BAB IX - DOCRPIJM 997985e002 BAB IX03 BAB IX Aspek Pembiayaan

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN Berdasarkan peraturan perundangan, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan

  pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.1. Profil Perkembangan APBD Kabupaten Kudus

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Kudus selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a.

  Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. b.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  c.

9.1.1. Kinerja Pendapatan

  Kinerja pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten. Capaian anggaran menunjukkan prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintah Daerah, yang digambarkan oleh besanya perkembangan realisasi anggaran pendapatan. Capaian perkembangan realisasi pendapatan dan proporsi % (persentase) rata-rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah yang memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan sebagai potensi sumber pendapatan di masa datang. Gambaran kinerja capaian realisasi dan trend perkembangan realisasi anggaran pendapatan dalam APBD Kabupaten Kudus untuk periode 2008-2014 disajikan pada tabel berikut ini :

  

Tabel IX.1

Perkembangan Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah

Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 PENDAPATAN

  

Pendapatan Asli Daerah 71.520.067.976,83 83.045.780.415,88 94.032.742.826 108.458.832.665,00 113.622.250.000,00 144.967.592.035 204.141.611.000,00

Dana Perimbangan 5 90.952.702.372,00 599.799.512.219,00 623.439.210.189 669.997.974.734,00 825.699.250.000,00 954.512.784.000 964.141.847.319,00

Lain-lain Pendapatan 1 12.165.812.617,00 224.084.109.102,00 120.005.243.507 226.775.755.580,00 163.144.617.000,00 286.675.207.848 265.027.873.733,00

  7 74.638.582.965,83 906.929.401.736,88 837.477.196.522 1.005.232.562.979,00 1.102.466.117.000,00 1.386.155.584.659 1.229.169.721.052,00 JUMLAH PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak daerah 15.745.884.037,00 19.592.883.982,00 21.681.679.660,00 36.687.744.537,00 34.703.372.000,00 58.209.756.519 77.418.976.170

Retribusi daerah 44.428.917.000,00 46.876.816.635,00 55.623.646.110 54.598.618.519,0 16.220.872.000,00 15.588.523.244 17.147.375.568

Hasil pengelolaan kekayaan 1.894.556.909,00 2.447.274.077,00 3.879.533.064 4.619.012.799,00 4.505.015.000,00 4.318.220.147 5.181.864.176 daerah yang dipisahkan

Lain2 PAD yg sah 9.450.710.030,83 14.128.805.721,88 12.847.883.992 12.553.456.810,00 58.192.991.000,00 66.851.092.125 122.337.498.589

  JUMLAH 7 74.638.582.965,83 906.929.401.736,88 837.477.196.522 1.005.232.562.979,00 1.102.466.117.000,00 1.386.155.584.659 1.229.169.721.052,00

Sumber: Tim Penyusun, 2015

LAPORAN AKHIR

  IX-3 Dari tabel diatas dapat diketahui perkembangan proporsi realisasi pendapatan daerah di Kabupaten Kudus pada 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Jumlah pendapatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 secara total tidak selalu mengalami peningkatan yaitu fluktuatif. Hal itu dapat dilihat pada tabel IX.1 di atas. Proporsi pendapatan tebesar yang diperoleh yaitu pada tahun 2013 senilai Rp. 1.386.155.584.659.

  Jika dilihat dari tahun 2008 PAD Kabupaten Kudus mengalami peningkatan. Pendapatan tertinggi diperoleh dari hasil sektor lain-lain PAD yang sah yaitu peningkatannya mencapai 66.851.092.125 pada tahun 2013. Penyebab terjadinya perkembangan kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan per tahun karena faktor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Potensi ke depan yang dimiliki Kabupaten Kudus dari sisi pendapatan daerah adalah: 1) Dilihat dari proporsi perkembangan, maka PAD merupakan potensi yang dapat digali untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan daerah; 2) Pendapatan Lain yang Sah yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

9.1.2. Belanja Langsung dan Tidak Langsung

  Perkembangan proporsi realisasi Belanja terhadap Anggaran menunjukkan perkembangan kinerja yang dicapai dalam pengelolaan belanja. Makin kecil proporsi realisasi anggaran dibanding dengan belanja anggaran (penetapan), maka makin baik atau makin efisien pengelolaan anggaran belanja APBD Kabupaten Kudus. Tabel berikut menunjukkan kinerja realisasi anggaraan belanja APBD Kabupaten Kudus 2010-2014.

  

Tabel IX.2

Perkembangan Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Uraian

  Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

  1 BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai 472.447.595.357 507.984.497.549 580.192.246.240 647.389.397.621 815.347.426.000 Belanja Bunga 84.912.367 70.801.380 1.054.653.530 44.378.263 70.802.000

  • - - - - - Balanja Subsidi

  Belanja Hibah 43.293.175.870 37.800.533.500 38.878.555.008 25.607.571.733 46.029.515.000 Belanja Bantuan Sosial 33.814.183.320 27.328.859.000 26.663.285.000 24.098.658.500 32.371.987.000 Belanja Bagi Hasil Kepada 2.501.320.000 2.732.069.950 4.321.279.650 4.319.038.625 6.181.567.000 Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tak Terduga 896.850.000 1.449.383.200 1.870.960.500 3.991.500 3.000.000.000 Jumlah Belanja Tidak Langsung 573.942.413.764 598.652.921.429 683.900.756.778 738.734.501.503 947.813.401.000

  2 BELANJA LANGSUNG

  • - - - - - Belanja Pegawai
  • - - Belabja Barang
  • - - -

  Belanja Modal -

  • - - - - - - - Jumlah Belanja Langsung
  • - - Jumlah Belanja Daerah 573.942.413.764 598.652.921.429 683.900.756.778 738.734.501.503 98.360.995.986,00 Jumlah Pendapatan Daerah 837.477.196.522 1.005.232.562.979,00 1.102.466.117.000,00 1.386.155.584.659 1.229.169.721.052,00 Surplus/(Derfisit) 263.534.782.758 406.579.641.550,00 418.565.360.222,00 647.421.083.156 1.130.808.725.066,00

  

Sumber: Tim Penyusun, 2015

LAPORAN AKHIR

  IX-5 Realisasi belanja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana dari Pendapatan yang diperoleh. Semakin kecil realisasi belanja menunjukkan kinerja yang baik karena terbuka peluang diperolehnya surplus anggaran. Selain dari proporsinya belanja juga perlu dilihat dari jenisnya.

  Struktur belanja daerah Kabupaten Kudus didominasi Belanja Tidak Langsung, dengan proporsi yang cenderung meningkat dari sebanyak 573.942.413.764 pada tahun 2010 menjadi 947.813.401.000 pada tahun 2014. Potensi ke depan yang bisa dilakukan untuk mencapai penghematan adalah mempertahankan atau bahkan kalau bisa menekan proporsi belanja pegawai. Tantangannya adalah kebutuhan belanja barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya penurunan anggaran belanja operasi tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kudus dapat menekan belanja pegawai, maka hal ini patut dilakukan. Namun tentunya pembatasan kuantitas gaji dan tunjangan pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan agar tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah tenaga kerja juga dapat diimbangi dengan peningkatan penggunaan teknologi agar dapat dilaksanakan pelayanan yang cepat dan efisien. Di lain pihak kebutuhan pembangunan baik dalam bentuk belanja barang maupun belanja modal meningkat secara signifikan.

9.1.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah

  Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan, maupun berupa Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: (1) Transfer ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.

  .

  

Tabel IX.3

Perkembangan Pembiayaan Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Uraian

  Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 PENERIMAAN PEMBIAYAAN

  A Penggunaan Sisa Lebih 127.299.510.384,79 127.299.510.384,79 107.353.526.000 109.597.422.000

  1 Pembiayaan Anggaran (SILPA)

  • Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

  318.129.557.148,00

  2 Tahun Anggaran Sebelumnya Penerimaan Kembali Pemberian

  • 380.580.000,00 - - - Dana Talangan Pengadaan

  3 Pangan Dari Lembaga Usaha Ekonomi

  • Penerimaan Kembali Pinjaman 3.521.770.133

  4 Daerah Penerimaan Kembali pemberian 1.800.000.000 1.200.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 5 dana talangan dari LUEP

  380.580.000,00

  

6 Jumlah Penerimaan Pembiayaan 127.299.510.385 60.175.170.035 109.853.526.000 112.097.422.282 324.242.714.884,00

PENGELUARAN PEMBIAYAAN B

  1

  • - - - Pembentukan Dana Cadangan
  • - Penyertaan Modal Pemerintah 8.663.140.000 18.579.500.000 6.519.500.000 6.000.000.000,00

  2 Daerah Pembayaran Pokok Utang 113.157.736 113.157.736 115,000,000 113.157.736 113.157.736,00

  3 Pemberian dana talangan 2.000.000.000 1.800.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000

  4 pengadaan pangan kepada LUEP

  • - 0,00 - -
  • - Pemberian Dana Talngan

  Pengadaan Pangan Kepada

  5 Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan Jumlah Pengeluaran 12.776.297.736 3.713.157.736 21.194.500.000 9.132.657.736 6.113.157.736,00

  6 Pembiayaan Pembiayaan Netto 88.659.026.000 318.129.557.148,00

  Sisa Lebih Pembiayaan 1.448.938.282.214,00

  Anggaran Tahun Berkenaan

Sumber: Tim Penyusun, 2015

LAPORAN AKHIR

  IX-7

9.2. Profil Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya (APBN, APBD PROV, APBD Kabupaten Kudus, Swasta, Masyarakat) 9.2.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN

  

Tabel IX.4

Perkembangan Alokasi APBN Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam 4 Tahun Terakhir

  Sektor 2012 2013 2014 2015

Pengembangan Air Minum 2.714.600.000 62.395.073.000 6.148.233.000 62.275.803.000

Pengembangan PLP 8.396.440.000 120.020.000.000 16.200.000.000 14.450.000.000

Pengembangan Permukiman 10.000.000.000 26.600.000.000 124.764.000 .000 22.130.660.000

Penataan Bangunan & Lingkungan 27.127.500.000 26.300.000.000 20.774.000.000 38.338.000.000

Total 48.238.540.000 235.315.073.000 43.122.233.000 137.194.463.000

  

Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Kudus Tahun 2012-2015 dan Tim Penyusun, 2015

  Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi APBN yang diberikan untuk Kabupaten Kudus mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2012, alokasi APBN sebesar Rp. 48.238.540.000. mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi RP. 235.315.073.000 kemudian menurun di tahun 2014 menjadi Rp. 43.122.233.000. Prosentase alokasi dana APBN terbesar untuk tahun 2012 ada di sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yaitu sebanyak Rp. 8.510.000.000., pada tahun 2013 alokasi terbanyak yaitu pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman sebesar Rp. 120.020.000.000, Pada tahun 2014 alokasi terbanyak yaitu pada sektor Pengembangan Permukiman yaitu sebesar Rp. 124.764.000 .000 sedangkan pada tahun 2015 alokasi terbesar yaitu pada sektor pengembangan air minum yaitu sebesar Rp. 62.275.803.000.

  Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD 9.2.2.

  Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Kudus selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  

Tabel IX.5

Perkembangan Alokasi APBD Provinsi

Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam 4 Tahun Terakhir

  2012 2013 2014 2015 Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi

Pengembangan Air Minum 2.800.000.000 14.939.500.000 4.000.000.000 17.180.425.000

Pengembangan PLP 4.790.000.000 28.075.000.000 17.400.000.000 5.100.000.000

Pengembangan Permukiman 8.510.000.000 11.480.000.000 8.330.000.000 6.080.000.000

Penataan Bangunan & Lingkungan 110.000.000 26.061.840.000 3.600.000.000 3.225.000.000

Total APBD Cipta Karya 16.210.000.000 80.556.340.000 33.330.000.000 31.585.425.000

  

Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Kudus Tahun 2012-2015 dan Tim Penyusun, 2015 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di sektor Cipta Karya mengalami pertumbuhan fluktuatif. Pada tahun 2012, alokasi APBD di sektor Cipta Karya sebesar Rp. 16.210.000.000 tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 80.556.340.000 dan pada tahun 2014 menurun kembali Rp. 33.330.000.000 dan pada tahun 2015 kembali menurun menjadi Rp. 31.585.425.000. Prosentase alokasi dana APBD Provinsi terbesar untuk tahun 2012 ada di sektor pengembangan permukiman yaitu sebanyak Rp. 8.510.000.000., pada tahun 2013 alokasi terbanyak yaitu pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman sebesar Rp. 28.075.000.000. Pada tahun 2014 alokasi terbanyak yaitu juga pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu sebesar Rp. 17.400.000.000 sedangkan pada tahun 2015 alokasi terbesar yaitu pada sektor pengembangan air minum yaitu sebesar Rp. 17.180.425.000.

  

Tabel IX.6

Perkembangan Alokasi APBD Kabupaten Kudus

Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam 4 Tahun Terakhir

  2012 2013 2014 2015 Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi

Pengembangan Air Minum 1.431.352.000 14.221.950.000 3.867.500.000 13.030.118.000

Pengembangan PLP 19.400.807.000 85.705.000.000 42.640.000.000 35.614.000.000

Pengembangan Permukiman 10.709.800.000 9.742.000.000 6.177.000.000 4.612.000.000

Penataan Bangunan & Lingkungan 6.038.050.000 15.095.825.000 28.065.000.000 5.060.000.000

Total APBD Cipta Karya 37.580.009.000 124.764.775.000 80.749.500.000 58.316.118.000

  Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Kudus Tahun 2012-2015 dan Tim Penyusun, 2015

  Berdasarkan data diatas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di sektor Cipta Karya mengalami pertumbuhan fluktuatif. Pada tahun 2012, alokasi APBD di sektor Cipta Karya sebesar Rp. 37.580.009.000 tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 124.764.775.000 dan pada tahun 2014 menurun kembali Rp. 80.749.500.000 dan pada tahun 2015 kembali menurun menjadi Rp. 58.316.118.000. Prosentase alokasi dana APBD Kabupaten terbesar untuk tahun 2012 ada di sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu sebanyak Rp. 19.400.807.000., pada tahun 2013 alokasi terbanyak yaitu juga pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman sebesar Rp. 85.705.000.000, Pada tahun 2014 alokasi terbanyak yaitu juga pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu sebesar Rp. 42.640.000.000 sedangkan pada tahun 2015 alokasi terbesar yaitu pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu sebesar Rp. 35.614.000.000.

9.3. Proyeksi Dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya 9.3.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

  

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi

atas dasar trend historis.

  

Tabel IX.7

Proyeksi Pendapatan APBD Kabupaten Kudus Dalam 5 Tahun Terakhir (Rp)

Uraian

  Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah 144.967.592.035 204.141.611.000,00 244.239.703.843 292.213.981.468 349.611.507.144 418.283.222.841

Dana Perimbangan 954.512.784.000 964.141.847.319,00 1.050.914.613.578 1.145.496.928.800 1.248.591.652.392 1.360.964.901.107

Lain-lain Pendapatan 286.675.207.848 265.027.873.733,00 344.536.235.853 447.897.106.609 582.266.238.591 756.946.110.169

JUMLAH PENDAPATAN 1.386.155.584.659 1.229.169.721.052,00 1.338.833.308.829 1.458.280.820.077 1.588.385.153.089 1.730.097.084.058

  

Pajak daerah 58.209.756.519 77.418.976.170 102.967.238.306 136.946.426.948 182.138.747.840 242.244.534.628

Retribusi daerah 15.588.523.244 17.147.375.568 18.862.113.125 20.748.324.438 22.823.156.882 25.105.472.570

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 4.318.220.147 5.181.864.176 6.218.237.012 7.461.884.414 8.954.261.297 10.745.113.556

dipisahkan

Lain2 PAD yg sah 66.851.092.125 122.337.498.589 223.877.622.417 409.696.049.024 749.743.769.714 1.372.031.098.576

JUMLAH 1.386.155.584.659 1.229.169.721.052,00 1.338.833.308.829 1.458.280.820.077 1.588.385.153.089 1.730.097.084.058

  

Sumber: Tim Penyusun, 2015

LAPORAN AKHIR

  IX-10 Dari perhitungan proyeksi pendapatan APBD Kabupaten Kudus, dapat diproyeksikan total pendapatan Kabupaten Kudus sampai dengan tahun 2018 sebesar Rp. 1.730.097.084.058 dengan perincian PAD sebesar dana perimbangan, pajak daerah, retibusi, BUMD dan lain-lain PAD yang sah.

  Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah

  dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

   Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang berlaku.

   Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan.

  Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:  Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;  Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

   Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

   Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  DSCR = PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

  Batas jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban APBD menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

9.3.2. Rencana Program Teknik Potensial di Bidang Cipta Karya A. Rencana Program Business Plan PDAM

  Rencana program teknik potensial di bidang Cipta Karya meliputi Rencana Program Business Plan PDAM. Diharapkan, dengan adanya program tersebut dapat memecahkan permasalahan penyediaan air bersih di Kabupaten Kudus sehingga masyarakat dapat terlayani oleh air bersih.

  Kegiatan ini menggunakan pembiayaan dari sektor APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut :

  

Tabel IX.8

Rencana Program Business Plan Padam Kudus Tahun 2016-2020

No. Program dan jenis kegiatan Volume Satuan Sumber Dana

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.

I. Bidang Teknik dan Operasional

A. Program Peningkatan Cakupan pelayanan

  3 Program pemasangan sambungan rumah IKK Jekulo PDAM Kudus 1.658 unit Penambahan Kapasitas Air Baku 20 lt/dt 2 unit APBN/APBD/PDAM

  4 Program pemasangan sambungan rumah IKK Bae PDAM Kudus 2.479 unit Penambahan Kapasitas Air Baku 45 lt/dt - unit APBD/PDAM

  6 Program pemasangan sambungan rumah IKK Kaliwungu PDAM Kudus 1.520 unit Penambahan Kapasitas Air Baku 20 lt/dt - unit APBD/PDAM

  7 Program pemasangan sambungan rumah IKK Mejobo PDAM Kudus 510 unit

  2 Program pemasangan sambungan rumah IKK Gebog PDAM Kudus 3.259 unit Penambahan Kapasitas Air Baku 45 lt/dt 5 unit APBN/APBD/PDAM

  1 Program pemasangan sambungan rumah IKK Undaan PDAM Kudus 7.396 unit PDAM Penambahan Kapasitas Air Baku 29 lt/dt

  3 unit APBN/APBD/PDAM

  No. Program dan jenis kegiatan Volume Satuan Sumber Dana Penambahan Kapasitas Air Baku 10 lt/dt - unit APBD/PDAM

  8 Program pemasangan sambungan rumah IKK Jati PDAM Kudus 2.757 unit Penambahan Kapasitas Air Baku 10 lt/dt 1 unit APBD/PDAM

  9 Program pemasangan sambungan rumah IKK Kota PDAM Kudus 9.252 unit Penambahan Kapasitas Air Baku 70 lt/dt - unit APBD/PDAM

  B Total Kebutuhan Pipa Transmisi Distribusi Perluasan Jaringan dan Cakupan Layanan

   30.921 unit sr APBN/APBD/PDAM C

  Melakukan rehabilitasi dan penyempurnaan sistem jaringan distribusi eksisting

APBN/APBD/PDAM

  

D Rehabilitasi dan Penyempurnaan Sistim Produksi + ME APBN/APBD/PDAM

E Menurunkan Tingkat Kehilangan Air - APBN/APBD/PDAM

D Maintenance

APBN/APBD/PDAM

  Sumber : Rencana Program Business Plan Padam Kudus B.

   Pembiayaan penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

  Berdasarkan amanat dari UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang dimana syarat luas RTN minimal sebsar 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik minimal 20% dan RTH privat minimal 10%, mengacu pada RTRW Kabupaten Kudus yang menetapkan luas kawasan perkotaan (baik kawasan perkotaan maupun ibukota Kecamatan) sebssar 9.884 ha, maka target pemenuhan luasan RTH di Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut  RTH publik seluas 20% dari luas perkotaan atau sekitar 1.977 ha.

   RTH Privat seluas 10% dari luas perkotaan atau sekitar 988 ha  Total RTH punlok dan privat adalah 2.965 ha Oleh karena itu untuk mencapai target tersebut diperlukan Penyusunan Master Plan Ruang Terbuka Hijau dalam jangka waktu 20 tahun kedepan. Dengan indikasi program sebagai berikut  Usulan program yakni program pembangunan dan pengembangan RTH terpilih yang diindikasikan memiliki bobok kepentingan masyarakat  Lokasi yakni tempat program tersebut dilaksanakan  Sumber dana yakni pendanaan dalam pembangunan dan pengembangan RTH yang berasal dari APBD Kota, APBD propinsi, APBN, maupun aspirasi masyarakat.

   Instansi pelaksana yaitu pihak pelaksana program yang terdiri dari pemerintah, swasta, dan masyarakat.  Waktu pelaksanaan yaitu jangka waktu pelaksanaan program dalam rangka pemenuhan tujuan masterplan RTH Kabupaten Kudus.

  

Tabel IX.9

Indikasi Program Pembangunan RTH Perkotaan Kabupaten Kudus

No Tahapan Kegiatan Lokasi Sumber Dana

  

Tahap Pra Kontruksi

  Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) Kemampuan pendanaan yang berasal dari APBN dapat diproyeksikan dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kemampuan pendanaan dari APBN dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  Kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dilihat pada uraian berikut ini : a)

  Keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dilakukan untuk melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

   Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sumber : Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Kudus 9.4.

  2 Perawatan vegetasi dan street furniture pada RTH

  1 Pengaturan PKL pada RTH APBD, APBN

  

Tahapan Operation and Maintenance

  8 Pengembangan Sempadan Sungai Wulan Tanggulangin Undaan APBD

  7 Pembangunan RTH Ring Road Utara Ring Road Utara APBD

  6 Pengembangan Pemakaman Kaliputu Kaliputu APBD

  5 Pengembangn Makam Mayor Basuno Ploso Jati APBD

  4 Pembangunan Taman Hutan Kota Tanggulangin Jati APBD, APBN

  3 Pembangunan Taman Hutan Kota Jekulo Jekulo APBD

  2 Pengembangan Taman Budaya Bae Bae APBD

  1 Pengembangan Taman Ganesha Purwosari APBN

  

Tahap Kontruksi

  5 Pembebasan Lahan APBD, APBN, Aspirasi masyarakat

  4 Penjaringan Investor dan tender pihak swasta yang mengerjakan pembangunan APBD

  3 Survey Lapangan APBD

  2 Perijinan APBD

  1 Sosialisasi Program APBD

APBD, APBN

9.4.1. Kemampuan Keuangan Daerah

  

Tabel IX.10

Proyeksi Pendanaan Dari Pemerintah Pusat

Sektor 2016 2017 2018 2019

  

Pengembangan Air Minum 68.503.383.300 75.353.721.630 82.889.093.793 91.178.003.172

Pengembangan PLP 15.895.000.000 17.484.500.000 19.232.950.000 21.156.245.000

Pengembangan Permukiman 24.343.726.000 26778098600 29455908460 32401499306

Penataan Bangunan & 42.171.800.000 46.388.980.000 51.027.878.000 56.130.665.800

Lingkungan

Total 150.913.909.300 166.005.300.230 182.605.830.253 200.866.413.278

  

Sumber: Tim Penyusun, 2015

  Dari tabel diatas dapat diketahui proyeksi besaran pendanaan bidang Cipta Karya dari APBN dengan menggunakan asusmsi terjadi peningkatan 10% setiap tahunnya. Total proyeksi pendanaan untuk tahun 2016 sebesar Rp. 150.913.909.300 dan tahun 2019 sebesar Rp. 200.866.413.278 9.4.2.

   Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

  a.

   Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota

  Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kabupaten Kudus dapat dilakukan melalui peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB. Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan melalui DDUB, Pemerintah Kabupaten Kudus perlu membuat komitmen dalam rencana pengembangan dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah Kabupaten Kudus sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.

  b.

   Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran

  Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan strategi kebijakan keuangan daerah berikut:

  1. Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan daerah, khususnya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

  2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah.

  3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.

  4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah.

  5. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah.

  6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah. Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-undang tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui: 1.

  Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.

  2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.

  c.

   Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah

  Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi :

  1. Reformasi Misi Perusahaan Daerah

  a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat; b)

  Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan; c)

  Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian social; d)

  Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC).

  2. Restrukturisasi Perusahaan Daerah

  Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis;Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena selama ini Perusahaan Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah satu sumber keuangan daerah; Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu : a)

  Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi yang tersedia; b)

  Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang bersangkutan.

  3. Profitisasi Perusahaan Daerah

  Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut : a)

  Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia; b)

  Mengarahkan Perusahaan Daerah untuk dapat berbisnis secara terfokus dan terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional; c)

  Bagi Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu; d)

  Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test; e)

  Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.

  4. Privatisasi Perusahaan Daerah

  Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan, profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah, serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal. Perusahaan Daerah infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi Stragis dengan operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Untuk memelihara sense of belonging, daerah/ Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha di daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan pengawasan di berbagai bidang.

  d.

  

Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan

Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilakukan melalui :

  1. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah.

  Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang sudah ada saat ini. Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak Dispenda mencari sumber-sumber pajak dan retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.

  2. Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.

  Peningkatan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi terharap Perda Pajak dan Retribusi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga menumbuhkan kesadaran hukum. Selain itu, pemberian insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dapat dilakukan untuk memberikan reward kepada masyarakat dan dunia usaha yang taat pajak.

  3. Mengembangkan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan.

  Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan sebagai upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia usaha merasa ikut andil dalam pembangunan.

  e.

  

Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur

Permukiman Yang Sudah Ada

  Strategi pendanaan yang adapt dilakukan oleh Kabupaten Kudus dalam operasionalisasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman dapat melalui :

  1. Optimalisasi penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi Dalam usaha peningkatan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi, beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah : a.

  Melengkapi semua persyaratan dalam upaya penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD b. Menyiapkan DDUB sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan diajukan dengan pendanaan APBN, APBD Provinsi c.

  Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kabupaten Kudus untuk pekerjaan bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU

  2. Optimalisasi pendanaan melalui upaya pinjaman daerah Pinjaman daerah dapat dilakukan untuk pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya. Dari hasil analisis kemampuan daerah dalam mengembalikan pinjaman daerah dengan nilai DCSR lebih dari 2,5 maka Pemerintah Kabupaten Kudus memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman.

  3. Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Kudus. Peningkatan penarikan pajak dapat dilakukan secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.

  f.

   Strategi Pengembangan Infrastruktur Skala Regional

  Strategi dalam pengembangan infrastruktur yang mempunyai skala regional dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :