ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
BAB
2
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
Konsep perencanaan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam mewujudkan kawasan permukiman yang layak
huni dan berkelanjutan, disusun berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat
perencanaan pembangunan sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya. Untuk mewujudkan amanat perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman
Bidang Cipta Karya tersebut dilakukan dengan membagi amanat pembangunan infrastruktur permukiman
Bidang Cipta Karya kedalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan
ruang/spasial,
amanat
pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta
amanat internasional.
Dalam pelaksanaannya infrastruktur bidang Cipta Karya terbangun mempunyai manfaat langsung terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat serta peningkatan kualitas lingkungan, karena mulai tahap konstruksi
telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Sementara
pada masa pelayanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan infrastruktur. Infrastruktur bidang Cipta Karya terbangun pada akhirnya juga memperbaiki
kualitas permukiman.
Dengan demikian, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada dasarnya dimaksudkan untuk
mencapai 3 (tiga) strategic goals, yaitu :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan
ekonomi lokal.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan
dan
memperluas lapangan kerja.
3. Meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh,
meningkatkan
kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan
pelayanan infrastruktur permukiman.
Untuk mewujudkan tiga strategic goal di atas tugas pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
(Permukiman) diwujudkan dengan dua pendekatan :
i. Pendekatan skala kabupaten/ kota melalui tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan bidang
permukiman.
ii. Pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur bidang permukiman.
Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah “Terwujudnya permukiman
perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi
tersebut adalah :
Layak, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan
prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat
bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
Produktif, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan
perekonomian di lingkungan permukiman.
Berdaya saing, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas
lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang
menarik untuk warganya.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 1
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
Berkelanjutan, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai
tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.
Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai peran penting untuk mewujudkan permukiman yang layak huni
dan berkelanjutan. Lingkup penanganan bidang Cipta Karya tidak hanya mencakup perkotaan, tetapi juga
meliputi perdesaan. Diharapkan pembangunan bidang Cipta Karya dapat mengisi RTRW kabupaten/kota
dalam pola ruang (bangkim dan PBL/BG), serta struktur ruang (air minum dan sanitasi). Sehingga,
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan dipandang sebagai entitas.
2.1 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
2.1.1 RPJP Nasional 2005-2025
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah :
“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”.
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi
pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan,
keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan
nasional sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan
hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi
antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual,
moral, dan etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui
penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun
infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat
perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa
dalam negeri.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan kelembagaan
demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan
meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif,
dan memihak pada rakyat kecil.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga
melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional;
memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan
mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan
nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan
kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan
daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat,
kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran
secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial
serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek
termasuk gender.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 2
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
6.
7.
8.
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan
yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan
kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang
serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi;
meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas
kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan
dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola
wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan.
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan
diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen
Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional;
dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok,
serta antarlembaga di berbagai bidang.
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan
adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945.
Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun
mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran pokok terkait pembangunan permukiman perkotaan dan
perdesaan adalah terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh hal-hal berikut
:
1. Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan dengan peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antar wilayah
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai
serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.
3. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi
seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang
berkelanjutan, efisien dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
4. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik,
berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Sedangkan penjabaran RPJPN dalam pembangunan bidang Cipta Karya mengamanatkan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut :
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum
dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta
kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata dan
jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu
dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 3
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
c.
d.
air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah
terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi
seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan
lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran
swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyekproyek yang bersifat komersial.
Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :
RPJMN ke 2 (2010-2014) : Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan
pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan
dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019) : Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus
meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024) : Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2.1.2 RPJM Nasional 2010-2014
RPJMN merupakan salah satu penjabaran yang konkrit serta mendetail untuk mewujudkan pembangunan
yang sesuai arahan RPJPN Tahun 2005-2025 dan dibagi dalam 4 (empat) tahap RPJMN, dimana setiap
tahapannya dilaksanakan dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun. Pada tahun 2014 ini RPJMN sudah
dalam akhir Tahap ke-2 yaitu kurun waktu Tahun 2010-2014, sedangkan pada tahun 2015 yang akan datang
RPJMN akan memasuki Tahap ke-3 yaitu kurun waktu Tahun 2015-2019.
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-2, RPJMN ke-3 ditujukan
untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Amanat RPJMN Tahap ke-2 mempunyai Visi pembangunan nasional 2010-2014, yaitu :
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN”
dengan penjelasan sebagai berikut :
Kesejahteraan Rakyat.
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan
penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demokrasi.
Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung
tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia.
Keadilan.
Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif,
yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 3 (tiga) misi pembangunan
nasional sebagai berikut :
Misi 1 : Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
Misi 2 : Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
Misi 3 : Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Sedangkan arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut :
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera.
Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 4
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
2.
3.
keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang
diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan
infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat
kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam
diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung
jawab
Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk
pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah
(termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem
hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan
pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan
yang bersih.
Visi dan Misi tersebut, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program
prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas
Nasional bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang,
meliputi : (1) reformasi birokrasi dan tata kelola (2) pendidikan (3) kesehatan (4) penanggulangan kemiskinan
(5) ketahanan pangan (6) infrastruktur (7) iklim investasi dan usaha (8) energi (9) lingkungan hidup dan
bencana (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi
teknologi.
Sedangkan prioritas nasional yang berkaitan dengan bidang Cipta Karya diantaranya adalah :
Prioritas 3 : Kesehatan
Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui
peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih,
pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari
70,7 tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015. Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang kesehatan
diantaranya adalah : Program kesehatan masyarakat : Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu
yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2014.
Penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar
berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2014. Penurunan tingkat kematian ibu saat
melahirkan dari 307 per 100.000 kelahiran pada 2008 menjadi 118 pada 2014, serta tingkat kematian bayi
dari 34 per 1.000 kelahiran pada 2008 menjadi 24 pada 2014.
Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan
Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan perbaikan
distribusi pendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan
perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Oleh karena itu, substansi inti
program aksi penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah program PNPM Mandiri : Penambahan
anggaran PNPM Mandiri dari Rp 10,3 triliun pada 2009 menjadi Rp 12,1 triliun pada 2010, pemenuhan
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 3 miliar per kecamatan untuk minimal 30% kecamatan termiskin di
pedesaan, dan integrasi secara selektif PNPM Pendukung.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 20102014, yaitu :
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses
air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang
ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi
10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5 %
maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 5
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
c.
d.
akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak
bagi 90 % total penduduk.
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.
Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan
untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui :
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan
pengelolaan persampahan,
e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur,
i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
2.1.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per
tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No.32 Tahun 2011. Dalam dokumen
tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan
prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung
penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan
tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan
SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas
kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
Untuk lebih jelasnya Koridor Ekonomi nasional pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI) dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Koridor Ekonomi Indonesia pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI-MP3EI).
Sumber : Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, Tahun 2014
2.1.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 6
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi dengan upaya
pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat.
Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga
strategi utama, yaitu :
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu
melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan
melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan
aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI,
terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, PPIP,
Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.
2.1.5 Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu, yang dijelaskan melalui UU Nomor 39 Tahun 2009. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri,
ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di
samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen
Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut
sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
2.1.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Presiden Republik Indonesia melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2010 mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program
pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program
peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya
berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan
permukiman kumuh.
2.2 Amanat Peraturan dan Perundangan Pembangunan Terkait Bidang Cipta Karya
2.2.1 Undang-undang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Pengembangan Permukiman adalah sebagai
berikut ini :
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal
tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 7
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
4.
5.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan
rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan
sebesar 10% pada tahun 2014.
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan
permukiman mempunyai tugas :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan
provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan
kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundangundangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan kawasan
permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu :
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi
MBR.
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat
kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan
badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh
pada tingkat kabupaten/kota.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 8
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada
tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran
masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak
layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana
dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman,
yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
2.2.2 Undang-undang tentang Bangunan Gedung
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan, adalah
sebagai berikut ini :
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa
penyelenggaraan penyelenggaraan
perumahan
dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang
tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh
Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan
pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi
kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan
pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam
penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang
bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka
telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala
kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat,
kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari
jenisjenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan
walikota/bupati.
5. Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 9
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
Mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada
Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut :
a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus
mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Disamping itu, sistem penghawaan, pencahayaan dan
pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi
dalam bangunan gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan
peraturan perundang-undanganharus
dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,
pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah
nilai dan/atau karakter cagar budaya yang
dikandungnya.
c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan
bagi semua bangunan gedung.
2.2.3 Undang-undang tentang Penyehatan Lingkungan Permukiman
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Pengembangan
Permukiman adalah sebagai berikut ini :
Penyehatan Lingkungan
A. Air Limbah
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektorsektor terkait lainnya, seperti industri,
perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara
terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air
limbah skala komunitas/kawasan/kota.
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan.
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air
buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu
standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).
B. Persampahan
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Berdasarkan undang-undang No.17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan
sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana
sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah
(TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima)
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 10
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
4.
5.
6.
tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini, dan mengembangkan
TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi : a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;
b. penyelenggaraan pengelolaan sampah; c. kompensasi; d. pengembangan dan penerapan teknologi;
e. sistem informasi; f. peran masyarakat; dan g. pembinaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem
penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah/Pemda.
C. Drainase
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah berdasarkan
UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta
jiwa.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumber daya air.
3. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010–2014.
Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2010-2014
khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu tersedianya
sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari
30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.
2.2.4 Undang-undang tentang Air Minum
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Penyediaan Air Minum adalah sebagai berikut ini :
1. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatkan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah
tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun
2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas,
kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau
meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas
penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum,
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 11
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
4.
5.
keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian,
serta transparansi dan
akuntabilitas.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/penyediaan air minum
perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan
air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air
minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari
2.3 Amanat Internasional Bidang Cipta Karya
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama
di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional dalam pengembangan kebijakan dan program terkait
bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta
Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.3.1 Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari
Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu
dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negaranegara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan
tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum,
sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.
2.3.2 Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih
dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi
arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen
memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan
penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio
Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu : (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan
kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii)
kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk
penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan
berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi
Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara
konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.3.3 Millenium Development Goals (MDGs)
Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam
sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 12
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
masyarakat
dunia untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals-MDGs) pada tahun 2015.
Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen
kegiatan yang tujuan akhirnya ialah
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah
mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan dan penganggaran sampai
pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-2014, serta Rencana
Kerja Tahunan berikut dokumen anggarannya. Berlandaskan strategi progrowth, pro-job, pro-poor, dan
proenvironment, alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai
sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya. Kemitraan produktif dengan masyarakat madani dan
sektor swasta berkontribusi terhadap percepatan pencapaian MDGs.
Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) merupakan cita-cita mulia dari
hampir semua negara di dunia yang dituangkan ke dalam Deklarasi milenium (Millenium Declaration). Citacita pembangunan manusia mencakupi semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang dapat menikmati kemakmuran
secara utuh, tidak miskin, tidak menderita kelaparan, menikmati pelayanan pendidikan secara layak, mampu
mengimplementasikan kesetaraan gender, dan merasakan fasilitas kesehatan secara merata. Kehidupan
sejahtera ditandai pula dengan berkurangnya penyakit berbahaya dan menular, masyarakat hidup dalam
kawasan lingkungan yang lebih ramah dan hijau, memiliki fasilitas lingkungan dan perumahan yang sehat,
dan senantiasa mempunyai mitra dalam menjaga keberlanjutannya. MDGs mencakup target-target
pembangunan global sebagai berikut :
Tujuan 1 : menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
Tujuan 2 : mencapai pendidikan Dasar untuk semua,
Tujuan 3 : mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
Tujuan 4 : menurunkan kematian anak,
Tujuan 5 : meningkatkan kesehatan ibu,
Tujuan 6 : memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular Lainnya,
Tujuan 7 : memastikan kelestarian Lingkungan Hidup,
Tujuan 8 : membangun kemitraan global untuk pembangunan,
Pemerintah Indonesia sejak merdeka sesungguhnya telah bertekad membangun bangsa ini sejalan dengan
MDGs. Laporan pelaksanaan MDGs Indonesia menunjukkan bahwa, Pemerintah Indonesia telah bertekad
untuk memenuhi komitmen pencapaian target MDGs pada 2015 mendatang. Bahkan, penanggulangan
kemiskinan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditargetkan lebih cepat
daripada target MDGs sendiri. MDGs telah menjadi salah satu bahan masukan penting dalam penyusunan
Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Upaya dialog dengan berbagai pihak akan terus diupayakan
untuk mencari kesepahaman dan langkah kerjasama kongkrit di masa yang akan datang. Hal ini penting
dilakukan, mengingat pencapaian MDGs akan lebih mudah dicapai melalui dukungan dan partisipasi aktif dari
swasta dan masyarakat.
Target MDGs terkait Bidang Cipta Karya adalah Tujuan 7 Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C yaitu
menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air
minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air
minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai
pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang
dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam
pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di
permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas
permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bid
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
BAB
2
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
Konsep perencanaan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam mewujudkan kawasan permukiman yang layak
huni dan berkelanjutan, disusun berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat
perencanaan pembangunan sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya. Untuk mewujudkan amanat perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman
Bidang Cipta Karya tersebut dilakukan dengan membagi amanat pembangunan infrastruktur permukiman
Bidang Cipta Karya kedalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan
ruang/spasial,
amanat
pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta
amanat internasional.
Dalam pelaksanaannya infrastruktur bidang Cipta Karya terbangun mempunyai manfaat langsung terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat serta peningkatan kualitas lingkungan, karena mulai tahap konstruksi
telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Sementara
pada masa pelayanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan infrastruktur. Infrastruktur bidang Cipta Karya terbangun pada akhirnya juga memperbaiki
kualitas permukiman.
Dengan demikian, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada dasarnya dimaksudkan untuk
mencapai 3 (tiga) strategic goals, yaitu :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan
ekonomi lokal.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan
dan
memperluas lapangan kerja.
3. Meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh,
meningkatkan
kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan
pelayanan infrastruktur permukiman.
Untuk mewujudkan tiga strategic goal di atas tugas pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
(Permukiman) diwujudkan dengan dua pendekatan :
i. Pendekatan skala kabupaten/ kota melalui tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan bidang
permukiman.
ii. Pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur bidang permukiman.
Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah “Terwujudnya permukiman
perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi
tersebut adalah :
Layak, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan
prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat
bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
Produktif, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan
perekonomian di lingkungan permukiman.
Berdaya saing, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas
lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang
menarik untuk warganya.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 1
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
Berkelanjutan, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai
tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.
Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai peran penting untuk mewujudkan permukiman yang layak huni
dan berkelanjutan. Lingkup penanganan bidang Cipta Karya tidak hanya mencakup perkotaan, tetapi juga
meliputi perdesaan. Diharapkan pembangunan bidang Cipta Karya dapat mengisi RTRW kabupaten/kota
dalam pola ruang (bangkim dan PBL/BG), serta struktur ruang (air minum dan sanitasi). Sehingga,
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan dipandang sebagai entitas.
2.1 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
2.1.1 RPJP Nasional 2005-2025
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah :
“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”.
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi
pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan,
keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan
nasional sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan
hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi
antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual,
moral, dan etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui
penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun
infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat
perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa
dalam negeri.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan kelembagaan
demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan
meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif,
dan memihak pada rakyat kecil.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga
melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional;
memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan
mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan
nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan
kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan
daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat,
kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran
secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial
serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek
termasuk gender.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 2
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
6.
7.
8.
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan
yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan
kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang
serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi;
meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas
kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan
dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola
wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan.
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan
diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen
Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional;
dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok,
serta antarlembaga di berbagai bidang.
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan
adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945.
Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun
mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran pokok terkait pembangunan permukiman perkotaan dan
perdesaan adalah terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh hal-hal berikut
:
1. Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan dengan peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antar wilayah
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai
serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.
3. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi
seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang
berkelanjutan, efisien dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
4. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik,
berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Sedangkan penjabaran RPJPN dalam pembangunan bidang Cipta Karya mengamanatkan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut :
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum
dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta
kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata dan
jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu
dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 3
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
c.
d.
air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah
terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi
seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan
lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran
swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyekproyek yang bersifat komersial.
Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :
RPJMN ke 2 (2010-2014) : Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan
pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan
dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019) : Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus
meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024) : Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2.1.2 RPJM Nasional 2010-2014
RPJMN merupakan salah satu penjabaran yang konkrit serta mendetail untuk mewujudkan pembangunan
yang sesuai arahan RPJPN Tahun 2005-2025 dan dibagi dalam 4 (empat) tahap RPJMN, dimana setiap
tahapannya dilaksanakan dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun. Pada tahun 2014 ini RPJMN sudah
dalam akhir Tahap ke-2 yaitu kurun waktu Tahun 2010-2014, sedangkan pada tahun 2015 yang akan datang
RPJMN akan memasuki Tahap ke-3 yaitu kurun waktu Tahun 2015-2019.
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-2, RPJMN ke-3 ditujukan
untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Amanat RPJMN Tahap ke-2 mempunyai Visi pembangunan nasional 2010-2014, yaitu :
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN”
dengan penjelasan sebagai berikut :
Kesejahteraan Rakyat.
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan
penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demokrasi.
Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung
tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia.
Keadilan.
Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif,
yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 3 (tiga) misi pembangunan
nasional sebagai berikut :
Misi 1 : Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
Misi 2 : Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
Misi 3 : Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Sedangkan arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut :
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera.
Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 4
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
2.
3.
keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang
diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan
infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat
kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam
diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung
jawab
Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk
pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah
(termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem
hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan
pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan
yang bersih.
Visi dan Misi tersebut, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program
prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas
Nasional bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang,
meliputi : (1) reformasi birokrasi dan tata kelola (2) pendidikan (3) kesehatan (4) penanggulangan kemiskinan
(5) ketahanan pangan (6) infrastruktur (7) iklim investasi dan usaha (8) energi (9) lingkungan hidup dan
bencana (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi
teknologi.
Sedangkan prioritas nasional yang berkaitan dengan bidang Cipta Karya diantaranya adalah :
Prioritas 3 : Kesehatan
Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui
peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih,
pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari
70,7 tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015. Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang kesehatan
diantaranya adalah : Program kesehatan masyarakat : Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu
yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2014.
Penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar
berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2014. Penurunan tingkat kematian ibu saat
melahirkan dari 307 per 100.000 kelahiran pada 2008 menjadi 118 pada 2014, serta tingkat kematian bayi
dari 34 per 1.000 kelahiran pada 2008 menjadi 24 pada 2014.
Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan
Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan perbaikan
distribusi pendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan
perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Oleh karena itu, substansi inti
program aksi penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah program PNPM Mandiri : Penambahan
anggaran PNPM Mandiri dari Rp 10,3 triliun pada 2009 menjadi Rp 12,1 triliun pada 2010, pemenuhan
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 3 miliar per kecamatan untuk minimal 30% kecamatan termiskin di
pedesaan, dan integrasi secara selektif PNPM Pendukung.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 20102014, yaitu :
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses
air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang
ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi
10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5 %
maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 5
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
c.
d.
akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak
bagi 90 % total penduduk.
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.
Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan
untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui :
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan
pengelolaan persampahan,
e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur,
i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
2.1.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per
tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No.32 Tahun 2011. Dalam dokumen
tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan
prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung
penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan
tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan
SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas
kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
Untuk lebih jelasnya Koridor Ekonomi nasional pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI) dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Koridor Ekonomi Indonesia pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI-MP3EI).
Sumber : Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, Tahun 2014
2.1.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 6
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi dengan upaya
pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat.
Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga
strategi utama, yaitu :
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu
melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan
melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan
aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI,
terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, PPIP,
Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.
2.1.5 Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu, yang dijelaskan melalui UU Nomor 39 Tahun 2009. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri,
ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di
samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen
Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut
sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
2.1.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Presiden Republik Indonesia melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2010 mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program
pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program
peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya
berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan
permukiman kumuh.
2.2 Amanat Peraturan dan Perundangan Pembangunan Terkait Bidang Cipta Karya
2.2.1 Undang-undang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Pengembangan Permukiman adalah sebagai
berikut ini :
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal
tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 7
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
4.
5.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan
rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan
sebesar 10% pada tahun 2014.
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan
permukiman mempunyai tugas :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan
provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan
kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundangundangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan kawasan
permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu :
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi
MBR.
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat
kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan
badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh
pada tingkat kabupaten/kota.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 8
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada
tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran
masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak
layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana
dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman,
yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
2.2.2 Undang-undang tentang Bangunan Gedung
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan, adalah
sebagai berikut ini :
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa
penyelenggaraan penyelenggaraan
perumahan
dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang
tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh
Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan
pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi
kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan
pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam
penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang
bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka
telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala
kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat,
kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari
jenisjenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan
walikota/bupati.
5. Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 9
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
Mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada
Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut :
a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus
mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Disamping itu, sistem penghawaan, pencahayaan dan
pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi
dalam bangunan gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan
peraturan perundang-undanganharus
dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,
pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah
nilai dan/atau karakter cagar budaya yang
dikandungnya.
c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan
bagi semua bangunan gedung.
2.2.3 Undang-undang tentang Penyehatan Lingkungan Permukiman
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Pengembangan
Permukiman adalah sebagai berikut ini :
Penyehatan Lingkungan
A. Air Limbah
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektorsektor terkait lainnya, seperti industri,
perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara
terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air
limbah skala komunitas/kawasan/kota.
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan.
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air
buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu
standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).
B. Persampahan
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Berdasarkan undang-undang No.17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan
sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana
sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah
(TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima)
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 10
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
4.
5.
6.
tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini, dan mengembangkan
TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi : a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;
b. penyelenggaraan pengelolaan sampah; c. kompensasi; d. pengembangan dan penerapan teknologi;
e. sistem informasi; f. peran masyarakat; dan g. pembinaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem
penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah/Pemda.
C. Drainase
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah berdasarkan
UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta
jiwa.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumber daya air.
3. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010–2014.
Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2010-2014
khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu tersedianya
sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari
30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.
2.2.4 Undang-undang tentang Air Minum
Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Penyediaan Air Minum adalah sebagai berikut ini :
1. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatkan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah
tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun
2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas,
kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau
meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas
penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum,
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 11
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
4.
5.
keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian,
serta transparansi dan
akuntabilitas.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/penyediaan air minum
perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan
air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air
minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari
2.3 Amanat Internasional Bidang Cipta Karya
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama
di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional dalam pengembangan kebijakan dan program terkait
bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta
Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.3.1 Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari
Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu
dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negaranegara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan
tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum,
sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.
2.3.2 Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih
dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi
arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen
memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan
penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio
Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu : (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan
kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii)
kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk
penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan
berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi
Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara
konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.3.3 Millenium Development Goals (MDGs)
Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam
sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama
Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Bab 2 | 12
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Sibolga
Tahun 2015-2019
masyarakat
dunia untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals-MDGs) pada tahun 2015.
Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen
kegiatan yang tujuan akhirnya ialah
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah
mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan dan penganggaran sampai
pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-2014, serta Rencana
Kerja Tahunan berikut dokumen anggarannya. Berlandaskan strategi progrowth, pro-job, pro-poor, dan
proenvironment, alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai
sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya. Kemitraan produktif dengan masyarakat madani dan
sektor swasta berkontribusi terhadap percepatan pencapaian MDGs.
Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) merupakan cita-cita mulia dari
hampir semua negara di dunia yang dituangkan ke dalam Deklarasi milenium (Millenium Declaration). Citacita pembangunan manusia mencakupi semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang dapat menikmati kemakmuran
secara utuh, tidak miskin, tidak menderita kelaparan, menikmati pelayanan pendidikan secara layak, mampu
mengimplementasikan kesetaraan gender, dan merasakan fasilitas kesehatan secara merata. Kehidupan
sejahtera ditandai pula dengan berkurangnya penyakit berbahaya dan menular, masyarakat hidup dalam
kawasan lingkungan yang lebih ramah dan hijau, memiliki fasilitas lingkungan dan perumahan yang sehat,
dan senantiasa mempunyai mitra dalam menjaga keberlanjutannya. MDGs mencakup target-target
pembangunan global sebagai berikut :
Tujuan 1 : menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
Tujuan 2 : mencapai pendidikan Dasar untuk semua,
Tujuan 3 : mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
Tujuan 4 : menurunkan kematian anak,
Tujuan 5 : meningkatkan kesehatan ibu,
Tujuan 6 : memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular Lainnya,
Tujuan 7 : memastikan kelestarian Lingkungan Hidup,
Tujuan 8 : membangun kemitraan global untuk pembangunan,
Pemerintah Indonesia sejak merdeka sesungguhnya telah bertekad membangun bangsa ini sejalan dengan
MDGs. Laporan pelaksanaan MDGs Indonesia menunjukkan bahwa, Pemerintah Indonesia telah bertekad
untuk memenuhi komitmen pencapaian target MDGs pada 2015 mendatang. Bahkan, penanggulangan
kemiskinan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditargetkan lebih cepat
daripada target MDGs sendiri. MDGs telah menjadi salah satu bahan masukan penting dalam penyusunan
Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Upaya dialog dengan berbagai pihak akan terus diupayakan
untuk mencari kesepahaman dan langkah kerjasama kongkrit di masa yang akan datang. Hal ini penting
dilakukan, mengingat pencapaian MDGs akan lebih mudah dicapai melalui dukungan dan partisipasi aktif dari
swasta dan masyarakat.
Target MDGs terkait Bidang Cipta Karya adalah Tujuan 7 Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C yaitu
menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air
minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air
minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai
pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang
dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam
pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di
permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas
permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Arahan Perencanaan Pembangunan Bid