Analisis Ekologis dan Variasi Genetik Mangrove di Pesisir Kabupaten Sumbawa Barat dan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat - repository civitas UGM

ISBN : 978-979-8820-20-7

PERHAPI

;,PERHAPI
r.

TPTXX
TLOMBOK

The $antosa Uillas and Resort, $engigi, Lomhok, 10

-

11

0ktober

z0fi

PROSIDING TPT XX PERIIAPI 2011


KATA PENGAIITAR

Salam PERIIAPI,

Sumberdaya mineral dan batubara merupakan salah satu modal bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan nasional. Pelaksanaannya adalah melalui transformasi
potensi sumberdaya mineral menjadi modal riil ekonomi dan seterusnya menjadi modal sosial
untuk mencapai kemakmuran rakyat. Hal tersebut sesuai dengan amanat yang dipesankan
dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dimana "Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
rakyat". Saat ini pemerintah Republik Indonesia sedang men)rusun "Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi lndonesia 2An-2025" yang diantaranya ditunjang
oleh konsep wilayah koridor perekonomian. Dari 6 koridor ekonomi yang sedang disiapkan
paling tidak tiga koridor terkait langsung dengan peran pertambangan mineral dan batubara,
yaitu Sumatra (umbung energi nasional), Kalimantan (pusat produksi dan pengolahan hasil
tambang dan lumbung energi nasional) serta Papua-Maluku.

l ini


dibuka dengan harga komoditas
tambang yang tinggi. Tingginya harga komoditas tambang dapat disebabkan oleh
terganggunya pasokan ataupun perubahan kondisi perekonomian dunia. Harga tersebut tidak
akan selamanya berada pada tingkat yang tinggi, namun berfluktuasi mengikuti kondisikondisi yang mempengaruhi harga jual produk. Bagi pemangku kepentingan, harga
komoditas tambang akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan pertambangan. Dari sisi pelaku industri pertambangan, harga komoditas
Sebagaimana diketahui bahwa tahun 20l

termasuk jugabiayapengusahaannya akan menentukan strategi operasi mulai dari eksplorasi,
penambangan, dan pengolahan sehingga pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara akan
memberikan keuntungan sesuai keinginan pemilik perusahaan. Sedangkan dari sisi
pemerintah selaku pemegang amanah rakyat Indonesia dalam mengelola sumberdaya mineral
dan batubarq pertimbangan harga komoditas akan menentukan target pendapatan negara dan
kebijakan-kebijakan dalam mengelola sumberdaya mineral dan batubara.

Terdapat berbagai aspek yang mempengaruhi dinamika dalam pengelolaan dan
pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara. Selain aspek harga komoditas tambang yang
telah dijelaskan di atas, aspek lain yang dapat mempengaruhi keberlangsungan aktivitas
pertambangan antara lain adalah aspek regulasi dan kebijakan pemerintah, baik pusat maupun

daerah, serta implemenksinya, aspek sosial ekonomi dan budaya, teknologi, dan
pengawasan. Sehubungan dengan hal itu, dalam rangka menunjang program percepatan
pembangunan dan perluasan pembangunan ekonomi, khususnya di bidang pertarnbangan,
diharapkan seluruh pemangku kepentingan bidang pertambangan dapat berperanserta secara
aktif untuk menyelaraskan berbagai aspek dalam pengelolaan sumberdaya tersebut sehingga

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2OII
pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara dapat dilaksanakan secara

efektif berdal'a

guna, berhasil guna, dan berdaya saing untuk mewujudkan kemakrnuran bagi seluruh rakJrat

Indonesia.

Demi mewujudkan cita-cita bersama ini PERHAPI mengambil tema "Pengelolam
Sumberdaya Minerat dan Batubara untuk Kemalanuran Rakyat" yang diketengatrkan dalm
Temu Profesi Tahunan (TPT) )O( PERHAPI20ll di Lombok Nusa Tenggara Batat, 10 - ll
Oktober 2011. Selain sebagai wahana tukar pikiran atau untuk memperkaya wawasao, anttr
anggota pER1IAPI maupun dengan pihak-pihak terkait, diharapkan Pertambangro

Berkelanjutan akan terwujud. Dalam Acara ini, 66 Makalah terpilih untuk dipresentasikm
oleh anggota PERHAPI ataupun dari pakar-pakar terkait. Dalam Prosiding ini yang berisi 70
Makalah yang dibagi meqiadi Kelompok Kebijakan, Kelompok Eksplorasi, kelompok
Operasi Penambangan, Ketompok Geoteknik Tambang, Kelompok Pengolahan Bahm
Galian, Kelompok Lingkungan dan Kelompok Student Paper Contest. Diharapkan Prosiding
ini dapat dijadikan sebagai salah satu batran acuao, Khususnya untuk perihal Pengembangan
Proses Teknologi dan Profesionalisme Menuju Keberlanjutan Pertarnbangan di Indonesia

Dalarn kesempatan yang berbalragia ini pulq segenap Pengurus PERHAPI ingin
menyampaikan u61tpan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah mendukrmg terselenggaranya acara TPT )O(
pERHAPI 2011. Demikian pula bagi yang telah mendukung terwujudnya prosiding ini.

Jakart4 Oktober 2011

Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, DEA:,M.Sc
Ketua Umum PERHAPI

PROSIDING TPT XX PERHAPI
[nt*


z0fi

DAFTAR ISI
Pengantar

Ihtu

I

Isi

11I

X[I,(}MPOK I : EKSPLORASI

l-

Ore Reconciliation at Petea Nickel Laterite Deposit, Agus Superiadi, Mylar
Mukti and Abdul Rauf, Mines and Exploration Department, PT International
Nickel Indonesia, Tbk. Sorowako


2"

Optimasi Spasi Pemboran Eksplorasi Pada Endapan Batubara Dengan Pendekatan
Geostatistik, Studi Kasus Batubara Formasi Warukin Kalimantan Selatan,

11

Mohamad Nur Heriawan', Rudy Hend rawan Noor', dan syafriz al',' Kelo mpok
Keahlian Eksplorasi Sumberdaya Bumi, Fakultas kknik Pertambangan dan
P er m iny akan - IT B,' P ro gr am St udi Magis t er Re kay a s a P e r t antb angan, F akul tas
Tbknik Pertambangan dan Perminyakan ITB
-

3.

Keprospekan Dan Kelayakan Kawasan Pertambangan Untuk Bahan Galian
Golongan C Kecamatan Narmada Dan Lingsar Kabupaten l-ombok Barat, Dwi
Wina rti, I Gde D harma A tmaja,,Iur u s a n Tb kni k P e r t amb an gan F a kul t a s Te kni k


21

Univ er s i tas Muhammadiy ah Matar anr

4- Kajian Karakteristik Maseral Pada Lapisan Batubara Formasi Warukin,

32

Kalimantan Selatan (studi di PT. Adaro Indonesia), Edy Nursanto'), Hendra
Amijaya'), Arifudin rdrus'),subagyo Pramumijoyot), Dwin Deswantoro')r')
Mahasisv,a progran? Dokton Tehtik Geologi, (Jniversitas Gadjah Mada, q'r,
o)

5.

J ur u s an

Tb

lod k G e o I o gi, flniv


e

r s i t as G adj ah Ma d a,'t p r. A clar o

Ind o ne s i a

Pemanfaatan Andesit Di Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh. Kabupaten
Kulon Progo, D.L Yogyakarta Sebagai Bahan Bangunan, priyo widodo, Tedy

Agung Cahyadi, Staf Pengaiar, Procli
Mine r ql. U P N " Ve I er an " Yo gyakart a

Telcnik Pertambangan,

Fakultas Tbknologi

6.

Eksplorasi Bijih Emas Plaser Di Daerah Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi

Tenggara. waterman sulistyana, Magister Telmik pertambangan, rJpN
"Vetersn" Jogiakarta

7.

Eksplorasi Pendahuluan Tentang Keterdapatan Wolframite Sebagai Logam
Langka Di Daerah Alitupu Kabupaten poso - sulawesi rengah. Soffan
Rachm an, Ahmad fauj i, Te lvtik G e o I o gi, univ er s i t as Tr is akt i

tll

42

5l

60

PROSIDING TPT XX PERHAPI zOfl
61. Analisis Ekologis


',/

/

dan Variasi Genetik Mangrove Di Pesisir Kabupaten Sumbawa

ffi,

Barat dan Lombok TimurNusaTenggara Barat, Erny Poedjirahajoe ", Namastra
n),
Probosunu ", Boy Rahardjo Sidharta o, DinarAmbarwati Dwinita Utami')
dan Tarmizi Pane

q,

Pzs ot Studi

Agroekologi UGM

62. Aplikasi Proper Pada Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Di Indonesia, 619

Meinarni Thamrin, Aryanti Virtanti Anas, Program Stttdi Teknik
Pertambangan, Fakultas TelcnikJurusanTelcnikGeologi, Universitas Hasanuddin

KELOMPOKVT

:

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

63. Konversi Bahan Bakar Ido Ke Mfo Untuk Mendukung Efisiensi Operasional Pada
Pabrik Pengolahan Bijih Nikel, Ali Anthalano, Departemen Processing &
Engine er ing P T A N TA M (P er s ero), Tb h U B P N Sul aw e s i Te nggar a - P o mal aa

63r

64. Oxygen Liquefaction For Crude Metal Refining, Yanu Sukarno, S"[, Processing
& Engineering Dept,. PT. ANTAM (Persero),Tbk, UBPN Sulau'esi knggara -

641

Pomalaa

M. Iqbal, PT Kaltim Prima

651

66. Peningkatan Keakuratan Hasil Analisa Komposisi Ore Dengan Metode T:

665

65. Stockpile Management In Coal Processing, Laode

Coal

Distribution Pada Blending Ore Pengolahan Ferronikel, Vita Astini',
M.Z.Abidin', Ulil Amri N.'r'Jurusan Teknik Pertambangan, Falailtcrs Telcnik,
[Jniversitas 19 November Kolaka Sultra,

67.

" PT. AntantTbk.

I]BPN Sulna

Studi Peningkatan Kadar Emas Bijih Emas Asal Ciemas-Sukabun'ri Dengan Alat
Meja Goyang(ShokingTable) PT. Golden Pricindo Indah Ciemas, A. TaufikArief
r) Lucy Agnecia2), 1)2)Do.sen Jurttsan Teknik Pertambangan, Fakultas Teloik,
Univ e r s itas Sr iu, ii aya

573

KELOMPOKVI : STUDENT PAPER CONTEST
68. Teknologi Pengolahan

Mandala

P

atr a, Maha

Air Asam Thmbang Dengan Metoda Elektrolisa, Sodikin
s i sw a Jur us an k knik P er t amb angan, UNSRI

69. Studi Perbandingan Metode Estimasi Sumberdaya Timah

di

Tambang Besar
Mawas Nudur, Desa Bencah, Kabupaten Bangka Selatan, Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Muhammad Fikri, Mahasisvva Program Sarjana Teknik

Pertambangan FTTMITB

684

692

609

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2OII
Analisis Ekologis dan Variasi Genetik Mangrove
Di Pesisir Kabupaten sumbawa Barat dan Lombok rimur
Nusa Tenggara Barat
Oleh:
Erny Poedjirahajoe

t),

Namastra Probosunu ", Boy Rahardjo Sidharta'),
DinarAmbarwati o, Dwinita Utami t)dan Tarmizi pane u)
Pusat Studi Agroekologi UGM
Bulaksumur Blok Di 13 Yogyakarta

Email : er_pjr@yahoo.com
Permanent Address :

"Fakultas Kehutanan UGM, ')Fakultas Peftanian UGM, ')Universitas Atmajaya yogyakarta
1)
& s) Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
u'
PT.Newmont Nusa Tenggara

Abstract
The research was done at eight (8) coastal areas, namely Senutuk, Benete, Kertasari,
Tanjung Luar Tbluk Jori Jelenga, Ekas, and Gili Sulat. Ecological analysis was done inclufling

diversi4t, Important Value Index (IVI), and factor habitats, while genetic analysis was done
including total allele variations and.fitctors affecting the variations. At each coastal area, sample
vtas collected, which include mud substrate, seeh,oter mangrove roots in order to study
abs orp

t

irn capaci ty oJ'heavy

rnsyals.

Research results showed that mangrove at coastal areas such as Benete, Gili Sulat,
Kertasari, TelukJor, anel Thnjung Luar still have good conditions ofvegs\asirn and habitat. Thick
mud and hrackishwater sulinity, whichulere the ultimate qualllications.for habitat quality, were

still maintaitted in the later qreas. While at Senutuk and Ekas there were lout in term of both
vegetatiott.fi'equenciesJi'om almost all species level and low in habitat qualities due to theforces
of land mass usage and the change of course of the river'. At some coqstal ar-eas almost all o./'heary
rnetal elements in the wefier samples were recorded under the standard valuefor water quali4,.

tlnt were absorbed by tnangrove roots have high concentrations, namely Al, Cu, Pb,
and Mn. The high absorption capacity of mangrove roots for Pb was due to accumulation
ptocesses at long periods and it also shouted that mangrove roots were stillfunction e.ffectittely.
Some metals

Before enter the roots, heatlt metals wete accumulated in the mud with average concentrations
yv-ere lower than in the roots. Genetic analvsis to some
mangrove species indicates that therewere
variatiorts in the mtmber of allele and its size. Such variations may be due to
affecting

factors

mangrove habitats and variations of the concentration of heavy metals in each mangrove species,
even tltough the average total concentratiorts of heavy metals were lower than the standord.for
v'ater quality. Highest allele sizefrom mangtove in Benete shov'ed tha{ the location of mangrove
v'as maintained well by surroundingpeople.
Kev'n,ords: mangrove. ecological and genetic analyses, heavy

rns161ls

absorption

6r0

Latar Belakang Penelitian
Sebaran mangrove di Indonesia sekitar 3,75 juta ha (Anonim, 1987), sedangkan laporan
terakhir dari Dephut (2006) menyebutkan bahwa luas mangrove di Indonesia tinggal2,296 jua
ha dan 0,1% diantaralya ada di Nusa Tenggara. Mangrove di kawasan Nusa Tenggara
mempunyai luas terkecil dibanding daerah lainnya di Indonesia. Hanya sekitar 3.678 ha (0,1%o)
yang tersebar di sebelah Timur dan Barat Pulau Timor serta di daerah Dompu. Di NTB, mangrovc
pada umumnya dijumpai di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat dan Lombok. Luas mangrove di
wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sebagaimana dilaporkan pada tahun 2006 lebih-kuraq
152,22 ha, dengan kategori sangat rusak sebesar 27 ,3 ha dan rusak sedang sebesar T24,92 b,
(Hilyana, 2007). Di Kabupaten Sumba,*,aBarat, mangrove rnasih terlihat di beberapa panter,
antara lain di Pantai Senutuk, Benete, dan Kertasari, sedangkan di Kabupaten Lombok Timrr
yang lnerupakan daerah terdekat dengan Sumbawa Barat (dibatasi oleh selat Alas), mangro\G
dapat dijumpai di Pantai Teluk Jor (di bagian selatan) dan Pantai Tanjung Luar (di bagian tengah)Meskipun terdapat ekosistem mangrove, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakn
daerah pegunungan berbatu yang kaya akan bahan tarnbang. Sejak tahun 2000 di KSB terdap*
kegiatan penambangan tembaga dan emas oleh PT Newnront Nusa Tenggara (NNT). P&
prinsipnya suatu kegiatan akan menimbulkan perubahan terhadap lingkungannya. Demikia
pula kegiatan yang telah dilakukan oleh PT NNT yang telah beroperasi sejak tahun 2(mKegiatan PT NNT di wilayah darat berupa penambangan akan mengakibatkan perubaha
lingkungan di sekitarnya, begitu pula di wilayah perairan pantai karena adanya pembuangn
tailling (limbah cair pertarnbangan) di dasar [aut. Akan tetapi apakah perubahan lingkungm
telah benar diakibatkan oleh Tailling?, perlu diteliti lebih rnendalarn.
Seperti diketahui bahwa laut mempunyai banyak ekosistem yang unik dan saling terhl
satu sama lain. Keberadaan ekosistem Terumbu Karang (coral reefl,Padang Lamun (seagrasfi
dan mangrove merupakan satu kesatuan sistem perairan yang saling bergantung, baik melahi
rantai makanan mallpun sistem aliran energi. Beberapa literatur seperti dikatakan Jones. etd
dalam Bachtiar (2007) bahwa fraksi larutan dalarn tailling yang rnengandung banyak logam bera
mempunyai potensi besar dalarn nlenlpengaruhi kehidupan flora dan fauna mangrove. alcn
tetapi tidak bersifat rnematikan. Logarn terlarut dapat masuk dan terakumulasi.
Darnpak perubahan lingkungan terhadap ekosistern terumbu karang dan padang lamrr,
mudah dipahami, karena kedua ekosistern tersebut terletak di dalam perairan (laut). Perubahl
lingkungan bisajuga terjadi di kawasan lnangrove, baik langsung dan tidak langsung. Perubahrr
langsung dikarenakan pengaruh tailling pada mangrove, meskipun pengaruh ini masih diangg;
berlebihan karena jarak antara tailling dengan mangrove yang sangat jauh (mangrove hidup dt
zona intertidal). Perubahan secara tidak langsung bisa terjadi melalui keterkaitan ekosistrr
mangrove dengan Terumbu Karang dan Padang Lamun. Perubahan lingkungan pada mangrorrc
karena keterkaitan antar ekosistem tersebut biasanya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lam
(temporal). Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan fisik, kimia, dan biologis. Perubalrr
secara fisik dan kimia ditunjukkan dengan perubahan terhadap pelurnpuran, lebar jalur hijau, dsalinitas perairan, sedangkan perubahan secara biologik ditunjukkan dengan adaptasi rnangrouG
baik pada individu tanaman rnaupun populasinya. Perubahan individu dapat dilihat dri
perubahan morfologi tanaman (tinggi pohon dan diameter batang) serta t'aktor genetiknyr"

61.I

sedangkan perubahan populasi mangrove dapat
sebaranjenis (spesies).

dilihat dari kerapatan, keanekaragaman

dan

TujuanPenelitian

1. Mengkaji habitat mangrove

serta mengetahui beberapa parameter tanaman

:

kerapatan,

keanekaragaman jenis dan nilai pentingnya.

2.
3.

Mengetahui besarnya unsur-unsur logam berat yang terakumulasi dalam air, Lumpur dan
akarmangrove
Mengkaji faktor genetik dengan analisis DNApada sampel daun untuk mengetahui jumlah
alel di setiap lokasi penelitian.

Metode Penelitian

a.

LokasiPenelitian

117'C

lr6'E

4lokasi di wilayah KSB (peta kanan) yaihr (l) Teluk Senutuk, (2) Benette, (3) Kertasari dan (4)
Jelenga; 4 lokasi di wilayah Lornbok Timur (peta kiri) yaitu di ( l) Gili Sulat, (2) Tanjung Luar, (3)
Teluk Jor dan (4) Ekas.
b. Cara Penelitian

Penempatan petak ukur dilakukan secara random sebanyak 5 PU pada setiap lokasi dengan
memperhatikan zonasi mangrove Qtroximal, medial dan dista[) dan sebaran jenisnya. Ultuk

menghitung nilai kerapatan, keanekaragaman, frekuensi dan distribusi vegetasi, dibuat pU
bersusun l0x10m untuk tingkat tiang, 5x5m untuk tingkat pancang dan 2x2m untuk tingkat
semai. Untuk melihat morfologi dan genetik tanaman, maka diukur tinggi dan diameter tanaman,
serta diambil sampel daun untukdianalisis DNAnya.
Selanjutnya pada petak-petak ukur pengamatan diatas, diukur ketebalan lumpur dan salinitas. Di
PU itu pula diambil sampel lumpuq air dan potongan akar (Avicennia,sp dan Rhizophora,sp)
untuk dianalisis di laboratoriurn. Penggunaan jenis Avicerutia,sp menurut Mac Farlane (2002);
Thomas dan Eong (1984) dikenal tahan terhadap kadar logam berat tinggi dan mampu
mengakurnulasi logam berat dalam jumlah besar dibanding jenis lainnya, rnisalnya logarn berat
Cu,Pb danZn.

6L2

Penelitian laboratorium untuk sampel air, akar dan lurnpur berkaitan dengan kandungan logarn
berat Cu, Pb, Mn dan Al diserahkan pada laboratorium ALS Bogoq sedangkan analisis DNA

dilakukan

di

laboratorium Balai Besar Bioteknologi Tanaman Bogor. Analisis DNA

menggunakan metode Marka SSR dan label fluorescent M 1 3 (Kahrood et al, 2003).

IsolasiDNA
Sampel daun disirnpan/ diisolasi pada suhu -80"C untuk pemrosesan lebih

lanjut. DNA genomik

total diisolasi menggunakan metode CTAB yang dirnodifrkasi (Maguire et al (1994). Selanjutnya

dianalisis mikrosatelit. Analisis mikrosatelit dilakukan dengan kondisi PCR sebagai berikut: (lx
reaksi: l0mmTris-Hcl,50mmKCl,pH8.3danl.5mmMgCl,Roche),200mmmasing-masing
dNTP, 0.2 mm masing-masing primer,

I unitTaq DNApolymerase (Roche) dan

l0- 50 ng DNA

genom, pada total volume 25 ml. Setelah tahap denaturasi awal pada 94'C selama 3 menit, sarnpel
di inkubasi selama 30 siklus untuk 94"C selama 30 detik, 55"C selama 35 detik, dan72"C selama I

menit. Reaksi diakhiri dengan inkubasi pada72"C selama 5 menit dan 4"C sampai waktu tak
terhingga. Produk PCR diseparasi pada 8% gel polyacrylamide non-denaturing dan divisualisasi
dengan ethidiurn bromide.
c.Analisis Data
Analisis Data Ekologis menggunakan rumus matematis sebagai berikut :
Kerapatanjenis:jumlah individu/ satuan luas. Keraparan Relatif (KR): Kerapatan suatujenis/
kerapatan semuajenis x 100%
Frekuensi : jumlah PU yang berisi satu jenisi jumlah semua PU. Frekuensi Relatif (FR) :
Frekuensi suatujenis/ Frekuensi seluruh jenis x 100o/o
Dominansi jenis : lbds/ total lbds. Dominansi Relatif (DR) : Dominansi suatu jenis/Dominansi
semuajenisx 100%
INP:KR + FR+ DR
Untuk melihat nilai keanekaragaman jenis, digunakan formula ID dari Simpson (Ludwig and
Reynold, 1988) :
ni
1-S
h- L

(ni- l)
ID Simpson:

-----

N(N*

l-ID

1)

AnalisisDataDNA
Jumlah alel, tingkat heterosigositas, Hardy-Weinberg Equilibrium dan F-statistik dianalisis
menggunakan program popgene 32. Koefisien similaritas dan program UPGMA digunakan
untuk metode clustering (pengelompokan).

Hasil Penelitian dan Pembahasan:
Hasil penelitian kerapatan vegetasi dapat dilihat pada dendrograrn berikut

:

613

c

E

t

ii

!

i

t

II
t

II

*'^n*'J
Kelangsungan ekosistem mangrove tidak dapat lepas dari faktor anasir abiotik lingkungan
sekitarnya (Tomlinson, 1986; Poedjirahajoe. 2006). Beberapa anasir penting yang dapat
menunjang keberadaan ekosistem mangrove adalah kandungan nutrien (utamanya Nitrogen dan
Phosphor) serta logarn-logam berat terlarut dalam air laut rnaupun dalam sedirnen/lumpur.
Diperkirakau serapan (absorpsi) unsur-unsur kimia ke dalam biornassa mangrove akan
mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistern mangrove di suatu ekosistem, khususnya bila
1r1su1' kimia tersebut tergolong unsur yang berbahaya, misalnya logam berat, minyak
(Polyaromatic hydrocarbonslPAH), dan polychlorinated bipheryls (PCBs) (Duke et a1.,1998;

Poedjirahajoe,2003).
Hasil analisis kandungan nutrien (N total, P total, dan K) serta beberapa unsur logam (Al, Cu, Pb,
dan Mn) untuk ekosistem mangrove di daerah penelitian di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat
(KSB), seperti Senutuk, Kertasari, Jelenga, danBenete diringkaskan dalamtabel berikut :
No.

Lokasi

Sampel

K

P total

l)t

Kandunsan Nutrien dan Losam (ppm)
Cu
AI
N total
(i-0

_

Air

I

0.032

I

Senutuk

2.

Kertasari

0.028

3.

Jelenga
Benete

0.024
0.036

4.

Dt_

Akar

0.5

I

I

1543-54
8028.57
7775.71
12848.33

r074.80

I

Senutuk

2.

Kertasari

925.64
995-14

3.

Jelensa
Benete

927,43
781,83

4.

Senutuk
z.
3.

4.

Kertasari
Jelenea
Benete

DL
Lumpur

rt44.43

382

2098

576.8
306.4
469

2264

1052.14
905.50
0.2
386.4
355.4

898.4

116.4

1840

321,8

o5

Keterangan:
- = tidak dilakukan pengukuran parameter
DL= detecticln lirnit

4

359.40
r09.43
173.40
402.83

I

34-7
23,26
18.76
34.16

0.()005

0.0022
0.000s
0.0006
0.00r 5
0.2
7.88

2-M
2.73
6,23
0.2
43.96
12.44
10.6
72.96

Pb

Mn

0.0002
0.0003
0,0002
0,0004
0.0002

0.0002

o-1702
0.1665

0.0088

0.t723

0^02

0.2

0.64
0.79
r.27
2.20

43.48
32.53

I

0.2
582
136.6
194.4
466,6

I

t.2

I
3

38.31

8l .50

Hasil analisis unsur-unsur logam dari sampel air laut di keempat daerah penelitian
memperlihatkan bahwa unsur logam Al tercatat tertinggi dibanding logarn lainnya.
Kadar Al
tertinggi tercatat di daerah Gili Sutat (GS) sebesar 0,042ppm, sedangkan Cu dan pb, masih
berada di barvah baku mutu lingkungan air laut.

Tingginya kadar Al dalam sampel air laut di Lotim diperkirakan bersumber dari proses
pelapukan batuan sedimen dasar laut sefta kerusakan terumbu karang. Al tennasuk
unsur telusur
(trace element) yang artinya Al tidak banyak diperlukan unfuk proses pertumbuhan
mangrove.
Namun, bila kadarnya semakin tinggi maka diperkirakan akan mengakibatkan dampak negati{
terutama bagi keberadaan unsur abiotik maupun unsur biotik lainnya di kawasan mangroveApalagi bila hal ini dibiarkan berlangsung dalam waktu lama, maka diduga akan terjadi dampak
negatifterlradap lingkungan, khususnya bagi kelangsungan hidup mangrove di daerah Gili Sulat-

ag
tril1

tf

tr:
ilr.

tffi

t(,r

.ic:

ir

!1

a&
I

!*
ird{

*

l.

.n

*

bdsi.r*hmllm

Kandungan beberapa unsur logarn berat di Lotim

Kandungan nutrien

(P,

K, dan N) dau logam bemt

(Al, Cu, Pb, dan Mn) dalarn sampet lumpur di Lotim
l;uI -'
E0l0

tirtr
403

im'
.r{r
$

r.;!

r;l
F;l

rit

Hasil DNA terekstrak dari masing-masing sampel
seperti terlihat pada Gambar A. Setelah DNA dari
nrasing*masing sampel diekstrak selanjutnya

digunakan dalam analisis pCR untuk
menggandakan fragmen DNA yang spesifik

terhadap 3 rnarka molekuler yang digunakan. yaitu

M3, M40 dan M47. Hasil analisis pCR tersebut
seperti terlihat pada Gambar B.
Kandungan nutrien (B K, dan N) dan logam
berat(Al, Cu, Pb, dan Mn) dalamjaringanakar

mangrovedi Lotim

61s

Hasil analisis penggandaan dengan PCR pada Gambar 30 di atas menunjukkan bahwa
diperoleh fragmen pita DNAyang berukuran kurang lebih 100-200pb. Pita DNA ini rnerupakan
bagian dari gen tertentu yang bersifat spesifik untuk masing-masing marka. Untuk rnemperoleh
ukuran kuantitatif selanjutnya dilakukan analisis fi'agmen menggunakan mesin Genetic Analyzer
dan hasilnya seperti ditampilkan pada Gambar dibawah ini. Hasil dari analisis di atas adalah
berupa pwcaklpeakyang warnanya berbeda-beda unfuk masing-masing marka. Puncak yang
berwarna hitam untuk marka molekuler M3, warna hijau untuk marka molekuler M40 dan warna
biru untuk marka molekuler M47.
Od_An.E0?_o1010 I l7W

fl6
SDtO

sn
&t0

Berdasarkan hasil analisis keragaman genetik di atas terlihat bahwa terdapat lokasi yang
rnemiliki keragaman genetik yang tinggi (r'>25Yo)yaitu Gilisulat, yang sebanding dengan lokasi
kontrol (Pemalang). Adanya keragaman alel yang tinggi, mengindikasikan bahwa populasi
Mangrove di lokasi tersebut tumbuh secara optimal. Hasil penelitian Giang et al. (2003) pada
populasi mangrove di Vietnam, berdasarkan analisis keragaman alel dengan marka genetik SSR
(M3, M40 dan M47) rnenyebutkan bahwa keragaman alel yang tinggi diperoleh pada lokasiIokasi yang memiliki kondisi lingkungan topologi dan hidrologi yang secara optimal dapat
mendukttng pertuntbuhan dan perkembangan nlangrove, ternlasuk dalam faktor nrigrasi biji
Mangrove. Kondisi lingkungan yang optimal tersebut, rnemungkinkan adanya konservasi alarni
untuk semua alel yang ada dalam genom mangrove. Keberadaan alel-alel ini akan mendukung
pertumbuhan optimal populasi mangrove.
Berdasarkan hasil analisis ekologis pada penelitian ini menunujukkan bahwa di lokasi
Gilisulat, kondisi mangrove alarni masih bagus, sedangkan pada penelitian Idrus Q}A7)populasi
rnangrove di lokasi Gilisulat secara alami masih bagus, terbukti dengan adanya mangrove dalam
tingkat pohon, sapihan (sapling) dan semai (seedling) yang masih banyak dijumpai. Dengan
salinitas yang cukup tinggi (31-33%o), mangrove alami Giti Sulat mampu mengatasi, sehingga
kondisi ekosistenr masih tetap stabil. Hal ini sesuai dengan Ng dan Sivasothi (2001), bahwa
secara alami, jika ekosistem sudah stabil, maka tingkat salinitas yang tinggi tidak mengganggu
perturnbuhan mangl ove.
Mangrove beradaptasi pada kondisi salinitas tinggi melalui mekanisme ekskresi,

616

ultrafiltrasi, /mencegah masuknya garam (salt exclusion), dan akumulasi garam. Tumbuhan
mangrove rnengekskresikan garam dengan kelenjar garam pada daun. Konsentrasi garam dalam

l0% di atas air laut. Garam yang diekskresikan akan diterbangkan
angin atau hujan, sehingga daun mangrove berasa asin. Mekanisme ini terjadi pada Acantlrus,
Avicennia, Aegiceras, Aegialilis, Sonneratia, Laguncularia dan Rhizophora (Ng dan Sivasothi,
2001). Tumbuhan mangrove dapatmencegah masuknya garam melalui saringan membran sel di
permukaan akar, yang mampu mencegah lebih dari 90Yo garam. Garam yang tetap terserap
diekskresikan oleh kelenjar garam, dibuang melalui transpirasi lewat stotnata, atau disirnpan
dalam jaringan tua yang hampir mati. Mekanisme ini terjadi pada Rhizophora, Ceriops,
Sonneratia, Lumnitzera, Avicennia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, dan Acrosticum (Ng dan
Sivasothi, 2001). Turnbuhan mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada kulit kayu, akar
dan daun yang sudah tua. Daun penyimpan garamumumnya sukulen dan pengguguran daun ini
dapat mengeluarkan kelebihan garam. Mekanisme ini terdapat pada Excoecaria, Lumnitzera,
Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia, danXylocorpus. Kondisi sebaliknya ditunjukkan
pada lokasi yang memiliki keragaman genetik yang paling rendah yaitu di lokasi Jelenga
yang hanya mencapai 7 .ZYo. Adanya keragaman genetik yang rendah ini mengindikasikan bahwa
daya dukung lingkungan untuk pertumbuhan dan perkenrbangan populasi Mangrove di lokasi ini
tidak optimum. Parani et al . (1997) rnenyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
kecilnya keragaman genetik populasi Mangrove, adalah pengaruh perubahan iklim
seperti terjadinya badai dan taifun atau adanya aktivitas manusia sehingga menimtrulkan
polusi lingkungan, seperti adanya beberapa logam berat (Pb, Ni atau Cu). Adanya kondisi
lingkungan yang tidak optimal berpengaruh pada tidak terkonservasinya beberapa alel secara
utuh, sehingga keragaman genetik pada lingkungan ini menjadi rendah. Berdasarkan hasil
analisis ekologis diketahui bahwa pada lokasi Jelenga tidak ditemukan adanya semai dan
didominasi oleh tingkat pancang dan tiang dari spesies R. apiculata. Tidak ada muara sungai,
salinitas tinggi, dan tidak ada lumpur. Rehabilitasi sudah dilakukan akan tetapi tidak berhasil dan
kondis i man grove men gkawatirkan.
Pada prinsipnya perubahan pada faktor genetik biasarrya disertai dengan perubahan
kenampakan morfologi (fenotip). Mangrove yang turnbuh di daerah dengan habitat yang baik,
kernungkinan dapat berubah morfologinya j ika kemudian ditanant di daerah dengan habitat yang
kurang sesuai. Perubahan ini disebabkan karena sifat adaptasi genetik yang cukup tinggi,
sehingga rnampu mempengaruhi kondisi fenotipnya.
getah biasanya tinggi, sekitar

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut

:

l.a. Ekosistem mangrove di Kertasari dan Benete rnasih mernenuhi standar habitat mangrove,
sementara di Senutuk dan Jelenga mengalarni penurunan kualitas habitat akibat kecilnya
salinitas. Penurunan kualitas habitat diikuti dengan penurunan kerapatan dan
keanekaragarnan jenis, tidak dijurnpai semai. Dalarn kondisi habitat yang ekstrim, jenis R.
apiculata, R. st-losa, dan S. albotnerupakanjenis toleran (lNPpalingtinggi).
b. Mangrove di Lotirn secara umum habitat masih baik, terutama di Gili Sulat, di Teluk Jor

617

mempunyai the true habitat, sdh ada pemanfaatan silvofishery di Tanjung Luar dan Ekas
ekosistem rnasih baik, tp mulai terganggu alih fungsi habitat shg semai menurun. True
habitat dicirikan dg jenis A. marina dan R. mucronatayg memiliki nilai penting tinggi dlm
komunitas.
2,

(Al, Pb, Cu dan Mn) di bawah baku mutu air laut, namun logam
berat dlm akar sangat tinggi. Serapan akar terhadap Pb tertinggi di Benete dan Jelenga

Semua unsur logam berat

disebabkan akumulasi jangka panjang. Sebelum masuk akar, tjd akumulasi logam berat dlm
lumpur. Serapan logam beratpd akar dan lumpur tinggi, mengindikasikan bahwa ekosistem
mangrove cukup efektif dlm mengurangi bahan pencemar di perairan.
a
J.

Analisis genetik menunjukkan bahwa lokasi Gilisulat memiliki keragaman alel tertinggi (r'
>25oh), sebanding dengan lokasi kontrol (Pemalang). Analisis kimia di Gili Sulat
menunjukkan bahwa N,P,K substrat cukup tinggi, sedangkan analisis ekologis menunjukkan
bahwa daerah ini masih bagus dan alami. Lokasi Jelenga memiliki keragaman alet paling
rendah

(r'>

7.2oA), mengindikasikan bahwa daya dukung lingkungan

di lokasi ini tidak

optimum unfuk pertumbuhan mangrove.

DaftarPustaka
Agoramoorthy, G., Fu-An Chen, dan M.J. Hsu. 2008. Threat of heavy metal pollution in halophytic and mangrove
plants ofTamil Nadu, lndia. Envi ronmental Pol lution I S 5 : 32A426.
Aksornkoae, S. 1993. Ecologv and Management o-fMangroue. IUCN - The World
Conservation Union. Bangkok, Thailand. 176pp.
Anonim, 1987. Pola Umum RehahilitasiMangruve. Departemen KehutananRI. Jakarta.
Anonim. 2006. Pola Umum Rehabilitasi Mangrove. Dirjen RLPS Departemen Kehutanan. lndonesia.
Chapman,

V. J . 191 6.

M angrov e Vegetatio n

J. Cramer, Vaduz.

Giang, L'H., P.N. Hong, M.S. Tuan, and K. Harada. 2003. Genetic variation of Avicennia maina (Forsh) vierh
(Avicenniaceae) in Vietrrarn revealedby microsatellite arrdAFLP markers. Genes Genet Syst. 78:399 - 407.
Hamrick JL, MJW Godt. 1990. Consenation Genetics of endemics plant species, In : Avise JC, JL Hamrick (Ed),
Consen ation Genetics. Chapmanand Hall, Nervyork, pp.28 l-304.
Hilyana. S., 2007. Identifikasi dan Inventarisasi Kondisi Ekosistem Mang'ove cli Pulau Sumbawa Pruvinsi Nusa
Tbnggara Barzf- Jurnal Mitra Bahari. Vol. I No.3 Agusrus-Novernber 2007.
Hogarlh, P., 1999. The Biology ofMangrove. Mc Graw-Hill pub.
Jena, S.N. dan A.B. Das. 2006. Irrterpopulation variation of chromosome and RAPD nrarkers of Suaeda nudiflora
(Willd.) Moq. a mangrove species inlndia. Afi'icanJaurnal oJ',4gricultural Resear.chYol. l(41: 137 -142.
Jian S, T Tang, Y Zhong, S Shi. 2004. \/ariation in inter-simple sequence repeat (ISSR) in nrangrove aud non
mangrove populations of Heretiera litoralis (Sterculiaceae) from China and Australia. J.Aquatic Botany 79 :
75-86.

Kaluood HV, SAA Korot'i, M Pirseyedi, A Shirvany, A Danehkar.20O8. Genetics Variation of Mangrove Species
Avicennia marina in Iran Revealed by Microsatellite Markers. African Joumal of Biotecnology, Vol 7( lT).
pp.3017-3021.
Ludrvi g dan Reynold., I 98 8. Sransri c a I Ec o lo gt. Mc-Graw Hi ll. London.
Macintosh, D.J. dan E.C. Aslrton. 2002. A Review