BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Gita Amalia Firdhausi BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu

  agar menjadi manusia dewasa yang dapat mengembangkan potensinya untuk bisa hidup mandiri dan berkompeten sebagai bagian dari masyarakat dalam lingkungan dimana individu tersebut tinggal. Pendidikan merupakan usaha mendewasakan individu yang telah dimulai sejak manusia lahir hingga tutup usia, atau dapat dikatakan pendidikan seumur hidup.

  Melihat kenyataan bahwa pendidikan merupakan hal yang fundamental, hingga saat ini pemerintah terus mengupayakan adanya perbaikan-perbaikan dalam bidang pendidikan. Tidak hanya pemerintah, masyarakat kini pun tengah menyoroti pendidikan saat ini, khususnya pendidikan sekolah dasar (SD). Pendidikan dasar ini merupakan fase penting untuk meletakkan dasar atau landasan pengetahuan, keterampilan dan sikap individu. Oleh karena itu, pendidikan dasar memberi pengaruh terbesar bagi pendidikan selanjutnya.

  Melihat urgensi pendidikan dasar tersebut, maka guru atau pendidik diharapkan dan dituntut untuk dapat mentransfer segala pengetahuan, keterampilan, dan mendidik siswa serta mengembangkan potensi yang ada pada siswa untuk dapat mempersiapkan diri menjadi manusia dewasa seperti yang tertuang dalam UUSPN No. 20 tahun 2003. Pendidikan adalah usaha

  1 sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Salah satu yang paling banyak disoroti tentang masalah pendidikan sekolah dasar adalah fakta bahwa adanya momok menakutkan terhadap salah satu mata pelajaran, yaitu matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VI SD Negeri 1 Babakan, Matematika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh siswa, sehingga dengan adanya rasa takut ini membuat matematika menjadi pelajaran yang dibenci. Hal ini membuat siswa makin tidak memahami isi pelajaran, yang dampaknya ada pada rendahnya nilai matematika mereka.

  Pendidikan akan menjadi hal yang bermakna bagi individu apabila pendidikan tersebut berhasil baik dari segi proses maupun outputnya.

  Matematika yang merupakan mata pelajaran yang mendasari ilmu pengetahuan lain, perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

  Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting, karena akan menjadi dasar bagi siswa untuk sampai pada tahap paling atas. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, merupakan pembelajaran awal dimana siswa diajarkan benda-benda konkret terlebih dahulu, lalu meningkat ke abstrak. Maka dari itu, diperlukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bagi sebagian besar siswa, Matematika merupakan pelajaran yang ditakuti.

  Dalam kegiatan pembelajaran selama ini cenderung lebih mementingkan kemampuan kognitif siswa saja. Padahal untuk dapat menuju suatu keberhasilan pengajaran, maka tidak hanya dari segi kognitif saja, melainkan afektif dan psikomotor juga perlu diperhatikan, karena pembelajaran yang baik tidak hanya transfer pengetahuan saja, namun juga transfer nilai sehingga proses maupun output pembelajaran akan meningkat.

  Dalam proses pembelajaran perlu mengusung adanya pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan) yang dapat merangsang siswa aktif dan mampu menerima pembelajaran dengan senang hati dan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa . Masih perlu dilakukan adanya koreksi untuk mengkaji literatur dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, materi itu sendiri, karakteristik dan kemampuan siswa sebagai upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna.

  Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

  Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

  

problem ). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap

  dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

  Sementara itu, pola kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas masih berpusat pada guru (teacher centered), sementara siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru, dan membuat pembelajaran siswa menjadi kurang bermakna. Akibatnya hasil pembelajaran menjadi kurang optimal. Diharapkan dalam pembelajaran siswa yang aktif memecahkan berbagai masalah, sementara guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan masalah tersebut.

  Seperti yang terjadi di Kelas VI B SD Negeri 1 Babakan, siswa masih belum begitu memahami soal matematika khususnya pada materi pengolahan data. Hal ini kemungkinan karena siswa belum mengerti/memahami konsep dan cara penyelesainnya. Mereka tidak bisa memahami bahasa matematika seperti diagram dan tabel untuk diolah.

  Oleh karena itu diharapkan, guru dapat memberikan permasalahan dengan konteks keseharian siswa itu sendiri. Hal ini akan sangat membantu siswa dalam pemecahan soal tersebut. Dalam hal ini, tidak hanya siswa yang berperan penting dalam pembelajaran, guru juga merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam proses belajar siswa, oleh karena itu sebagai figur sentral guru harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mendorong terjadinya kegiatan belajar siswa yang aktif dan efisien.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Kelas VI B SD Negeri 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga, ternyata metode ceramah tidak memberikan hasil yang memuaskan dan daya serap terhadap materi pelajaran cukup rendah. Terbukti dari 62 orang siswa, terdapat 10 siswa atau 16,13% siswa tidak mencapai tuntas belajar yaitu dengan standar KKM 50. Walaupun 83,87% siswa dapat mencapai batas KKM, namun nilai mereka kurang optimal.

  Menurut informasi guru kelas VI B Sekolah Dasar Negeri 1 Babakan, dalam pelajaran Matematika masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal ini dapat dilihat pada pekerjaan siswa (rata-rata hasil ulangan harian) untuk pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data dalam 2 tahun terakhir yaitu 59,20.

  Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester I

  Pokok Bahasan Mengumpulkan dan Mengolah Data Kelas VI B SD N 1 Babakan

  Tahun Ajaran Nilai Rata-rata 2009/2010 55,31 2010/2011 63,00

  Dari data di atas dapat dilihat bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak mudah bagi siswa. Hal inilah yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian untuk dapat meningkatkan nilai dan KKM matematika siswa SD N 1 Babakan. Rendahnya kemampuan dalam penguasaan matematika untuk membaca dan mengolah data, dimungkinkan karena kurang jelasnya penanaman konsep dari guru dan metode atau model pembelajaran yang belum sesuai. Selain itu, kurangnya sensitifitas guru dalam memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa yang justru akan sangat membantu mereka dalam memahami persoalan.

  Berdasarkan penelitian yang relevan menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan di SD Negeri 2 Bojongsari oleh Eka Yuliana, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model pembelajaran berbasis masalah dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika. Seiring dengan penelitian tersebut, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menurut Rusman (2010:241) memiliki titik berat pada pendayagunaan kemampuan berpikir dalam sebuah proses kognitif yang melibatkan proses mental yang dihadapkan pada kompleksitas suatu permasalahan yang ada di dunia nyata. Oleh karena itu, siswa dapat memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan.

  Model pembelajaran berbasis masalah, dapat merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara aktif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan aktivitas mental maupun fisik dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. Tidak hanya ranah kognitif saja, namun sikap dan tingkah laku siswa terhadap mata pelajaran matematika juga dapat meningkat bila pelajaran yang mereka terima dapat mereka pahami dan dapat mereka pecahkan, yang berarti bahwa pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna.

  Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti terdorong untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk mengatasai permasalahan yang terjadi di kelas VI B SD Negeri 1 Babakan. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dimaksudkan supaya siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik serta dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan dikembangkannya keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Selain itu, siswa yang bekerja dalam kelompok dapat bekerjasama dalam kelompoknya dan melakukan tugas dengan baik, sehingga diharapkan dapat mengembangkan perilaku berkarakter dan kemampuan sosial, serta terampil dalam menggunakan alat peraga.

  Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan siswa, akan dapat membawa perubahan yang baik dan bermakna bagi perkembangan pembelajaran siswa. Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan judul, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Mengumpulkan dan Mengolah Data Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas VI SD N 1 Babakan”.

  B. Perumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Apakah hasil belajar siswa kelas VI SD N 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data pada ranah kognitif dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis masalah?

  2. Apakah hasil belajar siswa kelas VI SD N 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data pada ranah afektif dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis masalah?

  3. Apakah hasil belajar siswa kelas VI SD N 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data pada ranah psikomotor dapat ditingkatkan model pembelajaran berbasis masalah?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Meningkatakan hasil belajar siswa kelas VI SD N 1 Babakan Kecamatan

  Kalimanah Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data pada ranah kognitif melalui model pembelajaran berbasis masalah.

  2. Meningkatakan hasil belajar siswa kelas VI SD N 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data pada ranah afektif melalui model pembelajaran berbasis masalah.

  3. Meningkatakan hasil belajar siswa kelas VI SD N 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data pada ranah psikomotor melalui model pembelajaran berbasis masalah.

D. Manfaat Penelitian

  Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini memberikan manfaat yang besar yaitu manfaat dari segi :

  1. Manfaat Praktis

  a. Siswa Adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya pada materi mengumpulkan dan mengolah data.

  b. Guru Adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai, termasuk dalam memilih metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. c. Sekolah Adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam mengambil kebijakan untuk mengambil keputusan dalam menentukan metode, pendekatan, media dan strategi yang tepat untuk meningkatkan mutu dan keberhasilan dalam pembelajaran.

  d. Peneliti Adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengaplikasikan gagasan yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat menambah wawasan/pengetahuan dalam proses pembelajaran.

  2. Manfaat Teoritis

  a. Sebagai acuan untuk mengembangkan motode-metode pembelajaran sehingga prestasi yang diperoleh siswa meningkat yang pada akhirnya mencapai hasil secara maksimal.

  b. Sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.