HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA KARYAWAN LAKI–LAKI PRA PENSIUN

  HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA KARYAWAN LAKI –LAKI PRA PENSIUN

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh: Ni Ketut Mila Puspita Sari 089114006 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Hidup adalah sebuah Tantangan, maka Hadapilah. Hidup adalah sebuah Nyanyian, maka Nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah Mimpi, maka Sadarilah. Hidup adalah sebuah Permainan, maka Mainkanlah. Hidup adalah Cinta, maka Nikmatilah. (Bhagawan Sri Sthya Sai Baba) Karya ini kupersembahkan untuk; Nenek, Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendoakan dan mendukungku selama ini; Kakak

  • – kakakku beserta istrinya yang selama ini telah memotivasiku; Keponakan – keponakanku tersayang dan terlucu;

    Dan “Someone” tersayang yang selama ini selalu mendukung dan mendengarkan keluh –

    kesahku. Serta untuk semua sahabat – sahabat terbaikku.

  “Manusia tidak dirancang untuk gagal, tapi manusia-lah yang gagal untuk merancang” (William J. Siegel) Yang Anda Pikirkan, menentukan yang Anda Lakukan.

  Dan yang Anda Lakukan, menentukan yang Anda Hasilkan. Maka, Ukuran dan Kualitas dari pikiran Anda, menentukan Ukuran dan Kualitas hasil dari pekerjaan Anda. (Mario Teguh)

  

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KECEMASAN

PADA KARYAWAN LAKI

  • –LAKI PRA PENSIUN

  

Ni Ketut Mila Puspita Sari

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan pada karyawan laki

  • –laki pra

    pensiun. Hipotesis yang diajukan, yaitu ada hubungan negatif antara

    peneriman diri dengan kecemasan pada karyawan laki –laki pra pensiun.
  • Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 81 orang dengan batasan usia 54

    55 tahun dan pensiun karena sudah mencapai usia pensiun. Pengumpulan

    data dilakukan dengan cara menyebarkan skala penerimaan diri dan skala

    kecemasan. Setelah dilakukan tryout terpakai pada skala penerimaan diri

    diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,870, sedangkan pada skala

    kecemasan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,900. Hasil uji

    linearitas kedua variabel memiliki probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05).

    Data penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Pearson Product

  

Moment Correlation karena distribusi data normal. Koefisien korelasi

yang diperoleh sebesar -0,687 dengan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara

penerimaan diri dengan kecemasan pada karyawan laki –laki pra pensiun.

  • – Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penerimaan diri karyawan laki laki pra pensiun, maka semakin rendah kecemasan karyawan laki
  • –laki pra pensiun. Kata Kunci: Penerimaan Diri, Kecemasan, Karyawan Laki –laki Pra pensiun

  

THE RELATION BETWEEN SELF ACCEPTANCE AND ANXIETY OF

MALE EMPLOYEES IN PRE RETIREMENT

Ni Ketut Mila Puspita Sari

ABSTRACT

  This research was aimed to know correlation between self

acceptance and anxiety of male employees in pre retirement. Hypothesis

that was proposed is that there was a negative relation between self

acceptance and anxiety of male employees in pre retirement. Subjects in

this research were 81 people range of 54

  • –55 years old and the retired

    because they reach retirement age. The collected data was conducted by

    self acceptance and anxiety’s scale. After conducted the used try out in

    self acceptance, it was obtained a reliability coefficient of 0,870,

    meanwhile in anxiety scale obtained a reliability coefficient of 0,900. The

    two variables of linearity test result had a probability of 0,000 (p<0,05).

    These research data was analyzed by Pearson Product Moment

    Correlation Technique due to normal data distribution. Correlation

    coefficient obtained was -0,687 with probability of 0,000 (p<0,01). This

    research showed that there was a negative relation between self

    acceptance and anxiety of male employees in pre retirement. It could be

    concluded that the higher self acceptance employees male pre retirement,

    the lower anxiety of male employees in pre retirement. Keywords: Self Acceptance, Anxiety, Male Employees Pre Retirement

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat kuasa dan kasih-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarata.

  Proses pembuatan skripsi ini, dari awal hingga akhir telah melibatkan banyak pribadi yang dengan tangan terbuka memberikan dukungan dan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini, serta telah membimbing penulis selama menjalankan studi.

  2. Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti., M. Si, selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing, mengarahkan, menyediakan waktu dan banyak memberi masukan berharga dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  3. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendidik dan membantu penulis selama menjalankan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak

  • –bapak karyawan pra pensiun yang bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

  5. Nenek, Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih, dukungan, perlindungan serta doa yang tiada hentinya.

  6. Kakak

  • –kakakku beserta istrinya dan kakak sepupuku tersayang, yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

  7. Angga Wira, yang telah memberikan semangat dan setia mendengarkan keluh kesah penulis selama studi dan pengerjaan skripsi ini.

  8. Sahabat

  • –sabahat terbaikku, Puput, Komang Ayu, Ayu, Dewi, Vita, Mbok De, Skolast dan Lusi terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

  9. Teman

  • –teman Kost Putri “Puri Sekar Negari” terima kasih atas bantuan dan kekeluargaan selama 4 tahun ini.

  10. Teman

  • –teman Psikologi angkatan 2008, terima kasih atas dukungan dan dinamikanya selama 4 tahun ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis terbuka menerima kritik dan saran membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL ............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v ABSTRAK .............................................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................ vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... viii KATA PENGANTAR ............................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................

  1 B. Rumusan Masalah ................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian .................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ...............................................................

  6 1. Manfaat Teoretis..............................................................

  6 2. Manfaat Praktis................................................................

  6 a. Untuk para pensiunan .................................................

  6 b. Untuk keluarga pensiunan ..........................................

  7

  BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................

  8 A. Pra Pensiun Karyawan Laki

  8 –laki .........................................

  1. Pengertian Pra Pensiun ...................................................

  8 2. Karakteristik Pra Pensiun ................................................

  10 B. Kecemasan ...........................................................................

  11 1. Pengertian Kecemasan ....................................................

  11

  2. Bentuk 12 –bentuk Kecemasan .............................................

  3. Faktor 14 –faktor yang Mempengaruhi Kecemasan .............

  4. Gejala Kecemasan ...........................................................

  14 C. Penerimaan Diri ...................................................................

  16 1. Pengertian Penerimaan Diri.............................................

  16

  2. Komponen 17 – komponen Penerimaan Diri .......................

  3. Faktor

  • – faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Penerimaan Diri ...............................................................

  19 D. Dinamika Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Pada Karyawan Laki

  • –laki Pra Pensiun ...........................................................................

  20 E. Hipotesis ...............................................................................

  24 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................

  25 A. Identifikasi Variabel .............................................................

  25 B. Definisi Operasional.............................................................

  25 1. Penerimaan Diri ...............................................................

  25 2. Kecemasan.......................................................................

  26

  C. Subjek Penelitian ..................................................................

  27 D. Jenis Penelitian .....................................................................

  27 E. Prosedur ...............................................................................

  28 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................

  28 1. Skala Penerimaan Diri .....................................................

  29 a. Penyusunan Item .........................................................

  29 b. Pemberian Skor ...........................................................

  30 2. Skala Kecemasan .............................................................

  31 a. Penyusunan Item .........................................................

  32 b. Pemberian Skor ...........................................................

  32 G. Uji Validitas dan Reliabilitas ...............................................

  33 1. Validitas...........................................................................

  33 2. Seleksi Item Alat Ukur ....................................................

  34 a. Prosedur Seleksi Item .................................................

  34 b. Hasil Seleksi Item .......................................................

  36 3. Uji Reliabilitas .................................................................

  39 a. Prosedur Pengujian .....................................................

  39 b. Hasil Pengujian Reliabilitas ........................................

  40 H. Teknik Analisis Data ............................................................

  40 1. Uji Asumsi Analisis Data ................................................

  40 a. Uji Normalitas ............................................................

  40 b. Uji Linearitas ..............................................................

  41 2. Uji Hipotesis ....................................................................

  41

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................

  43 A. Pelaksanaan Penelitian .........................................................

  43 B. Deskripsi Data Penelitian .....................................................

  44 C. Hasil Penelitian ....................................................................

  45 1. Uji Asumsi .......................................................................

  45 a. Uji Normalitas ............................................................

  45 b. Uji Linearitas ..............................................................

  46 2. Uji Hipotesis ....................................................................

  47 D. Hasil Penelitian Tambahan ..................................................

  47 1. Jabatan .............................................................................

  47 E. Pembahasan ..........................................................................

  49 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................

  53 A. Kesimpulan ..........................................................................

  53 B. Saran .....................................................................................

  53 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  55 LAMPIRAN ............................................................................................

  59

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1. Blueprint Sebaran Item Skala Penerimaan Diri Sebelum Seleksi Item ............................................................................

  31 Tabel 2. Blueprint Sebaran Item Skala Kecemasan Sebelum Seleksi Item ............................................................................

  33 Tabel 3. Distribusi Item-item Pernyataan yang Valid dan Gugur Skala Penerimaan Diri ............................................................

  36 Tabel 4. Distribusi Item-item Pernyataan yang Valid Skala Penerimaan Diri ............................................................

  37 Tabel 5. Distribusi Item-item Pernyataan yang Valid dan Gugur Skala Kecemasan ....................................................................

  38 Tabel 6. Distribusi Item-item Pernyataan yang Valid Skala Kecemasan ....................................................................

  38 Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Penelitian .........................................

  44 Tabel 8. Data Teoretis dan Data Empiris .............................................

  44 Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Sebaran .................................................

  45 Tabel 10. Hasil Uji Linearitas Hubungan ...............................................

  46 Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis .................................................................

  47 Tabel 12. Perbandingan Mean Empirik Kecemasan Berdasarkan Jabatan ....................................................................................

  47 Table 13. Perbandingan Mean Empirik Penerimaan Diri Berdasarkan Jabatan ....................................................................................

  48

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Skala ................................................................................

  59 Lampiran 2. Reliabilitas Skala A dan B...............................................

  71 Lampiran 3. Deskripsi Data Penelitian ................................................

  76 Lampiran 4. Uji Normalitas .................................................................

  78 Lampiran 5. Uji Linearitas ...................................................................

  80 Lampiran 6. Uji Hipotesis ....................................................................

  82 Lampiran 7. Hasil Penelitian Tambahan ..............................................

  84

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pensiun adalah akhir pola hidup seseorang saat berhenti dari pekerjaan

  yang selama ini ditekuninya (Schwartz dalam Hurlock, 2002). Pensiun juga dapat diartikan sebagai perubahan finansial, peran dan nilai (Tarigan, 2009; Bradbury, 1987). Masa pensiun menyebabkan hilangnya hak

  • –hak tertentu dalam bekerja, seperti hilangnya penghasilan, jabatan, fasilitas, status sosial, harga diri dan kesempatan untuk berinteraksi dengan rekan kerja (Tarigan, 2009; Eyde dalam Eliana, 2003). Pada saat masa pensiun tiba, sebagian orang cenderung merasa sudah tidak produktif dan dipandang tidak bisa bekerja dengan baik lagi oleh masyarakat (Bradbury, 1987)

  Kehadiran masa pensiun ini akan menimbulkan masalah bagi sebagian orang. Seseorang yang hampir setiap harinya bekerja dan tiba

  • –tiba harus berhenti bekerja membuat mereka merasa tidak berharga dan cemas. Hal ini disebabkan karena bekerja dianggap sebagai kepuasan dan kebahagiaan yang bisa mendatangkan uang, status dan harga diri (Suardiman, 2011).

  Ketika masa pensiun tiba seseorang juga akan mengalami beberapa perubahan dalam hidupnya, seperti perubahan ekonomi, prestise dan status sosial dalam masyarakat (Suardiman, 2011; Eyde dalam Eliana, 2003). Perubahan ekonomi yang dirasakan, seperti penghasilan mereka akan

  (Bradbury, 1987). Perubahan pola kehidupan tersebut dapat membuat sebagian orang mengalami kecemasan dan perasaan tidak berguna pada lingkungan keluarga maupun masyarakat (Bradbury, 1987). Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat Amerika dan Jerman merasa khawatir dan cemas terhadap pensiun karena mereka khawatir akan penurunan keuangannya, sehingga mereka merasa tidak mempunyai dana yang cukup untuk memenuhi biaya kesehatan yang cukup besar di saat mereka berusia lanjut (McConatha, dkk, 2009).

  Kehilangan jabatan atau kedudukan ketika pensiun dapat menimbulkan efek negatif pada sebagian orang, seperti rasa cemas yang dapat berdampak pada penurunan fisik dan mental (Suardiman, 2011; Solinge, 2007; Tarigan, 2009). Kehilangan jabatan yang telah didudukinya selama bekerja juga dapat membuat mereka sulit untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan situasi pensiun, sehingga ketika masa pensiun tiba tingkat kecemasannya meningkat (Tarigan, 2009).

  Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami dalam suatu keadaan (Priest dalam Safaria & Saputra, 2009). Kecemasan juga dapat diartikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan ditandai dengan rasa khawatir dan takut (Atkinson, dkk dalam Safaria & Saputra, 2009). Perasaan cemas yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang tentang situasi yang sedang dirasakan dan pengetahuan tentang kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya (Safaria & Saputra, 2009).

  Dari hasil penelitian, laki

  • –laki memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada perempuan saat menjelang pensiun (Prastiti, 2005). Penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa harga diri laki
  • –laki lebih tinggi daripada perempuan, sehingga laki–laki akan merasa lebih khawatir, cemas dan memiliki pandangan yang negatif terhadap masa pensiun (Hanayanthi, 2003; Setiarini, 2010). Hal tersebut disebabkan karena menurut >–laki tanpa bekerja mereka akan merasa tidak berharga. Dalam keluarga, laki
  • –laki berperan sebagai kepala keluarga sekaligus suami untuk istri dan sebagai bapak untuk
  • –anaknya. Ketika masa pensiun tiba, sebagian laki
  • –laki berpikir tidak akan dihargai lagi oleh keluarganya sebagai kepala keluarga (Yulianti, 2010). Oleh karena itu, subjek pada penilitian ini hanya menggunakan subjek laki –laki saja.

  Pada sebagian karyawan pra pensiun sudah memiliki perencanaan dan aktivitas sampingan yang bersifat sukarela, seperti perkumpulan gereja, tetapi mereka tetap merasa cemas dan tidak berharga dalam melakukan aktivitas tersebut. Menurut mereka aktivitas tersebut tidak menambah penghasilan mereka dan tidak membuat dirinya merasa berharga seperti saat bekerja. Mereka juga merasa kegiatan yang mereka lakukan tidak sebanding dengan jabatan yang mereka duduki ketika bekerja (Suharyo, Nouwen & Gaffney, 1989). Hal ini dikarenakan mereka belum mampu menerima dirinya yang sebentar lagi akan pensiun.

  Seseorang yang mengalami kecemasan pada masa pra pensiun merasa sudah tidak ada lagi yang bisa dibanggakan pada dirinya. Mereka merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh instansi tempat mereka bekerja, karena menurut mereka sudah ada generasi muda yang lebih baik dari dirinya.

  Perasaan tersebut akan menimbulkan kemarahan kepada diri sendiri, orang lain maupun kepada anggota keluarganya. Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus

  • –menerus dalam waktu yang cukup lama, maka akan terjadi depresi, stres berat dan putus asa yang dapat menimbulkan penyakit kronis, seperti darah tinggi, kolestrol, liver, jantung koroner, kanker dan stroke (Tarigan, 2009). Banyak orang yang sebelum pensiun meninggal dunia karena mereka memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan merasa tidak mampu menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak akan bekerja lagi untuk selamanya (Tarigan, 2009).

  Seseorang yang mengalami kecemasan juga disebabkan karena mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya (Daradjat, 1996). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan penyesuaian diri. Semakin tinggi kecemasan, maka semakin rendah penyesuaian diri seseorang dalam menghadapi masa pensiun (Ariyani, 2008). Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh, maka semakin rendah kecemasan dalam menghadapi pensiun (Sari & Kuncoro, 2009; Setyaningsih, 2008). Penelitian lain menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai BRI. Semakin tinggi kecerdasan emosi, maka semakin rendah tingkat kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai BRI (Oktaviana & Kumolohadi, 2008). Namun, dari hasil penelitian lain menunjukkan bahwa penyesuaian diri yang baik lebih ditekankan pada bagaimana individu itu sendiri menyesuaikan diri, meskipun dukungan sosial, keluarga dan ekonomi sudah tercukupi (Solinge, 2007). Dalam hal ini penerimaan diri membantu seseorang dalam menyesuaikan diri, sehingga sifat

  • –sifat dalam dirinya seimbang (Solinge, 2007). Seseorang yang memiliki penerimaan diri yang baik akan mampu menyesuaikan diri dengan baik pula. Penyesuaian diri termasuk dalam bagian dari penerimaan diri. Selain itu, apabila seseorang mampu menerima dirinya dengan baik, maka mereka juga mampu menghadapi perubahan –perubahan yang terjadi.

  Seseorang juga akan yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi masalah dan mampu bersosialisasi. Mereka juga mampu menerima dirinya dengan positif dan mampu menghargai dirinya sendiri (Jersild, 1963). Seseorang yang penerimaan dirinya positif memiliki sikap positif terhadap diri, mau mengakui dan menerima beberapa aspek pada dirinya termasuk sifat yang baik dan buruk (Ryff & Singer, 1996). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan pada karyawan laki

  • –laki pra pensiun. Selain itu, sejauh ini belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti hubungan penerimaan diri dengan kecemasan karyawan laki –laki pra pensiun.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan pada karyawan laki

  • –laki pra pensiun?”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan pada karyawan laki

  • –laki pra pensiun.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

  ilmiah dalam bidang psikologi perkembangan mengenai penerimaan diri karyawan laki

  • –laki pra pensiun.

  2. Manfaat Praktis

a. Untuk para pensiunan

   Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan

  karyawan laki

  • – laki pra pensiun mengenai penerimaan diri dan bagaimana hubungannya dengan kecemasan pada karyawan laki
  • –laki pra pensiun.

b. Untuk keluarga pensiunan

   Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga

  pensiunan untuk mengetahui dan memahami kondisi anggota keluarganya yang menjelang masa pensiun. Oleh karena itu, mereka tahu bagaimana cara mendampingi dan memberikan dukungan untuk keluarganya yang akan menghadapi masa pensiun.

BAB II LANDASAN TEORI A. PRA PENSIUN KARYAWAN LAKI

  • –LAKI

1. Pengertian Pra Pensiun

   Masa pra pensiun adalah masa dimana seseorang mulai mendekati

  masa pensiun dan mulai menyadari bahwa masa pensiun sudah dekat, sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Pada masa pra pensiun karyawan mulai mengikuti program persiapan pensiun (Santrock, 2002; Eliana, 2003).

  Beberapa ahli mendefinisikan pensiun sebagai akhir pola hidup seseorang saat berhenti bekerja dari pekerjaan yang selama ini telah ditekuninya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (Schwartz dalam Hurlock, 1980; Tarigan, 2009). Pada masa pensiun biasanya akan menghadapi masalah penyesuaian finansial dan psikologis, seperti penghasilan menjadi berkurang, merasa tidak berguna dan merasa kontak sosialnya cenderung berkurang (Bradbury, 1987; Suardiman, 2011).

  Batas usia pensiun ditentukan oleh pemerintah atau perusahaan sesuai dengan latar belakang pekerjaannya. Usia pensiun di Indonesia rata

  • –rata pada usia 56 tahun, walaupun ada juga yang pensiun pada usia 65 tahun, misalnya dosen dan peneliti (Tarigan, 2009; Suardiman, 2011).
Pensiun juga dapat didefinisikan sebagai proses pelepasan diri dari pekerjaannya setelah mencapai usia tertentu di suatu perusahaan, tetapi tidak melepaskan diri dari kegiatan lainnya (Parkinson, Rustomji & Vieira, 1990). Menurut Tarigan (2009) ada beberapa penyebab pensiun, yaitu karena sudah mencapai usia pensiun, diberhentikan dengan tidak hormat, pemutusan hubungan kerja (PHK), pensiun dini, sakit yang berkepanjangan, permintaan sendiri atau sesuai dengan masa jabatan yang diemban.

  Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pensiun adalah berhentinya seseorang dari pekerjaan karena telah mencapai usia tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah atau suatu perusahaan, sehingga terjadi perubahan finansial, status dan aktivitas.

   Terdapat dua fase pra pensiun yang dilalui oleh para karyawan

  pada masa dewasa awal, yaitu:

  a. Fase Jauh (The Remote Phase) Fase ini terjadi pada beberapa tahun sebelum tibanya masa pensiun. Pada fase ini sebagian karyawan belum sepenuhnya melakukan sesuatu untuk mempersiapkan masa pensiunnya. Masa pensiun masih dipandang sebagai masa yang jauh. b. Fase Dekat (The Near Phase) Pada fase ini karyawan mulai berpartisipasi atau sudah sepenuhnya menyiapkan program pra pensiun. Selain itu, karyawan juga mulai menyadari pentingnya perencanaan keuangan. Beban kerja mereka mulai dikurangi dan diminta untuk membimbing generasi penerusnya yang akan menggantikan mereka setelah pensiun. (Atchley dalam Santrock, 2002; Aiken dalam Eliana, 2003).

  Pada umumnya usia pensiun di Indonesia adalah 56 tahun. Namun, pada penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah karyawan yang sedang memasuki fase dekat pra pensiun, yaitu 1 sampai 2 tahun sebelum pensiun (usia 54

  • –55 tahun). Menurut Tarigan (2002) masa kritis terjadi pada saat 1 sampai 2 tahun sebelum pensiun.

2. Karakteristik Pra Pensiun

  Usia karyawan yang memasuki masa pra pensiun fase dekat biasanya pada usia 54 sampai 55 tahun (1

  • –2 tahun sebelum pensiun). Masa pra pensiun yang termasuk dalam fase dekat (The Near Phase) biasanya ada pada tahap perkembangan dewasa madya. Pada tahap ini seseorang mengalami beberapa perubahan perkembangan. Perubahan fisik yang dialami pada tahap ini adalah kulit mulai keriput, rambut yang memutih, daya ingat, penglihatan dan pendengaran mulai menurun. Perubahan psikologis ditunjukkan dengan perasaan cemas yang
berlebihan, merasa tidak dianggap oleh masyarakat sekitar dan mulai jenuh dengan kegiatan sehari

  • –hari (Santrock, 2002). Pada penelitian ini akan menggunakan subjek laki
  • –laki, karena menurut >–laki bekerja adalah hal utama dalam hidupnya dan dengan bekerja mereka akan mendapatkan status dan merasa berharga. Dengan bekerja mereka bisa memenuhi kehidupan keluarganya. Dari hasil penelitian juga dikatakan bahwa harga diri laki
  • –laki lebih tinggi daripada perempuan, karena menurut >–laki tanpa bekerja mereka merasa tidak berharga (Hanayanthi, 2003; Setiarini, 2010). Dari hasil penelitian lain dikatakan bahwa laki
  • –laki memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi daripada perempuan saat menjelang pensiun (Prastiti, 2005). Kecemasan yang dirasakan oleh karyawan >–laki pra pensiun menimbulkan masalah pada penyesuaian keuangan dan psikologis. Dalam keluarga, laki
  • –laki berperan sebagai kepala keluarga sekaligus suami untuk istri dan bapak untuk
  • –anaknya. Ketika masa pensiun tiba, sebagian laki– laki berpikir tidak akan dihargai lagi oleh keluarganya sebagai kepala keluarga (Yulianti, 2010).

B. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan

  Kecemasan merupakan perasaan dan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan rasa khawatir dan takut pada suatu keadaan (Priest & Atkinson, dkk dalam Safari & Saputra, 2009; Muchlas dalam Gufron & Risnawita, 2010). Kecemasan juga dapat diartikan sebagai pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan pada seseorang ditandai dengan kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang dan emosi (Gufron & Risnawita, 2010). Menurut ahli lain, kecemasan adalah perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik agar seseorang mengetahui akan terjadi suatu ancaman atau bahaya. Perasaan cemas tersebut tetap dirasakan walaupun situasi yang tidak menyenangkan dan mengancam tersebut sudah tidak ada lagi (Freud dalam Semiun, 2006). Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan mampu memberi tahu kita bahwa akan terjadi bahaya (Freud dalam Semiun, 2006).

  Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah reaksi emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan rasa takut, cemas dan tegang.

2. Bentuk – bentuk Kecemasan

   Perasaan cemas dibedakan menjadi dua berdasarkan penyebabnya,

  yaitu state anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalah reaksi emosi yang bersifat sementara dan muncul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman. Trait anxiety merupakan perasaan cemas yang bersifat menetap dalam menghadapi berbagai macam situasi yang sebenarnya tidak bahaya. Kecemasan yang termasuk dalam kategori trait anxiety lebih dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang (Lazarus dalam Gufron & Risnawita, 2010).

  Ahli lain mengatakan bahwa kecemasan dibagi menjadi tiga, yaitu kecemasan neurotik, kecemasan moral dan kecemasan realistik (Freud dalam Semiun, 2006). Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak diketahui. Kecemasan neurotik terjadi karena ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan (Freud dalam Safaria & Saputra, 2009). Kecemasan moral terjadi karena adanya konflik antara ego dan superego. Kecemasan moral juga terjadi apabila seseorang gagal dalam melakukan sesuatu yang dianggap baik secara moral (Freud dalam Semiun, 2006). Kecemasan realistik adalah perasaan yang tidak menyenangkan terhadap suatu ancaman yang mungkin terjadi (Freud dalam Semiun, 2006).

  Karyawan pra pensiun mengalami kecemasan yang termasuk dalam bentuk state anxiety karena perasaan cemas yang dirasakan oleh karyawan pra pensiun bersifat sementara dan dirasakan pada masa

  • –masa kritis, yaitu setahun sampai dua tahun menjelang pensiun. Kecemasan karyawan pra pensiun juga termasuk dalam bentuk kecemasan realistik,
  • – hal ini dikarenakan karyawan pra pensiun merasa cemas dengan kondisi kondisi setelah pensiun yang belum mereka ketahui. Setelah pensiun penghasilan mereka menurun, tetapi kemungkinan besar kebutuhan hidupnya masih sama seperti saat mereka bekerja atau bahkan bisa lebih besar terutama untuk anggaran kesehatan.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

   Menurut Adler dan Rodman (dalam Ghufron & Risnawita, 2010)

  kecemasan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:

  a. Pengalaman negatif pada masa lalu, pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa lalu yang mungkin bisa terjadi lagi pada masa mendatang.

  b. Pikiran yang tidak rasional, yaitu suatu kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian.

  Menurut Davidson (dalam Safaria & Saputra, 2009), kecemasan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: a. Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang tentang situasi atau kondisi yang sedang dirasakan.

  b. Pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk mengendalikan dirinya dalam menghadapi situasi atau kondisi tertentu.

4. Gejala Kecemasan

   Menurut Daradjat (1996) gejala kecemasan dapat terlihat dalam 2

  bentuk, yaitu:

  a. Gejala fisik yang sering muncul, yaitu ujung

  • –ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak terganggu, jantung berdebar lebih kencang, sering berkeringat, tidur tidak nyenyak, nafsu makan berkurang, kepala pusing, nafas terengah –engah, dan sebagainya.
b. Gejala mental yang sering muncul, seperti merasa sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau musibah, sulit memusatkan perhatian/ berkonsentrasi, rendah diri, tidak percaya diri dan merasa tidak tenang.

  Menurut Nevid, dkk (2003) gejala kecemasan terdiri dari 3, yaitu:

  a. Gejala fisik, yaitu tangan dan anggota tubuh gemetar, banyak berkeringat, kepala pusing, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, sering buang air kecil dan panas dingin.

  b. Gejala perilaku muncul berupa perilaku menghindar, perilaku dependen dan perilaku tidak tenang atau gelisah.

  c. Gejala kognitif, yaitu merasa khawatir tentang sesuatu, merasa takut terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, takut akan kehilangan control, takut akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah dan sulit berkonsentrasi atau memusatkan pikiran.

  Hoeksema, Susan Nolen (2007) menyebutkan bahwa terdapat 4 gejala kecemasan, yaitu: a. Gejala fisik, yaitu, banyak berkeringat, gugup, sakit perut, tangan dan kaki terasa dingin, tidak selera makan, kepala pusing, sulit benafas, jantung berdetak kencang, sering buang air kecil, sulit tidur. b. Gejala emosi, yaitu sangat mudah tersinggung, mudah marah, mudah gelisah, takut, resah, khawatir, kecewa.

  c. Gejala kognitif, yaitu cemas terhadap sesuatu, pelupa, sulit berkonsentrasi, sulit berpikir jernih.

  d. Gejala perilaku muncul berupa perilaku menghindar, tidak perhatian, bersikap kasar, acuh tak acuh, diam, bingung, tersinggung.

  Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan pra pensiun adalah reaksi emosi yang tidak menyenangkan pada saat mendekati masa pensiun yang ditandai dengan munculnya gejala fisik, gejala perilaku, gejala emosi dan gejala kognitif.

C. PENERIMAAN DIRI

1. Pengertian Penerimaan Diri

   Penerimaan diri merupakan ciri utama dari kesehatan mental,

  karakteristik dari aktualisasi diri dan mampu berfungsi secara optimal serta matang (Ryff & Singer, 1996). Ahli lain mengatakan bahwa penerimaan diri adalah bentuk lain dari kepribadian matang. Individu yang matang memiliki gambaran diri yang positif, sehingga dapat mengantisipasi situasi yang menyakitkan dan mengetahui kelemahannya tanpa harus merasa benci dengan dirinya sendiri (Allport dalam Hjlle & Ziegler, 1981). Apabila seseorang mampu menerima dirinya, maka orang tersebut juga mampu menyesuaikan diri dengan baik. Mereka mampu melihat dirinya sebagaimana mereka adanya dan menilai diri sendiri secara realistis (Comb dalam Hurlock, 1973).

  Seseorang yang penerimaan dirinya positif memiliki sikap positif terhadap diri, mau mengakui dan menerima beberapa aspek pada dirinya termasuk sifat yang baik dan buruk. Sedangkan, orang yang penerimaan dirinya negatif akan merasa tidak puas dengan diri sendiri (Ryff & Singer, 1996). Menurut ahli lain, seseorang yang penerimaan dirinya negatif akan merendahkan dirinya sendiri, mengucilkan dirinya sendiri dan mengingkari kebutuhannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan orang lain (Hurlock, 1973).

  Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah keyakinan akan karakteristik dirinya, termasuk kelemahannya, serta mampu berfungsi secara optimal dan matang.

2. Komponen –komponen Penerimaan Diri

  Menurut Sheerer (dalam Cronbach, 1963) komponen

  • –komponen penerimaan diri terdiri dari:

  a. Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan.

  b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang setara dengan orang lain.

  c. Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya. d. Menempatkan dirinya seperti individu yang lainnya, sehingga individu lain dapat menerima dirinya.

  e. Berani bertanggungjawab atas perilaku yang telah dilakukannya.

  f. Mampu menerima pujian atau celaan atas dirinya secara objektif.

  g. Percaya akan prinsip

  • –prinsip hidupnya tanpa dipengaruhi oleh pendapat orang lain.

  h. Mampu mengenali kelemahan

  • –kelemahannya tanpa harus menyalahkan diri sendiri.

  i. Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan

  • –dorongan dan emosi –emosi yang ada pada dirinya.

  Pada penelitian ini akan menggunakan komponen penerimaan diri menurut Sheerer (dalam Cronbach, 1963) sebagai indikator penerimaan diri, indikator tersebut dipersempit menjadi 7 komponen. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa komponen yang memiliki kesamaan, sehingga komponen

  • –komponen tersebut digabungkan. Komponen yang digabungkan yaitu, komponen c dengan h, karena tidak merasa malu dengan keadaan dirinya berarti mampu mengenali keadaannya yang buruk atau kelemahannya. Selain itu, komponen yang digabungkan yaitu, komponen b dan d, karena ketika seseorang menganggap dirinya berharga sebagai seorang yang setara dengan orang lain, maka mereka juga akan mampu menempatkan dirinya seperti orang lain. Oleh karena itu, komponen tersebut terdiri dari:
a. Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapi masa pensiun nantinya.

  b. Menganggap dirinya berharga dan sederajat dengan orang lain meskipun sebentar lagi akan menghadapi masa pensiun.

  c. Berani bertanggungjawab atas perilaku yang telah dilakukannya menjelang pensiun.

  d. Mampu menerima pujian atau celaan atas dirinya secara objektif meskipun sebentar lagi akan pensiun.

  e. Percaya akan prinsip

  • –prinsip hidupnya menjelang pensiun tanpa dipengaruhi oleh pendapat orang lain.

  f. Mampu mengenali kelemahan

  • –kelemahannya menjelang pensiun tanpa harus menyalahkan diri sendiri.

  g. Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan

  • –dorongan dan emosi –emosi yang dirasakan menjelang pensiun.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Penerimaan Diri

   Menurut Hurlock (1974), ada beberapa hal yang dapat

  mempengaruhi pembentukan penerimaan diri, yaitu:

  a. Memahami diri sendiri

  b. Memperoleh penghargaan yang realistik

  c. Adanya perilaku sosial yang mendukung

  d. Adanya kondisi emosi yang menyenangkan dan tidak ada tekanan emosi e. Pengaruh pengalaman sukses

  f. Identifikasi dengan individu yang penyesuaian dirinya baik

  g. Perspektif diri yang relistik

  h. Didikan yang baik di masa kecil i. Konsep diri yang stabil

  Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah keyakinan akan dirinya sendiri yang dapat dilihat dari keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dalam menjalani hidup, menganggap dirinya berharga, berani bertanggungjawab atas perilaku yang dilakukannya, mampu menerima pujian atau celaan atas dirinya secara objektif, percaya akan prinsip hidupnya tanpa dipengaruhi oleh pendapat orang lain, mampu mengetahui kelemahannya tanpa harus menyalahkan diri sendiri dan tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan dan emosi yang ada pada dirinya.

  

D. DINAMIKA HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN

KECEMASAN PADA KARYAWAN LAKI

  • –LAKI PRA PENSIUN