BAB IX - DOCRPIJM 15091795669 BAB IX DOK

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN
ACEH TENGGARA
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Provinsi,

dan

Pemerintahan

Daerah


Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta
Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah

Kabupaten/Kota

terus

didorong

untuk

meningkatkan

belanja

pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah
perlu


juga

perlu

mengalokasikan

anggaran

belanja

untuk pengoperasian,

pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali

pemerintah

daerah


memiliki

keterbatasan

fiskal dalam

mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung
meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa
pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan
dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan
dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung
pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan
adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat
langkah-langkah peningkatan

investasi

disusun

pembangunan bidang Cipta Karya di


daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada
dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi

kapasitas

belanja

pemerintah

daerah

dalam

melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

1


RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari
masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan
bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta
Karya.

9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi
daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam
hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan


pemerintahan yang

menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:
untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah
yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi
2

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan
DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
Sedangkan

DAK

digunakan

untuk

mendanai

kegiatan khusus yang


ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan
besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.
4.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman
pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan
ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan
urusan bersama

diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber

pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai

dengan urusan yang didesentralisasikan.
5.

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011
Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah,
Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta
Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a.

total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b.

memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

3


RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

c.

persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d.

tidak mempunyai tunggakan

atas pengembalian pinjaman yang

bersumber dari pemerintah;
e.

pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD


6.

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005
Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis

infrastruktur permukiman yang

dapat

dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,
infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan
Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a.

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b.

Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung.

c.

Pembiayaan

Daerah

meliputi:

Pembiayaan

Penerimaan

dan

Pembiayaan Pengeluaran.
8.

Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010
Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

Dana Alokasi Khusus Bidang

Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK
bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a.

Bidang Infrastruktur Air Minum
4

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir
dan

permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK

diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan
memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang
mempertimbangkan:

b.



Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;



Tingkat kerawanan air minum.

Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi
(air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan
kepada

masyarakat

berpenghasilan

rendah

di

perkotaan

yang

diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK
Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria
teknis:

9.



kerawanan sanitasi;



cakupan pelayanan sanitasi.

Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum
yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri:
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian
PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus
mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan
urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
5

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup
sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam
RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1.

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi
Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2.

Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3.

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4.

Dana

Swasta

pemerintah

dan

meliputi
swasta

dana

yang

(KPS),

berasal

maupun

dari

skema

skema

kerjasama

Corporate

Social

Responsibility (CSR).
5.

Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6.

Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. PROFIL APBD KABUPATEN ACEH TENGGARA
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun
terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5
6

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13
Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1.

Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

2.

Pendapatan daerah

yang

meliputi:

Pendapatan Asli

Daerah,

Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
3.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.

7

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 9.1.
Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
PENDAPATAN
DAERAH

Tahun 2009

Tahun 2010

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA
NA

Pendapatan Hibah
Dana Darurat
DBH Pajak dari Pemda
Lainnya

Rp

Tahun 2013

Rp

%

Rp

%

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

Dana Penyesuaian &
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
Provinsi/ Pemda Lain
Pendapatan Lainnya

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

Total Pendapatan

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain
Pendapatan Daerah
yang Sah

%

Tahun 2012
%

(1)
Pendapatan Asli
Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Zakat
dipisahkan
Lain-Lain PAD

Rp

Tahun 2011

Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

8

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 9.2
Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Aceh Tenggara
BELANJA DAERAH
(1)
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga Belanja
Subsidi Belanja Hibah

Tahun 2009
Rp
(2)

%
(3)

Tahun 2010

Tahun 2011

Rp
(4)

Rp
(6)

%
(5)

Tahun 2012
%
(7)

Rp
(8)

Tahun 2013
%
(9)

Rp
(10)

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

Belanja Bansos
Bantuan Pemda lain Belanja
Tidak Terduga

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

NA
NA
NA

Total Belanja
Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

9

%
(11)

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Tabel 9.3
Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Rp
(2)

Rp
(4)

Rp
(6)

%
(3)

%
(5)

%
(7)

Tahun 2012

Tahun 2013

Rp
(8)

Rp
(10)

%
(9)

(1)
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SiLPA Pencairan
Dana Cadangan
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah Penerimaan
Pinjaman dan Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman
Piutang Daerah Belanja
Hibah

NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA

Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pembayaran
Pokok Pinjaman Pemberian
Pinjaman Daerah

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA

Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

10

%
(11)

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun
terakhir

yang

bersumber

dari

APBN,

APBD,

perusahaan

daerah

dan

masyarakat/swasta.

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari
APBN dalam 5 Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur
sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang
ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan
Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No.
14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu
dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya
di daerah tersebut.

Tabel 9.4.
Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Aceh Tenggara dalam 5 Tahun Terakhir
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Sektor
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pengembangan Air Minum

NA

NA

NA

NA

NA

Pengembangan PLP

NA

NA

NA

NA

NA

Pengembangan Permukiman

NA

NA

NA

NA

NA

Penataan Bangunan & Lingkungan

NA

NA

NA

NA

NA

Total
Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

11

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana
APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan
air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir
dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak
skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan

melalui

proses

pemberdayaan

masyarakat.

Besar

DAK

ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun
terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.5.
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Aceh Tenggara
dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Jenis DAK
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
DAK Air Minum
NA
NA
NA
NA
NA
DAK Sanitasi
NA
NA
NA
NA
NA
Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

9.3.2.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah

Kabupaten/Kota

memiliki

tugas

untuk

membangun

prasarana

permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir.
Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional
dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

12

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Sektor
(1)

Tabel 9.6
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2009
Tahun - 2010
Tahun – 2011
Tahun - 2012
Tahun - 2013
Alokasi
%
Alokasi
%
Alokasi
%
Alokasi
%
Alokasi
%
(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Pengembangan Air
Minum

NA

NA

NA

NA

NA

Pengembangan
PPLP

NA

NA

NA

NA

NA

Pengembangan
Permukiman

NA

NA

NA

NA

NA

Penataan Bangunan
dan Lingkungan

NA

NA

NA

NA

NA

Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya

NA

NA

NA

NA

NA

Total Belanja APBD
Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

13

(11)

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 9.7.
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2009

Tahun - 2010

Tahun – 2011

Tahun - 2012

Sektor

Alokasi
APBN

DDU
B

Alokasi
APBN

DDUB

Alokasi
APBN

DDUB

Alokasi
APBN

DDUB

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Tahun - 2013
Alokasi
APBN
(10)

Pengembangan Air
Minum

NA

NA

NA

NA

NA

Pengembangan
PPLP

NA

NA

NA

NA

NA

Pengembangan
Permukiman

NA

NA

NA

NA

NA

Penataan Bangunan
dan Lingkungan

NA

NA

NA

NA

NA

Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya

NA

NA

NA

NA

NA

Total Belanja APBD
Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

14

DDUB
(11)

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah
untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di
kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah
dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

9.3.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya
dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social
oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai
sumber

pendapatan

pemerintah

daerah

(profit

oriented).

Ada

beberapa

perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya,
seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi

perusahaan

daerah

perlu

dipahami

untuk

melihat

kemampuan

perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara
berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu
alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang
Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan
aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah
ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status
sehat, kurang sehat atau sakit.

9.3.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan

dengan

terbatasnya

kemampuan

pendanaan

yang

dimiliki

pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan
infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
untuk

kegiatan

yang

berpotensi

cost-

recovery

atau

Corporate

Social
15

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Responsibility

(CSR)

untuk

kegiatan

non-cost

recovery.

Dasar

hukum

pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No.
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal.

16

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Kegiatan

Tabel 9.8.
Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir
Komponen
Satuan
Tahun
Nilai (Rp)
KPS
Volume

(1)
Pengembangan Air Minum
-…
-…
Pengembangan PPLP
-…
-…
Pengembangan Permukiman
-…
-…
Penataan Bangunan dan Lingkungan
-…
-…

Skema KPS

Ket.
(7)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

NA
NA

Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

17

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

9.4. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM)
maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi
perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan
dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam
lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi
tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 9.9.
Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Realisasi
Proyeksi
Persentase
Komponen APBD
Pertumbuhan
2012 2013 2014
2015 2016
2017 2018 2019
(1)
Pendapatan Asli
Daerah
Dana Perimbangan
DAU
DBH
DAK
- DAK Air Minum
- DAK SAnitasi
Lain Lain
Pendapatan yang
Sah
Total APBD

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

NA

NA

NA

%

NA

NA

NA

NA

NA

NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA

%
%
%
%
%

NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA

NA
NA
NA
NA
NA

NA

NA

NA

%

NA

NA

NA

NA

NA

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx

Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah
(DSCR).

18

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan
kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan.
Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang
PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun
ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.
Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat
(obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi

ketentuan

rasio

kemampuan

keuangan

daerah

untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

19

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan
atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt

Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal
adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar
pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah

9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam
bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun
persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki
rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan.

9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu
menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama
pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.
Tabel 9.10.
Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama
Kegiatan
(1)
NA
NA
NA

Deskripsi
Kegiatan

Biaya
Kegiatan (Rp)

(2)
NA
NA
NA

(3)
NA
NA
NA

Kelayakan
Finansial
(4)
NA
NA
NA

Keterangan
(5)
NA
NA
NA

Catatan : NA = Not Available (Data Tidak Tersedia)

20

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

9.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan
Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya
yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah,
serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi
peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong
pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil
analisis yang telah dilakukan.

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada
dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk
meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

21