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah sendiri tidak ada atau belum ada yang meneliti tentang Pondok Pesantren Qamarul Hidayah.

Sedangkan judul skripsi penulis berjudul Peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur berbeda dengan karya-karya yang disebutkan di atas maupun karya-karya yang tidak dicantumkan berbeda. Maka skripsi ini layak untuk ditulis dan disajikan kepada masyarakat luas.

E. Metodologi Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari nara sumber atau perilaku yang dapat diamati secara langsung.


(16)

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah deskripsi analisis. Pendekatan deskripsi digunakan untuk menggambarkan tentang Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dan peranannya dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek.

Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metodologi kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data-data dari orang yang diamati. Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy J. Moleong mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati secara langsung.7

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu satu bulan yang di mulai pada tanggal 1 bulan Juli dan berakhir pada tanggal 30 Juli 2008. Adapun yang menjadi tempat penelitian adalah Pondok Pesantren Qamarul Hidayah Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitin ini yaitu orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi dalam dalam penelitian ini adalah pimpinan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah, Pengurus Yayasan Qamarul Hidayah, Tokoh

7

Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), cet 6, h. 3


(17)

masyarakat, perangkat desa, dan lain-lain yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah peranan Pondok Pesantren Dalam Peningkatan Pendidikan Masyarakat Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur.

3. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam bukunya Lexy J. Moleong sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.8 Sumber Data dibagi menjadi dua, yaitu Primer dan skunder. Primer adalah sumber yang berasal dari buku-buku, dokumen, majalah dan lain-lain. Sedangkan skunder adalah sumber yang berasal dari observasi dan wawancara. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini dilihat dari jenis datanya di bagi menjadi dua yaitu data tulis dan data lisan. Data tulis berupa buku, majalah, dokumen dan sebagainya. Sedangkan data lisan berupa uraian dari tokoh masyarakat, pimpinan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumen, yakni mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, koran, prasasti, agenda, dan lain sebagainya.

8


(18)

b. Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee).9 Wawancara adalah metode pengumpulan data yang amat populer, karena banyak digunakan diberbagai penelitian.

c. Observasi, adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan mata sebagai alat melihat serta menilai keadaan sesungguhnya di lingkungan yang di teliti.

5. Teknik Analisa Data

Setelah data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis berusaha untuk menggambarkan objek peneliti apa adanya sesuai dengan kenyataan di lapangan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan mendapatkan gambaran tentang skripsi ini, maka penulis membagi beberapa bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Adalah pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan peneliti terdahulu, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

9

Burhan Bungi,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), ed. 1, cet. 3, h. 108


(19)

BAB II adalah membahas tentang keadaan gambaran umum Masyarakat Gondang. Geografis dan demografis masyarakat Gondang, kondisi pendidikan masyarakat Gondang Tugu Trenggalek, kondisi ekonomi masyarakat Gondang Tugu Trenggalek.

BAB III Adalah tentang Pondok Pesantren Qamarul Hidayah sebagai sorotan, latar belakang, tujuan, tokoh pendiri dan penerus, fasilitas.

BAB IV Adalah membahas tentang Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dan perannya dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang, sebagai pusat penceharan intetlektual umat melalui pendidikan, sebagai pusat kesejahteraan umat melalui pemanfaatan unit usaha dan keterampilan, sebagai pusat pelayanan masyarakat kecil melalui panti asuhan.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GODANG TUGU TRENGGALEK

A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Gondang

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Jawa Timur. Jarak antara kabupaten Trenggalek dengan Ibu kota Provinsi kurang lebih 468 km, sedangkan luasnya kurang lebih 1.261,40 Km2, dengan ketinggian 110 meter dari di atas permukaan air laut. Secara adminitratif kabupaten ini terbagi menjadi empat wilayah pembantu bupati, tiga belas kecamatan, 157 desa dan 509 dusun. Kabupaten Trenggalek berbatasan dengan beberapa kabupaten. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Kediri, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung.

Di wilayah ini banyak terdapat tambang mineral antara lain mangan di Kecamatan Pogalan, Gandusari dan Watulimo, aluminium di Kecamatan Dongko dan Durenan, kaolin, gips dan traso di Kecamatan Bendungan, Karangan, Gandusari, Pogalan dan Tugu, marmer di Kecamatan Panggul, dan batu kapur di Kecamatan Gandusari, Karangan, Tugu dan Watulimo.

Jumlah pendudukan Kabupaten Trenggalek berdasarkan sensus tahun 2005 kurang lebih 1.017.282 jiwa, terdiri dari perempuan 509.782 jiwa dan laki-laki 507.500 jiwa. Penduduk Kabupaten Trenggalek hampir semua memeluk agama Islam selebihnya memeluk agama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. 90%


(21)

Penduduk Trenggalek masyarakatnya adalah asli keturunan pribumi dan sisanya keterunan Tiong Hoa dan keturunan-keturunan di wilayah Indonesia.

Sarana pendidikan yang tersedia di kabupaten ini meliputi 358 TK, 576 SD, delapan puluh SLTP dan enam puluh STLA dari jumlah itu ada yang negeri dan swasta di tambah tiga perguruan tinggi swasta yang terdapat di Kabupaten Trenggalek. Fasilitas kesehatan meliputi dua rumah sakit, tiga puluh puskesmas, empat puluh puskesmas pembantu dan lima apotik. Sarana peribadatan yang tersedia meliputi 950 masjid, 1.466 langgar atau mushala, tiga belas gereja dan tiga gereja Katolik.

Mata pencaharian pendudukan sebagian besar adalah dibidang pertanian. Dengan demikian pendapatan daerah pun sebagaian besar berasal dari sektor pertanian seperti, padi jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah, di samping itu kabupaten ini juga banyak menghasilkan sayuran dan buah-buahan. Selain itu di Ibu Kota kabupaten sesuai dengan ciri jenis mata pencaharian di perkotaan, pekerjaan yang mereka pilih pun kompleks ada yang bekerja sebagai pedagang, PNS, POLRI, TNI, wira usaha, buruh, tukang becak, sopir, karyawan. Pemilik tambang bukanlah putra daerah tapi orang luar daerah, seperti Surabaya, Tulungagung dan etnis Cina. Orang pribumi hanya menjadi kuli kasar dan karyawan saja. Ini terjadi pada pertambangan mamer, kaolin, dan kapur, karena Sumber Daya Manusia belum memadai. Untuk gips sendiri masyarakat telah mengusainya. Hasil perkebunan di daerah ini yang paling menonjol adalah cengkeh yang produksinya menempati pertama di propinsi Jawa Timur. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Trenggalek tedapat hutan kayu. Namun areal hutan di kecamatan Watulimo dan Munjungan lebih luas dari pada areal hutan di


(22)

kecamatan lain. Tetapi keadaan ini sudah mulai berubah dengan adanya perambahan hutan secara ilegal untuk di jadikan bahan-bahan ukiran dan mebel.

Keadaan Kecamatan Tugu sebagian besar adalah dataran tinggi terutama sebelah barat dan utara. Kecamatan Tugu merupakan kecamatan paling barat di Kabupaten Trenggalek, Kecamatan ini berbatasan;

• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karangan

• Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pule dan Panggul

• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo • Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo.

Luas Kecamatan Tugu kurang lebih 50,15 kilometer persegi dengan jumlah pendudukan berdasarkan hasil sensus pada tahun 2005 berjumlah kurang lebih 62.874 jiwa. Penduduknya rata-rata bermata pencahariannya di bidang pertanian dengan tanaman utama padi di musim penghujan dan Jagung, kedele, singkong di musim kemarau. Juga dihasilkan kelapa. Hasil-hasil pertanian ini rata-rata belum diolah sendiri menjadi barang yang lebih berharga melainkan dijual ke daerah lain. Disamping itu mata pencaharian penduduknya adalah beternak, berdagang, PNS, POLRI, TNI dan banyak pula yang pergi keluar negeri sebagai TKI atau merantau ke daerah lain di Indonesia untuk mencari nafkah.

Desa-desa di kecamatan Tugu meliputi; Nglinggis, Pucanganak, Dermosari, Jambu, Winong, Sukorejo, Gondang, Nglongsor, Banaran dan Prambon. Masing-masing desa di kepalai seorang kepala desa. Belum ada satupun yang berstatus kelurahan.


(23)

Di bidang Pendidikan terdapat lima SMP tiga diantaranya SMP Negeri (terletak di desa Dermosari, Nglongsor, Prambon), dua SMP swasta dan tiga SMA yang salah satunya adalah SMA 1 Negeri Tugu (terletak di desa Nglongsor) yang baru di bangun tahun 2005. Sekolah dasar sudah cukup banyak di tiap-tiap desa tidak kurang dari tiga SD. Di kecematan Tugu juga terdapat lima pondok pesantren yang berada di Desa Gondang yang berjumlah tiga pondok pesantren dan dua pondok pesantren di Desa Prambon lihat tabel I.

TABEL I

Perincian Sarana Pendidikan Kecamatan Tugu Pada tahun 2005

NO Jenis Sarana Pendidikan Negeri Swasta

1 Kelompok bermain - 3

2 TK/Sederajat 3 3

3 SD/Sederajat 30 7

4 SLTP/Sederajat 3 2

5 SLTA/Sederajat 1 2

6 Pondok Pesantren 5

Sumber: Kantor Kecamatan Tugu

Minat pemuda-pemudi di daerah ini untuk menempuh pendidikan cukup baik sehingga banyak diantara mereka tersebar luas diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di negeri ini. Bahkan banyak pula yang telah menduduki jabatan-jabatan penting.


(24)

Letak Desa Godang di Kabupaten Trenggalek sangatlah strategis karena desa ini dilewati oleh jalur lingkar Selatan dan tidak jauh pula dari pusat pemerintahan kabupaten yang hanya berjarak kurang lebih delapan kilometer bila ditempuh dengan kendaraan bermotor hanya berkisar tiga puluh menit, dan jarak antara Ibu Kota Propinsi dengan Kabupaten Trenggalek kurang lebih 476, bila ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar tujuh jam. Letak kantor desa berada di Desa Gondang Utara yang jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kecamatan Tugu dengan wilayah Trenggalek. Desa Gondang ini diapit oleh empat desa, yakni :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Banaran • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nglongsor • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukorejo

• Sebelah Selatan terdapat Desa Tumpuk dan Desa Kerjo (Kec. Karangan). Luas Desa Gondang 263,750 kilometer persegi dan jumlah penduduk pada tahun 2006 mencapai 6.986 jiwa, terdiri dari 3.643 perempuan dan 3.348 laki-laki. Desa Gondang memiliki delapan Rukun Warga (RW), 30 Rukun Tetangga (RT), dalam setiap RW memiliki 38 Kepala Keluarga (KK). Dari 6.986 jiwa jumlah penduduk Desa Gondang semuanya memeluk agam Islam. Matapencaharian penduduk sebagian besar adalah menjadi petani, buruh tani, PNS, pengrajin TNI/POLRI, dan sebagainya.1 Bila di musim kemarau penduduk Desa Gondang yang berprofesi menjadi petani berubah profesi menjadi pembuat bata merah yang terbuat dari lempung (tanah liat) yang telah dicampur dengan

1

BPM-KS (Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Kesejahteraan Sosial) Kabupaten Trenggalek Tahun 2005, h. 30


(25)

pasir dan air kemudian di cetak dan dijemur lalu dibakar. Hingga kini masyarakat Desa Gondang masih membuat bata merah, walau pun beberapa diantara mereka telah beralih untuk menanam kedelai, singkong.

Kehidupan masyarakat sangat kental dengan tradisi pesantren. Aktivitas keagamaan seperti pengajian selalu mereka adakan di masjid. Dalam pengajian, mereka selalu memgundang penceramah yang pandai dalam segala hal. Di samping kegiatan pengajian, mereka juga melakukanslametan dalam hajatan seperti perkawinan, akikah anak, khitanan, kematian, pitung sasi (tujuh bulanan) dan slametan dalam memperingati hari-hari besar Islam. Kegiatan masyarakat dalam hal gotong royong masih bisa ditemukan ketika diantara mereka melakukan sesuatu yang membutuhkan bantuan orang lain, seperti membangun rumah

Di masyarakat Gondang ini memliki tiga bahasa yang digunakan sehari-hari dalam berkomunikasi, yakni : ngoko (kasar), alus (sedang), kromo

(halus). Penggunaan ketiga tingkatan bahasa tersebut tergantung pada lawan bicaranya. Bahasa ngoko itu biasa digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari pada usia sebaya, teman sepermainan atau dalam keadaan emosi. Bahasa alus

(sedang) digunakan oleh masyarakat yang usianya muda terhadap orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Bahasa kromo (halus lemah lembut) digunakan oleh para pemuda masyarakat kepada orang yang memiliki jabatan tertentu atau orang tua di rumah.

Desa Gondang disebut juga sebagai kota santri yang memiliki sepuluh unit pondok pesantren kecil maupun besar diantara ke-5 pondok pesantren yang paling besar adalah Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dan yang tertua di Desa


(26)

Gondang bahkan sekecamatan Tugu. Karena pondok pesantren ini memiliki lebih seribu santri baik dari sekitar pesantren maupun daru luar daerah.2

B. Kondisi Ekonomi Masyarakat Gondang Tugu

Masyarakat gondang pada tahun 1960 perekonomian masyarakat sangat tergantung pada hasil panen padi, dan jumlah penduduk masih sedikit sekali dan tidak seperti sekarang ini yang berjumlah kurang lebih 6 ribu jiwa. Pada tahun 1960 Desa Gondang dahulu hanya berupa rawa-rawa yang digunakan sebagai irigasi persawahan penduduk desa tidak heran ketika musim kemarau, kekeringan melanda desa ini terlebih pada bulan Maret sampai bulan September petani tidak bisa berbuat apa-apa selain membuat bata merah sebagai pengganti petani.3Hingga kini masyarakat Desa Gondang masih membuat bata merah jika di musim kemarau. Walau pun beberapa diantara mereka telah beralih menanam kedelai, singkong.

Pada tahun 1965 di masyarakat terjadi gejolak yang sangat menggangu perekonomian dan keamanan di masyarakat, karena pemerintah pada waktu itu memburu setiap warga yang dicurigai sebagai anggota PKI. Pada tahun 1965 itu juga terjadi krisis pangan yang amat sangat, masyarakat hanya bisa memakan

krokot (tumbuhan yang bisa diolah menjadi makanan) dan bayam saja dan tidak mampu untuk makan tiwul apalagi makan nasi untuk dikonsumsi sehari-hari.

Desa Gondang awalnya adalah sebuah rawa-awa yang kecil dan setiap musim kemarau rawa-rawa berubah menjadi kering. Setelah tahun 1966 masyarakat dan tokoh masyarakat mengadakan gotong royong untuk membuka

2

Bpak. Sukamto, Kepala Desa Gondang, Wawancara Pribadi, Gondang, 07 Juli 2008 3


(27)

lahan pertanian, maka di timbunlah rawa-rawa tersebut untuk dijadikan lahan pertanian dan perumahan warga Desa Gondang.4Setelah pengurukan rawa-rawa, masyarakat dan pemerintah setempat bergotong royong membuat jalan yang awalnya hanya berupa pebatuan. Akhirnya perekonomian masyarakat sedikit demi sedikit berjalan ditambah dengan adanya industri perumahan berupa tenun kain dan industri rumah lainnya seperti beberapa pabrik tahu tempe. Dengan adanya perindustrian ini masyarakat banyak terbantu terlebih membantu para pemuda-pemudi yang putus sekolah. Namun pada tahun 1977 industri tenun ini bangkrut karena persaingan kain titron tidak demikian dengan indutri tahun yang sampai sekarang masih tetap jaya.

Matapencaharian masyarakat Desa Gondang sebagian besar adalah petani sebesar 27,64% berjumlah 397 orang dan buruh petani sebesar 32,86% berjumlah 472. Kemudian urutan ketiga adalah pekerjaan tidak menetap sekitat 19,42% yang berjumlah 279 orang. Untuk urutan keempat adalah PNS sekitar 8,55% berjumlah 123 orang, sedangkan urutan yang kelima adalah TNI sebesar 1,04% yang berjumlah15 orang, untuk POLRI sebesar 0,76% berjumlah 11 orang, dan tukang kayu sebesar 1,88 yang berjumlah 27 orang, untuk karyawan swasta sebesar 1,64% yang berjumlah 28 orang. Sisanya yang kurang dari 1% adalah Sopir, penjahit, montir, guru swasta dan kontraktor. Lihat tabel II, hal. 22.

4


(28)

TABEL II

Menurut Matapencaharian Penduduk Desa Gondang Tahun 20041

NO JENIS

MATAPENCAHARIAN

JUMLAH PERSENTASE

1 Petani 397 27,64

1

BPM-KS (Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Kesejahteraan Sosial) Kabupaten Trenggalek Tahun 2005, h. 30


(29)

2 Buruh Tani 472 32,86

3 Pengrajin 45 3,13

4 PNS 123 8,56

5 TNI/POLRI 28 1,94

6 Penjahit 13 0,90

7 Montir 4 0,27

8 Sopir 15 1,04

9 Karyawan swasta 24 1,67

10 Kontraktor 1 0,06

11 Tukang kayu 27 1,88

12 Guru Swasta 8 0,55

13 Pekerjaan tidak Tetap 279 19,42

Jumlah 1.436

C. Keadaan Pendidikan Masyarakat Gondang Tugu

Keadaan pendidikan masyarakat Gondang pada tahun 1960 belum mengetahui pengetahuan umum hanya pendidikan agama saja yang mereka ketahui dan mereka pelajari. Disamping itu masyarakat juga kurang mampu untuk membiayai anak-anak mereka bersekolah, karena letak antara sekolah dengan letak tempat tinggal sangat jauh ditambah belum adanya kendaraan umum yang melintasi jalan yang masih berupa pebatuan.

Sementara itu sarana pendidikan di desa Gondang belum mencukupi, tingkat pendidikan yang telah ada pada awalnya hanya berupa sekolah tingkat dasar yaitu SR (Sekolah Rakyat) yang dekat dengan kantor kelurahan, SR ini


(30)

berdiri sebelum MWB pada tahun 1960an dan disetiap desa hanya memiliki satu unit SR saja. Setelah tahun 1975 nama SR dirubah menjadi SD, kemudian oleh pemerintah daerah diperbanyak menjadi dua buah sekolah disetiap desa di Kecamatan Tugu dan pada tahun itu juga pemerintah membangun Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tugu yang berada di Desa Dermosari.6Pada tahun 1980 pemerintah Kabupaten Trenggalek mendirikan satu buah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terletak di Desa Nglongsor. Sehingga banyak masyarakat Gondang yang mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka di desa tersebut. Bagi orang tua yang tidak mampu menyekolahkannya, mereka membantu orang tuanya pergi ke sawah.

Pada tahun 1963 didirikanlah sebuah MWB (Madrasah Wajib Belajar) yang masa pembelajarnnya 6 tahun yang didirikan oleh KH.Qamaruddin. MWB ini satu-satunya yang berada di kecamatan Tugu dan satu-satunya sekolah yang berdiri pertama kali sekecamatan Tugu. Barulah pada tahun 1968-1969 Qamarul hidayah mengadakan pengrekutan yang bekerja sama oleh departeman agama untuk mencari guru-guru agama sekecamatan Tugu. Setelah pengrekutan selesai, banyak MWB-MWB yang berdiri di daerah lain, seperti di daerah Nglinggis, Nglongsor, Pucang Anak, dan lain-lain di kecamatan Tugu. Salah satunya mengalami kemunduran bahkan hilang hanya berupa peninggalan sebuah madrasah yang bertempat di desa Nglongsor dan yang lainnya berkembang menjadi MI sampai sekarang. Setelah beridinya MI, dibangunlah sebuah sekolah yang berupa MTS yang setara dengan SMP sekitar tahun 1975 yang digagas oleh penerus Pondok Pesantren Qamarul Hidayah.

6


(31)

Berdasarkan sumber yang diketahui peningkatan pendidikan masyarakat Desa Gondang dari tahun 1980-2004 mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Pada tahun 1980 masyarakat Gondang yang buta huruf atau buta aksara mencapai 105 orang dan pada tahun 2004 masyarakat yang buta huruf menjadi berkurang sebanyak 109,3% yang berjumlah 96 orang. Baik yang telah meninggal dunia ataupun yang belum neinggal dunia. Begitu juga masyarakat yang tidak tamat atau putus sekolah pada tahun 1980 sebanyak 478 orang, setelah tahun 2004 mengalami penurunan sebanyak 139,3% yang berjumlah 135 orang.

Sedangkan masyarakat yang tamat SD pada tahun 1980 sebanyak 310 orang dan mengalami peningkatan sebanyak 69,5% yang berjumlah 446 pada tahun 2004. Demikian pula masyarakat yang tamat SLTP pada tahun 1980 sebanyak 175 orang saja baru ada peningkatan pada tahun 2004 sebanyak 119,8% yang berjumlah 146 oarang.

Untuk Masyarakat yang tamat SLTA pada tahun 1980 hanya 75 orang saja, baru ada peningkatan pada tahun 2004 sebanyak 29,5% yang berjumlah 254 orang. Sedangkan masyarakat yang tamat D1 pada tahun 1980 hanya dua orang saja tapi pada tahun 2004 masyarakat yang tamat D1 meningkat sekitar 8% yang berjumlah 25 orang. Demikian pula masyarakat yang tamat S1 tahun 1980 hanya satu orang sja, tetapi pada tahun 2004 masyarakat yang tamat S1 meningkat sekitar 3,1% yang berjumlah 32 orang. Lihat tabel III, hal. 26.


(32)

TABEL III

Perincian Peningkatan Pendidikan Desa Gondang Dari tahun 1980-20042

NO Jenis Pendidikan Tahun Tahun Jumlah %

1980 2004

1 Buta Huruf 105 9 96 109,3%

2 Tdak Tamat SD 478 135 343 139,3%

3 Tamat SD 310 756 446 69,5%

2

BPM-KS (Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Kesejahteraan Sosial) Kabupaten Trenggalek Tahun 2005, h. 15


(33)

4 Tamat SLTP 175 321 146 119,8%

5 Tamat SLTA 75 329 254 29,5%

6 Tamat D1 2 25 25 8%

7 Tamat D 2 - - -

-8 Tamat D3 - - -

-Tamat S1 1 32 32 3,1%

Minat masyarakat di Desa Gondang ini untuk menempuh pendidikan cukup baik di lihat dari tabel diatas. Walau pun masih terdapat masyarakat yang buta aksara dan masyarakat yang putus sekolah.


(34)

BAB III

PONDOK PESANTREN QAMARUL HIDAYAH DALAM SOROTAN

Pondok pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi sejarah pesantren tidak hanya identik dengan keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya telah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada.1 Istilah pondok berasal dari bahasa arab “funduk”berarti hotel atau tempat penginapan, kata “pesantren” sendiri merupakan kata benda bentukkan dari kata santri yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, “pesantrian” berarti tempat tinggal para santri atau pusat pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok untuk para siswa muslim sebagai sekolah agama Islam di Jawa. Sedangkan kata santri yang mula-mula dan biasanya memang dipakai untuk menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam. Menurut buku Babad Cirebon. “santri” berasal dari kata “chantrik,” artinya seseorang yang mengabdikan diri kepada seorang guru, dan cantrik ini selalu mengikuti kemana saja gurunya menetap, dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian. Kemudian, kata itu diserap ke dalam bahasa Jawa menjadi “santri.” Jadilah bentuk kata baru “pesantrian” (orang Jawa mengucapkannya “pesantren”).2Jadi, pondok pesantren adalah tempat para santri belajar agama Islam dan sekaligus tempat menginap, umumnya pengajaran

1

Nurchalis Majid, Bilik-bilik pesantren Potret Sebuah Perjalan, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet.1, h. 3

2

Abdurrahman Wahid,Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren,(Bandung: Pustaka Hidayah 1999), cet. 1, h. 133


(35)

dengan cara non klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan agama Islam kepada santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para ulama terdahulu.3

Pondok pesantren pada dasarnya tidak menggunakan pembatasan usia maupun jangka waktu pendidikan. Sesuai dengan pengertian harfiah salah satu hadits : “Uthlubul ‘ilma. Minal mahdi ilalahdi”(tuntutlah ilmu, sejak dari buaian sampai ke liang lahat). Maka pendidikan pesantren itu sesungguhnya adalah merupakan pendidikan seumur hidup “life long education” . Seluruh anggota masyarakat boleh mengikuti dan menjadi santri. Santri boleh belajar sampai kapan saja. Bila telah merasa cukup dan mampu santri boleh meninggalkan pondok pesantren.4 Tumbuhnya pesantren berawal dari keberadaan seorang yang alim

atau Kyai (Jawa), ajengan (Sunda), tengku (Aceh) syaikh (Jambi dan Sumatera Utara) dan sebutan-sebutan lainnya yang senada dan semakna. Secara fisik, wujud awal pesantren adalah sebuah mushallayang biasa disebut orang Jawa (langgar). Selain digunakan untuk shalat lima waktu berjamaah, tempat ini juga bermanfaat mengaji ilmu-ilmu keislaman berupa penguasaan bacaan dan tafsir Al-qur’an, selanjutnya berkembang menuju kajian atas berbagai kitab kuning. Karena semakin bertambahnya santri yang akan menuntut ilmu agama Islam, mushalla

yang awalnya kecil itu kemudian diperluas dan akhirnya berubah status menjadi masjid.5 Lambat laun komunitas santri mengalami peningkatan yang awalnya status mereka semuanya adalah santri kalong (tanpa menginap). Akan tetapi, karena petumbuhan samakin meningkat tidak dari daerah sekitarnya melainkan

3

Zuhairini, dkk,sejarah Pendidikan Islam(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000, cet. 1, h. 212 4

Sudjoko Prasodjo. Dkk,Profil pesantren., (Jakarta, LP3S 1974), Cet. 1, h.13 5

Abdurrahman Wahid,Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren,(Bandung: Pustaka Hidayah 1999), cet. 1, h. 133


(36)

dari luar daerah, maka dibutuhkan penginapan sementara yang mulanya, mereka ditempatkan di masjid dan kediaman kyai. Kemudian para santri bergotong royong mendirikan sebuah bangunan yang berupa sebuah bilik-bilik seadanya untuk menampung para santri yang selanjutnya disebut pondok.

Sama seperti halnya dengan Podok Pesantren Qamarul Hidayah awal berdirinya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah hanya berupa masjid yang digunakan sebagai kegiatan sehari-hari masyarakat untuk belajar agama Islam dan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. Kemudian pada tahun 1885 dibangunlah sebuah pondok pesantren untuk santri sebagai asrama bagi santri yang jauh dari tempat tinggal, Karena tidak bisa menampung lagi msyarakat yang ingin belajar agama Islam. Setelah KH. Abdul Majid meninggal digantikan oleh putranya Kyai Qamaruddin, dengan kelebihan dan kewibawaannya, terutama dibidang ilmu agama Islam. Banyak masyarakat yang ingin memperdalam agama Islam, karena Kyai Qamaruddin mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bersifat umum untuk memberikan kepada warga dan para santri untuk meningkatkan pendidikan.

Awalnya pondok pesantren lebih terkenal sebagai lembaga pendidikan Islam saja, lembaga ini hanya dipergunakan untuk dakwah Islam dan tempat untuk mempelajari agam Islam. Selain itu, juga sebagai tempat melahirkan tenaga bagi penyiaran agama Islam. Sejak abad ke-20 keadaan pondok pesantren berubah menjadi modern yang memiliki sarana pendidikan formal. Para pengelola pondok pesantren menyesuaikan lembaga pendidikan formal dengan manajemen pengelolaan modern sesusai dengan tuntutan zaman. Pendidikan yang diberikantidak hanya agama Islam saja, melainkan juga ilmu pengetahuan umum


(37)

dan penguasaan bahasa asing terutama bahasa Arab dan Inggris.6 Dalam sejarahnya pesantren telah mampu mencetak kader-kader intelektual yang siap untuk mengapresiasikan potensi keilmuannya di masyarakat yang tidak hanya dikenal potensial, akan tetapi mereka telah mampu mereproduksi potensi yang dimiliki menjadi sebuah kehlian yang layak jual. Dalam perjalanan misi kependidikannya, pesantren mengalami banyak sekali hambatan yang sering kali membuat laju perjalanan ilmiah pesantren menjadi pasang surut.

Maka, untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar, setiap pondok pesantren tidak akan tumbuh besar begitu saja, melainkan bertahap dari mulai sedikit demi sedikit dengan kurun waktu yang sangat lama. Maka dari itu, peranan pondok pesantren cukup besar pengaruhnya dan memegang kunci jawaban bagi pasang surutnya suatu pondok pesantren. Sebuah pondok pesantren yang berkembang pesat tidak terlepas dari kemampuan pribadi kyai yang memimpin pondok pesantren tersebut. Jika penerus atau ahli warisnya menguasai dengan baik ilmu pengetahuan agama, kewibawaan, keterampilan mengajar, dan keterampilan bagaimana mengusai manajemen pondok pesantren yang diperlukan maka unsur pondok pesantren itu akan bertahan lama. Sebaliknya, pondok pesantren mengalami kemunduran bahkan bisa hilang begitu saja, jika pewaris atau keturunan kyai yang mewarisinya tidak memenuhi karakter dan persyaratan tersebut. Jadi, pondok pesantren itu tergantung pada figur kyai yang memimpin pondok pesantren tersebut.7

6

Husni Rahim, Madrasah dalam politik Pendidkan di Indonesia, (Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, 2005), h. 74

7

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarata, Raja Grafindo Persada, 1996), cet 1, h. 138


(38)

Jadi, semua tak terlepas dari peranan seorang kyai sebagai pemegang otoritas utama dalam pengambilan setiap kebijakan pesantren. Sebagai seorang top leader, kyai diharapkan mampu membawa pesantren untuk mencapai tujuannya dalam mentransformasikan nilai-nilai ilmiah (terutama ilmu keagamaan) terhadap umat. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat mengilhami setiap kiprah santri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di dalam pondok pesantren kyai merupakan elemen yang paling utama dari sebuah pesantren, bahkan merupakan pendirinya. Sehubungan dengan itu, sewajarnya jika pertumbuhan suatu pondok pesantren semata-mata bergantung kepada kepribadian sang kyai.8Sejak berdirinya hubungan pesantren dengan masyarakat yang sudah terjalin dalam pola harmonis. Hal itu mengingatkan bahwa berdirinya pesantren didukung secara penuh oleh masyarakat. Ini adalah sebuah cermin betapa figur kyai sebagai pengasuh pesantren dan pengayom masyarakat yang kehadirannya dapat diterima atau dapat dijadikan panutan. Ini merupakan bukti yang nyata bahwa peranan sang kyai dalam suatu pondok pesantren sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan pondok pesantren.

Kehadiran sebuah pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatny yang lentur (flexible), sejak awal kehadirannya, pesantren ternyata mampu mengadaptasi diri dengan masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat.9 Oleh karena itu, keberadaan pondok pesantren sangat dibutuh oleh masyarakat sekitar maupun msyarakat luas. Hal ini

8

Sindu Galba,Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi(Jakarta, PT. Renika Cipta, 1991)cet 1, h. 62

9


(39)

telah dirasakan oleh masyarakat Gondang Tugu Trenggalek dengan kehadirannya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah sangat diperlukan sekali dalam kehidupan sehari-hari ditambah dengan hadirnya sebuah lembaga pendidikan umum yang awalnya hanya satu buah berupa MI setara dengan SD. Perkembangan selanjutnya yang dipimpin oleh Mbah Mubin (KH. Chalil Majid) pada tahun 1975 membangun dan membuka jenjang pendidikan lebih setara dengan smp (Madrasah Tsanawiyah). Pada tahun 1985 Pondok Pesantren Qamarul Hidayah membangun dan membuka kembali pendidikan yang bersifat umum berupa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) terdiri atas SMEA dan STM.

A. Latar Belakang Bedirinya

Pondok pesantren yang merupakan bapak dari pendidkan Islam di Indonesia yang didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesungguhnya pesantren dilahirkan atas dasar kesadaran kewajiban dakwah Islam yakni menyebarkan agama Islam sekaligus untuk mencetak kader-kader ulama dan da’i.10

Awal pendirian Pondok Pesantren Qamarul Hidayah yang sekarang diteruskan oleh KH. Cholil Majid dahulunya hanya berupa sebuah masjid saja yang didirikan oleh KH. Nur Qa’iman sebagai sarana belajar agama Islam. Karena

dahulu masyarakat sudah memeluk agama Islam tetapi belum mengenal Islam secara mendalam dan di Desa Gondang Kecamatan Tugu belum memiliki pondok pesantren seperti di daerah-daerah lain yang ada di Kabupaten Trenggalek.

10


(40)

KH. Nur Qa’iman dahulunya adalah salah satu seoarang pengikut

Pengeran Diponegoro yang melarikan diri ke arah timur dan menetap di Desa Gondang Tugu Trenggalek. Menetapnya beliau di Desa Gondang ini dikarenakan masyarakat Gondang belum mengenal Islam secara mendalam, banyak dari mereka yang masih menyediakan sesajen untuk penunggu-penunggu yang terdapat di pohon atau tempat-tempat keramat. Untuk menangkalnya beliau melakukan kegiatan dakwah Islam dengan cara pendekatan dalam kurun waktu yang sangat lama. Kegiatan beliau dalam kesehariannnya adalah berdiskusi dengan warga yang belum mengenal hukum-hukum Islam secara benar.11

Perkembangan selanjutnya setelah kepemimpinan KH. Murdiyah dan KH. Abdul Majid Pondok Pesantren Qamarul Hidayah yang dipimpin oleh Kyai Qamaruddin melihat keadaan masyarakat yang terbelakang oleh ilmu pengetahuan umum. Maka Kyai Qamaruddin mendirikan Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang setara dengan Sekolah Rakyat (SR) pada waktu itu dan sekarang telah dirubah menjadi Sekolah Dasar (SD). Kemudian diteruskan oleh adiknya KH. Chalil Majid (Mbah Mubin) sampai mendirikan beberapa sekolah formalainnya seperti MTS, SMEA, STM, MA yang terjangkau oleh masyarakat sekitar dan terakhir adalah dibukanya STIK ( Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) yang bekerja sama dengan STIKES Surabaya dan bertempat di Surabaya Jl. Medokan Semampir Indah No. 95. Dengan adanya lembaga pendidikan masyarakat banyak terbantu oleh kehadirannya lembaga ini. Hal ini menandakan bahwa pondok pesantren dan para santri yang terdapat di dalam pondok pesantren bersifat terbuka, tidak hanya memikirkan hal-hal yang ukhrawi saja melainkan juga

11

KH. Chalil Majid, ketua pimpinan Pon-Pos Qamarul Hidayah, Wawancara Pribadi, Gondang, 05 Juli 2008


(41)

bersifat duniawi yang penting mereka menggapi terhadap perkembangn dunis luar. Hal ini dapat dibuktikan mereka dapat menyesuaikan terhadap zaman yang semakin maju.12

B. Tujuan Berdirinya

Sebagaimana kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan swasta yang didirikan oleh seseorang (kyai) sebagai figur central yang berdaulat menetapkan tujuan pendidikan pondoknya. Suatu pondok pesantren memiliki tujuan yang tidak tertulis yang berbeda-beda. Filsafat pendidikan menentukan nilai-nilai apakah yang dijunjung tinggi yang akan dididikan kepada anak didiknya dengan pelajaran kitab-kitab dan sebagainya dan cara-cara mencapaiannya. Sedangkan latar belakang ilmiah serta sikap filosofis para kyai secara individual tidak sama, ada yang luas dan ada yang sempit. Tujuan tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut:

Tujuan Umum: Membimbing anak didik untuk menjadi

manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi Mubaligh Islam dalam Masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

Tujuan Khusus: Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang

yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh

12


(42)

kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat luas.13

Tujuan Pondok Pesantren Qamaruk Hidayah adalah membina warga dan santri agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam, dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua kehidupan serta mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kapada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan, berketerampilan, sehat lahir dan batin. Adapun tujuan khusus Pondok Pesantren Qamarul Hidayah adalah sebagai berikut.

1. Mendidik santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama’ dan muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta

dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara utuh dan dinamis.

2. Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan negara.

3. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental spiritual.

4. Mendidik santri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka usaha pembangunan bangsa.14

13

M. Arifin, M. Ed. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum,Jakarta, Bumi Asara, 1995, ed. 2, cet. 3, h. 248

14

KH. Chalil Majid, ketua pimpinan Pon-Pos Qamarul Hidayah, Wawancara Pribadi, Gondang, 05 Juli 2008


(43)

Tujuan pendidikan pesantren adalah untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, bermanfaat dan berkhidmat pada masyarakat, dengan cara menjadi abdi masyarakat. Sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.15

Tujuan pendidikan pesantren juga diarahkan pada pengkaderan ulama’

yang mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam berkepribadian, menyebarkan agama, menegakkan kejayaan Islam dan umat di tengah-tengah masyarakat, serta mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia. Serta meningkatkan pendidikan di masyarakat untuk memberantas buta huruf terutama para santri yang belum mengetahui pendidikan umum agar para santri dan masyarakat tidak tertinggal oleh ilmu pengetahuan umum.

Melihat dari tujuan tersebut, jelas sekali bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berusaha untuk menciptakan kader-kader muballigh yang diharapkan dapat menerusakan misinya dalam dakwah Islam, di samping itu juga diharapkan bahwa mereka yang belajar di pesantren menguasai ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para kyai dan membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga bermanfaat bagi agama, bangsa dan negara.16

C. Tokoh Pendiri dan Penerusnya

Kyai Nur Qa’iman adalah salah satu pengikut Pangeran Diponegoro

yang melarikan diri ke arah timur yang terletak di desa Gondang Kecamatan Tugu 15

Arsip Yayasan Qamarul Hidayah Tahun 2005/2006 16


(44)

Kabupaten Trenggalek setelah Pangeran Diponegoro tertangkap oleh Belanda dan kyai Nur Qa’iman menetap dan mendirikan sebuah masjid bersama-sama pengikutnya yang lain.

Di desa Gondang ini melakukan dakwah Islam dan mendirikan sebuah masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat belajar dan tempat untuk pertemuan guna membahas persoalan-persoalan yang ada di masyarakat pada waktu itu untuk dipecahkan bersama-sama. Kegiatan ini berlangsung cukup lama bahkan bertahun-tahun sampai masyarakat menerima Islam secara keseluruhan sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1875.

Setelah Kyai Nur Qa’iman meninggal kepengurusan digantikan oleh putranya Kyai Muhammad Asrari pada tahun 1876, setelah beliau selesai belajar dari pondok pesantren yang berada di Sidoarjo Gedangan dan Surabaya di Ampel. Pada masa kepemimpinan Kyai Muhammad Asrari, pesantren bertambah besar seiring dengan banyaknya masyarakat yang ingin belajar agama Islam. Maka Pada tahun 1887 di bangunlah sebuah pondok pesantren yang sederhana untuk penginapan para santri yang dibangun secara bergotong royong agar para santri yang jauh dari rumah dapat mengikuti belajar dengan tenang. Pada tahun 1925 beliau pergi haji bersama putranya Abdul Majid setelah sepulangnya dari pergi haji mengubah nama beliau menjadi KH. Murdiyah. Pada usia 50 tahun beliau meninggal pada tahun 1935 dan digantikan oleh putranya KH. Abdul Majid.17

Pada kepemimpinan KH. Abdul Majid pondok pesantren mengalami perubahan besar banyak dilakukan perluasan dan pembangunan pondok pesantren permanen dari swadaya masyarakat secara bertahap sekaligus peresmian Pondok

17


(45)

Pesantren Hidayatul Mubtadi’in. Setelah pulang dari haji KH. Abdul Majid menganjurkan kepada santri untuk menggunakan bahasa arab sehari-hari. Namun santri yang belajar di pondok ini kebanyak dari luar Desa Gondang seperti Nglongsor, Kerjo, Tumpuk, untuk masyarakat Gondang sendiri masih sedikit .Pada tahun 1955-1958 kondisi pondok pesantren sangat memperhatinkan karena putra beliau masih kecil dan kakak kandung beliau masih belajar di pondok pesantren di Ploso kediri. Pada usia yang ke-48 pada tahun 1958, KH. Abdul Majid meninggal dan digantikan oleh putra pertama Kyai Qamaruddin.

Pada kepemimpinan Kyai Qamaruddin ini Pondok Pesantren mulai dikenal oleh masyarakat luas, karena pada masa kepemimpinan beliau pondok pesantren sangat disegani dan dihormati. Pada tahun 1963 Kyai Qamaruddin mendirikan sebuah pendidikan umum namun tidak mengurangi pendidikan yang bersifat agama yaitu MWB (Madrasah Wajib Belajar) yang setara dengan Sekolah Rakyat (SR) atau setara dengan Sekolah Dasar (SD) sekarang, sekaligus merubah sistem pendidikan tradisional (sorogan dan bandongan) menjadi klasik (sistem perkelas).

Pada perkembangan selanjutnya Kyai Qamaruddin mendirikan kembali sebuah PGA (Pendidikan Guru Agama) pada bulan April tahun 1965 dan di tahun itu pula ada tragedi yang dimana para masyarakat merasa ketakutan yang dilakukan oleh PKI banyak masyarakat yang tidak berani di rumah, mereka semua mengungsi di Pondok Pesantren Qamarul Hidayah baik itu yang belum belajar agama Islam mau pun yang sudah belajar dan semua itu dijadikan kesempatan beliau untuk menyempaikan dakwahnya kepada masyarakat yang sedang


(46)

mengungsi tersebut.18 Dalam memimpin pondok pesantren tidak lama hanya beberapa tahun saja. Karena beliau meninggal ditembak oleh tentara ketika beliau sedang berpidato di halaman pondok pesntren pada tahun 1965.19

Pada periode kepemimpinan Mbah Mubin (KH. Chalil Majid) Pondok Pesantern Qamarul Hidayah mengalami perkembangan yang cukup pesat ada pula yang menurun. Sejalannya waktu PGA 6 tahun berangsur-angsur menurun sedikit demi sedikit terutama pada tahun tahun 1975 Mbah Mubin mendidirikan sebuah Madrasah Tsanawiyah yang setara dengan SMP. Perkembangan selanjutnya pada tahun 1985 Mbah Mubin kembali membuka pendidikan yang bersifat umum yang memiliki keterampilan setelah lulus yaitu SMK yang diantaranya SMEA yang memiliki jurusan sekertaris dan Tata busana sedangkan STM hanya memiliki jurusan pembangunan saja. Pada tahun 1990an STM kembali membuka jurusan otomotif dan membuka sekolah madrasah Aliyah sampai sekarang yang bekerja sama dengan dinas-dinas terkait.20

1. Pemberian Nama Pondok Pesantren

Pertama kali berdiri Pondok Pesantren Qamarul Hidayah ini hanyalah sebuah masjid yang bernama Nurul Iman sebagai tempat mengaji dan mempelajari agama Islam hal ini berlangsung sangat lama sampai KH. Nur Qa’iman meninggal pada tahun 1875, sampai periode kepemimpinan Kyai

18

Mbah Waras, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Gondang, 14 Juli 2008 19

Mbah Waras, Wawancara Pribadi 20

Ustdz Rahmat Imron, sebagai Bendahara Yayasan Qamarul Hidayah, wawancara Pribadi, Gondang, 10 Juli 2008


(47)

Muhammad Asrari (KH. Murdiyah) nama pondok pesantren belum berubah sampai beliau wafat pada tahun 1935.

Barulah pada masa kepemimpinan KH. Abdul Majid, pondok pesantren ini dibangun permanen dan diperluas sekaligus peresmian Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in yang artinya pengikut yang mendapatkan petunjuk, jadi masyarakat yang datang dan belajar agama Islam ke Pondok Pesantren ini akan mendapatkan petunjuk oleh Allah SWT. Pada masa kepemimpinan KH. Chalil Majid yang tepatnya pada tahun 1975 KH. Chalil Majid merubah nama menjadi Pondok Pesantren Qamarul Hidayah yang nama tersebut diambil dari nama Kyai Qamaruddin, karena Kyai Qamaruddin pada masa hidupnya telah banyak berjuang dan berjasa mendirikan sebuah pendidikan formal agar para masyarakat dan santri tidak tertinggal oleh pengetahuan umum.

2. Kehidupan Para Santri

Di pondok pesantren fasilitas lengkap telah disediakan baik berupa asrama atau tempat tinggal para santri, tempat belajar dan sebagainya. Termasuk juga yang telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Qamarul Hidayah yang cukup maju di Desa Gondang Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Suasana kehidupan santri Qamarul Hidayah terasa longgar sesuai dengan kehidupan di luar pesantren. Pakaian yang dikenakan oleh santri putra jika di dalam pondok maupun di luar pondok adalah sarung, baju koko atau kemeja panjang dan peci. Jika keluar dari pondok dan jaun santri harus menggunakan peci dan celana bahan. Untuk sekolah pun santri dianjurkan menggunakan peci. Beguti juga santri putri harus


(48)

memakai jilbab, rok panjang, memakai baju muslim dan tidak beloh menggunakan celana jens yang ketat.

Kegiatan yang dilakukan oleh santri-santri pondok pesantren ini adalah pagi hari mereka sekolah formal bagi santri yang tidak sekolah formal harus pergi ke ladang dan sawah dan sore hari mereka belajar agama Islam atau sekolah madrasah. Untuk malam hari para santri diwajibkan untuk belajar yang dilakukan setelah shalat Isya’. Bagi santri yang hanya mondok saja mereka harus pergi ke sawah atau ladang yang telah disediakan oleh pihak Yayasan.

3. Kebijakan Pengurus Dalam Perkembangan Pondok

Kata kebijakan secara umum diartikan kerifan pengelola, dalam ilmu sosial diartikan sebagai dasar-dasar haluan menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan sedangkan dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan pengurus (hasil dari musyawarah pengurus yayasan, keluarga dan tokoh masyarakat) dalam mengembangkan pesantren. Berarti bentuk dasar yang digunakan oleh pengurus Pondok pesantren Qamarul Hidayah sebagai pegangan arah dalam pengambilan keputusan untuk memajukan pesantren kearah yang lebih baik.

Eksistensi pondok yang seiring dengan berjalannya waktu terus mengalami perubahan kondisi, baik fisik yang berupa bangunan seperti gedung sekolah, asrama dan panti asuhan yang berasal dari pemerintah mau pun swasta dan hibah dari lembaga sosial atau organisasi masyarakat. Kibijakan-kebijakan yang ada di pesantren ini adalah hasil musyawarah para pengurus yayasan pendidikan Qamarul Hidayah. Kemudian disetujui oleh ketua yayasan,


(49)

kebijakan-kebijakannya antara lain. Adminitrasi/keuangan misalnya, setelah ada dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) biaya sekolah ditiadakan yang semula hanya membayar setengah atau separuh biaya sekolah setiap bulannya.21

Di samping kebijakan yang bersifat adminitratif untuk para santri, pihak yaasan telah mengluarkan kebijkan bagi tenaga pendidik dan tenaga ahli yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang akan dididik, kebijakan-kebijakan tersebut adalah.

1. Tenaga pendidik untuk MI (madrasah Ibtidaiyah) minimal berpendidikan terakhir SLTA dan diperioritaskan MA. Namun setelah ada ketetapan pemerintah, maka diperioritaskan bagi berpendidikan terakhir sarjana atau strata satu.

2. Tenaga Pendidik tingkat SLTP berpendidikan terakhir DIII dan lebih diperioritaskan sarjana strata satu (S1) bidang pendidikan 3. Untuk tenaga pengajar SMK baik itu SMEA dan STM

berpendidikan terakhir sarjan strata satu (S1) bidang pembangunan, manajemen, ekonomi, mesin, komputer, dan 4. Untuk tenaga adminitrasi di sekolah diserahkan kepada kepala

masing-masing lembaga tersebut.

5. Tenaga pengajar MD, TPA dan TPQ adalah para alumni sendiri dan alumni dari pondok pesantren lain dari berbagai lulusan.22

21

Bahrul Anwar, S. os, MM, Kepala sekolah SMEA, Wawancara Pribadi, Gondang, 16 Juli 2008

22


(50)

D. Fasilitas

Tuntutan bagi sebuah percapaian ilmu sangat erat kaitannya dengan tersedianya sarana dan pra sarana yang representatif. Dalam hal ini upaya kongkrit telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Qamaru Hidayah dengan melakukan penataan, pelestarian, dan pengembangan dalam bidang sarana dan pra sarana.

Adapun fasilitas atau sarana yang telah disediakan oleh Pondok Pesatren Qamarul Hidayah adalah.

1. Pondok atau Asrama

Di sinilah para santri dan kyai bersama-sama tinggal dan bekerja sama dalam rangka memenuhi kehidupan sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan gotong royong sesama warga pesantren. Pada awalnya pondok pesantren bukan tempat para santri tinggal atau asrama, melainkan untuk pembelajaran dan tempat latihan para santri untuk mandiri dalam masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, pada masa sekarang ini, pondok tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama, dan setiap santri dikenakan biaya untuk pemeliharaan pondok tersebut.23 Untuk asrama putra berada di lantai tiga satu gedung dengan gedung MTS Qamrul Hidayah. Jumlah kamar yang ada hanya sepuluh kamar yang masing-masing berukuran 5x4 dan bisa dihuni 15 orang. Untuk asrama putri terpisah dan tidak jauh dari kediaman KH. Cholil Majid yaitu dekat dengan rumah warga sekitar.

2. Tempat Ibadah atau Masjid

23


(51)

Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar dan mengajar. Masjid merupakan sentral pesantren karena di sinilah pada tahapan awal bertumpu seluruh kegiatandi lingkungan pesantren, baik yang bersifat beribadahan, I’tikaf dan juga kegiatan belajar dan mengajar.24 Di Pondok Pesantren Qamarul Hidayah masjid merupakan unsur kedua dalam pondok pesantren, selain sebagai tempat shalat lima waktu juga sebagai tempat belajar para santri dengan kyai dalam pangajian kitab-kitab kuning. Dahulu Masjid ini hanya bisa menampung sekitar 150 orang jamaah, kemudian pada tahun 1887 di bugar dan diperluas yang awalnya hanya 10x7 m dirubah menjadi 10x12 m yang bisa menampung sekitar 300 jamaah. Dalam perkembangan selanjutnya, masjid tidak hanya digunakan sebagai ibadah tetapi sebagai kegiatan sehari-hari santri yang meliputi, Muhadharah (pidato), diskusi, dan tempat belajar santri pada malam harinya. Namun setelah ada gedung sekolah senua kegiatan dipusatkan di madrasah hanya beberapa kegiatan saja yang masih di lakukan di masjid diantaranya pengajian kitab kuning, pidato dan diskusi.

3. Gedung sekolah

Gedung sekolah adalah paling utama, karena tanpa gedung sekolah para santri tidak dapat belajar dengan tenang dan nyaman walaupun terdapat masjid. Perkembangan berikutnya, masjid yang dahulunya untuk tempat ibadah dan sebagai tempat belajar mengajar tidak cocok lagi untuk kegiatan belajar mengajar. Maka pondok pesantren membangun sebuah gedung sekolah sebagai tempat belajar mengajar santri teruma pada pagi hari digunakan untuk

24

Yasmadi, M. A.Modernisasi Pesantren Kritik Nur Chalis Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional,(Jakarta, Ciputat Press, 2002), h. 65


(52)

sekolah formal dan sore harinya di pakai untuk pendidikan nonformal. Awalnya Gedung ini hanya berupa gedeg (anyaman bambu) yang luasnya 7x4 m, dan dibagi menjadi lima kelas. Seiring dengan waktu gedung ini berubah menjadi bangunan yang permanen hasil dari swadaya masyarakat sekitar pondok yang sekarang peninggalannya masih ada yang masih kokoh berdiri di tempati oleh siswa STM. Saat ini Pondok Pesantren Qamarul Hidayah memiliki gedung sekolah masing-masing berjumlah dua belas kelas untuk MI, empat belas kelas untuk MTS dan untuk SMK baik STM dan SMEA berjumlah tiga belas kelas.

4. Lapangan

Sarana lapangan sebagai penunjang aktifitas santri sehari-hari selain di dalam rungan. Lapangan sangat berguna sekali untuk aktifitas santri mulai dari bermain, olah raga, dan kegiatan pengajian akbar seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, hari-hari peringatan besar Islam dan Haflah Muwada’ah atau Khataman Al-Qur’an yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali yang sering dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Qamarul hidayah.

5. Unit Usaha dan keterampilan

Dari semua pondok pesantren memiliki sebuah badan usaha yang berupa koppontren, wartel, dan lain-lain, tidak kecuali dengan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah. Pondok ini memiliki beberapa unit usaha yang diantaranya koppontren yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat dan para santri, wartel, foto copy, dan keterampilan. Keterampilan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan para santri sebagai bekal mereka setelah


(53)

lulus dari pondok yang kesemuanya berjalan dengan baik dan beberapa unit keterampilan yang diantaranya seperti: bengkel, menjahit dan pertanian.

6. Ruang Komputer

Ruangan komputer ini adalah fasilitas penunjang untuk para santri yang akan belajar dan mengakses komputer. Ruangan komputer ini luasnya sekitar kurang lebih 7x5 m dan jumlah komputer yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Qamarul Hidayah tiga puluh unit komputer yang diantaranya rusak berjumlah sepuluh unit sedangkan jumlah santri yang belajar setiap satu kali dalam seminggu ini berjumlah empat puluh santri. Jadi, satu unit komputer di pegang dua orang. Untuk mengatasi ini, pihak yayasan telah membuat proposal untuk pembenahan komputer yang rusak. Ruangan komputer ini terletak di bawah asrama putra di depan ruangan ini terdapat rumah KH. Chalil Majid, kantor Madrasah Tsanawiyah dan kantor Pondok Pesantren Qamarul Hidayah.

7. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sarana penting lainnya yang dapat memberikan manfaat kepada para santri untuk meningkatkan wawasan berfikir selain itu, diharapkan adanya keinginan dari para santri untuk meluangkan waktunya dan membiasakan diri membaca buku, karena dengan hal itu sangat berpengaruh positif bagi perkembangan ilmunya.

Perpustakaan di Pondok Pesantren Qamarul Hidayah telah ada sejak tahun 1990an, walau pun tempatnya masih menyatu dengan kantor MTS dan


(54)

keberadaan bukunya pun hanya sedikit sekali berkisar enam puluhan dengan jenis buku tetang pengetahuan umum, kitab-kitab dan hukum-hukum Islam. Sampai sekarang perpustakaan kondisinya masih tetap menyatu dengan kantor MTS, namun tidak seperti dahulu pintu masuk ke perpustakaan harus melewati ruang kantor tetapi sekarang pintunya telah dirubah ke lain arah agar para santri bisa menggunakan perpustakaan.


(55)

BAB IV

PONDOK PESANTREN QAMARUL HIDAYAH DAN PERANANNYA DALAM PENINGKATAN PEDIDIKAN

MASYARAKAT GODANG

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang berada di Indonesia. Dalam perjalan sejarah Indonesia, pesantren telah memainkan peranan yang benar dalam usaha memperkuat iman, meningkatkan ketakwaan, membina akhlak mulia, dan pusat pengembangan masyarakat serta mengembangkan swadaya masyarakat muslim di Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena keberadaannya yang sudah lama , tetapi juga karena kultur, metode, dengan jaringan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan tersebut, karena itulah pesantren desebut sebagai sub-kultur masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.1

Pondok pesantren juga sebagai lembaga pendidikan Islam yang Indigenous di tanah air sangat berjasa dalam melahirkan generasi handal disetiap kurun zaman yang tersebar di seluruh Nusantara. Yang tentunya telah melahirkan benyak pemimpin di negeri ini baik pemimpin yang duduk dalam pemerintahan maupun bukan.2Berkata demikian tidaklah berlebihan dengan membuka kembali lembaran sejarah nasional yang mencatat sejumlah sosok penting produk pesantren seperti dalam sejarahnya pesantren telah mampu mencetak kader-kader

1

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S, 1984), cet.6, h. 18

2

M. Dawam Raharjo,Pergulatan Pesantren dari Bawah(Jakarta: P3M, 1985), cet.1 h. 17


(56)

handal yang tidak hanya dikenal potensial, akan tetapi mereka telah mampu mereproduksi potensi yang dimiliki menjadi sebuah keahlian yang layak jual. Seperti halnya di era pertama munculnya pesantren, yaitu pada masa kepemimpinan wali songo pesantren telah mampu melahirkan kader-kader seperti Sunan Kudus (Fuqoha’), Sunan Bonang (Seniman), Sunan Gunung Jati (Ahli

Strategi Perang), Sunan Drajat (Ekonom), Raden Fatah (Politikus dan Negarawan), dan wali-wali yang lain. Mereka telah mampu menundukkan dominasi peradaban majapahit yang telah berkuasa selama berabad-abad, yang dikenal sebagai suatu kerajaan dengan struktur pemerintahan dan pertahanan negara yang cukup disegani dikawasan Asia tenggara. Sejak awal perjuangan kemerdekaan sampai sekarang telah tampil tokoh-tokoh diberbagai bidang yang cukup berpengaruh.3 Maka tidak heran sekarang ini banyak lulusan pondok pesantren yang peranannya cukup diperhitungkan di masyarakat. Banyak lulusan pesantren yang menguasai beberapa bidang terutama bahasa asing (bahasa Arab dan bahasa Inggris).

Pendidikan Islam mulai bersemi dan berkembang pada awal abad ke-20 masehi dengan adanya berbagai pembenahan untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikannya. Berbagai sekolah-sekolah formal mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi didirikan yang dimaksudkan untuk merespon tuntutan zaman. Sehingga, berbagai pesantren malakukan kompetisi dalam menyediakan lembaga-lembaga pendidikan untuk merespon kebutuhan tersebut. Hal ini

3

Amin Haedar, ed.Tranformasi Pesantren Pengembangan Aspek

Pendidikan, Keagamaa dan Sosial, (Jakarta: LekDis dan Media Nusantara, 2006), cet. 1, h. 124


(1)

Nama :KH. Ahmad Dahlan

Jabatan : Tokoh Masyarakat dan pengurus Yayasan Tanggal : 07 Juli 2008 Gondang

1. Bagaimana keadaan ekonomi masyarakat Godang?

• Keadaan ekonomi pada saat itu dibilang sangat memperhatinkan, untuk makan sehari-hari penduduk Godang sudah sangat susah apalagi mereka harus makan nasi, pendudukan hanya bisa mekan krokot (rumput yang bisa diolah menjadi bahan makanan). Dahulu Desa Gondang sebagian adalah rawa-rawa yang luas tapi di musim kemarau, rawa-rawa itu menjadi kering kerontang dan aliran sungai pun sama jiak musim kemarau. Setelah G30 S/PKI penduduk dan tokoh masyarakat bersama-sama gotong royong untuk membuka lahan pertanian dan rumah, maka di uruklah (timbun) rawa-rawa untuk dijadikan lahan pertanian dan perumahan warga dan mulailah perekonomian warga berjalan sedikit demi sedikit.

2. Bagaimana keadaan pendidikan masyarakat Gondang?

• Kalau masalah pendidikan itu sebelum ada MWB (Madrasah Wajib Belajar) yang didirikan oleh Kyai Qamaruddin ya terbilang sangat terbelakang dibandingkan dengan daerah lain. Dulu pendidikan sudah ada tapi baru satu yaitu SR yang di bangun oleh pemerintah. MWB ini berdiri sekitar tahun 1963 tapi belum berjalan masih ada kendala yaitu masalah ekonomi masyarakat yang belum stabil pada waktu itu. Sebelum adanya MWB ini, masyarakat hanya belajar agama Islam saja dan belum berkembang. Setelah tahun 1975an pendidikan masyarakat mulai perlahan-lahan meningkat dari pembangunan SDN Gondang, SD dan SMP Muhammdiyah. Dipihak Yayasan Qamarul Hidayah sendiri mengembangkan dan membangun sekolah umum yang diantaranya, MTS, dan disusul SMK, MA yang paling terakhir itu STIK di Surabaya. Ya terbilang sangat terbelakang di bandingkan di daerah lainnya. Ya maklum saja wong dulu itu perekonomiannya juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Tapi sekarang pendidikan dan ekonomi masyarakat sedikit demi sedikit mengalami perubahan walaupun lamban.

3. Bagaimana peranan Pondok Pesantren Qamarul hidayah Dalam peningkatan pendidikan di Masyarakat?

• Ya… sudah jelas sekali,dari penjelasan yang saya jawab tadi itu termasuknya, jadi kalau saya tarik lagi, peranannya sangat berpengaruh sekali mulai dari awal berdirinya sampai sekarang pondok ini berkembang, Dilihat dari pertama membangun MWB dan PGA pada waktu itu. Namun setelah tahun 1975an tamggal dan bulan saya lupa waku itu, yaaaa pondok ini berkembang karena membuka MTS kemudian SMK dan MA dan terakhir itu STIK Surabaya yang bekerja sama dengan STIKES itu yang saya tahu. Dan perkembangan pendidikan masyarakat menjadi sedikit


(2)

demi sedikit maju walaupun dengan perlahan-lahan. Yaaaa………. Dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Ya banyak sekali pengaruhnya di masyarakat terutama bidang pendidikan dan sosial masyakat yang sekarang kalau tidak salah memiliki lembaga bidang ekonomi untuk mensejahterkan masyarakat.

Interviewe Interviewer


(3)

Nama : Ustadz Rohmat Imron

Jabatan : Bendahara Yayasan Qamarul Hidayah Tanggal : 10 Juli 2008 Gondang

1. Bagaimana peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah dalam peningkatan pendidikan di Masyarakat Gondang?

• Yaaa, peranan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah ini cukup banyak sekali dari awal berdirinya sampai sekarang yang diantaranya, yang pertama adanya sebuah lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat sekolah dari TK, MI, MTS, MA, SMEA, dan STM. Di masyarakat sendiri sangat mendukung sekali dengan adanya sebuah lembaga pendidikan yang bersifat umum apalagi masyarakat Gondang banyak yang kuarang mampu untuk membiayai pendidikan, dengan adanya pendidikan ini masyarakat terbantu karena biaya pendidikan sangat terjangkau oleh masyarakat. Tidak hanya pendidikan saj yang diberikan oleh Yayasan Qamarul Hidayah tetapi juga belajar keterampilan-keterampilan yang telah disediakn oleh Yayasan Qaamrul Hidayah. Agar para santri yang telah lulus dari Pondok Pesantren tidak berpangku tangan oleh oranng lain melainkan bisa usaha dan mandiri. 2. Beban apa saja yang diminimalkan di Yayasan Qamarul Hidayah?

• Yaaaaaaaa….., beban yang diminimalkan itu adalah biaya SPP /bulanya dan uang pangkal pertama kali masuk sekolah. Mereka hanya dibebankan setengah saja karena mwendapat bantuan dari pemerintah dan swasta. Dan bagi santri yang tidak memiliki orang tua beban biaya ditanggung oleh pihak Yayasan dan di asramakan khusus untuk para Yatim piatu. 3. Bagaimana pendapat masyarakat tentang keberadaan Pondok Pesantren Qamarul Hidayah?

• Yaaaaa Alhamdulillah, pendapat masyarakat sangat membantu dengan adanya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah masyarakat tidak terbelakang dengan ilmu pengetahuan dan biaya sekolah tidak terlalu mahal. Apalagi terdapat sekolah menengah kejuruan (SMK) dan MA. 4. Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah?

• Yang metar belakangi adalah ketika Kyai Nur Qa’iman melarikan diri beliau melihat kehidupan desa yang sangat berbau mistik tapi anehnya masyarakat pada waktu telah memeluk agama Islam seluruhnya. Setelah itu belliau menetap bersama-sama dengan pengikuitnya yang lain untuk membuka lahan sebagai tempat tinggal dan mendirikan sebuah Masjid yang masih sederhana. Setelah itu beliau berdakwah kepada masyarakat sekitar untuk mengajak para warga untuk meninggalkan perilakunya, dalam melakukan dahwah itu, beliau masih ada kendala besar karena masyarakat masih sedikit sekali yang mengikuti jejak beliau dan dakwah


(4)

beliau.yaaaa ssingkat cerita pada masa Kyai Qamaruddin ini Pondok Pesantren menjadi yang berubah apalagi masyarakat telah berubah menjadi muslim sejati. Ini karena peran dakwah yang dilakukan oleh Kyai Qamaruddin yang pada waktu itu terjadi Gerakan 30 September/ PKI masyarakat berbondong-bondong meninggalkan rumah untuk bersembunyi di masjid-masjid atau di Pondok Pesantren Qamarul Hidayah, inilah yang membuat sengat Kyai Qamaruddin untuk melakukan penyiaran dakwah Islam dan akhirnya masyarakat menjalankan ibadahnya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW. 5. Bagaimana Keadaan Masyarakat setelah adanya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah?

• Alhamdulillah, ya kehidupannya berubah yang dulunya itu banyak sesajen-sesajen di setiap benda yang dipercaya oleh penduduk sekitar ada penunggunya. Sekarang sudah tidak ada lagi masyarakat yang seperti itu lagi, sekarang ini masyarakat banyak yang mendirikan mushala atau langgar untuk mendirikan shalat dan setiap malam Jum’at mereka mengadakan tahlilan dan slametan baik itu muda ataupun tua mereka berkumpul bersama-sama.

6. Apa Tujun berdirinya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah ?

• Yaaaaaa tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mensejahterakan masyarakat.dan membantu para masyarakat kecil yang tidak mampu menyekolahkan anak-anak. Untuk menyediakan sekolah gratis sampai sekolah lanjut atas.

Interviewe Interviewer


(5)

Nama : Bahrul Anwar, S. os, MM Jabatan : Kepala sekolah SMEA Tempat : Kediaman

Tanggal : 16 Juli 2008 Gondang

1. Bagaimana Keadaan masyarakat sesudah adanya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah?

• Hmmmmmmmm………yaa banyak mengalami perubahan di bidang pendidikan walau pun masih ada yang putus sekolah, ya pihak Yayasan telah berkonsulatsi dengan pihak-pihak terkait untuk mengentaskan pendidikan yang ada di Desa Gondang ini, karena Desa ini terbelakang oleh pendidikan. Pihak Yayasan telah membuat kebijakan antara lain sebelum adanya BOS (Bantuan Opersional Sekolah ) masyarakat dibebankan membayar setengah dari biaya sekolah dengan masing lembaga-lembaga. Setelah ada BOS seluruh biaya sekolah pendidikan gratis dan tidak dipungut biaya sama sekali. Yaaa. Tetap saja masyarakat tidak mahu menyekolahkan anak-anak mereka. Namun di bandingkan dulu masyarakat sudah berubah yang dulunya ya sekitar tahun 1980an masyarakat banyak yang putus sekolah karena mahalnya biaya setiap tahunnya. Unttuk bidang agama masyarakat yang dahulunya memiliki kepercayaan bahwa sebuah ohon itu ada rohnya dan diberikan sesajen walaupun mereka telah menganut agama Islam. Setelah kedatangan Kyai Nur Qa’man dan menetap di Gondang ini, masyarakat sedikit demi sedikit berubah dan beribadah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW itupun berjalan sampai kepemimpinan KH. Murdiyah dan KH. Abdul Majid. Pada kepemimpinan Kyai Qamaruddin ini belilau Pondok Pesantren ini mulai dihormati dan segani oleh masyarakat luas. Sampai sekaranng mayarakat masih menaruh simpati dan menghormati walaupun Kyai Qamaruddin telah wafat setelah kejadian 30 September.

2. Bagaimana peranan Pondok Pesantren Qamarul hidayah dalam peningkatan pendidikan masyarakat Gondang?

• Peranan yang dilakukan di masyarakat sangat berarti sekali, karena masyarakat sangat terbantu oleh kehadiran Yayasan Pendidikan Qamarul Hidayah yang memiliki beberapa lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Dan biaya yang cukup terjangkau oleh masyarakat dan di tambah lagi dengan adanya panti asuhan yang di khususkan bagi santri atau masyarakat yang yatim piatu. Misalkan di pendidikan formal yang dahulunya hanya MI kemudian MTS. MTS ini memiliki program yang diantaranya para siswa-siswi dapat mempelajari , mengakses dan dapat berbahasa asing, terakhir SMK yang bertujuan untuk menyiapkan para siswa siap menghadapi di dunia kerja, bersemangat untuk membuka usaha sendiri atau wira usaha. Dan untuk Madrasah Aliyah berjutuan untuk para siswa yang telah lulus dapat mahir berbahasa arab terutama bahasa Ingris dan melanjutkan ke perguruan tinggi negeri dan swasta.


(6)

3. Apa Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah?

• Membina warga dan santri agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua kehidupan serta mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, sehat lahir dan batin. Serta meningkatkan pendidikan di masyarakat dan memberantas buta huruf di masyarakat. Pengetahuan serta pemahaman tentang islam secara sistematis dan holistik, baik pengetahuan tentang islam sebagai agama, sebagai ajaran, maupun sebagai kebudayaan, yakni agama sebagai pandangan dan cara hidup yang di kembangkan oleh berbagai lapisan umat islam di dunia dari segala zaman. Kemampuan pengetahuan mengenai persoalan sosial dan perkembangan zaman yang ada dewasa ini, khususnya tentang persoalan-persoalan aktual yang dihadapi umat islam dalam kerangka mengawal transformasi sosial-budaya dari kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi. Kemampuan dalam menelusuri dan mengambil inti sari khazanah keilmuan, khususnya tentang pengetahuan keislaman, dengan pengetahuannya mengenai persoalan zaman, menetapkan tujuan dan langkah-langkah strategis bimbingan umat yang mantap dan berkesinambungan.

4. Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Qamarul Hidayah? • Yang melatar belakangi berdirinya pondok pesantren ini adalah

meningkatkan ilmu pengetahuan agama Islamm dan pengetahuan umum dimana masyarakat pada waktu itu terbelakang sekali. Maka Kyai nur Qa’iman mendirikan sebuah masjid untuk tempatshalat sekaligus tempat sebagai diskusi dan penyiaran agama Islam. Yaaaa itupun berjalan lama sekali samapi pada KH. Murdiyah, KH. Abdul Majid, setelah itu baru pada Kyai Qamaruddin masyarakat berubah total dan menjalankan ibadah sesuai dengn ajaran Islam. Setelah itu barulah mendirikan sebuah pendidikan umum yang pada waktu itu masyarakat terbelakang oleh pendidikan dan informasi dari luar dan masih banyaknya masyarakat yang buta huruf.

Interviewe Interviewer