PROS Johnson Dongoran Arisan Pinjaman fulltext

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

Arisan Pinjaman: Sumber Keuangan Informal Model Dongoran
Johnson Dongoran

ABSTRACT

Although progress has been such that the economy, but most economic actors in many
countries, including in Indonesia today is the Small and Medium Enterprise even informal sector who
do not have access to formal financial sources. Hence, informal financial sources are still relevant
fund a number of economic activities in the Asean Economic Community, which began in 2015. There
have been many informal financial sources known so far as debt bondage, pawn, usury or loan
sharks, marsali, Jula Jula and Model - NJ . To add to other sources of finance options , the authors
introduce a model of informal financial resources for small businesses that do not have access to
formal sources of finance, which is named as Arisan Loans: Informal Financial Resources Dongoran
Model.
In this model, gathering done by a group of business actors productive with several members
(recommended between 3 to 7 people). Group of borrowing money a certain number of specified
individuals and entities such as cooperatives for sharing among members through a lottery.
Administrative costs, profision and interest rates have been the lowest in order not to burden the

members. Group pays monthly installments of principal and interest monthly over an agreed period of
time, while the group members on a weekly or daily installments through the coordinator.
Gathering this loan consists of two forms. The first form, a member of obtaining a social
gathering in the first month, another members earn start gathering turns into two months until all
members have a turn earn money by gathering a number of groups of the proposed loan. The second
form, all members earn some money with the same amount of total loans net of profision and loan
administration. The next social gathering begins in the second month, the amount is determined by the
loan amount, interest rate, loan term, and the number of group members gathering or a large number
of daily or weekly installment of each member. For both form of social gathering this loan, the total
amount of installments gathering group members must be greater than the total principal and interest
so that there is money for social gathering every month and there are funds set aside funds each
month as cumulative or cumulative profit group, which at the end of the period after settlement loan,
the amount of accumulated profits is large enough so that the group no longer need to borrow money
for a social gathering in the next period .

PENDAHULUAN
Walau kemajuan ekonomi di Indonesia dan di sebagian wilayah dunia sudah sedemikian rupa,
namun sebagian besar pelaku ekonomi di berbagai negara termasuk di Indonesia dewasa ini adalah
Usaha Kecil dan Menengah. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarif Hasan,
jumlah Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia mencapai 55,2 juta unit mewakili lebih dari 90

persen bisnis di Indonesia dan memberikan kontribusi sebesar 57 persen pada Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia (http://nasional.inilah.com/read/detail/2026676/jumlah-ukm-di-indonesia-capai-552juta#.VARQkydMLoA). Kegiatan ekonomi yang digerakkan pekerja sektor informal yang tidak
memiliki akses ke sumber keuangan formal juga tidak kalah penting mengingat sektor informal ini
mencapai 72,72 juta (BPS, 2009; Liputan 6, 29 September 2010), yang walau sudah menurun tetapi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

479

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

masih tetap besar yaitu sebanyak 70,7 juta orang atau 62,71 persen dari totoal pekerja pada Februari
2012 (BPS, 2012; http://www.hukumonline.com/berita/ 2 Januari 2014). Oleh karena itu, sumber
keuangan informal masih tetap relevan mendanai sejumlah kegiatan ekonomi yang digerakkan
wirausaha informal di Indonesia di masa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai tahun
2015 ini.
Sudah banyak sumber keuangan informal yang dikenal selama ini seperti ijon, gadai, riba atau
rentenir, marsali, jula-jula dan Model NJ. Setiap sumber keuangan informal tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk menambah pilihan akan sumber keuangan informal

lainnya, yang dapat dimanfaatkan wirausaha pemula yang belum memiliki akses dengan sumber
keuangan formal seperti perbankan, penulis memperkenalkan suatu model sumber keuangan informal
yang dinamai sebagai Arisan Pinjaman: Sumber Keuangan Informal Model Dongoran. Sebelum
uraian rinci tentang Arisan Pinjaman Model Dongoran ini, berikut diuraikan secara singkat tentang
sejumlah model sumber keuangan informal yang sudah dikenal di Indonesia selama ini.
Sumber keuangan informal yang dikenal selama ini
Sebagaimana diutarakan di atas, sumber keuangan informal yang dikenal selama ini di
Indonesia antara lain adalah ijon, gadai, riba atau rentenir, marsali, jula-jula dan model NJ. Ijon
adalah bentuk pinjaman di bidang pertanian, dalam jumlah tertentu sesuai kesepakatan para pihak,
yang diberikan pemilik modal kepada petani ketika tanaman yang dimiliki petani baru berbunga.
Sebagai imbalan bagi pemilik modal, panen tanaman pertanian menjadi hak pemilik modal dengan
risiko kegagalan panen sepenuhnya menjadi tanggungan pemilik modal. Ijon juga diberi pengertian
sebagai pembelian padi dan sebagainya sebelum masak dan diambil oleh pembeli sesudah masak atau
kredit yang diberikan kepada petani, nelayan, atau pengusaha kecil, yang pembayarannya dilakukan
dengan hasil panen atau produksi berdasarkan harga jual yang rendah (http://artikata.com/arti-330395ijon.html).
Gadai adalah menggunakan uang pemilik modal dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu
tertentu, dan untuk itu sipeminjam uang menggadaikan harta bergerak atau harta tidak bergerak yang
dimiliki peminjam sebagai jaminan kepada pemilik modal hingga uang yang dipinjam dapat
dikembalikan. Nilai jaminan yang digadaikan umumnya lebih besar daripada uang yang dipinjam
sehingga apabila sipeminjam tidak bisa mengembalikan uang pinjaman, maka harta yang digadaikan

sebagai jaminan menjadi milik si pemilik modal dengan nilai yang lebih besar dari nilai uang yang
dipinjamkan. Bila benda atau harta yang digadaikan bergerak seperti mobil atau sepeda motor, maka
harta bergerak tersebut dapat dipakai atau digunakan si pemilik modal selama uang yang dipinjamkan
belum dikembalikan, namun ada pemilik mobil atau pemilik sepeda motor yang keberatan apabila
harta bergerak mereka digunakan selama periode pinjaman. Apabila yang digadaikan adalah tanah
pertanian atau sawah, maka hasil panen tanah pertanian atau sawah tersebut menjadi hak pemilik
modal hingga uang yang dipinjam dapat dikembalikan. Model yang terakhir ini banyak dipraktekkan
di berbagai daerah di Nusantara, yang di Tapanuli di Sumatera Utara dikenal dengan istilah “dondon”.
Sekitar 20 tahun lalu, aneka barang yang digadaikan antara lain berupa pakaian, seprei, taplak meja
dan kain panjang, dengan nilai pinjaman maksimal 20% (dua puluh persen) dari nilai barang yang
digadaikan. Barang-barang seperti ini tidak boleh digunakan pemilik modal selama periode pinjaman.
Ada juga barang-barang elektronik seperti radio, dan TV serta sepeda, dengan nilai pinjaman
maksimum 50% dari nilai barang yang digadaikan. Barang-barang ini sebaiknya digunakan sesekali
agar tidak rusak ketika habis periode pinjaman dan dikembalikan kepada pemilik (Pasaribu, 2014).
Dewasa ini gadai tidak lagi hanya berupa sumber keuangan informal tetapi juga sudah ada yang
formal yaitu Pegadaian (http://www.pegadaian.co.id/pegadaian-gadai.php).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

480


3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

Riba muncul karena utang piutang atau karena pertukaran barang. Utang piutang merupakan
riba apabila jumlah yang dikembalikan peminjam ke yang meminjamkan lebih besar dari jumlah yang
dipinjam, atau apabila peminjam dipersyaratkan oleh yang meminjamkan memberi jasa tertentu yang
dinikmati orang yang meminjamkan sebagai tambahan atas pengembalian uang yang dipinjam.
Pertukaran barang atau barter menjadi riba apabila terjadi perbedaan mutu barang yang dipertukarkan
meskipun barang yang dikembalikan sama dengan barang yang dipinjam, atau apabila dipesyaratkan
jumlah barang yang sama yang dikembalikan lebih banyak daripada jumlah barang yang dipinjam.
Rentenir adalah meminjam uang dalam jumlah tertentu dengan bunga tinggi hingga 20% satu
bulan, dan dengan adaministrasi tinggi, misalnya 5%. Katakan pinjaman sebesar Rp.500.000,dikenakan administrasi Rp.25.000,- Jadi dana yang diterima debitur dari kreditur hanya Rp.475.000,-.
Ada beberapa model rentenir yang dikenal dewasa ini. Pertama, model bunga 10% menurun. Debitur
boleh menggunakan uang selama berapa bulan atau beberapa tahun asal membayar bunga 10% dari
jumlah sisa pinjaman. Bila punya uang membayar pokok, maka bulan berikutnya hanya dikenakan
bunga 10% atas pinjaman yang masih tersisa. Ke dua, debitur meminjam uang dalam jumlah tertentu
dan membayar bunga harian katakana 2% (sering 5%) hingga uang dikembalikan kepada kreditur.
Katakan seseorang meminjam uang Rp.100.000,- dengan bunga harian 2%, maka debitur harus
membayar Rp.2.000,- setiap hari hingga uang Rp.100.000,- yang dipinjam dapat terlunasi. Ke tiga,

model pinjaman dalam waktu singkat, yang dikenal dengan istilah srempetan (Pasaribu, 2014) yakni
hanya untuk satu hingga dua minggu dengan bunga antara 10 hingga 20% . Bila debitur meminjam
Rp.10.000.000,- untuk dua minggu, maka setelah dua minggu si debitur mengembalikan
Rp.1.200.000,- apabila disepakati bunga 20%. Ke empat, mirip dengan model ke tiga, yakni pinjaman
berjangka lima minggu dengan bunga 20%. Bila jumlah yang dipinjam Rp.1.000.000,- saat ini, maka
lima minggu kemudian dikembalikan Rp.1.200.000,- Ke lima, debitur meminjam uang sejumlah
tertentu dengan bunga 20% dibayar harian boleh 24 hari, 30 hari, 40 hari atau 60 hari. Misalnya
pinjaman sebesar Rp.100.000,- untuk 24 hari, maka pembayaran harian menjadi Rp.5.000,- Apabila
30 hari, kewajiban harian menjadi Rp.4.000,- dan apabila 40 hari, kewajiban harian adalah Rp.3.000,dan apabila 60 hari, kewajiban harian adalah Rp.2.000,-Ke enam, sama dengan yang ke lima, hanya
saja angsuran pinjaman dalam mingguan, ada yang empat minggu, lima minggu bahkan sampai 10
minggu. Misalnya besar pinjaman Rp.1.000.000,- dengan bunga 20% dibayar empat minggu, maka
angsuran mingguan adalah Rp.300.000,- Apabila dibayar dalam 10 minggu, maka ansuran mingguan
adalah Rp.120.000,- Menurut pengalaman, seringkali di tengah perjalanan waktu pinjaman, debitur
memperbaharui pinjaman, dengan meminjam dalam jumlah tertentu untuk waktu 10 minggu
misalnya, dengan menutup sisa pinjaman lama dengan pinjaman yang baru (Pasaribu, 2014).
Marsali adalah kebiasaan di tanah Batak yang diciptakan untuk saling menolong di antara
anggota keluarga dekat atau di antara tetangga dekat di dalam desa yang sama di kalangan orang
Batak di daerah Tapanuli. Marsali berarti meminjam. Artinya seorang kerabat dekat meminjam dari
kerabat dekat lainnya, atau seorang tetangga meminjam dari tetangga dekat lainnya. Uniknya, marsali
pada mulanya hanya dilakukan untuk meminjam bahan pangan pokok seperti beras, karena satu

keluarga tidak memiliki beras untuk dimasak pada hari tertentu, maka keluarga tersebut terpaksa
marsali beras dari kerabat dekat atau dari tetangga dekat. Untuk kebutuhan lain seperti cabai, garam,
sayur-mayur, kelapa danlainsebagainya yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, orang Batak
tidak terbiasa meminjam tetapi meminta dan diberi. Artinya, kalau satu keluarga tidak punya garam
atau sayur untuk memasak pada hari tertentu, datang saja ke rumah kerabat dekat atau tetangga dekat
dan memberitahu keadaan tersebut, maka kerabat atau tetangga tadi akan menyuruh mengambil
sendiri di dapur secukupnya untuk keperluan masak hari itu. Atau yang bersangkutan (Nyonya rumah
atau anak keluarga) akan mengambilkannya untuk tetangga yang memintanya. Marsali beras biasanya
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

481

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

terbatas jumlahnya, hanya untuk kebutuhan keluarga dalam beberapa hari saja, hingga waktu Onan
(pasar lokal) berikutnya, yang pasti ada satu kali dalam satu minggu, katakan setiap hari Kamis.
Dengan kebiasaan marsali, hidup orang Batak yang sekerabat atau yang bertetangga dekat terhindar
dari kemungkinan menderita kurang gizi atau busung lapar. Setelah masyarakat mengenal alat

pembayaran berupa uang, fungsi marsali diperluas, termasuk meminjam uang tanpa bunga untuk
berbagai kebutuhan, tidak lagi hanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari, terutama banyak terjadi
untuk keperluan pendidikan anak-anak. (Dongoran, 2013; http://sosbud.kompasiana.com/ 2013/07/13/
marsali- 576310.html)
Setiap komunitas memiliki cara baku mengatasi persoalan keuangan. Jula-jula merupakan
salah satu cara di antaranya. Jula-jula adalah salah satu bentuk arisan yang sudah dikenal lama oleh
masyarakat termasuk masyarakat Batak di Tapanuli. Arisan ini dimaksudkan untuk memperoleh
modal usaha dalam jumlah cukup atau untuk keperluan lain yang memerlukan dana besar seperti
membeli tanah atau membeli rumah atau untuk keperluan sekolah anak-anak. Cara yang ditempuh
dalam arisan semacam ini adalah dengan mengajukan penawaran tingkat bunga secara tertutup.
Artinya setiap peserta sama-sama mengajukan penawaran dengan menulis nama dan jumlah tingkat
bunga yang diusulkan di sehelai kertas kosong. Tawaran tingkat bunga paling tinggi yang
memenangkan arisan. Agar arisan tetap sehat, maka dibatasi tingkat bunga tertinggi, katakan 30%.
Penawaran di atas kesepakatan tersebut secara otomatis gugur alias kalah dan tidak mendapat arisan
pada bulan tersebut. Apabila bulan tertentu tidak ada yang mengajukan penawaran, maka siapa yang
pertama hadir di tempat arisan pada tanggal arisan, dia yang mendapat arisan tanpa bunga (Dongoran,
2013; http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013 /07/07/jula-jula-574823.html).
Model NJ adalah salah satu sumber keuangan informal yang diperkenalkan dua orang
mahasiswa Program Doktor Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bernama Noor
dan Junaedi. Dalam model ini, seseorang baru boleh memperoleh pinjaman apabila yang

bersangkutan sudah memiliki usaha produktif berskala kecil, dan bersedia menyetor investasi
pendampingan sebesar 5% dari pinjaman penguatan modal yang diajukan. Investasi pendampingan ini
digunakan untuk dana sosial, tenaga akuntan, kontribusi bagi pedagang lainnya, dan akomodasi bagi
koordinator, yaitu pengumpul dana bergulir di lapangan. Kredit penguatan modal dalam model NJ ini
tanpa agunan dan tanpa bunga, dengan jangka waktu pengembalian penguatan modal selama 40 hari.
Jadi apabila seorang pengusaha meminjam penguatan modal Rp.1.000.000,-, maka pinjaman tersebut
cair setelah menyetor investasi pendampingan Rp.50.000,- (atau 5%) dan mengansurnya lewat
koordinator lapangan selama 40 hari dengan setoran Rp.25.000,- setiap hari (Noor dan Junaedi, 2014).
Arisan Pinjaman: Sumber Keuangan Informal Model Dongoran
Arisan pinjaman ini sebaiknya dijalankan oleh sekelompok pengusaha produktif berskala kecil, bukan
oleh orang yang belum memiliki usaha produktif. Dengan demikian, arisan pinjaman ini lebih
dimaksudkan sebagai penguatan modal bagi usaha yang sudah beroperasi daripada digunakan untuk
tujuan konsuntif. Anggota kelompok arisan pinjaman ini sebaaiknya minimal tiga orang dan
sebaiknya maksimal enam atau tujuh orang. Sebaiknya tiga orang anggota minimal agar angsuran
pinjaman tidak memberatkan, dan tersedia cukup waktu bagi setiap anggota membuat perencanaan
matang tentang pengembangan usaha sebelum mendapat giliran memperoleh arisan. Dianjurkan
maksimal anggota enam atau tujuh orang anggota arisan agar tidak terlalu lama mendapat giliran
memperoleh arisan. Alasan lain adalah agar tidak terjadi kemalasan sosial atau social loafing dalam
kelompok (Hughes, Curphy and Ginnet, 2009) karena anggota terlalu banyak sehingga tidak mau
kreatif atau bergotong royong tetapi memilih untuk gotong nongkrong (Dongoran, 2009). Selain itu,

menurut penelitian, jumlah anggota kelompok paling kreatif adalah antara tiga hingga tujuh orang
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

482

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

(Robbins, 1983; Robbins and Judges, 2009), di mana kelompok arisan ini diharapkan sekaligus
menjadi tempat bertukar pikiran (brainstorming) di antara para anggota arisan.
Arisan pinjaman ini terdiri dari dua bentuk. Bentuk yang pertama, hanya satu anggota dari
semua anggota kelompok arisan yang memperoleh arisan pada bulan pertama, anggota lainnya
memperoleh arisan bergiliran mulai bulan ke dua dan seterusnya hingga semua anggota mendapat
giliran memperoleh arisan sejumlah uang tertentu sebesar jumlah pinjaman yang diajukan kelompok
arisan. Bentuk ke dua, semua anggota arisan memperoleh sejumlah uang dengan jumlah yang sama
dari total pinjaman setelah dikurangi profisi dan administrasi pinjaman. Selanjutnya arisan baru
dimulai pada bulan ke dua, yang besarannya ditentukan oleh jumlah pinjaman, tingkat bunga
pinjaman, jangka waktu pinjaman, jumlah anggota kelompok arisan dan besarnya jumlah angsuran
harian atau minggua dari setiap anggota. Dalam ke dua bentuk arisan pinjaman ini, jumlah total

angsuran anggota kelompok arisan harus lebih besar dari total angsuran pokok dan bunga agar ada
yang diariskan setiap bulan dan ada dana yang disisihkan setiap bulannya sebagai dana kumulatif atau
keuntungan kumulatif kelompok, yang di akhir periode sesudah pelunasan pinjaman, jumlah
akumulasi keuntungan ini cukup besar sehingga kelompok tidak perlu lagi meminjam uang untuk
arisan pada periode berikutnya. Baiklah berikut ini diuraikan secara lebih rinci masing-masing bentuk
arisan pinjaman dimaksud.
Arisan Pinjaman Bentuk Pertama:
Sebagaimana disebut di atas, dalam arisan pinjaman ini, salah seorang anggota mendapat
arisan pada bulan pertama sebesar pinjaman dikurangi profisi dan administrasi pinjaman. Pada bulan
ke dua dan seterusnya, salah seorang dari anggota lainnya bergiliran mendapat arisan sebesar jumlah
pinjaman, setelah dikurangkan angsuran pokok dan bunga pinjaman dan dana yang disisihkan sebagai
keuntungan kelompok. Dengan demikian, total jumlah angsuran anggota pada setiap bulan harus lebih
besar dari jumlah pinjaman ditambah angsuran pokok dan angsuran bunga pinjaman agar
dimungkinkan bagi kelompok untuk menabung dan mengakumulasi keuntungan pada akhir pelunasan
pinjaman. Agar lebih jelasnya bentuk pertama arisan pinjaman ini, baiklah dikemukakan langkahlangkah yang diperlukan, dan penjelasan melalui contoh konkrit sepertiu di bawah ini
Adapun langkah-langkah pelaksanaan arisan pinjaman bentuk pertama ini adalah sebagai berikut:
Pertama, bentuk Kelompok Arisan dengan tiga sampai dengan enam atau tujuh anggota. Ke dua,
tunjuk salah seorang anggota menjadi Koordinator Kelompok. Ke tiga, Kelompok Arisan mengajukan
pinjaman ke Koperasi atau ke Bank dengan tingkat bunga paling rendah untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun. Katakan jumlah pinjaman yang diajukan Rp. 1.000.000,- dengan tingkat bunga 1,3% per bulan,
profisi 1% dan administrasi 2%. Ke empat, semua anggota Kelompok membayar pokok dan bunga
pinjaman secara mengangsur, harian atau mingguan. Oleh karena itu, pada tahap ini diputuskan
jumlah angsuran setiap anggota setiap hari atau setiap minggu agar cukup untuk diariskan kepada
anggota lainnya setiap bulan, cukup membayar angsuran pokok dan angsuran bunga, dan tersedia
dana lebih untuk ditabung sebagai keuntungan kelompok, yang akan berakumulasi hingga seluruh
pinjaman dapat dilunasi. Ke lima, setelah pinjaman cair, maka anggota yang pertama memperoleh
arisan menanggung profisi dan administrasi (1+2%) atau sebesar Rp.30.000,-, sehingga meneerima
arisan hanya sebesar Rp.970.000,- bukan sebesar Rp.1.000.000,-. Ke enam, anggota yang
memperoleh arisan pada bulan ke dua dan seterusnya membayar angsuran pokok dan bunga pinjaman
dari Arisan bulanan anggota yang sudah terkumpul setiap bulannya.
Sebagai contoh, apabila dibuka arisan pinjaman dengan 4 (empat) orang anggota, dengan
jumlah pinjaman sebesar Rp.1.000.000,- dengan jangka waktu pinjaman 12 bulan, tingkat bunga 1,3%
setiap bulan, profisi 1% dan administrasi 2% seperti di atas, maka angsuran mingguan setiap anggota
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

483

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

adalah sebesar Rp.75.000,-, sehingga akan terkumpul dana arisan sebesar Rp.1.200.000,-setiap bulan.
Dengan jangka waktu satu tahun, maka angsuran pokok akan menjadi Rp.83.333,- setiap bulannya,
dan bunga yang harus dibayar adalah Rp.30.000,- setiap bulannya, apabila ditotal menjadi sebesar
Rp.96.333,- setiap bulan. Apabila dibulatkan angsuran pokok dan bunga menjadi Rp.100.000,- setiap
bulan, dengan pengertian bahwa sisa Rp.100.000,- dikurangi Rp.96.333,- dinikmati oleh anggota yang
menerima arisan pada bulan tertentu, maka dapat diringkaskan secara lebih rinci arisan pinjaman
dimaksud melalui tabel 1 berikut:
Tabel. 1
Arisan Pinjaman dengan jumlah Rp.1.000.000,- dengan empat anggota
Bulan

Pinjaman/Arisan (Rp)

Potongan
(bulan Diterima
pertama) Angsuran

Akumulasi
Tabungan

1

1.000.000,-

30.000,-

970.000,-

0

2

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

100.000,-

3

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

200.000,-

4

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

300.000,-

5

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

400.000,-

6

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

500.000,-

7

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

600.000,-

8

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

700.000,-

9

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

800.000,-

10

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

900.000,-

11

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

1.000.000,-

12

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

1.100.000,-

13

1.200.000,-

100.000,-

1.000.000,-

1.200.000,-

Dari tabel 1 di atas nampak bahwa total angsuran pinjaman yang terkumpul mencukupi untuk
arisan sebesar Rp.1.000.000,- bagi anggota ditambah angsuran pokok dan bunga pinjaman sebesar
Rp.100.000,- setiap bulan, sehingga ada dana sisa sebagai keuntungan atau tabungan kelompok
sebesar Rp.100.000,- setiap bulan mulai pada bulan ke dua, yang berakumulasi menjadi
Rp.1.200.000,- pada bulan ke 13 pada saat seluruh pinjaman sudah terlunasi. Dana ini dapat dijadikan
modal awal kelompok untuk melanjutkan arisan pinjaman, tanpa harus melakukan pinjaman kepada
seseorang atau ke Bank atau ke Koperasi tertentu. Arisan pinjaman periode berikutnya bisa dilakukan
dengan meminjam ke dana yang sudah dimilik kelompok. Dengan cara ini maka akan terus
terakumulasi dana tabungan atau keuntungan kelompok.
Arisan Pinjaman Bentuk Ke dua:
Dalam arisan pinjaman bentuk ke dua ini, pada bulan pertama semua anggota arisan
memperoleh uang dengan jumlah yang sama dari total pinjaman setelah dikurangi profisi dan
administrasi. Pada bulan ke dua, baru arisan dimulai dengan besaran ditentukan oleh jumlah
pinjaman, tingkat bunga pinjaman, jangka waktu pinjaman, jumlah anggota kelompok arisan dan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

484

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

besarnya jumlah angsuran harian atau minggua dari setiap anggota. Dalam arisan pinjaman bentuk ke
dua ini pun, total jumlah angsuran anggota pada setiap bulan harus lebih besar dari jumlah pinjaman
ditambah angsuran pokok dan angsuran bunga pinjaman agar dimungkinkan bagi kelompok untuk
menabung dan mengakumulasi keuntungan pada akhir pelunasan pinjaman.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan arisan pinjaman bentuk ke dua ini adalah sebagai
berikut: Pertama, bentuk Kelompok Arisan dengan tiga sampai dengan enam atau tujuh anggota. Ke
dua, tunjuk salah seorang anggota menjadi Koordinator Kelompok. Ke tiga, Kelompok Arisan
mengajukan pinjaman ke Koperasi atau ke Bank dengan tingkat bunga paling rendah untuk jangka
waktu 36 bulan. Katakan jumlah pinjaman yang diajukan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupian)
dengan tingkat bunga 1,3% per bulan, profisi 1% dan administrasi 2%. Ke empat, semua anggota
Kelompok membayar pokok dan bunga pinjaman secara mengangsur, harian atau mingguan. Oleh
karena itu, pada tahap ini diputuskan jumlah angsuran setiap anggota setiap hari atau setiap minggu
agar cukup untuk diariskan kepada anggota lainnya setiap bulan, cukup membayar angsuran pokok
dan angsuran bunga, dan tersedia dana lebih untuk ditabung sebagai keuntungan kelompok, yang akan
berakumulasi hingga seluruh pinjaman dapat dilunasi. Ke lima, setelah pinjaman cair, semua anggota
kelompok mendapat dana berupa pinjaman dalam jumlah sama, setelah total pinjaman dikurangi
profisi dan administrasi (1+2%) di tambah tabungan kelompok. Misalnya total pinjaman
Rp.10.000.000,- dipotong profisi dan administrasi sebesar 3% atau Rp.300.000,- Kalau anggota
kelompok arisan pinjaman berjumlah 4 (empat) orang, maka setiap anggota mendapat dana pinjaman
sebesar Rp.2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah) berupa pinjaman penguatan usaha produktif
yang sudah ada. Dengan demikian masih sisa uang sebesar Rp.100.000,- sebagai tabungan kelompok
pada bulan pertama. Jumlah ini diperoleh dari Rp.10.000.000,- dikurangi Rp.300.000,- (profisi dan
administrasi) dikurangi Rp.9.600.000,- (4 x Rp.2.400.000,-). Ke enam, semua anggota secara bergilir
akan memperoleh arisan pada bulan ke dua dan seterusnya hingga seluruh angsuran pokok dan bunga
pinjaman terlunasi dalam jangka waktu 36 bulan berikutnya.
Melanjutkan contoh di atas, apabila setiap anggota mengangsur Rp.100.000,- setiap minggu,
maka akan terkumpul dana sebanyak Rp.1.600.000,- setiap bulan untuk diariskan sebagian besar,
mengansur pinjaman pokok dan bunga sebagian, serta disisihkan sebagian untuk tabungan kelompok.
Dengan jumlah pinjaman Rp.10.000.000,- dengan jangka waktu pinjaman 36 bulan, tingkat bunga
1,3% setiap bulan, profisi 1% dan administrasi 2%, maka angsuran pokok adalah Rp.277.777,778 dan
bunga yang harus dibayar adalah Rp.130.000,- setiap bulannya. Dengan demikian, jumlah angsuran
pokok dan bunga adalah Rp.407.777,778 setiap bulan atau menjadi Rp.408.000,- apabila dibulatkan.
Uraian di atas dapat diringkaskan melalui tabel 2 berikut:
Tabel. 2
Arisan Pinjaman dengan jumlah Rp.10.000.000,- dengan empat anggota
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
.

Pinjaman/Arisan yang Potongan
(bulan
terkumpul (Rp)
pertama) Angsuran
10.000.000,300.000,1.600.000,408.000,1.600.000,408.000,1.600.000,408.000,1.600.000,408.000,1.600.000,408.000,.
.
.
.

Diterima
9.600.000,1.000.000,1.000.000,1.000.000,1.000.000,1.000.000,.
.

Akumulasi
Tabungan
100.000,292.000,484.000,576.000,768.000,960.000,.
.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

485

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

.
37

.
1.600.000,-

.
408.000,-

.
1.000.000,-

.
7.012.000,-

Dari tabel 2 di atas nampak bahwa total angsuran pinjaman yang terkumpul mencukupi untuk
arisan sebesar Rp.1.000.000,- bagi anggota ditambah angsuran pokok dan bunga pinjaman sebesar
Rp.408.000,- setiap bulan, sehingga ada dana sisa sebagai keuntungan atau tabungan kelompok
sebesar Rp.192.000,- setiap bulan mulai bulan ke dua hingga bulan ke 36, yang berakumulasi menjadi
Rp.7.012.000,- pada bulan ke 37 pada saat seluruh pinjaman sudah terlunasi. Dana sejumlah ini
merupakan penjumlahan dari 36 x Rp.192.000,- ditambah Rp.100.000,- (pada bulan pertama).
Keseluruhan dana ini dapat dijadikan modal awal kelompok untuk melanjutkan arisan pinjaman, tanpa
harus melakukan pinjaman kepada seseorang atau ke Bank atau ke Koperasi tertentu. Sebagaimana
padad bentuk peratama, arisan pinjaman periode berikutnya bisa dilakukan dengan meminjam ke dana
yang sudah dimilik kelompok. Dengan cara ini maka akan terus terakumulasi dana tabungan atau
keuntungan kelompok.

PENUTUP
Sumber Keuangan Informal Model Dongoran sebagaimana dua bentuk yang dijelaskan di atas
belum pernah dipraktekkan di lapangan. Namun penulis memiliki keyakinan bahwa model tersebut
mudah untuk dipraktekkan. Oleh karena itu, bagi peserta seminar ini diharapkan dapat
menyebarluaskannya di setiap komunitas yang dijumpai, baik masyarakat pedesaan maupun
perkotaan, maupun melalui lingkungan Rukun Tetatangga (RT) atau Rukun Warga (RW) atau melalui
jemaat tertentu seperti jemaat suatu gereja atau jamaah suatu mesjit. Tiada gading yang tak retak.
Kalau ada kekurangan model sumber keuangan yang kami perkenalkan ini, mohon masukan semua
pihak agar yang diterapkan nantinya di tengah-tengah masyarakat adalah yang terbaik. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Hughes, Richard L., Robert C. Ginnett and Gordon J. Curphy. 2009., Leadership: Enhancing The
Lessons Of Experience., Sixth Edition (International Edition)., Boston: McGraw-Hill Irwin.
Noor dan Junaedi, 2014. Model NJ: Sumber Keuangan Informal Tanpa Agunan dan Tanpa Bunga.,
Yogyakarta: Andi.
Robbins, Stephen. 2001. Organizational Behavior., Boston: McGraw-Hill Irwin.
Robbins, Stephen and Judges. 2009. Organizational Behavior., Boston: McGraw-Hill Irwin.
Dongoran, Johnson. 2009. Materi Kuliah Kepemimpinan di FEB UKSW, Belum dipublikasikan
Dongoran, Johnson,
574823.html)

2013;

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013

/07/07/jula-jula-

Dongoran, Johnson, 2013; http://sosbud.kompasiana.com/ 2013/07/13/ marsali- 576310.html
http://nasional.inilah.com/read/detail/2026676/jumlah-ukm-di-indonesia-capai-552juta#.VARQkydMLoA
http://www.hukumonline.com/berita/ 2 Januari 2014
http://artikata.com/arti-330395-ijon.html
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

486

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

http://www.pegadaian.co.id/pegadaian-gadai.php
BPS, 2009
BPS, 2012
Liputan 6, 29 September 2010
Pasaribu, Arta., Wawancara terkait dengan topik gadai dan rentenir, Salatiga 16 Oktober 2014.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

487