RPI2JM Kabupaten Lombok Barat

  Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten Lombok Barat seperti batas administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan

ekonomi wilayah.

  RPI2JM Kabupaten Lombok Barat TAHUN 2015 - 2019

BAB 4.

  GAMBARAN UMUM WILAYAH

  4.1. Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

  Secara geografis wilayah Kabupaten Lombok Barat terletak antara 1150,46’ sampai dengan 1160.28’ Bujur Timur, dan 80.12’ sampai dengan 80.55’ Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah :  Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara  Sebelah Selatan : Samudera Indonesia,  Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kab. Lombok Barat,  Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat terletak di Gerung sekaligus sebagai pusat Pemerintahan. Kabupaten Lombok Barat sendiri mempunyai luas wilayah + 2.215,11 Km2 yang terdiri dari daratan seluas + 862,62 Km2 dan lautan seluas 1.352,49 Km2. Peta administrasi Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada peta 3.1 berikut :

Gambar 4.1 Peta administratif Kabupaten Lombok Barat.

  en Lombok Barat Sumber: RTRW Kabupaten Lombok Barat, 2011

3. Gerung Gerung 62,30

  73

  2013 2012 2011 2010

  35 748 Total

  36 785

  3 115 4 813 3 115 4 796

  63 1.053,92 3 119

  10. Batu Layar Batu Layar 34,11 - 9 -

  9. Gunung Sari Gunung Sari 89,74 - 16 - 102

  93

  8. Lingsar Lingsar 96,58 - 15 -

  7. Narmada Narmada 107,62 - 21 - 129

  40

  6. Kuripan Kuripan 21,56 - 6 -

  74

  5. Kediri Kediri 21,64 - 10 -

  4. Labuapi Labuapi 28,33 - 12 -

  Secara administrasi Kabupaten Lombok Barat terbagi dalam 10 Kecamatan, 119 Desa, 3 Kelurahan dan 820 Dusun dimana Kecamatan Sekotong memiliki luas wilayah terbesar dengan luas wilayah ± 529,38 Km2 dan terkecil Kecamatan Kuripan dengan luas wilayah ± 21,56 Km2, seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut di bawah ini.

  70

  3 11 -

  81

  2. Lembar Lembar 62,66 - 10 -

  95

  1. Sekotong Sekotong 529,38 - 9 -

  Jumlah Dusun

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  Desa Jumlah Desa Persiapan

  Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah

  Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Luas

  Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2014 tercatat sebanyak 644.586 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 315.094 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 329.429 jiwa. Rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) di Kabupaten Lombok Barat adalah sebesar 95,63%. Dilihat dari persebaran penduduk, penduduk Kabupaten Lombok Barat banyak terkonsentrasi di Kecamatan Narmada. Berikut ini adalah rincian kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Lombok Barat.

  4.2. Gambaran Demografi

  Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan dan Desa Tiap Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014

  • 820
  • 88
  • 88

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Rata-Rata Anggota Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

  

di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015

  Berikut ini adalah rincian jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat berdasarkan jenis kelamin tahun 2014.

  

Tabel.4.3

Jumlah Penduduk dan Sex Rasio Menurut Kecamayan dan Jenis Kelamin

Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014

  Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2014 adalah sebesar 1,49% dari jumlah penduduk pada tahun 2010. Adapun kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan paling tinggi adalah Kecamatan Sekotong yakni sebesar 1,49%.

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Tahun 2000, 2010 dan Laju Pertumbuhan

  

Menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012

  4.3. Gambaran Topografi

  Berdasarkan kondisi topografinya, wilayah Kabupaten Lombok Barat dikategorikan sebagai berikut : a. ketinggian 0 - 100 meter di atas permukaan laut, memiliki luas sebesar 34.800 Ha atau 40,80% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat b. ketinggian 100-500 meter, memiliki luas wilayah sebesar 40.966 Ha atau 48% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat c. ketinggian 500-1000 meter memiliki luas wilayah 8.650 Ha atau 10,1% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat, dan d. ketinggian 1000 meter keatas seluas 885 Ha atau 1,0% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat..

Tabel 4.5 Luas Kemiringan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014

  No Ketinggian Luas Wilayah (ha) Persentase (%) (1) (2) (3) (4) 1. – 100 m dpl 34.800,00 40,80 2. 100 – 500 m dpl 40.966,00 48,00 3. 500 – 1.000 m dpl 8.650,00 10,10 4. > 1.000 dpl 885,00 1,00

  Total 85.301,00 100,00 Sumber data : Profil Daerah Kab. Lombok Barat 2014

  Kemiringan tanah merupakan suatu faktor yang sangat perlu dipertimbangkan didalam segala kegiatan pembangunan, terutama pembangunan yang bersifat fisik. Hal ini mengingat lereng atau kemiringan tanah sangat berpengaruh terhadap erosi permukaan tanah. Semakin panjang dan semakin besar kemiringan tanah, akan semakin cepat aliran permukaan dan semakin besar daya angkut dari aliran tersebut. Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Lombok Barat sangat bervariasi dan di klasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas kemiringan sebagai berikut: a. Tingkat kemiringan 0-2 % merupakan tingkat kemiringan yang paling luas mencapai sekitar 31.841 Ha atau 37,3 % dari luas Kabupaten Lombok Barat ; b. Tingkat kemiringan 2-15 % mencapai seluas 10.657 Ha atau 12,5% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat ; c. Tingkat kemiringan 15-40 % seluas 25.920 Ha atau 30,3 % dari luas

  Kabupaten Lombok Barat dan

  d. Tingkat kemiringan lahan 40 % keatas seluas 16.883 Ha atau 19,8% dari luas Kabupaten Lombok Barat dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat.

  Apabila dilihat penyebaran dari masing

  • – masing kelas kemiringan tanah dalam tiap Kecamatan, maka Kecamatan Labuapi dan Kediri termasuk kategori relatif datar jika diprosentasekan dengan jumlah keseluruhan luas wilayahnya, sedangkan Kecamatan Kuripan dan Kecamatan Gerung sebagian besar termasuk datar walaupun sebagian kecil ada yang bergelombang sampai terjal. Untuk wilayah utara dan selatan sebagian besar wilayahnya bergelombang sampai terjal, oleh karena itu bentuk kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di kecamatan wilayah utara maupun wilayah selatan harus selalu berorientasi menghindari timbulnya kerusakan tanah.

Tabel 4.6 Tingkat Kemiringan Tanah di Wilayah Kabupaten Lombok Barat No Kecamatan Luas Peringkat Kemiringan (Ha) Jumlah (ha) 0 - 5 %

  5 – 15 % 15 – 40 % > 40 %

  1. Gunungsari 2.946 985 1.075 3.968 8.974

  2. Batulayar 1.968 891 552 3.411

  3. Narmada 2.827 2.562 2.898 2.475 10.762

  4. Lingsar 3.835 2.838 2.985 9.658

  5. Kediri 1.565 134 158 307 2.164

  6. Kuripan - 986 899 271 2.156

  7. Labuapi 1.858 975 - - 2.833

  8. Gerung 4.120 1.072 722 316 6.230

  9. Lembar 2.595 2.149 2.285 - 7.029

  10. Sekotong 8.946 3.167 14.576 6.356 33.045 Jumlah 30.660 15.759 26.150 13.693 86.262 Persentase (%) 35,54 18,27 30,31 15,87 100,00

  Sumber data : BPN Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008

  4.4. Gambaran Geohidrologi

  Wilayah Kabupaten Lombok Barat dilalui oleh banyak aliran sungai dan anak sungai, namun tidak semua sungai berair sepanjang tahun. Mata air yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Barat terdapat sekitar 146 sumber mata air yang airnya mengalir ke sungai

  • – sungai Meninting, Dodokan, Jangkuk, Babak dan Sekotong. Potensi air baku di Kabupaten Lombok Barat untuk pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) selama sepuluh tahun ke depan pada umumnya tersedia. Air permukaan yang dapat dimanfaatkan adalah : Sungai Meninting, Jangkok dan Babak. Yang memerlukan upaya khusus untuk air baku serta air minumnya adalah Gerung, Kediri, Narmada dan Lembar serta 2 (dua) Ibu Kota Kecamatan (IKK) dan 22 Desa.

  4.5. Gambaran Geologi

  Kabupaten Lombok Barat terdiri dari batuan sedimen dan batuan terobosan yang pada umumnya berkisar dari Tersier sampai Kuarter. Satuan batuan tersebut adalah formasi Pengulung yang tersusun dari hasil endapan gunung berapi. Satuan batuan termuda banyak ditemui di Kabupaten Lombok Barat bagian barat dan pantai utara timur laut Pulau Lombok. Kabupaten Lombok Barat secara fisiografi merupakan bagian dari Busur Gunung Api Nusa Tenggara Barat sekaligus merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah Timur dan Busur Banda disebelah barat. Busur tersebut membentang dari Pulau Jawa hingga mengitari Laut Banda. Dilihat dari kondisi morfologi, Kabupaten Lombok Barat memiliki daerah pegunungan dengan timbilan kasar. Bagian barat dan pantai utara-timur laut Pulau Lombok didominasi oleh dataran rendah dengan jenis tanah alluvium, batuan gunung api formasi lekopiko dan formasi kalibabak. Daerah ini sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian dan permukiman.

  4.6. Gambaran Klimatologi

  Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang beriklim tropis, dengan dua musim, yakni musim kemarau (April

  • – September) dan musim hujan (Oktober – Maret) dengan temperatur / suhu udara rata - rata berkisar antara 21,03°C
  • – 32,78°C dimana suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober dan November dengan suhu 33,8°C serta suhu terendah yang mencapai 17°C yang terjadi pada bulan Agustus.
Tabel 4.7 Temperatur, Kelembaban, dan Curah Hujan Menurut Bulan

  

di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Selaparang dalam Buku Profil Kabupaten Lombok Barat, 2014

4.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi

4.7.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

  Pada prinsipnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan komulatif pembangunan suatu daerah yang terfokus pada pembangunan manusia. Indikator ini ditetapkan oleh UNDP dengan maksud bahwa setiap usaha pembangunan selalu menempatkan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan bukan hanya sebagai alat bagi pembangunan. Berdasarkan pada prinsip ini, maka pembangunan di Kabupaten Lombok Barat secara konsisten memberikan perhatian kepada peningkatan IPM yang secara simultan diwujudkan dalam kebijakan pembangunan daerah. Dalam konstelasi regional provinsi, IPM Kabupaten Lombok Barat masih berada pada posisi yang tidak menggembirakan, yakni berada pada urutan ke-8 di antara sembilan kabupaten/kota se-Provinsi NTB. Hal ini merupakan tantangan yang cukup berarti bagi kebijakan pembangunan selanjutnya. Oleh karena itu fokus dan konsistensi kegiatan- kegiatan pembangunan hendaknya diarahkan untuk meningkatkan IPM secara berkelanjutan.

  

Tabel 4.8

  IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Peringkat IPM Provinsi NTB Tahun 2004-2007 PERINGKAT

IPM (0-100) PERINGKAT IPM (NASIONAL) KABUPATEN/KOTA

  Lombok Barat 61,27 61,71 62,50 63,19

  8

  8 431 432 445 444 Lombok Tengah 60,26 60,73 61,66 62,57

  9

  9 432 431 446 446 Lombok Timur 62,21 62,68 63,93 64,91

  7

  7 428 429 441 439 Sumbawa 65,72 66,07 66,67 67,23

  4

  5 391 389 408 416 Dompu 64,93 65,51 66,70 67,58

  5

  4 400 398 418 424 Bima 64,81 65,18 65,74 66,52

  6

  6 419 413 424 427 Sumbawa Barat 66,16 66,47 67,08 67,85

  3

  3 403 397 404 407 Lombok Utara 58,40 58,96 60,93 61,37

  10

  10 188 192 209 196 Kota Mataram 71,82 72,32 72,83 73,70

  1

  1 383 385 379 365 Kota Bima 68,02 68,56 69,10 69,83

  2

  2 428 429 441 439 64,66 65,20 66,23 66,89

  32

  32

  32

  32 PROVINSI NTB Sumber : BPS Provinsi NTB tahun 20012

  Perkembangan nilai IPM Kabupaten Lombok Barat secara agregatif pada setiap komponen menunjukkan kecendrungan kenaikan yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Tiga komponen dijadikan pengukuran pembangungan manusia yakni Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi, secara detail dijabarkan dalam empat indikator teknis yaitu Usia Harapan Hidup (UHH), Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), serta Kemampuan Daya Beli (Purchasing Power Parity).

  Pada prinsipnya usia hidup secara rata-rata sangat ditentukan oleh tingkat kelangsungan hidup penduduk sejak umur muda , yaitu sejak umur bayi dan di bawah usia lima tahun (balita). Adalah penting untuk melihat dan mengkaji perkembangan dari tingkat kelangsungan hidup tersebut. Sejauh ini ada tiga macam sumber data yang dapat digunakan untuk memperoleh data tersebut yaitu SP (Sensus Penduduk), Supas (Survei Penduduk Antar Sensus) dan Susenas.

  Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari Usia Harapan Hidup penduduk Kabupaten Lombok Barat yang setiap tahun mengalami kenaikan. Grafik 3.9 menunjukkan perkembangan harapan hidup di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2009

  • – 2012. Pada tahun 2009 usia harapan hidup hanya mencapai 60,40 tahun, kemudian mengalami kenaikan berarti menjadi 61,71 tahun pada tahun 2012. Apabila memperhatikan grafik 3.9. terlihat bahwa usia harapan hidup Kabupaten Lombok Barat masih lebih rendah dibandingkan rata-rata usia harapan hidup di NTB.

  

Grafik 3.9

Perbandingan Perkembangan Usia Harapan Hidup (UHH) Antara

Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2004-2007 (dalam Tahun)

No Kab/Kota 2009 2010 2011 2012

  1 Lombok Barat 60,40 60,84 61,28 61,71

  2 Lombok Tengah 60,66 61,09 61,52 61,96

  3 Lombok Timur 60,26 60,75 61,32 61,88

  4 Sumbawa 60,61 60,72 60,82 60,93

  5 Dompu 60,94 61,05 61,16 61,26

  6 Bima 62,62 62,93 63,24 63,55

  7 Sumbawa Barat 61,11 61,28 61,45 61,61

  10 Lombok Utara 60,18 60,56 60,94 61,32

  8 Kota Mataram 66,15 66,64 67,13 67,62

  9 Kota Bima 62,86 62,98 63,10 63,22 NTB 61,80 62,11 62,41 62,73

  Nasional 69,21 69,43 69,65 69,87

  Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat tahun 2012

  Pada periode pembangunan selanjutnya diharapkan fokus program pembangunan di bidang kesehatan hendaknya harus lebih terarah guna mendapatkan hasil yang lebih optimal dan berkelanjutan. Selanjutnya pada komponen pendidikan diukur oleh dua indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Dua indikator ini dipandang sebagai pengukur tingkat pengetahuan masyarakat. Sedangkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan secara umum yang dimiliki oleh penduduk secara agregat dapat digambarkan melalui rata-rata lama sekolah. Dengan demikian, dua indikator tersebut dapat menggambarkan tentang kualitas penduduk secara umum.

  

Grafik 3.10

Perbandingan Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Antara

Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2009-2012 (dalam persen)

No Kab/Kota 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (6) (7) (8) (9)

  1 Lombok Barat 76,41 76,42 77,62 78,59

  2 Lombok Tengah 71,20 71,48 72,88 73,92

  3 Lombok Timur 79,92 80,02 82,89 83,89

  4 Sumbawa 89,75 89,78 90,85 90,87

  5 Dompu 82,82 83,69 86,35 87,94

  6 Bima 85,83 85,87 86,23 87,02

  7 Sumbawa Barat 90,72 90,75 91,47 92,50

  10 Lombok Utara 71,01 71,27 76,97 77,00

  8 Kota Mataram 91,81 91,82 91,85 92,25

  9 Kota Bima 92,84 93,74 93,77 93,80 NTB 80,18 81,05 83,24 83,68

  Nasional 92,58 92,91 92,99 93,25

  Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat tahun 2012

  Pada tahun 2009 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis (melek huruf) di Kabupaten Lombok Barat hanya sebesar 76,41%. Kondisi ini bergerak secara gradual dan perlahan, sehingga pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,18 %, yaitu menjadi 78,59 %.

  Bila dibandingkan dengan kondisi NTB, AMH di Kabupaten Lombok Barat cukup rendah dengan perbedaan menyolok sebesar 5,09 persen pada tahun 2012. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan terobosan di bidang keaksaraan hendaknya menjadi terus ditingkatkan pada periode selanjutnya.

  Kemudian, dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun keatas di Kabupaten Lombok Barat menunjukkan kualitas sumber manusia masih cukup rendah. Pada tahun 2009, rata-rata lama sekolah hanya mencapai kelas 5 sekolah dasar, kemudian berlanjut rata-rata lama sekolah relatif tetap. Rata-rata lama sekolah penduduk mengalami kenaikan yang berarti terjadi pada tahun 2012, yaitu menjadi 6,10 tahun atau kelas 7 sekolah dasar.

  

Grafik 3.11

Perbandingan Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Antara

Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2009-2012 (dalam rasio)

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat tahun 2012.

  

No Kab/Kota 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (6) (7) (8) (9)

  9 Kota Bima 613,14 615,28 618,42 622,00 NTB 637,98 639,89 642,80 645,72

  8 Kota Mataram 642,17 645,13 648,01 650,09

  10 Lombok Utara 611,71 613,55 615,90 618,65

  7 Sumbawa Barat 627,86 629,89 631,73 632,76

  6 Bima 612,72 615,04 617,95 621,52

  5 Dompu 635,53 638,52 641,82 645,50

  4 Sumbawa 628,99 631,70 634,41 638,03

  3 Lombok Timur 621,85 624,06 625,27 628,09

  2 Lombok Tengah 625,37 627,56 629,26 632,97

  1 Lombok Barat 623,21 625,47 627,24 630,13

  Nasional 7,72 7,92 7,94 8,08

  

Grafik 3.12

Perbandingan Perkembangan Kemampuan Daya Beli Masyarakat

(Purchasing Power Parity) Antara Kabupaten Lombok Barat dan Prov. NTB

Tahun 2009-2012

  9 Kota Bima 9,25 9,39 9,71 10,22 NTB 6,73 6,77 6,97 7,19

  8 Kota Mataram 9,20 9,21 9,22 9,68

  10 Lombok Utara 4,98 5,17 5,60 5,61

  7 Sumbawa Barat 7,16 7,23 7,52 8,02

  6 Bima 7,24 7,26 7,38 7,59

  5 Dompu 7,20 7,32 7,71 7,97

  4 Sumbawa 7,12 7,21 7,35 7,64

  3 Lombok Timur 6,33 6,33 6,61 6,91

  2 Lombok Tengah 5,64 5,65 5,99 6,19

  1 Lombok Barat 5,87 5,89 6,09 6,10

  Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat tahun 2008

No Kab/Kota 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (6) (7) (8) (9)

  Nasional 631,46 633,64 638,05 641,04 Dalam bidang ekonomi, paritas daya beli masyarakat Kabupaten Lombok Barat terus mengalami kenaikan. Tabel 4.12 menunjukkanbahwa pada tahun 2009, paritas daya beli masyarakat Kabupaten Lombok Barat masih sekitar Rp. 623.210,- per kapita selama setahun dan mengalami kenaikan yang cukup berarti sampai pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 630.130,- per kapita selama setahun. Melambatnya kenaikan ini akibat kenaikan bahan bakar minyak pada tahun 2005 yang berdampak pada kenaikan harga- harga bahan kebutuhan pokok tanpa diimbangi peningkatan pendapatan masyarakat. Selain melambatnya perkembangan paritas daya beli masyarakat, nilai paritas daya beli masyarakat Lombok Barat selalu di bawah rata-rata nilai paritas daya beli masyarakat NTB. Perkembangan IPM Komposit selanjutnya memperlihatkan kecenderungan peningkatan yang konsisten secara komulatif. Pada Tabel 4.13 terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2004-2007 indeks usia harapan hidup setiap tahun terus mengalami kenaikan. Ini menunjukkan adanya kinerja pembangunan manusia di sektor kesehatan. Pada tahun 2007, indeks kesehatan (usia harapan hidup) Kabupaten Lombok Barat telah mencapai sebesar 57,6. Tetapi indeks yang dicapai masih jauh dari target indeks ideal, yaitu 100, masih mengejar sekitar 42,4 poin. Untuk mengejar poin tersebut masih memerlukan waktu yang cukup panjang.

Tabel 4.13 Indeks Masing-masing Komponen IPM

  

Kabupaten Lombok Barat Tahun 2004-2008

KOMPONEN IPM 2004 2005 2006 2007 2008*

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Angka Harapan Hidup 55,2 55,7 56,8 57,6 57,91 Pendidikan 60,3 60,9 61,8 61,8 64,01 Paritas Daya Beli 55,5 56,8 57,5 58,6 58,6

  57,0 57,8 58,7 59,3 60,17 Nilai IPM Sumber : - BPS Kabupaten Lombok Barat tahun 2008

  • RPJMD Kabupaten Lombok Barat 2010 – 2014

  Untuk indeks pendidikan Kabupaten Lombok Barat juga masih jauh dari indeks pendidikan ideal. Indeks pendidikan Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2007 telah mencapai sebesar 61,8. Ini berarti masih sekitar 38,2 point menuju indeks pendidikan yang ideal. Guna menuju indeks pendidikan yang ideal sangat diperlukan langkah-langkah yang tepat. Diperlukan strategi khusus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  Indeks ekonomi juga masih jauh menuju ideal, yaitu pada tahun 2007 indeks ekonomi Kabupaten Lombok Barat baru mencapai sebesar 58,6. Untuk menuju indeks ekonomi yang ideal masih memerlukan 41,4 poin. Dengan rentang poin tersebut sekiranya masih memerlukan program-program pembangunan yang lebih fokus.

4.7.2. Kondisi Ekonomi

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat pencapaian indikator makro ekonomi. PDRB per kapita yang tinggi mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang lebih baik, dan sebaliknya PDRB per kapita yang rendah mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang kurang berkembang. PDRB per kapita merupakan gambaran dari rata

  ‐rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun. Dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama dapat diperoleh PDRB per kapita untuk tahun yang bersangkutan. Untuk mengetahui adanya pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat, dihitung dengan PDRB per kapita atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku kesejahteraan masyarakat jika pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB itu sendiri, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Tabel 4.14 Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha

  Sektor 2009 2010* 2011** No.

  1 Atas Dasar Harga Berlaku PDRB per Kapita 3.564.160,87 3.948.119,72 4.393.825,55 Laju Pertumbuhan (%) 13,98 10,77 11,29

  2 Atas Dasar Harga Konstan PDRB per Kapita 1.690.045,12 1.770.789,54 1.869.645,39 Laju Pertumbuhan (%) 6,26 4,78 5,58

   Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat, 2012

  • *) Angka sementara
    • **) Angka sangat sementara

  Memperhatikan Tabel 4.14 diatas terlihat bahwa selama 3 (tahun) terakhir PDRB per Kapita Kabupaten Lombok Barat baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan berada diatas laju pertumbuhan pendudukan Kabupaten Lombok Barat yaitu diatas 1,49%.

  PDRB per kapita Kabupaten Lombok Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 diperkirakan sebesar Rp. 4.393.825.550.000 atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,29%. Seiring dengan pertumbuhan penduduk pada tahun 2012 sebesar 1,49 persen, sementara peningkatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sebesar 11,29 persen tersebut sangat membawa arti bagi tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Kabupaten Lombok Barat. Kondisi ini juga didukung oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan yang mencapai 5,58 persen, yang juga jauh lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lombok Barat yang hanya sebesar 1,49%. PDRB per kapita adalah merupakan indikator tentang tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenaikan

  ‐ kenaikan yang terjadi secara otomatis menurunkan proporsi penduduk miskin.