BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KURIKULUM 2013 - PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS SAINTIFIK DAN PENILAIAN OTENTIK KURIKULUM 2013 DI KELAS V SD NEGERI 2 KEDAWUNG - repository perpustakaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KURIKULUM 2013 Kurikulum memiliki beberapa pengertian yang berbeda oleh setiap orang
yang mengartikannya. Menurut Hidayat (2013:20) Kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah atau madrasah yang harus dilaksankan dari tahun ke tahun. Secara sederhana kurikulum dapat diartikan sebagai patokan pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kebijakan kurikulum 2013 merupakan usaha dari pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional. Kebijakan perubahan kurikulum sangat diperlukan dalam menghadapi arus globalisasi. Pergeseran karakter yang dialami masyarakat Indonesia karena arus globalisasi menuntut pemerintah untuk segera memperbaharui pendidikan di Indonesia. Pendidikan bukan hanya sekedar membentuk peserta didik menjadi pandai akan tetapi membentuk peserta didik memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik serta berpengetahuan. Kurikulum 2013 yang mengedepankan pada pendidikan karakter dinilai oleh pemerintah mampu mengatasi masalah karakter yang sedang dialami pendidikan Indonesia. Hal tersebut yang melandasi diberlakukannya kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan di Indonesia.
5 Kurikulum 2013 mulai diterapkan di sekolah dasar pada tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.81A tahun 2013 pasal 1 menjelaskan bahwa implementasi kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014, jadi hanya sekolah yang memiliki kriteria tertentu yang mulai menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan pada pendidikan karakter dan pemerolehan kompetensi peserta didik. Kurikulum 2013 didesain berdasar pada budaya dan karakter bangsa, serta berbasis pada kompetensi. Mulyasa (2013:68) kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penugasan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum 2013,Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Kurikulum 2013 diarahkan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik seperti mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Menurut Permendikbud No.81A (2013), dalam kegiatan pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu hidup.
B. PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan khusus untuk mencapai tujuan dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik pada umumnya dilandasi pada penyampaian data-data atau hasil belajar yang diperoleh dari pengamatan dan percobaan. Pendekatan saintifik diyakini sebagai pendekatan yang mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dalam kegiatan pembelajaran. Permendikbud No.81A (2013) proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
1. Mengamati
2. Bertanya
3. Mengumpulkan informasi
4. Mengasosiasikan
5. Mengkomunikasikan
Kelima pembelajaran pokok tersebut merupakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, dimana setiap unsur tersebut tidak harus dilakukan secara runtut. Menurut Permendikbud No.81A (2013)kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan pembelajaran sebagaimana tercantum dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya.Kompetensi Yang Langkah Pembelajaran/ Kegiatan belajar Dikembangkan
1. Mengamati Melatih kesungguhan,
Membaca, mendengar, menyimak, melihat ketelitian, mencari informasi
2. Bertanya Mengembangkan kreatifitas,
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang rasa ingin tahu, kemampuan tidak dipahami dari apa yang diamati atau merumuskan pertanyaan untuk pertanyaan untuk mendapatkan informasi membentuk pikiran kritis yang tambahan tentang apa yang diamati perlu untuk cerdas dan belajar sepanjang hayat
3. Mengumpulkan informasi/eksperimen Mengembangkan sikap teliti,
- Melakukan eksperimen jujur, sopan, menghargai
- Membaca sumber lain selain buku teks pendapat orang lain,
- Mengamati objek/kejadian/aktivitas kemampuan berkomunikasi,
- Wawancara dengan narasumber menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi Mengembangkan sikap jujur,
- Mengolah informasi yang sudah teliti, disiplin, taat aturan, kerja
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan keras, kemampuan menerapkanmengumpulkan informasi/ eksperimen prosedur dan kemampuan
maupun hasil dari kegiatan mengamati dan berpikir induktif serta deduktif kegiatan mengumpulkan informasi. dalam menyimpulkan.- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
5. Mengkomunikasikan Mengembangkan sikap jujur,
Menyampaiakan hasil pengamatan, kesimpulan teliti, toleransi, kemampuan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, berpikir sistematis, atau media lainnya. mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.Sumber : Permendikbud No.81A
Setiap kegiatan pembelajaran pendidik harus memperhatikan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, bertanya, mengumpulkan informasi, asosiasi dan komunikasi. Pendidik juga harus memfasilitasi peserta didik agar peserta didik dapat melakukan pengamatan dan ekperimen. Berikut adalah contoh aplikasi menurut Permendikbud No.81A/2013 dari lima kegiatan belajar yang diuraikan dari tabel 2.1, adalah:
a. Mengamati Pendidik membuka secara luas dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih peserta didik untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Bertanya Pendidik membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak dan dibaca. Pendidik perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan. c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.
Informasi tersebut menjadi dasar untuk memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari suatu keterkaitan informasi bahkan mengambil kesimpulan dari berbagai pola yang ditemukan.
d. Mengkomunikasikan Berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh peserta didik menyampaikannya di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Penerapan pendekatan saintifik menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari tujuan, dan pembentukan kompetensi. Peserta didik harus dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Mulyasa (2013:42) pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Jadi strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum 2013 agar setiap peserta didik mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Melaui pembelajaran kreatif dan bermakna peserta didik dapat mencapai setiap kompetensi yang ditargetkan dan membentuk karakter melalui proses pembelajaran yang kreatif dan bermakna. Peserta didik yang aktif menuntut pendidik untuk menciptakan strategi yang tepat sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan kualitas yang baik apabila disiapkan dengan matang oleh pendidik. Guru harus cerdas dalam menyusun strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi pembelajaran juga disesuaikan dengan karakter peserta didik dan kemampuan peserta didik serta materi yang akan disampaikan supaya kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan tujuan dari kegiatan pembelajaran bisa tercapai. Menurut Permendikbud No.81A/2013 Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: 1. Berpusat pada peserta didik.
2. Mengembangkan kreatifitas peserta didik.
3. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.
4. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika.
5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang digunakan sebagai pencapaian kriteria, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan pada kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar (Mulyasa, 2013:67).
C. PENILAIAN OTENTIK
Sejalan dengan kurikulum 2013, pada tahap penilaian kurikulum 2013 menggunakan strategi khusus. Kurikulum 2013 menggunakan strategi penilaian otentik, karena melalui penilaian otentik pendidik dapat melihat seluruh aspek perkembangan peserta didik. Majid (2011:186) penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Penilaian otentik tidak hanya melihat aspek perkembangan kognitif peserta didik, akan tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Permendikbud No.81A/2013 Penilaian otentik menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Pendidik harus melihat keseimbangan antara penilaian kognitif, penilaian sikap dan penilaian psikomotor dalam penilaian otentik. Kunandar (2015:38) ciri-ciri penilaian otentikadalah: 1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan produk.
Artinya, dalam melakukan penilaian otentik terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja dan produk yang dikerjakan oleh peserta didik.
Melakukan penilaian kinerja dan produk, pastikan kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik secara nyata dan objektif.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, pendidik dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetansi peserta didik.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak mengandalkan tes semata.
Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan mereka lakukan setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.
Pendidik tidak hanya menggunakan satu cara dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik akan tetapi melalui berbagai cara untuk mengetahui kompetensi yang telah dimiliki oleh peserta didik. Kunandar (2015:39), karakteristik penilaian otentik adalah sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk tes formatif maupun tes sumatif.
Artinya, penilaian otentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standar terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif)
2. Mengukur ketrampilan dan kinerja, bukan mengingat fakta.
Artinya, penilaian otentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan aspek ketrampilan dan kinerja bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan)
3. Berkesinambungan dan terintegrasi Artinya, dalam melakukan penilaian otentik harus secara berkesinambungan dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
4. Dapat digunakan sebagai umpan balik.
Artinya, penilaian otentik yang dilakukan oleh pendidik dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
Karakteristik penilaian otentik dapat digunakan sebagai acuan pendidik dalam menerapkan penilaian otentik. Pendidik dapat mempersiapkan secara matang penilaian otentik untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Selain karakteristik penilaian otentik, untuk menerapkan penilaian otentik pada kegiatan pembelajaran, pendidik harus memperhatikan prisnsip dalam menggunakan penilaian otentik. Majid (2011:187), ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penilaian otentik:
a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah.
c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori motorik) Prinsip-prinsip penilaian otentik harus diperhatikan oleh pendidik sebagai patokan dalam menerapkan penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan sebuah strategi dalam penilaian. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam penulaian otentik. Permendikbud No.81 A/2013 ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam penilaian otentik kurikulum 2013: 1) Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian unjuk kerja digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi.
Permendikbud No.81A/2013 ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian unjuk kerja: (1) langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukan suatu dari suatu kompetensi, (2) kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut, (3) kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (4) upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak perlu terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati, (5) kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan. Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala penilaian. Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategori saja, ya atau tidak. 2) Penilaian Proyek
Permendikbud No.81A/2013 penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut sebagai suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menginformasikan, peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.Permendikbud No.81A/2013 ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian proyek: 1) kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, 2) relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan memperhatikan tahap pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam pembelajaran 3) keaslian, yaitu proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyimpanan laporan tertulis.
3) Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan karya yang dibuat peserta didik.
Menurut Bellanca, Carolyne, Elizabeth (1994:189) menjelaskan “A
portfolio is a collection of exemplary work, the portfolio was the tool that
told students and parent how well a student was performing in class
”. Artinya, portofolio adalah kumpulan karya, portofolio adalah alat untuk memberitahu orang tua seberapa baik kemampuan peserta didik di kelas.
Permendikbud No.81A/2013 penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode tertentu untuk suatu mata pelajaran.
Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan (Permendikbud No.81A/ 2013)
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah- langkah. Permendikbud No.81A/2013 langkah-langkah penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan peserta didik. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, ketrampilan, dan minatnya.
b) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dengan yang lain bisa sama bisa berbeda.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e) Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
f) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebilhan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
h) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Selain penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, dan penilaian portofolio ada beberapa hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi peserta didik dalam penilaian otentik. Kunandar (2015:40) hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi peserta didik dalam penilaian otentik, yaitu:
(a) Proyek atau penugasan Proyek atau penugasan adalah tugas yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam waktu tertentu sebagai implementasi dan pendalaman dari pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran.
(b) Hasil tes tulis Penilaian otentik dapat dilakukan dengan menggunakan hasil tes tulis sebagai salah satu cara atau alat untuk mengukur pencapaian peserta didik terhadap kompetensi tertentu. (c) Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik selama satu semester atau satu tahun pelajaran. Portofolio yang dibuat dan disusun peserta didik berupa produk atau hasil kerja merupakan salah satu penilaian otentik
(d) Pekerjaan Rumah Pekerjaan rumah yang dikerjakan peserta didik sebagai pendalaman penguasaan kompetensi yang diperoleh dalam pembelajaran merupakan salah satu penilaian otentik. Hasil pekerjaan rumah harus diberi respon dan catatan pendidik, sehingga peserta didik mengetahui kekurangan dan kelemahan dari pekerjaan rumah yang dikerjakan. (e) Kuis
Kuis adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap peserta didik terhadap materi atau kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik. (f) Karya peserta didik.
Seluruh karya peserta didik maupun kelompok, seperti laporan diskusi, eksperimen, pengamatan dapat dijadikan dasar penilaian otentik.
(g) Presentasi Presentasi atau penampilan peserta didik ketika di kelas menampilkan proyek atau tugas yang diberikan oleh pendidik dapat menjadi bahan dalam melakukan penilaian otentik
(h) Demonstrasi Penampilan peserta didik dalam mendemontrasikan suatu alat atau aktivitas tertentu berkaitan dengan materi pembelajaran dapat dijadikan bahan penilaian otentik. (i) Laporan
Laporan suatu kegiatan atau aktivitas peserta didik yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti laporan proyek dapat dijadikan bahan penilaian otentik. (j) Jurnal
Catatan-catatan perkembangan peserta didik yang menggambarkan atau kemajuan peserta didik berkaitan dengan pembelajaran dapat dijadikan bahan penilaian otentik. (k) Karya tulis
Karya tulis peserta didik baik kelompok maupun individu yang berkaitan dengan materi pembelajaran, seperti karya tulis yang dibuat oleh peserta didik dalam olimpiade penelitian siswa Indonesia dapat dijadikan bahan penilaian otentik. Dengan demikian, prestasi yang diperoleh peserta didik di luar pembelajaran, tetapi memiliki relevansi dengan bidang studi tertentu, maka dapat menjadi pertimbangan dalam penilaian otentik (l) Kelompok diskusi
Kelompok-kelompok diskusi peserta didik, baik yang dibentuk oleh sekolah atau pendidik maupun oleh peserta didik secara mandiri dapat menjadi bahan penilaian otentik. (m) Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik berkaitan dengan pembelajaran dan penguasaan terhadap kompetensi tertentu dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian otentik. Berdasar pada penjalasan tentang penilaian otentik dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan penilaian otentik pendidik perlu menggunakan berbagai instrumen yang bervariasi yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pendidik perlu menilai hasil belajar peserta didik secara keseluruhan yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, kompetensi ketrampilan.