d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat. - DOCRPIJM 1507705790DOCRPIJM ad09e1b158 Lembar Pengesahan

6.4

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (PLP)
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan,
perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase
dan persampahan permukiman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;
b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan
termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;
d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta
masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan
e. pelaksanaan tata usaha direktorat.
6.4.1.

Air Limbah


6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
A.

Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:
1.

Undang-Undang

No.

17

Tahun

2007

tentang


Rencana

Pembangunan

Jangka

Panjang

Nasional.Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan,
transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang -Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan

pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan

ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan
penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pengaturan Sarana dan


Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan
pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang

Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yangmemadai dan
tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/ kota.

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu

Lingkungan Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air
buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima

buangan dimaksudkan agar air

menurut standar yang diterapkan, yaitu standar

aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).

B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah

Air Limbah dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah
domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan
permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan
terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite)
ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas
pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual
sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan
dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah- rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
6.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Tabel 6.23 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman dalam Wilayah Kota Langsa

Isu Strategis
1-


Perlu Percepatan ( Need for Speed) untuk peningkatan cakupan dan
akses masyarakat untuk layanan air limbah melalui sistem on-site
maupuan off-site

2-

Masih terdapat masyarakat MBR/ miskin yang tidak memiliki sarana dan
prasarana yang layak dan memenuhi standar

3-

Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah belum Memadai

4-

Belum terintergrasinya perencananaan Air Limbah Skala Kawasan

5-

Belum adanya bidang teknis ataupun organisasi / UPTD yang menangani

pengelolaan limbah domestik (Regulator dan Operator)

6-

I nstitusi terkait sanitasi belum mampu bergerak maksimal dalam
melakukan pengelolaan air limbah

78-

Kapasitas SDM terkait Pengelolaan Limbah yang terbatas
Kebutuhan akan Perangkat Hukum dan Dukungan Kebijakan Pemerintah
Daerah mengenai pengembangan Sistem Pengelolaan Air limbah

9-

Tingkat Kepedulian/ kesadaran masyarakat maupun swata terkait
pentingnya pengelolaan Air limbah masih relatif rendah

10
-


Terbatasnya Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah guna penyediaan
saran dan prasarana Sistem pengeloaan Air limbah

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
1. Aspek teknis
Langsa merupakan Kota Kecil

dengan jumlah penduduk dibawah
jiwa,

dimana

untuk

Sistem

Air limbah (SPAL) masih belum
untuk komunal maupun sistem terpusat.
secara


sosial

sangat

200

mempengaruhi

ribu

Pengelolaan
memiliki sistem off Site baik
Tingkat kemapanan masyarakat
dengan prilaku hidup sehat, masih

adanya masyarakat yang belum memiliki tanki septic dan kondisi kekinian masyarakat kawasan pesisir yang
melakukan Buang Air besar dengan fasilitas seadanya.
Untuk wilayah pusat kota masih ada nya kondisi konstruksi tanki septic rumah tangga yang tidak
standart,. Ditambah pembangunan tanki septic sangat beresiko dimana limbah Black water akan mempengaruhi

kadar dan kandungan sumber air/sumur yang digunakan sebagai hajat hidup sehari-hari, karena gagal
konstruksi/kebocoran dan jarak dengan sumber air/sumur yang tidak memenuhi standar kesahatan.
Sumber air limbah dari kegiatan rumah tangga seperti dari urine, kegiatan mandi, mencuci peralatan
rumah tangga, mencuci pakaian serta kegiatan dapur lainnya, idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran
air harus diolah terlebih dahulu dalam tangki peresapan, sehingga tidak menimbulkan dampak, yaitu dampak
terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan, dampak
terhadap estetika lingkungan.

Gambar 6.25 Peta Zona Air Limbah Domestik Kota Langsa

Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019

.
Saat ini air limbah dari rumah tangga dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah
permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Air Limbah
yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas dan ini juga
disebabkan karena belum mampu meningkatkan dan mempertegas fungsi
sistem drainase dimana fungsi saluran drainase
perkotaan untuk sistem pematusan air hujan,
tetapi kondisi saat ini masih disatukan

dengan pembuangan air limbah rumah
tangga (grey water).



IPLT

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)
milik Pemerintah Kota Langsa yang berlokasi di Desa Simpang Wie,
Kecamatan Langsa Timur merupakan system existing, IPLT dibangun
tahun 2007 oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR NAD-Nias) dan
selesai pembangunannnya tahun 2008 dengan luasan 1,7 Ha. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam

melakukan penyedotan limbah tinja (black water) menjadi salah satu factor yang mempengaruhi belum
optimalnya pendaya gunaan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan
pembiayaan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum, melakukan Review Design/Penyusunan DED IPLT Kota Langsang.
IPLT merupakan salah satu system yang pengelolaannya berada dibawah kewenangan SKPK Badan
Lingkungan Hidup dan Pertamanan (BLHKP) Kota Langsa, yang berada dibawah kendali operasi Bidang
Kebersihan. IPLT belum menjadi Lembaga teknis pelayanan yang berdiri sendiri selayaknya Unit Pelayanan

Teknis Daerah (UPTD) dikarakenakan faktor teknis dan non teknis. Sarana yang sudah ada tetapi masih
terkendala dalam optimalisasi fungsi yang berdaya guna secara ekonomis dan peningkatan kapasitas
operasional.
Selama ini untuk pelayanan limbah rumah tangga (black water) yang ditangani oleh truck tanki
pengangkut BLHK yang menghasil retribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai mana diatur dalam
Qanun kota Langsa Nomor 01 Tahun 2012. Jadi BLHKP sebagai Regulator dan juga sebagai Operator.

Kondisi Pelayanan Praktek pengurasan tangki septic rumah tangga di Kota Langsa baru mencapai 18 % (ehra).
Adapun Sumberdaya yang mengelola IPLT terdiri dari 3 PNS dan dan 9 Orang Karyawan dan Untuk
Sarana Pengangkut tersedia 1 Unit truck Tanki. Tahun 2015 Pemerintah Kota Langsa melalui Satker PPLP
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang menyusun
Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan dengan Pemanfaatan Dana APBN.



SANIMAS dan MCK ++

Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) merupakan salah satu program pemerintah yang
dilaksanakan untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah dan penyediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK) layak yang diperuntukkan
kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan
berbasis

masyarakat.

Program

ini

membantu
pencapaian tujuan
Millenium
Development
Goals (MDGs)

di

tahun

yakni

2015

pencapaian

akses sanitasi layak
hingga 62,4%, dan menuju Universal Access ditahun 2019.

bagi masyarakat yang tinggal di
menerapkan

pendekatan

dibentuk dalam rangka

Beberapa daerah memiliki akses sanitasi layak yang rendah, khususnya dalam penyedian MCK atau
jamban sehat. Beberapa diantaranya telah merintis pelaksanakan program SANIMAS yang pada
implementasinya dinamakan MCK ++.
MCK ++ adalah salah satu implementasi nyata untuk masyarakat dalam Wilayah Kota Langsa, yakni
sebagai bagian dari program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Sejak Tahun 2012 sampai dengan
Tahun 2014 Pemerintah Kota Langsa telah melaksanakan Pembangunan MCK ++ di 15 titik lokasi Pada Wilayah
yang telah ditentukan, dimana Lokasi tersebut berpotensi sebagai wilayah rawan sanitasi. Pembanguan MCK++
yang sumber pendanaannya dari APBK Kota Langsa, dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.
Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan pembiaayan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker
PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melakukan
penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Langsa Skala Kawasan, dan Pembangunan Sanitasi Berbasis
Masyarakat sejumlah 5 (unit) untuk lima lokasi yang telah ditetapkan.
Kondisi eksisiting pengembangan air limbah dalam Wilayah Kota Langsa secara teknis dapat ditampilkan
sebagaimana

dicontohkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 6.24 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kota Langsa
Kondisi

Jumlah/
No

Jenis

(i)

(ii)

Satuan

Keterangan
Kapasitas

Berfungsi

Tdk berfungsi

(iii)

(iv)

(v)

(vi)

(vii)

unit

15

15
1

(Rusak)

SPAL Setempat (Sistem Onsite)

1.

Berbasis komunal
- MCK Komunal

2.

Truk Tinja

unit

2

1

3.

IPLT : kapasitas

M3/hari

12

1

(Distorsi Fungsi)

SPAL Terpusat (Sistem Offsite)

1.

2.

Berbasis komunal

Tahapan Pencanaan

- Tangki septik komunal >10KK

unit

-

-

-

-

- IPAL Komunal

unit

-

-

-

-

IPAL Kawasan/Terpusat
- kapasitas
- sistem

Tahapan Pencanaan
M3/hari

-

-

-

-

-

-

-

-

Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019

Gambar 6.26 D S S Air Limbah
Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019

71

Tabel 6.25 Cakupan Pelayanan
Sanitasi tidak layak

Sanitasi Layak
Sistem Onsite

Sistem Offsite
Skala
Kawasan /
terpusat

BABS*

No

Sistem Berbasis Komunal

Nama
Kecamatan

(KK)

Cubluk***,
jamban
tidak
aman**
(KK)

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

Cubluk
aman/
Jamban
keluarga
dgn tangki
septik
aman(KK)

/Jamban
Bersama
(KK)

(v)

(vi)

1.

MCK

MCK
Komunal
**** (KK)

Tangki
Septik
Komunal >
10 (KK)

SR yg
berfungsi
(KK)

Komunal

(vii)

(viii)

(ix)

(x)

IPAL

(KK)

Wilayah Perkotaan

1.

Langsa Timur

599

424

3.044

3

55

-

-

-

2.

Langsa Lama

722

492

6.141

-

30

-

-

-

3.

Langsa Barat

1.927

965

5.927

5

238

-

-

-

4.

Langsa Baro

659

324

10.186

3

150

-

-

-

5.

Langsa Kota

563

218

8.817

-

140

-

-

-

Sumber: SSK Kota Langsa 2014
Tabel 6.26 Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
No.

KegIatan

Lokasi

Tahun
Pembuatan

1.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Dusun Alur Buaya Desa
Sukajadi Makmur

Langsa Baro

2012

2.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kuala Langsa Dusun A

Langsa Barat

2012

3.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kuala Langsa Dusun B

Langsa Barat

2012

4.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Sukarejo

Langsa Timur

2012

5.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Gp.Cinta Raja

Langsa Timur

2013

6.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Sungai Pauh

Langsa Barat

2013

Langsa Barat

2013

Langsa Barat

2013

7.
8.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Gp.Paya Bujok
Bromo
Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Gp Matang
Seulimeng

9.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Lr. Seri Gp. Alur Dua

Langsa Baro

2013

10.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Desa Blang Pasee

Langsa Kota

2013

Langsa Kota

2014

Langsa Baro

2014

11.
12.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di taman Bambu Runcing
Gampong Jawa Kecamatan Langsa Kota
Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Desa Alur Dua Bakaran Batee
di Kecamatan Langsa Baro

13.
14.
15.

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Gampong Baroh Langsa
Langsa Lama
2014
Lama Kecamatan Langsa Lama
Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Simpang Lhee Kecamatan
Langsa Barat
2014
Langsa Barat
Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Gp.Meutia Kecamatan
Langsa Kota
2014
Langsa Kota
Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019
Tabel 6.27 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Sub Sektor Air limbah domestik

SSK (2010-2014)
Tujuan

SSK (2015 – 2019)
Sasaran

Data dasar*

Status saat ini

Perilaku BABS masih tinggi

BABS : 9.7 % Penduduk Kota
langsa atau setara 2161 kk
yang masih BABS

Fasilitas pengelolaan Limbah
Rumah tangga yang tidak
memadai
(38 %) Wc
cemplung dan lain-lain.

Pencemaran yang diakibat
oleh Tangki septic yang tidak
aman 27.4 % dan
Pencemaran SPAL 45.5 %
(ehra)

Masih kurangnya Akses
pelayanan air limbah bagi
masyarakat

Tingkat Kepemilikan Jamban
81.23 %, sedangkan 11.77 %
masyarakat belum memiliki
Jamban (ehra)
(Pembangunan SANIMAS di 5
lokasi pada tahun 2015)

Belum tersedianya Sistem offsite.

Belum tersedianya sistem offsite.

Masih rendahnya permintaan
jasa layanan penyedotan tinja

Praktek pengurasan tangki
septic baru mencapai 18
%,(ehra)

Berfungsinya IPLT

Pemahaman
masyarkat
tentang sanitasi masih minim

Kapasitas IPLT belum
terencana sesuai dengan
kebutuhan dan laju
pengembangan
pembangunan

Bertambahnya alat angkut (Truck
Tanki)

Keterbatasan Alat angkut

Kondisi IPLT di Kota Langsa
belum berfungsi optimal
(Design IPLT tahun 2015)

Terwujudnya kondisi buang air
besar sembarangan (BABS) di
Kota Langsa hingga akhir tahun
2014
Tertanggulanginya
permasalah Air Limbah
Kota Langsa Pada Akhir
Tahun 2014 Baik di Ibu Kota
dan Ibu Kota Kecamatan.

Meningkatnya
RumahTangga
Pengelolaan Air
system on-site)

Akses
terhadap
limbah (90%

Dan
Akses
RumahTangga
terhadap Pengelolaan Air limbah
(10% system off-site/ 5% komunal
dan 5% Sewerage sytem)

Meningkatnya Jumlah permintaan
terhadap Penyedotan Tinja

Meningkatkan Pemahaman
dan Pelayanan Kepada
Masyarakat akan

Tersedianya Jaringan SPAL Skala
Kawasan

Belum
Sistem
Limbah

adanya
jaringan
Pengolahan
Air

Akses RumahTangga terhadap
Pengelolaan Air limbah
(5%
Sewerage sytem)

Air limbah masih dialirkan ke
dalam drainase

Belum adanya MP Air Limbah
Skala Kawasan (Outline Plan
Air Limbah Skala Kawasan
Tahun 2015)

Belum adanya Jaringan
sewerage sistem baik skala
komunal ataupu kawasan

Gambar 6.27 Parameter Teknis Wilayah

100.0
95.0
90.0
85.0
80.0
75.0
70.0
65.0
60.0
55.0
50.0
45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0

99.0
89.1

85.5

84.4

Tangki septik
Pipa sewer
Cubluk/lobang tanah
Langsung ke drainase
Sungai/danau/pantai
Kolam/sawah
Tidak tahu

14.5
5.4 7.4
1.0

.8 0.0 .1
Strata 1

Strata 2

.7

.2

Strata 3

3.1

6.9
.6

Total
Sumber: Study EHRA Kota Langsa 2014

Gambar 6.28

Tangki septik suspek aman
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

86.4
77.1

79.0

73.0

Tidak aman
Suspek aman

27.0

22.9

21.0

13.6

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

Sumber: Study EHRA Kota Langsa 2014

Pencemaran karena
SPAL
21.4
Tidak aman
Ya, aman
78.6
Gambar 6.29

Sumber: Study EHRA Kota Langsa 2014

Gambar 6.30 Area Bresiko Air Limbah

Sumber: Study EHRA Kota Langsa

Saluran akhir pembuangan isi tinja terbanyak menggunakan tangki septick yaitu sebesar (89.5%) ,
Sungai/danau/pantai sebesar (6.4%) Jumlah ini didominasi kawasan daerah pesisir yaitu Desa/Gampong Kuala
Langsa, sebagian Desa/Gampong Lhok Bani dan Gampong Telaga Tujuh, dan untuk cubluk sejumlah (3.0%) ini
ditemukan sebagian didaerah Kecamatan Langsa Lama dan Langsa Timur.
C.

Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah

1.

Identifikasi Permasalahan Air Limbah

Besaran masalah yang dihadapi Kota Langsa dalam penanganan air limbah dapat gambarkan sebagai
berikut dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi
kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek
teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu,Tim AMPL Kota Langsa telah melakukan inventarisasi persoalan
setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis
yang ada di kawasan dalam wilayah Kota Langsa

Tabel 6.28 Identifikasi Permasalahan Sektor Air Limbah
Permasalahan Mendesak
A.

Sasaran

Indikator

Indikasi Program

Indikasi Kegiatan

Sistem/Teknis
a.

User Interface
1 - BABS : 26 % Penduduk Kota
langsa atau setara 2161 kk yang
masih BABS
2-

3 -

Masyarakat MBR/miskin yang
tidak memiliki sarana dan
prasarana yang layak dan
memenuhi standar 20 % atau
1.702 KK
Tingkat Kepemilikan Jamban
91.23 %, sedangkan 8.77 %
masyarakat belum memiliki
Jamban (ehra)

Terciptanya free open defecation
(Bebas BABS) pada tahun 2019.

2161 kk memiliki sarana pengelolaan
air limbah rumah tangga yang layak
dan sesuai standar pada Tahun 2019

Meningkatnya sarana dan Prasarana
layak dan memenuhi Standar pada
wilayah masyarakat MBR/miskin 2019

Meningkatnya jumlah dan cakupan
pelayanan pengelolaan air limbah di
wilayah penduduk Miskin di akhir tahun
2019

157.011 Penduduk memiliki Akses
terhadap jamban sehat pada tahun
2019

-

Pembangunan
Infrastuktur (ON-SITE
SYSTEM)

Masyarakat yang memiliki Jamban
meningkat dari 89.5% (ehra) menjadi
100% di tahun 2019.

-

Peningkatan sistem (on-site) individual

-

Menyiapkan stimulus atau insentif guna
peningkatan sistem (on site) individu dan
komunal pada Wilayah kumuh, padat dan
miskin

-

Peningkatan sistem (on-site) komunal

-

4-

5-

b.

Pencemaran Tangki septic yang
tidak aman 27.4 % dan
Pencemaran SPAL 45.5 %
(ehra)

Pencemaran oleh tangki septic dan
SPAL menjadi 0 % pada tahun 2019

Tanki Septik Sesuai Standar Pada
Taahun 2019

Pembuangan tinja ke Saluran
Lingkungan dan sungai,
Kebun/tanah lapang, kolam dll
38.9% (ehra)

Tidak ada lagi pembuangan tinja ke
Saluran Lingkungan dan sungai,
Kebun/tanah lapang, kolam, Wc
Terbang, dll menjadi 0 % pada tahun
2019

Perubahan Gaya Hidup dan Perilaku
hidup bersih sehat

Mengembalikan Fungsi Saluran
Drainase sebagai Aliran dan jaringan
air hujan

Tersedianya Jaringan saluran/koneksi
penghubung dan SR sumber air limbah
domestik hingga tempat pengolahan
(IPAL komunal) di 3 Kawasan pada
tahun 2019

Pengumpulan dan
penampungan/Pengolahan Awal:
Fungsi Saluran drainase menjadi
6sarana penerima air limbah
domestik sehingga menimbulkan
efek kenyamanan dan polusi

-

Pembangunan
Infrastuktur (OFF-SITE
SYSTEM)

Pembangunan MCK++
Pembangunan Sanimas

-

c.

Pengangkutan & Pengaliran:…
Minimnya Armada Pengangkut
7Air Limbah Cair

8-

9-

d.

Penyediaan Infrastruktur
jaringan Sisstem air
limbah

-

Penyediaan jaringan sewer dan Pemasangan
Sambungan Rumah (SR),

-

Peningkatan operasional sewerage terpasang

-

Supervisi Kontruksi

-

Penyediaan Armada Mobil Tinja

Terpenuhinya Kebutuhan fasilitas
pengangkutan limbah cair

Tersedianya armada pengangkut yang
memadai di tahun 2019

-

Belum adanya perencanaan
jaringan air limbah skala
kawasan yang tersistem

Tersedianya DED Jaringan Perpipaan
Air Limbah Skala kawasan yang
tersistem

Tersedianya Dokumen Rencana
Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan
+ Jaringan Perpipaan

-

Penyusunan DED
jaringan Sisstem air
limbah

-

DED Jaringan Perpipaan Air Limbah

Tidak adanya aliran yang
memadai dan keterbatasan
inovasi teknologi yang tepat
untuk penanganan limbah cair.

Tersedia aliran sesuai dengan inovasi
teknologi yang tepat dalam
penanganan limbah cair

Adanya pengembangan sistem baru
dari sistem setempat menjadi sitem
terpusat secara bertahap s/d Tahun
2019

-

Pengembangan sistem
pengelolaan air limbah

-

Penyediaan sewerage system (Main Sewer
dan Lateral)

-

Peningkatan Cakupan Luas Layanan

-

Supervisi Kontruksi

-

Peembangunan Stasiun/ Pompanisasi

-

Penyusunan DED IPLT

-

Rebuild IPLT

Pengolahan Akhir Terpusat:…
9 - Kapasitas IPLT belum terencana
sesuai dengan kebutuhan dan
laju pengembangan
pembangunan

Terpenuhi Sistim rencana pegolahan
akhirnya IPLT Sesuai standar yang
layak Tahun 2019

Tersedianya Review Design IPLT

Penyediaan Alat Angkut

-

Peningkatan (On-Site)
Management
(
Revitalisasi Sistem yang
ada)

-

72

Supervisi pembangunan IPLT

10
-

e.

Kondisi IPLT Kota Langsa belum
berfungsi optimal

Optimalnya Fungsi IPLT

Terbangunnya/Rebuild IPLT pada
tahun 2017 dan Optimalisasi Fungsi
IPLT berjalan dengan sistematis pada
tahun 2019

-

Optimalisasi IPLT

-

Penyusunan MP/Outline Plan Air Limbah
Skala Kawasan

Daur Ulang/Pembuangan Akhir:
11
-

Belum tersedianya Master Plan/
Outline Plan Air Limbah Skala
Kawasan

12
-

Belum Tersedianya Dokumen
Rencana Teknis IPAL Komunal
Skala Kawasan + Jaringan
Perpipaan

Terintergrasinya Perencanaan Sistem
Jaringan Air Limbah Skala kawasan
pada tahun 2019 yang didukung
dengan adanya Otline Plan dan DED
IPAL

Tersedianya Rencana Induk/Outline
Plan dan DED IPAL

-

Pengembangan Sistem
setempat menjadi sistem
terpusat skala kawasan
secara bertahap

Tersedianya Dokumen Rencana
Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan
+ Jaringan Perpipaan

Pembebasan Lahan
-

13
-

B.

Kebutuhan Akan IPAL komunal
Skala Kawasan

Penyedian IPAL Komunal Untuk 3
Kawasan

3 (tiga) Kawasan terkoneksi dengan
sistem pengolahan air limbah
permukiman terpusat

DED IPAL Komunal Skala Kawasan
Pembangunan IPAL Komunal

-

Supervisi Konstruksi

-

Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber
dari Pusat/APBN

Lain-lain/Non-teknis:
a.

Aspek Pendanaan
14
Sumber Pendanaan daerah
sangat terbatas

15
-

Menggali Pontensi sumber pendanaan
lain, baik dalam bentuk
bersama/sharing dan kerja sama

Tersedianya Pendanaan yang
bersumber dari luar pendanaan
Belanja Daerah baik dalam bentuk
bersama/sharing dan kerja sama yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Rendahnya minat pihak swasta
untuk melakukan investasi
disekteor air limbah

-

Mendorong berbagai
alternatif pembiayaan
untuk penyelenggaraan
Air Limbah Permukiman

Advokasi Eksekutif
dengan Legislatif terkait
Pendanaan

-

15
-

Lemahnya fungsi kelembagaan
dalam melaksanakan

Peningkatan kemampuan, peran dan
fungsi kelembagaan

Penguatan fungsi lembaga di daerah
dalam melakukaan pengelolaan air

Memfasilitasi
pembentukan dan

-

Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber
dari Provinsi/APBA
Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber
dari Lembaga Donor/Dana Hibah
Corporate/CSR
Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air
limbah

16
-

17

18

18
-

pengelolaan Air Limbah

limbah

Belum adanya bidang teknis
ataupun organisasi / UPTD yang
menangani pengelolaan Air
limbah domestik (Regulator dan
Operator)

Adanya Organisasi/UPTD pengelolaan
Air Limbah domestik Baik Regulator
dan Operator tahun 2019

Kapasitas SDM terkait
Pengelolaan Limbah yang
terbatas

Meningkatknya pengetahuan dan
ketrampilan stakeholder pengelola
IPAL dan IPLT yang ramah
lingkungan dan memiliki nilai tambah
secara ekonomis

Lemahnya Koordinasi antar
instansi terkait dalam kebijakan
dibidang air limbah permukiman

Meningkatnya kapasitas
kelembagaan/Bidang yang menangani
pengelolaan air limbah

Belum adanya peraturan daerah
terkait dengan pengelolaan
limbah

Lahirnya regulasi terkait pengelolaan
air limbah

Mengikat sistem pengelolaan air
limbah dalam produk hukum

perkuatan kelembagaan
pengelola air limbah
permukiman

Peningkatan Kapasitas
SDM

-

Mendorong terbentuknya unit yang mengelola
Prasarana dan sarana air limbah

-

BIntek pengelolaan prasaranan dan sarana
air limbah

-

-

Advokasi Eksekutif dan
Legislatif

-

-

d.

Aspek Peran Serta Masy. & Swasta
19
Kurangnya respon masyarakat
maupun swasta terkait Proses
pengolahan Limbah cair .

Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta/
Pihak Pengembang memiliki
Pengetahuan dan kesadaran dalam

Masyarakat & Dunia Usaha memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang
cukup tentang pentingnya sistem

-

Program Pemberdayaan
masyarakat

Konsolidasi lintas sektor

Menyususun Perangkat peraturan perundangundangan yang mendukung penyelenggaraan
pengelolaan air limbah

Menyebarluaskan informasi dan
Memsosialisasikan peraturan perundangan
terkait sistem pengelolaan air limbah
Memberlakukan Syarat dan Ketentuan untuk
Penyedia Konstruksi Permukiman

Aplikasi peraturan perundangan

73

pengelolaan drainase pada tahun 2019

drainase lingkungan yang baik dan
berpartisipasi aktif dalam

-

Keterlibatan Langsung masyarakat
lokal dalam Pembangunan dan
pendayagunaan sarana Air limbah

e.

20
-

Aspek Komunikasi & PMJK

Adanya peran Swasta/ Pihak
Pengembang dalam penyediaan
Drainase lingkungan di wilayah
pengembangan perumahan.

Tersedianya Saluran drainase pada
kawasan perumahan (real estate, BTN,
dll) oleh pengembang perumahan

74

Pembentukan dan Pembinaan KSM
Pengelola
Fasilitasi Kampanye dan Sosialisasi Qanun
Pengelolaan Drainase

-

Meningkatkan sumberdaya lokal dalam
penyediaan sarana pengelolaan air limbah

-

Memfasilitasi kegiatan masyarakat/ Dunia
Usaha/Swasta dan lembaga non government
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
drainase

2.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Berdasarkan analisis swot strategi yang akan dilaksanakan di Kota Langsa untuk pengembangan
sanitasi terkait sektor air limbah domestik untuk 5 (lima) tahun mendatang berdasarkan isu strategis yang ada
saat ini dapat tergambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6.29 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Tujuan
Memperbaiki kualitas
hidup di lingkungan
perkotaan untuk
seluruh masyarakat
dengan meningkatkan
dengan cara yang
berarti, kuantitas dan
kualitas fasilitas
pengelolaan air limbah
yang ramah lingkungan
menuju Universal
Acces Tahun 2019

Sasaran

Indikator

Terciptanya free open
defecation (Bebas BABS)
pada tahun 2019.

2161 kk memiliki sarana pengelolaan
air limbah rumah tangga yang layak
dan sesuai standar pada Tahun 2019

Meningkatnya sarana dan
Prasarana layak dan
memenuhi Standar pada
wilayah masyarakat
MBR/miskin 2019

Meningkatnya jumlah dan cakupan
pelayanan pengelolaan air limbah di
wilayah penduduk Miskin di akhir
tahun 2019

157.011 Penduduk memiliki
Akses terhadap jamban
sehat pada tahun 2019

Masyarakat yang memiliki Jamban
meningkat dari 89.5% (ehra) menjadi
100% di tahun 2019.

Pencemaran oleh tangki
septic dan SPAL menjadi 0 %
pada tahun 2019

Tanki Septik Sesuai Standar Pada
Taahun 2019

Tidak ada lagi pembuangan
tinja ke Saluran Lingkungan
dan sungai, Kebun/tanah
lapang, kolam, Wc Terbang,
dll menjadi 0 % pada tahun
2019

Perubahan Gaya Hidup dan Perilaku
hidup bersih sehat

Mengembalikan Fungsi
Saluran Drainase sebagai
Aliran dan jaringan air hujan

Tersedianya Jaringan
saluran/koneksi penghubung dan SR
sumber air limbah domestik hingga
tempat pengolahan (IPAL komunal) di
3 Kawasan pada tahun 2019

Terpenuhinya Kebutuhan
fasilitas pengangkutan limbah
cair

Tersedianya armada pengangkut
yang memadai di tahun 2019

Tersedianya DED Jaringan
Perpipaan Air Limbah Skala
kawasan yang tersistem

Tersedianya Dokumen Rencana
Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan
+ Jaringan Perpipaan

Optimalnya Fungsi IPLT

Terbangunnya/Rebuild IPLT pada
tahun 2017 dan Optimalisasi Fungsi
IPLT berjalan dengan sistematis pada
tahun 2019

Strategi

Mengoptimalkan akses layanan
fasilitas pengolahan air limbah dan
melakukan peningkatan pada
sistem setempat (on-site) maupun
sistem terpusat (off-site)

Menyediakan Sarana dan
Prasarana Air Limbah yang layak
bagi Masyarakat MBR/Miskin

Peningkatan Kapasitas dan Fasilitas
Serta Optimalisasi IPLT

Penyiapan rencana Induk Outline
Plan Air Limbah Skala Kawasan

Penguatan kelembagaan

Peningkatan kapasitas SDM terkait
pengelolaan Air limbah Permukiman

Pengembangan dan Penguatan
Kebijakan Pemerintah Daerah dan
Penyusunan Qanun Terkait
penyelenggaraan pengelolaan Air
Limbah permukiman

Peningkatan Peran serta
masyarakat dan dunia usaha/pihak
swasta dalam penyelenggaraan
sistem pengelolaan air limbah

Tujuan

Sasaran

Indikator

Terintergrasinya Perencanaan
Sistem Jaringan Air Limbah
Skala kawasan pada tahun
2019 yang didukung dengan
adanya Otline Plan dan DED
IPAL

Tersedianya Rencana Induk/Outline
Plan dan DED IPAL

Penyedian IPAL Komunal
Untuk 3 Kawasan

3 (tiga) Kawasan terkoneksi dengan
sistem pengolahan air limbah
permukiman terpusat

Menggali Pontensi sumber
pendanaan lain, baik dalam
bentuk bersama/sharing dan
kerja sama

Tersedianya Pendanaan yang
bersumber dari luar pendanaan
Belanja Daerah baik dalam bentuk
bersama/sharing dan kerja sama
yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

Peningkatan kemampuan,
peran dan fungsi
kelembagaan

Penguatan fungsi lembaga di daerah
dalam melakukaan pengelolaan air
limbah

Tersedianya Dokumen Rencana
Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan
+ Jaringan Perpipaan

Adanya Organisasi/UPTD
pengelolaan Air Limbah domestik
Baik Regulator dan Operator tahun
2019
Meningkatknya pengetahuan dan
ketrampilan stakeholder pengelola
IPAL dan IPLT yang ramah
lingkungan dan memiliki nilai tambah
secara ekonomis
Meningkatnya kapasitas
kelembagaan/Bidang yang
menangani pengelolaan air limbah
Mengikat sistem pengelolaan
air limbah dalam produk
hukum

Lahirnya regulasi terkait pengelolaan
air limbah

Masyarakat dan Dunia
Usaha/Swasta/ Pihak
Pengembang memiliki
Pengetahuan dan kesadaran
dalam pengelolaan Sarana Air
Limbah pada tahun 2019

Masyarakat & Dunia Usaha memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang
cukup tentang pentingnya sistem
drainase lingkungan yang baik dan
berpartisipasi aktif dalam
Keterlibatan Langsung masyarakat
lokal dalam Pembangunan dan
pendayagunaan sarana Air limbah

Strategi

Peningkatan dan Pengembangan
alternatif sumber pendanaan dalam
penyelenggaraan sistem
pengelolaan air limbah permukiman

Tujuan

Sasaran

Indikator

Adanya peran Swasta/ Pihak
Pengembang dalam
penyediaan Sarana Air Limbah
lingkungan di wilayah
pengembangan perumahan.

Tersedianya Sarana Air Limbah pada
kawasan perumahan (Realestate,
BTN, dll) oleh pengembang
perumahan

Strategi

Tabel 6.30 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal

Penyehatan
Lingkungan
Permukiman

Indikator

Nilai

Tersedianya sistem air
limbah setempat yang
memadai
Tersedianya sistem air
limbah skala komunitas/
kawasan/kota

Air Limbah Permukiman

Batas
Waktu
Pencapaian

Ket

60%

2014

Dinas
yg
membidangi PU

5%

2014

Dinas
yg
membidangi PU

Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran
terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang- undang

sampai

dengan

peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran
masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.
6.4.1.3 Analisis Kebutuhan Air Limbah
A. Analisis Kebutuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah dalam Wilayah Kota Langsa dilakukan
dengan menanalisis besarnya kebutuhan penanganan air

limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).
Kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat
individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan
prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem
pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis
kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Berikut ini merupakan hasil analisis sistem pengelolaan
air limbah dalam Wilayah Kota Langsa kebutuhan dituangkan dalam tabel 6.36.

Tabel 6.31 Analisis Kebutuhan Ir Limbah dan Target Pencapaian Kota Langsa
Kebutuhan Penanganan menyeluruh
No.

KEGIATAN / SUB KEGIATAN

1
A.

2

Kondisi
Existing

SATUAN

3

Tahun Pelaksanaan

6

I

II

III

IV

V

7

8

9

10

11

1

1

1

1

AIR LIMBAH
PERENCANAAN UMUM

1.

Penyusunan Outline Plane Air Limbah

Belum
Tersedia

Penyusunan Outline Plane dan DED Air limbah Skala
Kawasan

Pkt

1

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK

Pkt

1

Peningkatan Kualitas Septic Tank Individual

Unit

250

250

250

250

Pebangunan MCK Komunal

Pkt

6

4

4

4

Pengawasann dan Supervisi

Pkt

1

1

1

1

1

Unit

5
1

1

1

1

1

1

1

1

3

3

3

3

SPAL SETEMPAT (ON-SITE SISTEM) INDIVIDUAL
2.

Peningkatan Sarana Dan Prasarana Sistem On-Site

Belum 100%

SPAL SETEMPAT (ON-SITE SISTEM) BERBASIS
KELEMBAGAAN
3.

Pembangunan MCK Komunal (SANIMAS)

Masih
dibutuhkan

Pembangunan MCK SANIMAS
Pembangunal IPAL Komunal di Kawasan
Kumuh/Rawan/MBR
4.

Pembangunan MCK ++ & IPAL

KSM
Masih
dibutuhkan

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK

Pkt

1

Pembangunan MCK++ & IPAL

Unit

5

Pembangunan IPAL Perpipaan Skala Kawasan
5.

Pembangunan IPLT

Distorsi Fungsi

Penyediaan Lahan IPLT
Perencanaan (DED) Pembangunan IPLT

Pkt
Belum Tersedia

Pelatihan bagi Pengelola IPLT
Pembangunan IPLT

1

1

1

Orang
Kondisi tidak
memadai

5

Unit

1

1

1

Pengawasan Teknis dan Supervisi Pembangunan IPLT

Pkt

1

1

1

Pengadaan Truk Tinja

Unit

Operasi dan Pemeliharaan IPLT dan Fasilitasnya

Unit.thn

SPAL TERPUSAT (SPAL-T) SKALA KAWASAN
6

Pkt

1

1
1

1

1

1

1

Belum Tersedia

Pembangunan IPAL Komunal - berbasis Kelembagaan

Pembebasan Lahan/Tanah
Pembangunan SPAL-T skala kawasan + Jaringan
Perpipaan
Pengawasan Teknis dan Supervisi Pembangunan SPALT Skala Kawasan
Pembangunan dan Supervisi Sambungan Rumah (SR)

Belum Tersedia

m2

Belum Tersedia

SR

250

350

300

300

Pkt

1

1

1

1

SR

250

350

300

300

177

PENGATURAN DAN KELEMBAGAAN DAERAH
7

Pembahasan rancangan peraturan daerah

Perlu
Pengembangan

Penyusunan Qanun (Perda) Sistem Pengelolaan Air
Limbah (SPAL)/ Pembentukan UPTD

Belum Tersedia

Sosialisasi/Edukasi/ Kampanye SPAL T dan Sanitasi
berkelanjutan
Sosialisasi Pelatihan Pengelolaan SPAL Terpusat Skala
Kawasan

8

PEMASARAN SANITASI
Koordinasi perencanaan air minum, drainase dan
sanitasi perkotaan
Koordinasi Pemerintah Kab./Kota, Masyarakat dan
Sumber Pendanaan Non-Pemerintah untuk pendanaan
Sanitasi di Kab./Kota
PEMANTAUAN

9

Keg

1

Keg

1

ls

1
1

Belum Optimal

Keg

1

1

1

1

Perlu
Peningkatan

Monev
Pemantauan Kualitas Lingkungan (Air Sungai dan Air
Sumur)
Pemantauan Kualitas Lingkungan & Kesmas (Penyedia
Layanan Produk Air Isi Ulang)

Keg

Pemantauan Kualitas Lingkungan & Kesmas (Penyedia
Layanan Produk Minuman dan Jasa Kuliner)

Keg

Keg

1
1
1

6.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah
A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal

 Kriteria Lokasi


Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan
kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas)



kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.

 Lingkup Kegiatan:


Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan Sanitasi Berbasis
Masyarakat;



Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;



Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah (septic tank komunal,
MCK++, IPAL komunal);

1

1



TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM/mandor/tukang
dan pemberdayaan masyarakat;



Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;



Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau
meningkatkan kinerja pelayanan;



Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan pengelolaan Septic Tank;



Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;



Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain
sebagainya).

 Kriteria Kesiapan:


Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk
mengikuti PPSP;



Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);



Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis
Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat





Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);



Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;



Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal

Gambar 8.4 menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah Kota Langsa
dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat
adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT.
Pemerintah Kota Langsa mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan
pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
dipaparkan pada gambar 6.31

Gambar 6.31 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dan Komunal

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)
Gambar 6.32 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota)

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran
melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral.
Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi
dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah. Berdasarkan hasil pembahasan Pokja Sanitasi Kota

Langsa dan pertimbangan karakteristik Daerah maka, untuk Kota Langsa lebih sesua dengan Pembangunan
Prasarana Air Limbah Sistem terpusat Skala Kawasan/Lingkungan. .
Gambar 6.33 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala Kawasan/Lingkungan)

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

6.4.2

Persampahan

6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun
sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41

cakupan

pelayanan

persen atau mencapai 40 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air
limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup
kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah,

pembagian

maupun

sanksi

terhadap

pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib
melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:
-

Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;

-

Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan

-

Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;

-

Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan

-

Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir

sampah

(TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini
4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan

meliputi proses pewadahan, pengumpulan,

pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;
b. penyelenggaraan pengelolaan sampah;
c. kompensasi;
d. pengembangan dan penerapan teknologi;
e. sistem informasi;
f. peran masyarakat; dan
g. pembinaan.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan

Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan

dan sistem

penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah/Pemda.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang

Penyelenggaraan Prasarana

dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.

Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan

Sampah, Penyediaan

Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.
B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:
a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga

(tidak

termasuk tinja);
b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan

industri,

kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;
c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah
yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik
harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu
ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan
sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan
lainnya.
6.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:
a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah

perkotaan antara 2-

4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi
masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.
b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas pengelolaan
persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya
tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan

membuang

sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.
c. Keterbatasan Lahan TPA Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar
dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA
Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas

otonomi

daerah.
2. Kemampuan Kelembagaan Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator

sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi
masalah dalam pelayanan

persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi

pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari

rendahnya skala prioritas penanganan

pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga
biaya pengelolaan

sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan

berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat

dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan

secara sistematis potensi masyarakat dalam

melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di
bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk
ditingkatkan.
5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum Lemahnya penegakan hokum terkait

pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini
juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kota Langsa
Tabel 6. 32. Isu Strategis Terkait Permasalahan Persampahan di Kota Langsa

Isu-isu Strategis

B.

1
-

Kapasitas pelayanan pengelolaan persampahan Optimal (Peningkatan Timbulan
Sampah, Keterbatasan Jumlah prasarana dan sarana persampahan)

2
-

Kemampuan Kelembagaan masiih belum optimal baik sistem manajemen,
pengelolaan, dan SDM

3
-

Keterbatasan Kemampuan pemerintah daerah dalam pembiayaan Sector
Persampahan

4
-

Rendahnya partisipasi pihak swasta/dunia usaha dan paradigma sosial serta
kepedulian masyarakat

5
6
-

Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum

7
-

Belum maksimalnya Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan
persampahan

Kurangnya Pengetahuan masyarakat (SDM) dan kesadaran masyarakat akan
pengelolaan persampahan

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan
pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal- hal berikut ini:
1.

Aspek teknis

Dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. perlu dilakukan pengembangan
sistem pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan. Permukiman yang sehat dengan lingkungan yang
bersih sangat diperlukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Dalam upaya mewujudkan
situasi dan kondisi permukiman yang diinginkan sebagai dimaksud di atas, diperlukan rencana, program, dan
pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien dan efektif. Hal ini berkaitan dengan upaya mewujudkan situasi dan
kondisi yang diinginkan dan dalam rangka mencapai tujuan Universal Accces pada Tahun 2019.
Sumber-sumber sampah secara umum dapat dibagi

-

Permukiman atau Rumah tangga

-

Pasar

-

Kegiatan Komersial

-

Kegiatan Perkantoran

-

Hotel dan Restoran

-

Institusi Pelayanan

-

Penyapuan jalan

-

Taman-taman

Penanganan sampah perlu dilakukan dari sumber penghasil sampah, karena penanganan sampah dari
sumbernya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sampah,
kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah.
Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara
signifikan dapat mengurangi kebutuhan pengelolaan
sampah sehingga sebaiknya dilakukan disemua
tahap yang memungkinkan, yaitu mulai dari
sumber, TPS, Instalasi pengolahan, dan TPA.
Komposisi sampah di Indoneesia umumnya

memiliki

kandungan organic (60% - 80%), sehingga memiliki

potensi

besar

untuk dikakukasn proses composting. Untuk hal ini peran

serta

sangatlah berarti. Daur ulang sektor informal perlu

diupayakan menjadi

bagian dari dalam bentuk pengelompokkan dan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat

-

masyarakat
pemisahan
sampah.

Pengumpulan

Dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah

dari

sumber

sampah

ke

tempat

penampungan sementara

-

Pengangkutan

Dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah Komunal/Terpadu menuju tempat pemrosesan
akhir

-

Pengolahan

Dalam bentuk mengubah karakteristtik, kom