ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERI PADA Ny. S DI BANGSAL BAROKAH RSU PKU MUHAMADIYAH GOMBONG - Elib Repository
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERIPADA Ny. S DI BANGSAL
BAROKAHRSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERIPADA Ny. S DI BANGSAL
BAROKAHRSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2016 1 2 Alief Subhi Bakhtiar , Diah Astutiningrum , M. Kep. Ns.
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN: NYERI PADA Ny. S DI BANGSAL BAROKAH RSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG
Latar Belakang: Kebutuhan rasa aman dan nyaman adalah masalah yang harus di penuhi jika
tidak ditangani akan menyebabkan permasalahan yang lebih serius seperti nyeri yang menggangu
aktifitas dan kenyamanan seseorang. Untuk penanganan nyeri dapat dilakukan dengan distraksi
relaksasi karena dapat memberikan stimulasi berupa mengalihan konsentrasi klien dari nyeri yang
sedang dirasakan dan lebih mudah dilakukan.
Tujuan: Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan
kebutuhn rasa aman dan nyaman pada Ny. S di ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah
Gombong.
Pembahasan: Masalah keperawatan nyeri akut dan perubahan pola eliminasi urine. Intervensi dan
Implementasi yang telah dilakukan adalah pengkajian fokus nyeri, management nyeri, pemantauan
karakteristik urin dan pengeluaran batu, mendorong untuk meperbanyak asupan cairan, melakukan
perawatan kateter dan inovasi keperawatan relaksasi genggam jari.
Hasil: Evaluasi yang di dapatkan selama tiga hari, masalah nyeri akut dan perubanahn pola
eliminasi urine belum teratasi.Kata kunci: distraksi, asuhan keperawatan, aman dan nyaman 1. Mahasiswa DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Dosen DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
iv
DIPLOMA III OF NURSING PROGRAM MUHAMMADIYAH HEALTY SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG Scientific Paper, August 2016 1 2 Alief Subhi Bakhtiar , Diah Astutiningrum , M.Kep, Ns
ABSTRACT
NURSING CARE OF COMFORT NEED FULFILLMENT ACUT PAIN TO Ny. S IN
BAROKAH ROOM OF MUHAMMADIYAH HOSPITAL
GOMBONG
Background: Secure and comfort needs are very important human basic needs. If these needs are
untreated very well, it will lead to more serious problem such as pain interfering the person’s
activities and comfort. Pain can be cused by imflammation resulting from an infecion. Pain
management can be done action distraction relaxtion because it can provide stimulation in the
form of client concentration distract from the paint that is beingfelt and is easier to do.
Objective: To describe nursing care of fulfilling scured and comfort needs Miss. Sin Barokah
room, Hospital PKU Muhammadiyah Gombong.Discussion: The nursing diagnosis were acut pain and change in urinari elimination patterns.
Intervention and implementation that has been done is the focus of the assesment of pain, pain
management, monitoring characteristicsof urine and the stone, pushing to increase fluid intake,
undergo a catheter care and nursing inovation relaxsation finger hold.
Result: Evaluasiont were obtained for three day, the problem of acut pain and the changing
patterns of urinary elmination is not resolfed.Keyword: distraction, nursing care, secured and comfort need.
1. University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Helath Science Institute of
Gombong2. Lecsturer Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Helath Science Institute of Gombong
v
KATA PENGANTAR
vi
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiyah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. S di Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong
”. Penulisan karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir ujian komprehensif jenjang pendidikan diploma III keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan.
Tahap proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai dengan baik, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep. Ns selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep.NS., M.Sc selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
3. Direktur Utama RSU PKU Muammadiyah Gombong yang telah memberikan izin untuk dilakukannya ujian Komprehensif dirumah sakit tersebut.
4. Ibu Diah Astutiningrum, M.Kep. Ns selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ibu Eka Riyati, M.Kep., Sp. Kep. Mat selaku dosen penguji ujian stase akhir Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan kepada penulis.
6. Perawat Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah yang telah membimbing, membantu dan mengarahkan dalam ujian komperhensif.
7. Ibu Sri W dan Keluarga yang telah bersedia membantu penulis dengan senang hati sebagai klien kelolaan selama proses ujian komprehensif.
8. Dosen serta Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama proses belajar di STIKes muhammadiyah periode 2013-2016.
9. Orang tua kandung yang saya sayangi dan yang saya cintai bapak Bakhrun dan ibu Atun Setiowati yang selalu memberikan dukungan baik secara moral maupun material, Noffal Rifai Rahman dan Hanna Ummu Aisyah selaku adik-adik yang saya sayangi yang telah memberikan doa dalam kelancaran pembuatan Karya Tulis Ilmiah Ini.
10. Anggit Sumbiyanti Amd. Keb wanita yang selalu mengoprak-oprak penulis jika penulis mulai malas dalam membuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Teman-teman angkatan 2013-2016 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun khususnya teman-teman dari DIII Keperawatan kelas A yang telah bersama sama berjuang dalam waktu 3 tahun ini dan berjuang dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah masih ditemukan kekeliruan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tuis Ilmiah ini.
Gombong, 27 Juli 2016 Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1 B. TUJUAN PENULISAN ...................................................................... 4
1. Tujuan Umum ............................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 4
C. MANFAAT PENULISAN .................................................................. 5
1. Manfaat Keilmuan ......................................................................... 5
2. Manfaat Aplikatif .......................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6 A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA RASA AMAN DAN NYAMAN ........................................................................................... 6 B. NYERI ............................................................................................... 8 C. DISTRAKSI RELAKSASI ................................................................. 15 BAB III : RESUME KEPERAWATAN ........................................................... 18 A. PENGKAJIAN .................................................................................... 18 B. ANALISA DATA ............................................................................... 20 C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI ...................... 21 BAB IV : PEMBAHASAN ............................................................................... 26 A. ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................. 26 B. ANALISA INOVASI TINDAKAN KEPERAWATAN .................... 35 BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 40 A. KESIMPULAN .................................................................................. 40 B. SARAN ............................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsul
2. Asuhan Keperawatan
3. Laporan Pendahuluan
4. Jurnal Relaksasi Distraksi Genggam Jari
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan merupakan salah satu faktor penting dalam
kehidupan, hal tersebut di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetik, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Apabila faktor tersebut tidak simbang, maka individu berada dalam keadaan yang di sebut sakit. Dankeadaan tersebut yang menjadi pertimbangan bagi individu untuk mencari bantuan ke pada pelayanan kesehatan.
Setiap orang membutuhkan rasa nyaman dan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Salah satu yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien adalah rasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang bersifat individual, sehingga pasien biasanya merespon rasa nyeri yang dialaminya dengan cara yang berbeda-beda (Asmadi, 2008).
Vesikolitiasis adalah batu yang berada pada kandung kemih yang yang disebabkan oleh subtansi tertentu, seperti penumpukan kalsium, kalsium oksalat, fosat dan lainnya. Zat tersebut mengkristal dan membentuk sebuah gumpalan di kandung kemih. Sedangkan menurut Corwin (2009), batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat dimana saja yang terdapat disaluran kemih. Batu yang sering di jumpai adalah pengkristalan dari kalsium.
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association
for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
1
2
Kenapa pada kasus vesikolitiasis ini nyeri yang di alami klien terasa sangat mengganggu dikarenakan nyeri yang dialami disebabkan oleh benda asing yang berada pada kandung kemihklien dan benda itu dapat menyebabkan pergesekan dengan lumen di dalam kandung kemih dimana lumen tersebut terdapat syaraf syaraf yang mennyalurkan rangsangan nyeri ke otak. Dan nyeri yang dialami klien pada kasus batu kandung kemih ini adalah nyeri yang berat dimana jika nyeri yang di alami tidak di tangani akan menyebabkan gangguang pada psikologis klien dan nyeri yang tidak diatasi dengan adekuat dapat menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskuler, pulomnari, gastrointestinal, dan sistem imun.
Berdasarkan angka kejadian perubahan mikroskopik pada usia 30-40 tahun bila perubahan berkembang maka akan terjadi perubahan patologik, anatomi, yang ada pada pria usia 50 tahun, angka kejadian sekitar adalah 50 %. Pada usia 80 tahun sekitar 80 % dan usia 90 tahun 100 %, dan prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada pria. (Alimul, 2012). Penyakit vesikolithiasis ini penyebarannya rata diseluruh dunia, akan tetapi lebih utama didaerah yang dikenal dengan stone belt atau lingkar batu (sabuk batu). Di Amerika dan Eropa hanya 2 % sampai 10 % dari populasi penduduknya. Tingkat kekambuhan setelah serangan pertama adalah 14 %, 30 %, dan 52 % pada tahun ke satu, kelima dan ke sepuluh secara berurutan (Jurnal profesi keperawatan, 2014).
Indonesia merupakan negara yang dilalui sabuk batu. Berdasarkan data dinas kesehatan Jawa Tengah diperkirakan mencapai 6% dari total jumlah penduduk Jawa Tengah, pada penelitian tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Semarang menemukan 146 menderita batu saluran kemih, yang terbanyak adalah batu kandung kemih (58,97 %) sebanyak 92 kasus, diikuti oleh batu ginjal (23,72 %) sebanyak 37 kasus, batu ureter (8,97 %) sebanyak 14 kasus, dan batu urethra (2,04 %) sebanyak 3 kasus. Prevalensi batu kandung kemih yang dilakukan pembedahan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Semarang, dari 92 penderita semuanya dilakukan pembedahan, karena adanya tindakan
3
pembedahan yang akan dilakukan maka kemungkinan resiko tinggi infeksi bisa terjadi, hal ini dibutuhkan perlunya perawatan luka yang efektif. Perawatan luka yang efektif ini merupakan suatu penanganan luka yang terdiri atas pembersihan luka, menutup, dan membalut kembali luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Angka kejadian vesikolithiasis di RSUD RA Kartini Jepara dari tanggal 1 Oktober 2013 sampai 1 Januari 2014 menurut Rekam Medik RSUD RA Kartini Jepara, yang menderita vesikolithiasis berdasarkan laporan program kasus tercatat di Ruang Dahlia ada 18 pasien masing-masing umurnya berkisar antara 45-65 tahun, dan 100% atau 18 pasien semuanya menjalani operasi (vesikolithotomy), angka ini menunjukkan tingkat resiko dilakukan pembedahan sangat tinggi (Jurnal Profesi keperawatan, 2014).
Dari beberapa uraian di atas penulis tertarik dengan inovasi tindakan keperawatan relaksasi distraksi gengam jari sebagai teknik pengurangan nyeri pada klien dengan vesikolithiasis.Pada penelitian Pinandita (2012) dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi dengan hasil penelitian yaitu ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparotomi dengan p value sebesar 0,000 (p < α). Dengan adanya penurunan nyeri membuktikan bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Liana (2008) yang mengemukakan bahwa menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meridian (energi chanel) yang terletak pada jari tangan kita.
Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas tentang gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman, penulis tertarik untuk membahas kasus yang terkait dengan
“Asuhan
4
KeperawatanPemenuhan Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri pada Ny S di ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong ”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan rasa Aman dan Nyaman pada Ny. S dengan kasus vesikolhitiasisdi ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus gangguang pemenuhan rasa aman nyaman terhadap penderita vesikolithiasis.
b. Penulis mampu menganalisa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan penemuhan kebutuhan dasar nyeri.
c. Penulis mampu menegakan diagnosa dengan tepat sesuai kebutuan dasar manusia pada klien dengan gangguann pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
d. Penulis mampu merencanakan tindakan yang sesuai kondisi pada klien dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
e. Penulis mampu melakukan implementasi untuk proses keperawatan.
f. Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadappemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri pada Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong..
g. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri pada Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong.
h. Penulis mampu mendeskripsikan analisis inovasi tindakan keperawatan gangguan kebutuhan rasa aman nyaman: nyeri pada Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong.
5
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat keilmuan Dapat memberikan referensi, serta menambah wawasantentang penanganan terhadap kasus pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman pada klien Vesikolithiasis.
2. Manfaat Aplikatif
a. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penanganan tindakan keperawatan yang tepat untuk dilakukan terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman b. Hasil karya ilmiahini diharapkan akan memberikan masukan kepada rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
c. Hasil karya ilmiahini diharapkan akan menjadi masukan bagi akademis dalam rangka merumuskan intervensi keperawatan yang tepat berkaitan dengan kondisi klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
d. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan inovasi tindakan keperawatan pada klien dalam memenuhi gangguan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.
e. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi wawasan bagi masyarakat dalam melakukan tindakan untuk dapat mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman dirumah masing-masing.
6 DAFTAR PUSTAKA Asmadi, (2008). Teknik Proseduran Keperawatan(Asmadi, 2008):Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien . Jakarta: Salemba Medika
Cane, PM (2013). Hidup Sehat dan Selaras: Penyembuh Trauma. Alih Bahasa: Maria, S & Emmy, L.D. yogyakarta: Capacitar Internasional. INC. Corwin, Elzabeth aja. 2009. Buku saku Patofisisologi. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta. Effendi, Imam dan Markum, HMS. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II.
Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKU. Fatmawati, (2009). Komunikasi Perawat Plus Materi Komunikasi Terapeutik,
Nuha Medika : Yogjakarta Goodman & Gilman.(2008). Manual of Pharmacology and Therapeutic. NewYork: Mc GrawHill. Guyton and Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedekteran, Edisi 11, EGC, Jakarta. Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment, and prevention. Journal Cleveland Clinic . Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014.NANDA International NursingDiagnoses:
Definitions & Classification, 2015
nd ed .Oxford: Wiley Blackwell.
- –2017.10
Hidayat, Alimul (2012).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan . Jakarta: Salemba Medica. Jess Feist. (2014)Teori Kepribadian :Theories Of Personality. Edisi. 7. Salemba
Humanika Kozier dkk. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan
Praktik , Ed. 7. Vol 2. Alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC
Le Mone, P, Burke, Karen, 2008, Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in
Client Care (4 th
Edition), New Jersey: Prentice Hall Health Lina, E. (2008). Teknik Relaksasi: genggam Jari Untuk Keseimbangan Emosi. Diakses 22 juli 2016 dari HTPP//:www.pembelajaran.com/teknik- relaksasi-genggam-jari-untuk-keseimbangan-emosi jam 08.22 WIB. Jurnal Keperawatan Aisyiah. Pinandita., dkk. (2012). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1,
Februari 2012 . Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi;32(3) Potter and Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek , Volume 2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha ilmu. Pujiati, eny (2014). jurnal profesi keperawatan. Vol 1. No 1. Akademi Keperawatan Krida Husada Kudus. Hal 48-49. Puwahang., 2011. Pijat Tangan untuk Relaksasi. Jurnal ilmiah kesehatan keperawatan, vol 8, no 1. Februari 2008 . Satwiko. 2009. Pengertian Kenyamanan Dalam Suatu Bangunan. Yogyakarta: Wignjosoebroto. Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Buku
ajar ilmu penyakit dalam . (ed-3). Jakarta: Pusat penerbit departemen penyakit dalam fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Tamsuri. (2007). Kosnse Dan Penatalaknsaaan Nyeri. Jakarta : EGC. Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses
Keperawatan . Jakarta. Salemba Medika
Widyastuti, 2010. Perbedaan Efektifitas Terapi Musik dengan Teknik Relaksasi Progresif terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di Banjar Peken DesaSumertaKas pada tanggal 14 Januari 2014.
LAPORAN PENDAHULUAN
VESIKOLITIASIS Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Program
DISUSUN OLEH : ALIEF SUBHI BAKHTIAR A01301716 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016 LAPORAN PENDAHULIUAN
VESIKOLITHIATIS
A. Definisi Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya (Brunner and Suddarth, 2007).
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2006 ).
Jadi, vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.
B. Etiologi
1. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
2. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
3. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang menginervasi bladder)
4. Benda asing , misalnya kateter
5. Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding vesika urinaria
6. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun radang.
Menurut Smeltzer (2005) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah :
1. Hiperkalsiuria Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari : a) 75 % kalsium.
b) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
c) 6 % batu asam urat.
d) 1-2 % sistin (cystine).
C. Manifestasi Klinis / Tanda Gejala Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2005).
1. Dapat tanpa keluhan
2. Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
3. Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
4. Terdapat hematuri pada akhir kencing
5. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU belum penuh).
6. Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna. Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan.
Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain adalah: 1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
D. Patofisiologi Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis. Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira 3/2 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam,urine dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah dan juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau urine statis, menjadikan sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat. Teori menurut Nursalam( 2006) antara lain :
a. Teori matriks Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organic sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan memepermudah kristalisasi dan agregasi substansu pembentukan batu.
b. Teori supersaturasi Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori berkurangnya factor penghambat Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
E. PATHWAY F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urinalisa a) Warna kuning, coklat atau gelap.
b) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
c) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
d) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
e) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah a) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b) Lekosit terjadi karena infeksi.
c) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d) Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
b) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
c) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih d) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
4. Foto KUB Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
5. Endoskopi ginjal Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
6. EKG Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
8. IVP ( intra venous pylografi ) Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
9. Vesikolitektomi ( sectio alta ) Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
10. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
11. Pielogram retrograde
12. USG (Ultra Sono Grafi) Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.
G. Penatalaksanaan Menurut Soeparman ( 2008) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a. Batu dapat keluar sendiri Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm.
b. Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari buli-buli dengan membuka buli-buli dari arterior.
c. Ruang Lingkup : Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri pada akhir miksi, hematuria dan miksi yang tiba-tiba berhenti serta dalam pemeriksaan penunjang (foto polos abdomen, pyelografi intravena dan ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu buli-buli. Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait antara lain; Patologi Klinik dan Radiologi Indikasi Operasi : Batu buli-buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada orang dewasa dan semua ukuran pada anak--anak. Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, tes faal ginjal, sediment urin, kultur urin dan tes kepekaan antibiotika, kadar kalsium, fosfat, dan asam urat dalam serum serta ekskresi kalsium, fosfat dan asam urat dalam urin 24 jam, foto polos abdomen, pyelografi intravena, USG. Komplikasi Operasi : Komplikasi adalah perdarahan, infeksi luka operasi, fistel. Perawatan Pasca Bedah : Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari operasi,pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi < 20cc/24 jam Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi.
d. Pengangkatan Batu 1) Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.
Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan. 2) Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu. 3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
e. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat) 1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium. 2) Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada. H. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesa 1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah. 2). Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian. 3). Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan konstipasi.
b. Pemeriksaan Fisik 1) Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda- tanda vital. 2) Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien. 3) Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka dan otot rahang.
4) Mata Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien masih baik. 5)Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan baik. 6) Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik. 7) Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak. 8) Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi pembesaran atau tidak. 9) Dada Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung. 10) Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen. 11) Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.
12) Ekstermintas Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya.
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris, anemia, syok. Pemeriksan fisik khusus urologi: 1) Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal 2) Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh 3) Genitalia eksterna : teraba batu di uretra 4) Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
2. Nursing Care Plan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan-
Kriteria yang diharapkan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler.
Nyeri hilang dengan spasme terkontrol. Kriteria: Pasien tampak rileks. Pasien mampu tidur/ istirahat dengan tenang Tidak gelisah, tidak merintih Catat lokasi, lamanya intensitas, penyebaran, perhatikan tanda- tanda non verbal, misalnya merintih, mengaduh dan gelisah / ansietas. Jelaskan penyebab nyeri dan perubahan karakteristik nyeri. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, ciptakan
Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
Membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien serta menurunkan ansietas Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan otot,
Mengarahkan kembali perhatiandan membantu dalam relaksasi otot. lingkungan yang Meningkatkan tenang. lewatnya Bantu atau dorong batu,mencegah stasis penggunaan nafas urine,mencegah berfokus pembentukan batu selanjutnya. Bantu dengan ambulasi sering s/d Obstruksi lengkap indikasi tingkatkan ureter dapat pemasukan cairan menyebabkan sedikitnya 3-4 ferforasi,dan lt/hariatau s/d ekstravasasi urine ke indikasi. dalam area perirenal. Perhatikan keluhan Dipakai selama peningkatan/meneta episode akut,untuk pnya nyeri menurunkan kolik abdomen. ureter dan relaksasi otot. Berikan kompres hangat pada Menurunkan refleks punggung spasme shg. KOLABORASI: Mengurangi nyeri Berikan obat sesuai dan kolik. dengan indikasi: Menurunkan edema Narkotik jaringan ,shg.
Membantu gerakan Antispasmodik batu. Kortikosteroid Mencegah stasis Pertahankan patensi urine,menurunkan kateter bila resiko peningkatan digunakan. tekanan ginjal dan infeksi.
2 Perubahan Perubahan Awasi pemasukan Evaluasi fungsi ginjal eliminasi urine eliminasi urine dan pengeluaran serta dgn.memerhatikan b/d stimulasi tidak terjadi karakteristik urin. tanda-tanda kandung kemih Kriteria :
Tentukan komplikasi misalnya pola oleh batu, iritasi Haematuria infeksi, atau berkemih normal.
ginjal, atau tidak ada. perdarahan.
Dorong ureter, obstruksi mekanik atau inflamsi.
Piuria tidak terjadi Rasa terbakar tidak ada. Dorongan ingin berkemih terus berkurangi. meningkatkan pemasukan cairan
Catat adanya pengeluaran dalam urinek/p kirim ke lab untuk dianalisa. Observasi keluhan kandung kemih, palpasi dan perhatikan output, dan edema.
Obserevasi
perubahan status mental, prilaku atau tingkat kesadaran. KOLABORASI: Monitoring pem.Lab, BUN. kreatinin Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas Berikan obat sesuaidgn program:
diamox, alupurinol Esidrix, Higroton Amonium Klorida,Kalium, atau Natrium, fosfat Agen antigon,
(Ziloprim)
Antibiotik
Nabic Asam Askorbat Pertahankan patensikateter.