ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

BAB

  ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya.

  2.1 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya Konsep perencanaan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, disusun berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk mewujudkan amanat perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman Bidang Cipta Karya tersebut dilakukan dengan membagi amanat pembangunan infrastruktur permukiman Bidang Cipta Karya kedalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional. Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat kita lihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Sumber : pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya tahun 2014

  Dalam pelaksanaannya infrastruktur bidang Cipta Karya terbangun mempunyai manfaat langsung terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat serta peningkatan kualitas lingkungan, karena mulai tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Sementara pada masa pelayanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur. Infrastruktur bidang Cipta Karya terbangun pada akhirnya juga memperbaiki kualitas permukiman.

  Dengan demikian, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu :

  1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal.

  3. Meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur permukiman. Untuk mewujudkan tiga strategic goal di atas tugas pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) diwujudkan dengan dua pendekatan: i.

  Pendekatan skala kabupaten/kota melalui tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan bidang permukiman. ii.

  Pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur bidang permukiman. Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah “Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya sain g dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi tersebut adalah :

   Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.

   kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.

  Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan

   kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.

  Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan

   sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

  Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman

  Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai peran penting untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Lingkup penanganan bidang Cipta Karya tidak hanya mencakup perkotaan, tetapi juga meliputi perdesaan. Diharapkan pembangunan bidang Cipta Karya dapat mengisi RTRW kabupaten/kota dalam pola ruang (bangkim dan PBL/BG), serta struktur ruang (air minum dan sanitasi). Sehingga, permukiman yang layak huni dan berkelanjutan dipandang sebagai entitas.

  2.2 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya

  2.2.1 RPJP Nasional 2005-2025 Visi pembangunan nasional tahun 2005

  • –2025 adalah : “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”.

  Visi pembangunan nasional tahun 2005

  • –2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut : 1.

  Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai- nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

  2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

  3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.

  4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra- intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.

  5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

  6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.

  7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

  8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

  Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005

  • –2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 (duapuluh) tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran pokok terkait pembangunan permukiman perkotaan dan perdesaan adalah terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh hal-hal berikut : 1.

  Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antar wilayah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  2. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.

  3. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

  4. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

  Sedangkan penjabaran RPJPN dalam pembangunan Bidang Cipta Karya mengamanatkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : a.

  Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

  b.

  Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

  c.

  Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

  d.

  Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :

   RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

   terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

  RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat

   prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

  RPJMN ke 4 (2020-2024): Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

  2.2.2 RPJM Nasional 2015-2019

  2.2.2.1 Visi Misi Pembangunan RPJMN merupakan salah satu penjabaran yang konkrit serta mendetail untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai arahan RPJPN Tahun 2005-2025 dan dibagi dalam 4 (empat) tahap RPJMN, dimana setiap tahapannya dilaksanakan dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-2, RPJMN ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

  Amanat RPJMN Tahap ke-3 mempunyai Visi pembangunan nasional 2015-2019, yaitu : “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG

  ” Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu: 1.

  Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

  2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

  3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

  4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

  5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

  6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

  7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

  2.2.2.2 Sembilan Agenda Prioritas Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.

  1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

  2. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

  3. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

  4. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

  5. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

  6. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

  7. Melakukan revolusi karakter bangsa.

  8. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

  2.2.2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Tahun 2015-2019

  A. Umum Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan secara umum adalah sebagai berukit: a.

Meningkatkan upaya keberlanjutan pembangunan ekonomi, melalui strategi: (i) peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terusterjaga secara positif dengan pengurangan

  kesejangan antar wilayah; (ii) peningkatan tingkat pendapatan (per kapita) serta pengurangan kesenjangan pendapatan atar kelompok; (iii) peningkatan lapangan pekerjaan sehingga tingkat pengangguran menurun; (iv) penurunan tingkat kemiskinan sehingga jumlah penduduk miskin berkurang; (v) ketahanan pangan termasuk stabilisasi harga sehingga tingkat inflasi rendah; (vi) ketahanan energi, utamanya peningkatan akses masyarakat terhadap energi, peningkatan efisiensi dan bauran energi nasional; (vii) peningkatan akses transportasi/mobilitas masyarakat; (viii) dan penerapan pola produksi/kegiatan ekonomi dan pola konsumsi hemat (tidak boros) dan ramah lingkungan.

  b.

Meningkatkan upaya keberlanjutan pembangunan sosial, melalui strategi (i) peningkatan kesetaraan gender untuk akses/kesempatan pendidikan, kegiatan ekonomi dan

  keterwakilan perempuan dalam organisasi; (ii) peningkatan keterjangkauan layanan dan akses pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan air bersih dan sanitasi masyarakat; (iii) peningkatan keamanan yang tercermin dalam rendahnya konflik horisonal dan rendahnya tingkat kriminalitas; (iv) peningkatan pengendalian pertumbuhan penduduk; (v) peningkatan pelaksanaan demokrasi (indek demokrasi); (vi) dan pengendalian kekerasan terhadap anak, perkelahian, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

  c.

  Meningkatkan upaya keberlanjutan pembangunan lingkungan hidup, melalui strategi: (i) peningkatan kualitas air, udara dan tanah yang tercermin dalam peningkatan skor

  IKLH; (ii)penurunan emisi GRK); (iii) penurunan tingkat deforestasi dan kebakaran hutan, meningkatnya tutupan hutan (forest cover) serta penjagaan terhadap keberadaan keanekaragaman hayati; (v) pengendalian pencemaran laut, pesisir, sungai, dan danau; (vi) pemeliharaan terhadap sumber-sumber mata air dan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan (vii) pengurangan limbah padat dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

  d.

  Meningkatkan tata kelola pembangunan yang secara transparan, partisipatif, inklusif dan peningkatan standar pelayanan minimum di semua bidang dan wilayah untuk mendukung terlaksanaya pembangunan berkelanjutan di berbagai bidang.

  B. Arahan Pengembangan Wilayah Sumatera Tahun 2015-2019 Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sumatera pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Sumatera, akan dikembangkan pusat-pusatpertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasukdiantaranya adalah pengembangan 2 Kawasan Ekonomi Khusus(KEK), 1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).

  Sumatera, maka akan dilakukanpembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 10 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaranoutcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi didaerah tertinggal sebesar 6,3 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 10,13 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia(IPM) di daerah tertinggal sebesar 73,10 73,69.

  3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasanperkotaan di Sumatera, maka akan dipercepat pembangunan 2 Kawasan Perkotaan Metropolitan baru, peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini, serta mewujudkan optimalisasi peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer) urbanisasi.

  4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran sedikitnya 1500 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 600 desa.

  5. Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kotadesa, diharapkan dapat diwujudkan 8 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

  6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.

  7. Sasaran Otonomi Daerah adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 25% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 30% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 10 provinsi dan 23 kabupaten/kota di wilayah Sumatera; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 65% dan S2-S3 sebesar 10%; (5)Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Sumatera sebesar 150 angkatan (dengan proyek awal Provinsi Lampung); (6) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (7) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (8) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 90%; (9) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Sumatera (dengan proyek awal Provinsi Aceh dan Riau); (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; dan (11) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Sumatera (dengan proyek awal Provinsi Riau).

  (Kota Medan, Kota Padang, Kota Lhokseumawe, Banda Lampung, Jambi) dan 15 PKW (Kota Banda Aceh, Langkat, Deli Serdang, Karo, Padang Pariaman, Kepulauan Mentawai, Kota Bengkulu, Mukomuko, Rejang Lebong, Banyuasin, Lahat, Lampung Barat, Tanggamus, Sarolangun, Kerinci yang memiliki indeks resiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KAPET, KSN atau PKSN.

  2.2.2.4 Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Sumatera Utara diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis produksi dan pengolahan hasil bumi serta menjadi lumbung energi nasional. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan strategi sebagai berikut: 1.

   Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Sumatera Utara

  Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan yang dilakukan melalui: a.

  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) di kawasan industry KEK Sei Mangke sebagai sentra pengolahan komoditas unggulan kelapa sawit, karet, batu bara menjadi produk bernilai tambah tinggi, serta logistik; b.

  Mengembangkan industri-industri pengolahan kelapa sawit, karet, dan batu bara menjadi produk bernilai tambah tinggi berorientasi ekspor; c.

  Meningkatkan produktivitas Meningkatkan produktivitas komoditas unggulan kelapa sawit, karet baik di dalam KEK maupun di sekitar wilayah KEK (kebun rakyat).

  2. Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara kawasan sebagai pusat-pusat pengolahan produk bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor pada KEK Sei Mangke dan termasuk di dalamnya daerah tertinggal akan dilakukan melalui: a.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI)

   Pengembangan dan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai hub internasional;  Pengembangan dan pembangunan terminal peti kemas di Belawan, terminal peti kemas di Kuala Tanjung;  Pembangunan jalur kereta api ruas Bandar Tinggi-Kuala Tanjung dan ruas Spoor Simpang (Gunung Bayu)-KEK Sei Mangkei;  Peningkatan kapasitas jalan ruas Simpang Inalum-Kuala Tanjung; ruas Ujung Kubu-Kuala Tanjung, ruas Simpang Mayang-Sei Mangkei-Simpang Pengkolan- Tinjoan-Sei Mejangkar, ruas Bts Simalungun Silimbat-Bts Taput, ruas Tanjung Morawa-SaribudolokTongging;

  3. Kekuatan Kemampuan SDM dan IPTEK Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a.

  Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola dan Administratur KEK Sei Mangkei dibidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b.

  Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di KEK Sei Mangkei; c. Peningkatan koordinasi Badan Pengelola KEK, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; d.

  Penyiapan tenaga kerja berkualitas di bidang industry pengolahan berteknologi tinggi.

  4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a.

  Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal di semua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b. Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan

  Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) bidang perijinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KEK Sei Mangkei; c.

  Meningkatkan harmonisasi hubungan industrial antara tenaga kerja, serikat pekerja, dan perusahaan dalam KEK; d.

  Promosi produk unggulan KEK Sei Mangkei kepada investor luar dan dalam negeri untuk menarik minat para investor.

  Laporan Akhir |ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN CIPTA KARYA

  2-14

Gambar 2.2 Peta Lokasi Pusat-Pusat Pertumbuhan Wilayah Sumatera

  Sumber: RPJMN Tahun 2015-2019

  2.2.2.5 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

  1. Pengembangan Kawasan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan di Wilayah Sumatera difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal.

  Untuk wilayah Sumatera Utara Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional dengan strategi mengembangkan simpul transportasi khususnya transportasi darat (kereta api) untuk sumatera bagian timur dan mengembangkan jaringan transportasi laut untuk sumatera bagian barat untuk meningkatkan konektivitas antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya. Mewujudkan kota layak huni yang nyaman dan nyaman dengan membangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana transportasi, ekonomi, pendidikan dan keamanan kota.

  Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Sumatera adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan desa, serta mewujudkan desa-desa berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi sesuai dengan amanat UndangUndang No.6/2014 tentang Desa dengan sasaran berkurangnya jumlah desa sedikitnya 1500 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 600 desa. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi kawasan perdesaan pada 8 kawasan pertumbuhan.

  Selain itu Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sumatera adalah kebijakan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan perdesaan menjadi pusat pertumbuhan baru terutama di desa-desa mandiri. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa diantaranya adalah mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal. Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 2.3, Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.1 Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan

  Wilayah Di Wilayah Sumatera

  Kode Lokasi Prioritas fokus Pengembangan K1 Kawasan Perkotaan Metropolitan Diarahkan sebagai pusat kegiatan Global (PKG) yang Mebidangro: Kota Medan, Binjai diarahkan sebagai pusat administrasi pelintas batas yang

  (Ibukota Kab. Langkat), Kab. Deli Ser berfungsi sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Sumatera Utara bagian Timur dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat -pusat pertumbuhan wilayah internasional. K2 Kawasan Perkotaan Metropolitan Sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi (Usulan) ITBM Palapa Padang,Lubuk pada mendorong perkembangan sektor produksi prioritas

  Alung, Pariaman, Indarung, Teluk Bayur, seperti: Industri; Perikanan laut; pariwisata; dan perdagangan Bungus Mandeh. dan jasa K3 Kawasan Perkotaan Metropolitan Sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan (Usulan) Perkotaan Patungraya Agung untuk pusat perdagangan dan jasa, simpul produksi dan

  Kota Palembang, Kab.Banyuasin distribusi, dan perluasan kegiatan hilirisasi industri dan (betung), Kab. Ogan Ilir (indralaya), Kab. pertanian dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan Ogan Komiring Olir (Kayu Agung) menuju pusat kegiatan global Sumber: RPJMN Tahun 2015-2019

Tabel 2.2 Lokasi Prioritas Kota Sedang Yang Berfokus Pada Upaya Pemerataan Wilayah Di

  Wilayah Sumatera

  Kode Lokasi Prioritas fokus Pengembangan P1 Banda Aceh Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan Nasional (PKN) serta pusat pemerintahan Provinsi NAD sekaligus sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional untuk produksi pertanian, pariwisata, perikanan laut

  P2 Tebing Tinggi Sebagai pusat pertumbuhan wilayah (PKW) yang berorientasi mendorong potensi produksi pertanian dengan cara meningkatkan spesialisasi fungsi sektor pertanian dan perdagangan

  P3 Dumai Diarahkan sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) dengan fokus pusat administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet emasaran untuk wilayah Riau bagian timur serta berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti perkebunan, industri, perdagangan, pertambangan dan perikanan. P4 Bukit Tinggi Sebagai pusat pertumbuhan wilayah (PKW) yang berorientasi mendorong perkembangan sector produksi prioritas seperti:

  Pariwisata;dan Pertanian P5 Lubuklinggau Diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan wilayah (PKW) yang berfungsi sebagai pemerataan pembangunan di wilayah sumatera bagian selatan P6 Prabulih Sebagai pusat pertumbuhan Wilayah (PKW) untuk mendukung sebagai pusat koleksi dan distribusoi sektor produksi wilayah seperti perkebunan dan pertambangan

  Sumber: RPJMN Tahun 2015-2019

  Pada Tabel 2.2 kita lihat Kota Tebing Tinggi sebagai lokasi prioritas nasional yang tujuan pengembangnnya adalah sebagai pusat pertumbuhan wilayah (PKW) yang berorientasi mendorong potensi produksi pertanian dengan cara meningkatkan spesialisasi fungsi sektor pertanian dan perdagangan.

  Laporan Akhir |ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN CIPTA KARYA

  2-18

Gambar 2.3 Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

  Sumber: RPJMN Tahun 2015-2019

  2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No.32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI).

  Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

  Untuk lebih jelasnya Koridor Ekonomi nasional pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI) dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4 Koridor Ekonomi Indonesia pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI-MP3EI).

  Sumber : Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Tahun 2014 2.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).

  Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu : a.

  Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan, b.

  Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang, c.

Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan

  memperhatikan aspek. Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

  2.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu, yang dijelaskan melalui UU Nomor 39 Tahun 2009. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

  2.2.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan Presiden Republik Indonesia melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2010 mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

  2.3 Amanat Peraturan dan Perundangan Pembangunan Terkait Bidang Cipta Karya 2.3.1 Undang-Undang Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Pengembangan Permukiman adalah sebagai berikut ini :

  1. Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.01/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2019.

  UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas : a.

  Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

  h.

  d.

  Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c.

  Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  b.

  Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba. Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu : a.

  Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k.

  Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j.

  Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i.

  Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

  b.

  g.

  Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  f.

  Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

  e.

  Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  d.

  Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  c.

  Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e.

  Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

  f.

  Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

  g.

  Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

  h.

  Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i.

Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota

  Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.

  UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

  2.3.2 Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung Amanat peraturan dan perundangan yang terkait dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan, adalah sebagai berikut ini :

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

  3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenisjenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.