PENERAPAN MANAJEMEN MUTU INTERNAL BERSTANDART ISO 9001:2008 DI SMP SEPULUH NOPEMBER SIDOARJO.

(1)

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU INTERNAL BERSTANDAR ISO

9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

DYAH AYU MERDIKAWATI D73212081

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU INTERNAL BERSTANDAR ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER SIDOARJO

Oleh:

(DYAH AYU MERDIKAWATI)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dan efektifitas pembelajaran pasca penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008. Banyak sekolah meningkatkan mutu dengan berlomba-lomba mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008. Penerapan manajemen mutu internal 9001: 2008 telah mengatur proses pembelajaran di SMP Sepuluh Nopember. Yang menjadi permasalahan ini adalah bagaimana penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dan efektifitas pembelajaran pasca penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP SEPULUH NOPEMBER yang beralamatkan di Kabupaten Sidoarjo yaitu di Jalan Siwalanpanji Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMP SEPULUH NOPEMBER adalah sekolah yang dikelola secara efektif dan satu-satunya SMP yang telah mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008 sejak tahun 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 telah diterapkan oleh SMP SEPULUH NOPEMBER secara baik dan benar, sehingga antara dokumen ISO dengan pelaksanaannya di lapangan terdapat kesesuaian, memulai dengan melaksanakan penyusunan dokumen mutu mulai dari kebijakan mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur operasioanl standar (POS), instruksi kerja (IK) dan formulir/rekaman. Dokumen mutu yang telah disahkan akan digunakan pengelola sekolah sebagai acuan kerja manajemen mutu sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari manajemen sekolah baik dari segi fisik maupun non fisik, baik dari aspek administrasi maupun proses belajar mengajar siswa sehingga dihasilkan produk (lulusan) yang berkualitas baik akademik, moral maupun sosial. Ini adalah wujud nyata dari peningkatan akuntabilitas SMP SEPULUH NOPEMBER atas kepercayaan yang telah diberikan publik pada lembaga.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN PERNYATAAN... vi

HALAMAN MOTTO... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Konseptual... 9

F. Sistematika Pembahasam... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008 1. Pengertian Manajemen Pendidikan... 12

2. Sejarah ISO... 14


(7)

4. Penerapan Manajemen Mutu di SMP SEPULUH NOPEMBER... 29

B. Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER... 33

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 37

C. Jenis dan Sumber Data... 38

D. Metode Pengumpulan Data... 38

E. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP SEPULUH NOPEMBER... 44

B. Penyajian Analisis Data 1. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 61

2. Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 64

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 65

2. Efektifitas pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 75

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dapat menjadi tolak ukur bagi kemajuan dan kualitas kehidupan suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau negara dapat dicapai dengan salah satunya melalui pembaharuan serta penataan pendidikan yang baik. Jadi, keberadaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang cerdas, pandai, berilmu pengetahuan yang luas, berjiwa demokratis serta berakhlak karimah. Sedangkan pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam peranannya di masa yang akan datang.1

Lembaga pendidikan sebagai industri jasa praktek penyelenggaraan pendidikan dapat dianalogikan dengan proses produksi industri, khususnya industri jasa. Lembaga pendidikan dapat dipandang sebagai lembaga yang memproduksi atau menjual jasa kepada para pelanggannya. Mutu sebuah lembaga pendidikan ditentukan pleh sejauh mana pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal tersebut merasa puas terhadap layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan tersebut.2

Mutu pendidikan itu tidak hanya diukur dari mutu keluaran pendidikan secara utuh (educational outcomes), dan itu dikaitkan dengan konteks dimana mutu itu

ditempatkan dan berapa bessar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Mutu

1 Burhanuddin, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, (Malang: Rosindo, 2007), hal. 112

2 Penjaminan Mutu Pendidikan dalam http://www.Ipmpjabar.go.id/lpmp/index.php?option=com, diunduh 17 Desember 2015, 19.00 wib


(9)

2

pendidikan juga dapat diukur dari besarnya kapasitas layanan pendidikan dalam memenuhi customers needs and wants. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi,

makamutu pendidikan dapat diukur dari besarnya earnings yang diperoleh dari

lulusan setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu.3

Pendidikan bermutu adalah dambaan serta harapan setiap orang. Masyarakat dan orang tua siswa mengharapkan agar anak-anak merekamendapatkan pendidikan bermutu agar mampu bersaing dalam memperoleh berbagai peluang dalam menjalani kehidupan. Pemerintah mengharapkan agar setiap lembaga pendidikan itu bermutu, karena dengan pendidikan bermutu dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) bermutu yang akan memberi kontribusi kepada keberhasilan pembangunan.

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Mutu sebuah sekolah juga dapat dilihat dari tertib administrasinya. Salah satu bentuk administrasi adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara vertikal maupun horizontal.4

Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Menurut Stephan Uselac, yang dimaksud mutu bukan hanya produk dan jasa saja, namun juga mencakup proses, lingkungan dan manusia.5 Jadi mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, proses, lingkungan dan manusia untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan guna memenuhi kebutuhan pelanggan.

3 Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 80 4 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 53

5 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 75


(10)

3

Manajemen mutu menurut konsep ISO 9001: 2008 adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Sistem manajemen mutu juga berarti adalah sebuah tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran mutu yang direncanakan, dan merupakan sebuah tatanan yang menjamin kualitas output dan proses pelayanan/produksi. 6

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu adalah segala sesuatu yang dibutuhkan pelanggan (internal dan eksternal) baik itu produk, jasa, proses, lingkungan maupun manusia. Sedangkan manajemen mutu adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh organisasi baik itu institusi atau perusahaan untuk memastikan bahwa produknya telah sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Meskipun manajemen mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya manajemen mutu itu berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Jadi, dengan demikian manajemen mutu berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua SDM, pemasok-pemasok dan para pelanggan yang ada di lingkungan tersebut.7

Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu, pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa. Untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat mencetak produk lulusan yang berkompeten dan mampu bersaing di era global tidak lepas dari peran guru

6 Manajemen Mutu dalam http://elearning.amikom.ac.id/, diunduh 17 Desember 2015, 19.05 wib

7 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 6


(11)

4

sebagai ujung tombak pendidikan.8 Guru merupakan orang yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dibutuhkannya guru profesioanal dan lembaga pendidikan formal sebagai tempat pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, yang dijelaskan pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bab II pasal 4, yang berbunyi, “Kedudukan guru tenaga profesional yaitu sebagai tenaga profesioanal pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasioanal.” 9

Dengan penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 di Sekolah Menengah Pertama SEPULUH NOPEMBER, tanggung jawab, kewenangan dan tugas guru ditegaskan kembali dalam isi pedoman mutu. Guru juga diwajibkan untuk membuat serta menyusun administrasi guru, kurikulum juga ditinjau setiap tahun agar selaras dengan kebutuhan siswa sekaligus melakukan perbaikan berkelanjutan untuk mencapai mutu yang diharapkan.10

Salah satu standar mutu yang sedang berkembang pesat pada saat-saat ini adalah ISO 9000, yang dihasilkan oleh ISO (International Organization for Standardization) merupakan organisasi bukan pemerintah yang didirikan pada tahun 1947 yang berkedudukan di Jenewa. Sedangkan untuk Indonesia sendiri, Dewan Standar Nasional (DSN) mengadopsi secara total seri ISO 9000 menjadi standar seri SNI 19-9000 berdasarkan peraturan pemerintah No 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional

9 Akhmad Syarief, Etika Profesi Pendidikan, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2012), hal. 65 10 Widjaya Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu, (Akarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 45


(12)

5

Indonesia. Dan keputusan presiden No 12 tentang penyusunan, penerapan, dan pengawasan standar nasional. 11

Standar mutu BS 5750 dan ISO 9001 mendapatkan perhatian serius dari dunia pendidikan. Dua standar tersebut mendapatkan perhatian serius terutama dari Amerika dan Eropa. Sekitar 17.000 perusahaan di Inggris sudah terdaftar pada standar BS 5750. Hal tersebut tidak mengejutkan mengingat bahwa paraahli pendidikan di sana memiliki kesadaran untuk menerapkan stnadar tersebut dalam industri mereka.12 ISO (International Standardization of Organization) didirikan pertama kali pada

23 Februari 1947, dengan menetapkan standar-standar industrial dan komersial dunia. ISO yang merupakan nirlaba Internasioanl, dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan standardisasi internasioanal apa saja.13

Sebuah lembaga atau perusahaan yang telah diaudit dan disertifikasi sebagai lembaga atau perusahaan yang memnuhi syarat-syarat dalam ISO 9001 berhak

mencantumkan label “ISO 9001 Certified atau ISO 9001 Registered”. Sertifikasi

tersebut menyatakan bahwa bisnis proses yang berkualitas dan konsisten dilaksanakandi lembaga atau perusahaan tersebut.

ISO muncul sebagai sebuah solusi untuk standar penilaian kualitas organisasi, perusahaan, atau lembaga pendidikan yang diakui secara internasional. ISO 9001: 2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang di-kontrak itu

11 Sugeng Listyo, Implementasi System Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal.57

12 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Yogyakarta: IRCiSOD, 2008), hal. 119

13 International Organization for Standardization dalam http://id.wikipedia.org/wiki/ISO, diunduh 17 Desember 2015, 19.25 wib


(13)

6

bertanggung Jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi. 14 Saat ini satu-satunya Sekolah Menengah Pertama di Sidoarjo yang telah memperoleh ISO 9001:2008 adalah Sekolah Menengah Pertama SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo telah lama mengimplementasikan Total Quality Management.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP SEPULUH NOPEMBER telah mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008 sejak tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah menerapkan manajemen mutu dalam pengelolaan pendidikannya. Karena landasan dasar dari manajemen mutu adalah sistem manajemen mutu berstandar ISO 9001: 2008.15

Manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 di Sekolah Menengah Pertama SEPULUH NOPEMBER ini bertujuan untuk mewujudkan manajemen mutu sekolah yang memenuhi persyaratan standar internasional, yang dilaksanakan secara taat sehingga dapat meningkatakan kepuasan pelanggan. Ketentuan dan persyaratan yang berlaku dalam ISO 9001: 2008 diterapkan seluruhnya di SMP SEPULUH NOPEMBER karena sebagai lembaga penyelenggara jasa pendidikan dan latihan, mempunyai proses yang dapat diukur dengan baik. 16

Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah Total Quality Management (TQM), yang pada awalnya diterapkan pada dunia

bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. 17

14 http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/12/19/iso-90012008-dan-sistem-manajemen-sekolah/. Diunduh 16 Desember 2015, 08.34 wib

15 Zuhrawaty, Panduan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001, (Yogyakarta: Medpress, 2009), hal. 45 16 http://www.infometrik.com/wp-content/uploads/2009/06/prinsip-dasar-ISO-9001.pdf diunduh 16 desember 2015, 08.33 wib


(14)

7

Pelaksanaan TQM membutuhkan kepemimpinan yang kuat, kedisiplinan guru,

staf tata usaha, dan siswa serta merupakan perubahan yang luar biasa bagi dunia pendidikan. Keberhasilan dalam menerapkan TQM di suatu lembaga pendidikan tergantung dari visi yang digunakan oleh tenaga pengajar dan para pemimpinnya. Sasarannya adalah memperbaiki proses belajar mengajar dengan memberdayakan peserta didiknya dan meningkatkan tanggung jawabnya dalam proses belajar. 18

Penereapan TQM di SMP SEPULUH NOPEMBER ini sangat terlihat

perwujudannya pada penerapan manajemen mutu internal tertentu untuk meningkatkan kualitas mutu internal dari sekolah tersebut.19 Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana manajemen mutu internal di sekolah tersebut sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku dalam ISO 9001. Maka peneliti

mengadakan penelitian “Penerapan Manajemen Mutu Internal berstandar ISO 9001:

2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Penerapan Manajemen Mutu Internal yang Berstandar ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER ?

2. Bagaimanakah Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal yang Berstandar ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER ?

18 Ibid, hal. 80


(15)

8

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER.

2. Untuk mengetahui bagaimana Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal Berstandar ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER.

D. Manfaat penelitian

Dengan adanya penyelesaian penelitian ini maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Sebagai penambah wawasan penulis, juga sebagai pengalaman empirik dan uji ilmiah terhadap teori yang berupa mata kuliah manajemen lembaga pendidikan Islam.

2. Bagi pimpinan dan jajaran SMP SEPULUH NOPEMBER

Sebagai bahan pertimbangan terutama sebagai alternatif dalam pengambilan keputusan manajemen mutu internal SMP SEPULUH NOPEMBER.

3. Bagi kepentingan umum

Sebagai bahan perbandingan (korelatif) dan sebagai refrensi untuk para peneliti dengan topik yang sama. Juga sebagai penambah wawasan bagi rekan – rekan mahasiswa yang mempelajari manajemen mutu internal baik secara umum dan secara khusus di Sekolah Menengah Pertama SEPULUH NOPEMBER.


(16)

9

E. Definisi Konseptual

Judul penelitian ini adalah “Penerapan Manajemen Mutu Internal berstandar

ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER” judul penelitian ini menggambarkan tingkat manajemen mutu internal yang sudah bersertifikat ISO 9001: 2008 dalam SMP SEPULUH NOPEMBER ini. Namun demikian untuk menghindari masalah kesalahpahaman terhadap pengertian yang dimaksud, serta nantinya dapat dijadikan acuan untuk menelusuri atau menguji, maka perlu ditegaskan terlebih dahulu maksud daripada judul penelitian ini, secara rinci sebagai berikut:

Mutu (quality) adalah keinginan pelanggan yang mungkin selama ini paling

kurang dikelola. Dalam kenyataan, istilah manajemen mutu (quality management)

jarang digunakan sampai tahun 1980-an; melainkan, istilah (dan konsep) pengendalian mutu (quality control), dan kemudian kepastian mutu (quality

assurance) yang digunakan. Lebih dari itu, sampai baru-baru ini terdapat kesadaran

yang cukup bahwa obyek mutu adalah, pertama-tama, proses berikutnya. Manajemen mutu mempelajari setiap area dari manajemen operasi- dari perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. 20

Manajemen mutu merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan mutu adalah suatu penyebab umum (common cause) yang alamiah untuk

mempersatukan fingsi-fungsi usaha.

Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm


(17)

10

berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi.

Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi. Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu: Pelanggan internal (di dalam organisasi) dan Pelanggan eksternal (di luar organisasi).21

ISO berasal dari kata yunani yang berarti sama, hal ini mempunyai analog yang

sama dengan beberapa istilah yaitu “isoterm” yang berarti suhu yang sama, “isobar”

yang berarti tekanan yang sama, alasan dipakainya kata ISO adalah agar mempermudah dalam penggunaan dan mudah diteliti jika yang digunakan adalah singkatan tentunya setiap negara akan berbeda singkatannya. Jadi bisa diambil pengertian bahwa ISO hanyalah sebuah kata yang dijadikan standar cara untuk mempermudah dalam penggunaan dan pemahaman. 22

Pengertian ISO 9001, suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu/ kualitas. ISO 9001 menetapkan persyratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. 23

21 Nurhayati dan Abdul, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 110

22 Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, Penerapan untuk mencapai TQM, (Jakarta: PPM, 2003), hal. 21


(18)

11

F. Sistematika Pembahasan

Agar penyusunan skripsi ini sistematis, maka sistematika penulisan dibagi ke dalam beberapa bab dan sub bab. Ada lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab.

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang didalamnya ada latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, berisi tentang tinjauan pustaka yang berupa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan topik yang berhubungan dengan penelitian ini. Landasan teori yang berisi konsep-konsep yang dijadikan kerangka berpikir.

Bab Ketiga, bab ini berisi tempat penelitian, metode dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab Keempat, bab ini berisi tentang profil obyek yang akan diteliti, penerapan manajemen mutu internal berstandar ISO 9001:2008 di SMP 10 November sidoarjo. Bab Kelima, berupa penutup yang menguraikan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan saran.


(19)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001:2008 1. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen cenderung dikatakan ilmu maksudnya bahwa seseorang yang belajar manajemen tidak pasti akan menjadi seorang manajer yang baik. Made Pidarta mengatakan bahwa manajemen dalam pendidikan dapat diartikan sebagai aktivitas yang memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan sebelumnya.1

Manajemen pendidikan merupakan serangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai mutu pendidikan tertentu secara berencana dan sistematis.

Adapun pengertian manajemen menurut beberapa tokoh antara lain:

a. Menurut Stoner bahwa “manajemen merupakan proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan antara anggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.2

b. Menurut Mary Paker Follet mengatakan bahwa “manajemen sebagai seni

untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art getting things done through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena

1 Made Piranta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 4 2 Ety Rochaety, system Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 8


(20)

13

berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan

cara mengatur orang lain”. 3

c. Menurut pandangan George R. Terry yang mengatakan bahwa

“manajemen adalah pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain”. Pengertian

tersebut mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, terdapat sejumlah manusia yang ikut berperan dan harus diperankan. 4

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut memperlihatkan adanya perbedaan dalam mengungkapkan pengertian manajemen. Sebagian tokoh mengartikan manajemen sebagai suatu ilmu, seni, kiat dan profesi, sedangkan sebagian lainnya mengartikan manajemen sebagai proses. Namun pada dasarnya manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

Dengan adanya manajemen suatu kelompok atau organisasi dapat terkendali secara sistematis dan mampu mengeksplorasi sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisiendalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.5

3 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1996), hal. 5

4 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), hal. 39


(21)

14

2. Sejarah ISO

ISO berasal dari kata yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan diambil

dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam mengira ISO berasal dari International Standard of Organization, sama sekali bukan. ISO 9001

merupakan Standard International yang mengatur tentang Sistem Manajemen

Mutu (Quality Management System), oleh karena itu seringkali disebut sebagai

“ISO 9001, QMS” adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO

9001: 2008 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama semakin luasnya dunia usaha, maka kebutuhan akan pengelolaan sistem manajemen mutu semakin dirasa perlu dan mendesak untuk diterapkan pada berbagai scope industry yang

semakin hari semakin beragam. 6

Versi 2008 ini adalah versi terbaru yang diterbitkan pada desember 2008 lalu. Organisasi pengelola Standard International ini adalah International

Organization for Standardization yang bermarkas di Geneva-Swiss, didirikan

pada 23 Februari 1947, kini beranggotakan lebih dari 147 negara yang mana setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional (Indonesia diwakili oleh KAN).

Sejarah ISO dimulai dari dunia militer sejak masa perang dunia II. Pada tahun 1943, pasukan inggris membutuhkan sekali banyak amunisi untuk perang sehingga untuk kebutuhan ini dibutuhkan banyak sekali supplier. Sebagai

konsekuensinya, maka demi kebutuhan standarisasi kualitas, mereka merasa perlu untuk menetapkan standar seleksi supplier. Selanjutnya 20 tahun kemudian

perkembangan standarisasi ini menjadi semakin dibutuhkan hingga pada tahun

6 http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/12/19/iso-90012008-dan-sistem-manajemen-sekolah/. Diunduh 16 Desember 2015, 08.45 wib


(22)

15

1963, departemen pertahanan Amerika mengeluarkan standar untuk kebutuhan militer yaitu Mil-Q-9858A sebagai bagian dari MIL-STD series. Kemudian standar ini diadopsi oleh NATO menjadi AQAP-1 (Allied Quality Assurance

Publication-1) dan diadopsi oleh militer inggris sebagai DEF/STAN 05-8.

Seiring dengan kebutuhan implementasi yang semakin kompleks, maka DEF/STAN 05-8 dikembangkan menjadi BS-5750 pada tahun 1979. Atas usulan

America National Standard Institute kepada Inggris, maka pada tahun 1987

melalui International Organization for Standardization, standard BS-5750

diadopsi sebagai sebuah International Standard yang kemudian dinamai ISO

9000: 1987.7

Ada tiga versi pilihan implementasi pada versi 1987 ini yaitu yang menekankan pada aspek Quality Assurance, aspek QA and Production dan

Quality Assurance for Testing. Concern utamanya adalah inspection product di

akhir sebuah proses (dikenal dengan final inspection) dan kepatuhan pada aturan sistem procedure yang harus dipenuhi secara menyeluruh.

Pada perkembangan berikutnya di tahun 1994, karena kebutuhan guaranty

quality bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih jauh ditekankan

perlunya proses preventive action untuk menghindari kesalahan pada proses yang

menyebabkan ketidak sesuaian pada produk. Namun demikian versi 1994 ini masih menganut system procedure yang kaku dan cenderung document centre

dibanding kebutuhan organisasi yang disesuaiakan dengan proses internal organisasi. 8

Pada ISO 9000: 1994 dikenal tiga versi yaitu, 9001 tentang design, 9002 tentang proses produksi, dan 9003 tentang proses services. Versi 1994 lebih fokus

7 Amin Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 1998), hal. 55


(23)

16

pada proses manufacturing dan sangat sulit diaplikasikan pada organisasi bisnis

kecil karena banyaknya prosedur yang harus dipenuhi (sedikitnya ada 20 klausa yang semuanya wajib di dokumentasikan menjadi prosedur organisasi). 9

Karena keterbatasan inilah, maka Technical Committe melakukan review atas

standar yang ada hingga akhirnya lahirlah revisi ISO 9001: 2000 yang merupakan penggabungan dari ISO 9001, 9002, dan 9003 versi 1994.

Pada versi tahun 2000, tidak lagi dikenal 20 kalusa wajib, tetapi lebih pada proses business yang terjadi dalam organisasi. Sehingga organisasi sekecil apapun

bisa mengimplementasikan sistem ISO 9001:2000 dengan berbagai pengecualian pada proses bisnisnya. Maka dikenallah istilah BPM atau Business Process

Mapping, setiap organisasi harus memtakan proses bisnisnya dan menjadikannya

bagian utama dalam quality manual perusahaan, walau demikian ISO 9001: 2000

masih mewajibkan 6 prosedur yang harus terdokumentasi, yaitu Procedure

Control of Document, Control of Record, Control of Non Conforming Product,

Internal Audit, Corrective Action, dan Preventive Action yang semuanya bisa

dipenuhi oleh organisasi bisnis manapun.10

Pada perkembangan berikutnya, versi 2008 lahir sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara significant lebih menekankan pada efektifitas proses yang

dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive action, maka versi 2008 menetapkan bahwa

proses corrective dan preventive action yang dilakukan harus secara effective

berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain

9 http://www.infometrik.com/wp-content/uploads/2009/06/prinsip-dasar-iso-9001.pdf diunduh 16 desember 2015, 08.50 wib


(24)

17

itu, penekanan pada control proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti

dalam versi terbaru ISO 9001 ini. a. Filosofi ISO 9001: 2008

Filosofi dasar penerapan ISO 9001: 2008 pada dasarnya terdiri: 1) Tulis apa yang dikerjakan (write what you do)

2) Kerjakan apa yang ditulis (do what you write)

3) Periksa dan tinjauan (review and verify)

4) Tingkatkan terus menerus (improve continually)11

b. Elemen ISO 9001: 2008

Dalam penerapannya di lembaga akan mengikuti persyaratan yang tertuang dalam Standard International ISO 9001: 2008 yang terdiri dari 5 elemen besar yaitu:

1) Sistem manajemen mutu 2) Tanggung jawab manajemen 3) Manajemen sumber daya 4) Realisasi produk

5) Pengukuran, analisa dan perbaikan12 c. Prinsip-prinsip

Sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 memiliki 8 prinsip dalam pelaksanaannya, prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1) Fokus pada pelanggan 2) Kepemimpinan

3) Keterlibatan seluruh personal 4) Pendekatan proses

11 Ibid, hal. 70


(25)

18

5) Pendekatan sistem untuk pengelolaan 6) Pendekatan berkesinambungan

7) Pembuatan keputusan berdasarkan fakta

8) Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok13

3. Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008

Menurut Standar ISO 8402, Mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Pengertian mutu sendiri adalah suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal, serta memberikan keuntungan kepada pemegang saham. 14

Secara singkat mutu dapat diartikan kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan. Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan. Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu

13 Sugeng Listyo, Implementasi System Manajement Mutu ISO 9001: 2008, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 64


(26)

19

produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.15

Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu, pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Lembaga dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU dan pelayanan yang lainnya. Tujuan manajemen mutu adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan berorientasi demi kepuasan pelanggan. 16

Sedangkan pelanggan dalam organisasi pendidikan terdiri dari pelanggan utama yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa, pelanggan kedua yaitu orang tua atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi, dan pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting meskipun tidak langsung seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.17

Dalam upaya peningkatan mutu, pendidikan dipandang sebagai lembaga produksi yang menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggannya. Mutu jasa yang dihasilkan ditentukan oleh sejauh mana dia memenuhi kebutuhan pelanggan. Agar jasa itu secara terus-menerus disesuaiakan dengan kebutuhan pelanggan, maka feedback dari pelanggan sangat penting untuk dijadikan dasar dalam menentukan derajat mutu yang harus dicapai.

Untuk mencapai derajat mutu yang diinginkan itu, lembaga pendidikan hanya menggunakan SDM yang terdidik dan yang terbaik, serta sistem dan

15 Nurhayati dan Abdul, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 120 16 Amin Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 1998), hal. 40 17 Amin Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 1998), hal. 56


(27)

20

pengembangan produksi jasa yang memiliki nilai tambah yang memungkinkan pelangganmemperoleh kepuasan yang tinggi. 18

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka manajemen mutu dianggap sangat penting dalam dunia pendidikan karena pendidikan adalah berisi tentang pembelajaran masyarakat. Jika manajemen mutu bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Sehingga lembaga pendidikan dapat dikatakan berhasil dalam memberi kepuasan kepada pelanggan.

Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Organisasi bisnis dan non bisnis pun berlomba-lomba menetapkan sebagai salah satu tujuan strategiknya, misalnya melalui slogan-slogan seperti

“pelanggan adalah raja” , kepuasan anda adalah tujuan kami dan sebagainya.

Guru merupakan orang yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dibutuhkannya guru profesioanal dan lembaga pendidikan formla sebagai tempat pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, yang dijelaskan pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru

dan dosen bab II pasal 4, yang berbunyi, “Kedudukan guru tenaga profesional

yaitu sebagai tenaga profesioanal pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasioanal.”19

18 Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001: 2000, (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 8


(28)

21

ISO singkatan dari International Standardization Organization yang

merupakan federasi badan-badan standarisasi dari seluruh dunia. Berdiri pada 23 Februari 1947 di Janewa, Swetzerland. ISO pada awalnya dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan standarisasi internasional untuk apa saja. Standar yang sudah kita kenal antara lain standar jenis film fotografi, ukuran kartu telepon, kartu ATM bank, ukuran dan ketebalan kertas dan lain sebagainya. Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka mengundang wakil anggotanya dari 170 negara untuk duduk dalam Technical Committee.

Pada 14 November 2008, ISO telah merilis edisi terbaru dari standar ISO 9001, yaitu ISO 9001: 2008. Dalam ISO 9001 versi terbaru ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti apa yang diungkapkan oleh Kasman dalam blognya, yaitu:

a. Untuk membuktikan pemenuhan persyaratan ISO 9001: 2008, organisasi harus mampu menyediakan bukti obyektif (tidak perlu terdokumentasi) bahwa SMM (Sistem Manajemen Mutu) telah ditetapkan secara efektif.

b. Analaisis dari proses sebaiknya merupakan sumber untuk menetapkan jumlah dokumen yang diperlukan bagi SMM, guna memenuhi persyaratan ISO 9001: 2008. Bukan dokumentasi yang menentukan proses.

c. ISO 9001: 2008 memberikan fleksibilitas bagi organisasi untuk memilih pendokumentasian SMM, memungkinkan setiap organisasi mengembangkan jumlah minimum dari dokumentasi yang diperlukan untuk mendemonstrasikan perencanaan yang efektif, operasi, dan kontrol prosesnya serta penerapannya dan peningkatan dari efektifitas SMM.

Banyak persyaratan standar yang diganti dan direvisi serta terdapat pula beberapa persyaratan standar yang ditambahkan ke dalam ISO 9001: 2008, ada


(29)

22

20 persyaratan atau pasal yang harus dipenuhi dalam manajemen mutu ISO 9001: 2008 dengan rincian sebagai berikut:

1) Tanggung jawab manajemen

Pimpinan dengan tanggung jawab tingkat eksekutif harus menetapkan dan mendokumentasikan kebijakan mutu termasuk sasaran mutu dan komitmen mutu. Kebijakan mutu harus relevan dengan tujuan organisasi dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan.

2) Sistem kualitas

Dalam lembaga harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara sistem kualitas sebagai sarana untuk menjamin agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Lembaga harus menyiapkan manual kualitas yang memuat atau dapat menjadi pedoman untuk prosedur sistem kualitas dan menggambarkan struktur pendokumentasian yang dikembangkan dalam sistem kualitas.

3) Tinjauan kontrak

Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk melaksanakan tinjauan kontrak dan untuk melakukan koordinasi kegiatan tersebut.

4) Pengendalian desain

Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk mengendalikan dan melakukan verifikasi terhadap desain produk agar dapat dijamin semua persyaratan yang telah ditentukan dipenuhi.

5) Pengendalian dokumen data

Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulisuntuk mengendalikan semua dokumen dan data yang berkaitan dengan


(30)

23

persyaratan standar Internasional ISO 9001: 2008. Dokumen dan data dapat dibuat dalam berbagai bentuk jenis media.

6) Pembelian

Suatu lembaga harus membuat dan memelihara prosedur tertulis untuk menjamin bahwa produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

7) Pengendalian produk milik pelanggan

Lemabaga harus menetapakan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengendalikan dan melakukan verifikasi, penyimpanan dan pemeliharaan produk yang dipasok oleh pelanggan untuk dicampur dengan bahan milik lembaga. Setiap produk yang hilang, rusak atau karena sesuatu hal yang tidak layak dipakai, harus direkam dan dilaporkan kepada pelanggan.

8) Identifikasi dan kemampuan telusur produk

Apabila dapat dilakukan, lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk identifikasi produk dengan tata cara yang layak sejak tahap penerimaan, selama tahap produksi hingga pengiriman dan instalasi. Bila tingkat kemampuan telusur merupakan persyaratan yang ditentukan, maka lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk identifikasi yang bersifat unik terhadap produk secara individual atau secara kelompok.

9) Pengendalian proses

Lembaga harus mengidentifikasi dan merencanakan proses-proses produksi, instalasi, dan pelayanan secara langsung dapat mempengaruhi mutu, dan harus menjamin agar proses-proses ini dilaksanakan pada


(31)

24

kondisi terkendali. Apabila proses tidak sepenuhnya dapat diverifikasi melalui inspeksi dan pengujian secara berurutan pada produk, maka proses harus dilakukan oleh operator yang memiliki kualifikasi atau harus dilakukan pemantauan secara ketat dan terus-menerus, guna menjamin persyaratan yang telah ditentukan dapat terpenuhi. Rekaman data untuk proses, alat, personil yang berkualifikasi harus dicatat.

10) Inspeksi dan pengujian

Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk kegiatan inspeksi dan pengujian untuk memverifikasi bahwa persyaratan yang telah ditentukan untuk suatu produk itu dipenuhi. Inspeksi dan pengujian yang diperlukan dan rekaman yang harus diadakan, harus dirinci dalam bagan mutu atau prosedur tertulis.

11) Pengendalian alat inspeksi, alat ukur dan alat uji

Lembaga harus membuat dan memelihara prosedur tertulis untuk mengendalikan dan memelihara alat inspeksi, alat ukur dan alat uji yang digunakan lembaga untuk unjuk kesesuaian produk terhadap persyaratan yang telah ditentukan. Apabila informasi data teknis tentang alat inspeksi, alat ukur dan alat uji merupakan persyaratan yang telah ditentukan, maka informasi tentang data itu harus disediakan apabila diminta oleh pelanggan untuk keperluan verifikasi bahwa alat-alat yang digunakan tersebut berfungsi baik.

12) Status hasil inspeksi dan pengujian

Status inspeksi dan pengujian harus diidentifikasi dengan sarana yang sesuai sehingga menunjukkan kesesuaian dan ketidaksesuaian produk dalam inspeksi dan pengujiannya. Identifikasi dari status inspeksi yang


(32)

25

diuji harus dipelihara seperti yang telah ditentukan dalam rencana mutu atau prosedur tertulis lainnya, selama produksi instalasi dan pelayanan produk untuk memastikan bahwa hanya produk yang telah lulus inspeksi dan pengujian yang dikirim, dipakai atau dipasang.

13) Pengendalian produk yang tidak sesuai

Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk menjamin produk yang tidak sesuai dihindari dari pemakaian atau instalasi yang tidak direncanakan. Pengendalian ini harus meliputi identifikasi, dokumentasi, evaluasi, pemisahan, disposisi produk yang tidak sesuai, dan pemberitahuan kepada fungsi-fungsi yang bersangkutan.

14) Tindakan koreksi dan pencegahan

Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan. Suatu tindakan koreksi atau pencegahan yang telah diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang sebenarnya atau yang bersifat potensial harus sesuai dengan tingkat keseriusan dan resiko yang dihadapi. Lembaga harus melaksanakan dan mencatat setiap perubahan pada prosedur yang telah terdokumentasi sebagai hasil dari tindakan koreksi dan pencegahan yang dilakukan.

15) Penanganan, penyimpanan, pengemasan dan pengiriman

Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk penanganan, penyimpanan, pengemasan, pengawetan dan pengiriman produk.


(33)

26

16) Pengendalian rekaman kualitas (mutu)

Rekaman mutu harus dipelihara untuk membuktikan kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditentukan dan berjalannya manajemen mutu secara efektif. Rekaman mutu yang sesuai dari subkontraktor harus merupakan bagian dari data. Semua rekaman mutu harus mudah dibaca dan harus disimpan dan dipelihara sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah dicari dan ditelusuri dalam tempat penyimpanannya yang layak dan aman untuk menghindari kerusakan, kehancuran atau kehilangan. Masa simpan rekaman mutu harus ditetapkan dan dituangkan dalam dokumentasi. Jika telah disepakati dalam kontrak, maka rekaman harus disediakan untuk penilaian oleh pelanggan untuk suatu waktu yang telah disepakati.

17) Audit kualitas internal

Audit kualitas internal adalah suatu pemeriksaan yang bersifat independen dan dilakukan secara sistematis untuk menentukan apakah manajemen mutu dan hasil penerapan mutu internal yang ditetapkan dilaksanakan secara efektif dan mencapai sasaran yang ditetapkan.

18) Pelatihan

Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk identifikasi kebutuhan pelatihan dan penyediaan pelatihan bagi semua personil yang melakukan kegiatan yang mempengaruhi mutu. Personil yang bertugas khusus harus dikualifikasi atas dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang sesuai menurut kebutuhan. Rekaman data yang sesuai dari pelatihan harus dipelihara.


(34)

27

19) Pelayanan

Jika pelayanan merupakan persyaratan yang telah ditentukan, maka lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk melaksanakan verifikasi dan pelaporan bahwa pelayanan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

20) Teknik statistik

Lembaga harus mengidentifikasi kebutuhan terhadap teknis statistik yang diperlukan untuk menetapkan, mengendalikan dan verifikasi kemampuan proses dan karakteristik produk. Prosedur tertulis digunakan untuk menerapkan dan mngendalikan penerapan statistik yang telah diidentifikasi.20

Keduapuluh persyaratan tersebut di atas dapat dilihat dari berbagai aspek, baik itu dari sisi proses dan produknya, maupun dilihat dari aspek internal dalam proses produk tersebut.

Berdasarkan penjelasan keduapuluh persyaratan di atas maka manajemen mutu ISO 9001: 2008 merupakan standar yang paling komprehensif. Lembaga yang produknya melalui tahapan perancangan, produksi, instalasi dan pelayanan jasa memerlukan standar ini.

Memahami persyaratan manajemen mutu ISO 9001: 2008merupakan kunci sukses menuju keberhasilan dari suatu proses dokumentasi. Setelah dokumen disahkan, maka apa yang tertulis dalam dokumen tersebut diterapkan dalam sebuah lembaga atau instasi lain yang dinamakan penerapan manajemen mutu ISO 9001: 2008.

20 Vincent Gaspersz, ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 3


(35)

28

Bagi organisasi atau lembaga yang ingin menerapkan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008, sekaligus memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 dapat mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz, langkah-langkah ini hanya sebagai panduan yang dapat diterapakan secara bersamaan atau tidak berurutan, tergantung pada kultur dan kematangan kualitas organisasi. Langkah-langkah tersebut adalah:

a. Memperoleh komitmen dari manajemen puncak

b. Membentuk komite pengarah (Steering Committee) atau koordinator ISO

c. Mempelajari persyaratan-persyaratan standar dari manajemen mutu internal ISO 9001: 2008

d. Melakukan pelatihan (training) terhadap semua anggota lembaga atau

organisasi

e. Memulai peninjauan ulang manajemen (management review)

f. Identifikasi kebijakan kualitas, prosedur-prosedur dan instruksi-instruksiyang dibutuhkan dalam dokumen-dokumen tertulis

g. Implementasi manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 h. Memulai audit manajemen mutu internal lembaga i. Memilih register

j. Registrasi 21

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 ini merupakan manajemen yang digunakan untuk mengendalikan dan mengarahkan lembaga untuk mencapai mutu yang ditetapkan.

ISO 9001:2008 lebih menekankan pada efektifitas proses sebagai landasan pengukuran dan pengamatan daripada hanya melakukan penilaian pada hasil

21 Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), hal. 177


(36)

29

akhir. Fokus utama dalam peningkatan mutu yaitu proses perbaikan yang berkesinambungan dengan pilar utama pola berfikir PDCA (Plan, Do, Check,

Action). Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diambil, manajemen mutu

internal ISO 9001: 2008 dibutuhkan oleh lembaga-lembaga yang menginginkan suatu peningkatan mutu dari produk yang dihasilkan. 22

Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan seperti SMP SEPULUH NOPEMBER membutuhkan kualitas mutu yang baik agar dapat bersaing dan diterima oleh dunia pendidikan sebagai lembaga yang mempunya mutu yang bagus.

4. Penerapan Manajemen Mutu di SMP SEPULUH NOPEMBER

Penerapan manajemen mutu ISO 9001: 2008 pada lembaga pendidikan yang sebelumnya digunakan oleh dunia industri, disebabkan karena keinginan untuk memperbaiki sistem pendidikan. Manajemen mutu ini merupakan bentuk konkret dari adanya keperluan peningkatan kualitas lulusan melalui penjaminan proses produk mutu lulusan sehingga dengan penerapan manajemen mutu ini diharapkan adanya peningkatan kualitas lulusan yang dapat diterima oleh dunia pendidikan. 23

Alasan lain dunia pendidikan menerapkan manajemen mutu ISO 9001: 2008 adalah agar ada kesamaan bahasa antar institusi pendidikan di dalam dan luar negeri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kesamaan bahasa yang dimaksud adalah kesamaan indikator kualitas yang dimiliki institusi pendidikan.

Penerapan manajemen mutu ISO 9001:2008 dilakukan setelah semua personel atau anggota sekolah yang berkaitan dengan mutu memperoleh pelatihan ISO, kemudian mereka sendiri membuat Prosedur Operasional Standar (POS) dan

22 Zuhrawaty, Panduan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001, (Yogyakarta: Medpress, 2009), hal. 88 23 W.J.S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal. 965


(37)

30

Instruksi Kerja (IK) bagi pekerjaan yang dilakukannya. Setiap prosedur dan instruksi kerja yang dibuat tiap unit, selanjutnya memperoleh pengesahan dari atasan langsung dan atau tim pelaksana mutu yang dalam hal ini adalah wakil manajemen mutu (WMM).

Mulyono (2009: 307) menjelaskan bahwa penerapan manajemen mutu ISO 9001: 2008 di lingkungan lembaga pendidikan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan

b. Membangun kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara prima terhadap pelanggan

c. Mendidik diri sendiri (pengelola lembaga pendidikan) agar taat terhadap sesuatu yang disepakati

d. Menyiapkan dokumen mutu 24

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen mutu pada lembaga pendidikan menurut Rudi Suardi yang dikutip oleh Giusti Purbo Ningrum (2009: 17-18) adalah alasan yang mendasari keputusan itu dibuat, tujuan khusus, proses yang terjadi di dalam organisasi, ukuran serta struktur organisasi. Hal ini dapat dipahami dengan melihat sasaran mutu yang ingin dicapai suatu lembaga.25

Langkah pertama dalam penerapan ISO 9001 adalah komitmen manajemen puncak yang kemudian diikuti dengan menciptakan suatu struktur personil untuk merencanakan dan mengawasi penerapannya. Selanjutnya dibentuk tim penerapan ISO 9001 tingkat manajemen puncak. Tim ini dapat pula disebut

“Panitia Pengarah Mutu”. Kemudian setelah panitia pengarah mutu terbentuk, dibentuk pula tim pelaksana mutu yang semua anggotanya harus mengerti betul

24 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 154 25 Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, (Jakarta: PPM, 2003), hal 220


(38)

31

tentang unsur-unsur proses ditempatnya bekerja. Tim pelaksana mutu merupakan unsur utama usaha dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.26

Penerapan manajemen mutu di SMP SEPULUH NOPEMBER ini juga menggunakan TQM (Total Quality Manajegement). TQM dapat didefinisikan sebagai pengelola organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua dimensi dari produk dan jasa, yang penting bagi pelanggan. Sudah jelas TQM berfokus pada pelanggan. Tujuannya adalah memungkinkan organisasi mengeliminasi pemborosan (waste), menyederhanakan proses, dan berfokus pada penggunaan praktek mutu yang terbukti, yang pada akhirnya mempengaruhi setiap aktivitas yang organisasi laksanakan. Adapun konsep-konsep inti dari TQM yaitu:

a. Memahami, menerima, memenuhi dan melebihi kebutuhan pelanggan b. Standardisasi

c. Pemakaian yang efisien dari material

d. Peranan kritikal yang dimainkan oleh manajemen dalam membawakan mutu e. Pengendalian dari spesifikasi desain

f. Reduksi tingkat kerusakan

g. Pengendalian proses statistikal (SPC/Statistical Process Control). h. Penggunaan yang efektif dari sumber daya manusia27

Manajemen mutu ISO 9001: 2008 tidak diperuntukkan bagi dunia pendidikan, tetapi tetap memberikan peluang untuk dapat digunakan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya baik dunia industri maupun dunia pendidikan menginginkan produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen. Upaya

26 Ibid 265


(39)

32

untuk mencapai mutu seperti yang diharapkan memang tidak semudah membalik telapak tangan.

Untuk memperoleh mutu yang baik maka harus diciptakan suatu budaya mutu di lingkungan pendidikan. Setiap unsur yang terlibat harus saling bekerja sama, komitmen, penuh tanggung jawabdan berkesinambungan untuk mewujudkan mutu. Husaini Usman (2011) mengatakan bahwa berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah

b. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik

c. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif

d. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah

e. Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat28

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen mutu ISO 9001: 2008 dalam bidang pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan yang bagus. Manajemen mutu ini juga harus melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah dan didukung oleh kepemimpinan yang baik untuk bisa mewujudkan budaya mutu sehingga dapat dihasilkan mutu lulusan yang berkualitas.


(40)

33

B. Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001: 2008

Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan belajar dan mengajar. Keterampilan pengajaran dalam menyajikan bahan pelajaran sangat menentukan keberhasilan proses mengajar. Belajar merupakan proses yang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap.

Belajar menurut Slameto diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya.29 Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya Ngalim Purwanto mengemukakan “belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian

atau suatu pengertian”. 30

Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan pesertadidik sehingga terjadi proses belajar. Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu yang menurut William Burtondalam bukunya Oemar Hamalik sebagai berikut:

a. Proses belajar ialah pengalaman

b. Belajar mengajar memiliki tujuan yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu

c. Ada suatu prosedur yang direncanakan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

d. Ditandai dengan aktivitas anak didik

e. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing

29 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengarihunya, (Jakarta: Rajawali Press, 1994), hal. 10 30 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 84


(41)

34

f. Guru dan murid mengatur sedemikian rupa tentangdisiplin dalam kegitan belajar mengajar

g. Ada batas waktu

h. Evaluasi harus dilakukan guru untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan31

Pendidik adalah salah satu faktor dalam proses pendidikan, pendidik atau guru inilah yang bertanggung jawab dalam transfer knowledge yang telah ditetapkan

oleh lembaga pendidikan untuk dimiliki oleh para terdidik. Keberhasilan aktivitas pendidik banyak bergantung pada keberhasilan para pendidiknya dalam mengemban misi dalam kependidikannya. 32

Berkaitan dengan guru sebagai pendidik selain menyampaiakn pelajaran guru juga perlu kiranya memahami pertumbuhan siswa dan perkembangan secara komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan siswa dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar mengajardengan tepat. Proses memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa guru dapat mencari bahan-bahan bersumber fisiologi, psikologi,sosiologi kemudian mengintegrasikan semua pendapat-pendapat yang terdapat di dalamnya. 33

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dengan situasi pendidikan.

31 Ibid, hal. 31

32 Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sekertariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal. 39


(42)

35

Terdapat beberapa tahap dalam upaya suatu sekolah untuk mengimplementasikan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dalam proses pembelajaran di sekolah. Secara umum tahap-tahap tersebut jika dikelompokkan akan meliputi tahap kajian awal, tahap perencanaan dan pengembangan sistem, a. Kajian awal

Upaya sekolah untuk dapat mengimplementasikan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dimulai dari kegiatan diagnostic terhadap sistem sekolah yang telah ada dan telah digunakan selama ini. Diagnostic sistem tersebut selain digunakan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari suatu sistem yang ada, juga digunakan untuk mengetahui kesesuaian sistem yang ada dengan persyaratan ISO 9001: 2008

b. Tahapan perencanaan dan pengembangan sistem

Upaya awal untuk merancang dan mengembangkan sistem sekolah diawali dengan mengembangkan visi, misi dan kebijakan mutu. Pengembangan visi, misi utamanya untuk mensingkronkan antara visi dan misi sekolah dan memberikan indikator keberhasilan pencapaian visi, misi sekolah.

c. Penerapan sistem

Penerapan sistem pada intinya adalah mengimplementasikan berbagai rancangan sistem yang telah dituangkan dalam berbagai dokumen mutu. Untuk itu, sebelum mengimplementasikan pada proses pembelajaran yang sudah dirancang sebelumnya maka proses sosialisasi harus sudah dilakukan. Dengan demikian seluruh peserta didik bisa memahami proses pembelajaran yang berkaitan dengan ISO 9001: 2008.34

34 Sudaman, damin, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 37


(43)

36

Pembelajaran adalah suatu sistem artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keterkaitan antara satu dengan yang lain dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:

a) Tujuan pendidikan dan pengajaran b) Peserta didik atau siswa

c) Tenaga kependidikan khusunya guru

d) Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum e) Strategi pembelajaran

f) Media pengajaran g) Evaluasi pengajaran 35

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang telah menetapkan ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo telah berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kurikulum yang berstandar ISO 9001: 2008.


(44)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif, dan penelitian kualitatif sesuai dengan penilitian yang kami lakukan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnografi karena pada awlanya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. 1

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada makna.2

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian kami, maka lokasi penelitian kami terletak di SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo. Jalan Siwalan Panji Buduran Sidoarjo. Juga karena SMP SEPULUH NOPEMBER yang sudah ber ISO 9001: 2008 membuat kami tertarik untuk melakukan penelitian disini.

1 Nawawi Ismail, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), hal. 65

2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 15


(45)

38

Lokasi juga sangat strategis sehingga peneliti lebih mudah dalam mengaksesnya. Peneliti sebagai mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang secara geografis berdekatan dengan lokasi, merupakan salah satu faktor pemilihan lokasi, karena peneliti memahami kondisi lingkungan lokasi. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 08-12 Desember 2015.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data bagi peneliti dibagi menjadi dua, antara lain:

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah manajemen SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo. Yang menjadi informan bagi peneliti.

b. Sumber data sekunder

Data yang berupa skrip maupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan Manajemen Mutu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan juga dengan buku – buku yang terkait.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Metode observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. 3


(46)

39

Sanafiah Faisal menklasifikasikan observasi menjadi 3 yaitu: observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan

dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak

berstruktur (unstructured observation).4

Peneliti dalam hal ini akan menggunakan observasi terus terang dan tersamar, dimana peneliti akan mengamati dan mengetahui secara langsung bagaimana penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER, serta menjelaskan efektifitas pembelajaran pasca penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008.

b. Metode interview

Interview adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Ciri utama dari interview adalah dari adanya kontak langsung dengan cara tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee).5 Untuk memperoleh informasi yang tepat dan obyektif, setiap

interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewee. 6

Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi lembaga tersebut serta untuk memperoleh kejelasan dari proses observasi yang bersifat mendukung data penelitian. Peneliti akan menggunakan wawancara tidak terstruktur, dimana pihak-pihak yang terkait akan diwawancarai diminta informasinya terkait dengan sertifikat ISO 9001: 2008.

4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 310

5 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 72 6 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hal. 165


(47)

40

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang hanya memuat garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari pewawancara.7

c. Metode dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa lampau.dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 8

Schatzman dan Strauss menegaskan bahwa dokumen historis merupakan bahan penting dalam penelitian kualitatif. menurut mereka sebagai bagian dari metode lapangan, peneliti dapat menelaah bagian dokumen historis dan sumber-sumber sekunder lainnya untuk menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut. 9

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan point-point pokok ISO, fasilitas pendukung manajemen mutu internal ISO 9001: 2008. Data dapat berupa foto, tulisan, check list maupun dokumen-dokumen yang

penting lainnya, yang mana data tersebut dapat memperkuat proses penerapan ISO 9001: 2008 tersebut.

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001),hal. 202

8 Ibid, hal. 82

9 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial


(48)

41

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitiandan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.

Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).10

Untuk metode kualitatif analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang akan diveritakan kepada orang lain. 11 SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo ini telah bersertifikat ISO 9001: 2008 sejak tahun 2011 berbeda dengan Akreditasi, ISO itu yang dilihat adalah manajemen mutunya. Jadi bagaimana cara memanage sekolah dengan baik. Contoh, memanajemen TU, tidak hanya memanajemen tentang aplikasi TU atau sistem informasi sekolah, tetapi semuanya tentang kualitas-kualitas mutunya TU baik dari penjaga TU atau sistem penataan administrasi TU.

ISO ditata dan ada administrasinya secara lengkap sedangkan akreditasi semua persyaratan yang penting ada, semua sarana prasarana yang penting ada meskipun itu mutunya tidak seberapa bagus. Contoh, secara akreditasi satu kelas ada dua kamar mandi tetapi tidak dilihat apakah kamar mandi itu layak dipakai atau tidak yang penting ada bukti fisiknya bahwa satu kelas ada dua kamar mandi. Sedangkan secara

10 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Surasin, 1996), hal. 104

11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 19


(49)

42

ISO dapat dilihat dari kamar mandinya seperti apa, ada jadwal pembersihannya tiap jam berapa, ada cheklistnya juga harus lengkap.

Jadi ISO tidak hanya memanajemen saja tetapi mutu hasil manajemen itu seperti apa. Dengan adanya ISO ini diharapkan seluruh karyawan SMP SEPULUH NOPEMBER mulai dari guru dan yang lainnya tidak hanya sekedar menerapkan aturan tetapi semuanya harus punya mutu yang bagus. Seperti contoh perangkat pembelajaran RPP, Prota, Promes kalau secara akreditasi persyaratannya yang penting ada dan lengkap sedangkan secara ISO dilihat secara sistemnya benar apa tidak dan tindak lanjutnya seperti apa.

Dengan adanya ISO sangat membantu sekali untuk menuju sekolah ke jenjang yang lebih bagus. ISO bermacam-macam seri, untuk pendidikan yaitu ISO 9001:2008 sedangkan untuk sebuah perusahaan atau pabrik ISO 9001:2000.

Kelebihan setelah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER yaitu bisa menjadikan sekolah tertib administrasi, tertib akan sebuah aturan-aturan yang ada di sekolah, semuanya serba terkontrol dan tersistem dengan bagus. Kekurangannya adalah tidak disukai oleh bapak ibu guru karena terlalu memberatkan para guru. Contoh, membuat RPP harus ada cop surat dan cop ISO. Tahapan untuk menuju ISO sekolah harus menyiapkan peralatan atau fasilitas untuk ISO baik fisik maupun non fiisik, baik yang berbentuk mental guru juga harus disiapkan untuk menghadapi ISO karena semua itu harus satu jalan, kalau tidak maka ISO akan sulit dicapai.

Manfaat sertifikat ISO 9001:2008 bagi kepala sekolah adalah hanya untuk tambahan legalitas sekolah, sebuah tambahan nilai plus bagi kepala sekolah karena di sekolah SMP SEPULUH NOPEMBER selain Akreditasi A juga ber ISO 9001:2008.


(50)

43

Manfaat sertifikat ISO 9001:2008 bagi karyawan (guru) adalah menjadi tambah lebih pandai untuk membuat perangkat pembelajaran, membuat administrasi mengenai pembelajaran baik nilai dan sebagainya dan juga selalu aktif mendokumentasikan apapun yang mereka kerjakan.12

12


(51)

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP SEPULUH NOPEMBER

1. Sejarah SMP SEPULUH NOPEMBER

SMP SEPULUH NOPEMBER SIDOARJO adalah Sekolah Menengah Pertama yang pertama kali berdiri di Kabupaten Sidoarjo dan didirikan pada tanggal 21 Juni 2010 berdasarkan nomor akte yayasan pendidikan “PURNAMA” No: 09 tanggal 19 September 2006. SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo ini terletak pada lokasi yang strategis, berada pada area pendidikan di Kabupaten Sidoarjo yaitu di Jalan Siwalanpanji Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur Kode Pos 61252 No. Telp.(031) 8061010. Berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur tanggal 21 Juni 2010 nomor : 421.2/1820/404.3.1/2010.

Pada awal berdirinya sekolah ini dipimpin oleh H. Imam Jawahir, S.Pd, M.MPd. Beliau menjabat sebagai kepala sekolah selama satu tahun yaitu pada tahun 2010-2011 dan sekarang sebagai penasehatsekolah, selanjutnya dipimpin oleh Bapak Suhajis, M.Kom.I sejak tahun 2011-sampai sekarang.

Nama sekolah ini adalah SMP SEPULUH NOVEMBER SIDOARJO, sehingga tiap tanggal 10 NoVember akan diadakan DIES NATALIS tiap tahunnya.


(1)

71

apa yang disampaikan oleh guru dan tidak ada tindak lanjut untuk pertemuan

kedepan. Sedangkan setelah mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008 baik guru

maupun siswa dapat mengikuti perkembangan dengan baik, seperti contoh guru

menyiapkan semua perangkat pembelajaran setelah itu diterapkan langsung pada

saat mengajar dan siswa pun mulai aktif dalam proses belajar sesuai dengan

standar ISO 9001: 2008.

Kelebihan setelah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH

NOPEMBER yaitu bisa menjadikan sekolah tertib administrasi, tertib akan

sebuah aturan-aturan yang ada di sekolah, semuanya serba terkontrol dan

tersistem dengan bagus. Kekurangannya adalah tidak disukai oleh bapak ibu guru

karena terlalu memberatkan para guru. Contoh, membuat RPP harus ada cop surat

dan cop ISO.

Tahapan untuk menuju ISO sekolah harus menyiapkan peralatan atau fasilitas

untuk ISO baik fisik maupun non fiisik, baik yang berbentuk mental guru juga

harus disiapkan untuk menghadapi ISO karena semua itu harus satu jalan, kalau

tidak maka ISO akan sulit dicapai.

Salah satu komitmen yang ditunjukan pengelola sekolah tentang pengawalan

dan monitoring mutu khususnya mutu proses pembelajaran dan pelayanan

terhadap pelanggan sekolah, adalah dengan pemanfaatan CCTV (closed-circuit

television) sebagai alat monitoring kegiatan yang berlangsung di sekolah. Kamera

yang diletakan di ruang kelas, dan ruang sekolah lainnya dengan pusat kendali di

ruang kepala sekolah, teknologi ini memudahkan bagi kepala sekolah dan wakil

manajemen mutu untuk memantau segala aktifitas baik itu pelayanan publik,


(2)

72

Keuntungan dari pemanfaatan teknologi tersebut dapat, ketika dalam

pemantauan terdapat problem yang mengancam eksistensi mutu sekolah dapat

dengan cepat dievaluasi oleh kepala sekolah dan wakil manajemen mutu baik

secara langsung maupun dalam rapat tinjauan manajemen (RTM). Program ini

merupakan salah satu metode dan prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi

kegagalan dan kesalahan dalam penerapan sistem manajemen mutu.

Selain adanya CCTV di ruang kelas, guru juga aktif menggunakan media

mengajar. Media mengajar ini merupakan segala macam bentuk perangsang dan

alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar diantaranya berupa

alat-alat elektronika seperti mesin pengajaran, film, audio cassette, televisi, LCD

dan komputer. Sehingga siswa dan guru bisa melakukan proses pembelajaran


(3)

73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang Penerapan

Manajemen Mutu Internal Berstandar ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH

NOPEMBER, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan manajemen mutu internal merupakan suatu proses yang

berkesinambungan dan membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk

pelanggan internal (guru) yang terkait dengan institusi. ISO 9001: 2008 telah

diterapkan oleh SMP SEPULUH NOPEMBER secara baik dan benar,

sehingga antara dokumen ISO dengan pelaksanaannya di lapangan terdapat

kesesuaian. Hal tersebut dapat dilihat dari manajemen sekolah baik dari segi

fisik maupun non fisik, baik dari aspek administrasi maupun proses belajar

mengajar siswa sehingga dihasilkan produk (lulusan) yang berkualitas baik

akademik, moral maupun sosial.

2. Efektifitas pembelajaran pasca penerapan manajemen mutu internal ISO 9001:

2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER berjalan dengan efektif dan efisien

sesuai dengan kurikulum yang berstandar ISO 9001: 2008 serta siswa juga

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan adanya ISO sangat

membantu sekali untuk menuju sekolah ke jenjang yang lebih bagus.


(4)

74

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, dan demi suksesnya kegiatan

belajar mengajar dan berhasilnya proses penerapan manajemen mutu internal yang

dilakukan berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal, maka

penulis memberikan saran antara lain:

1. Bagi pihak sekolah

a. Produk (lulusan) sudah dapat dikatakan baik dan berkualitas, maka penulis

hanya memberi saran agar tetap dipertahankan dan tambah ditingkatkan

lagi sehingga menghasilkan produk yang lebih berkualitas di segala

bidang.

b. Semua unit yang masuk dalam manajemen mutu internal khususnya dan

pihak-pihak yang terkait lainnya, sebaiknya menambah pemahaman dan

pengetahuan tentang manajemen mutu dan istilah-istilah yang digunakan

dalam ISO 9001: 2008 sehingga proses penerapan dapat berjalan sesuai

dengan apa yang tertulis dalam dokumen.

2. Bagi pihak luar

a. Hendaknya masyarakat selalu memberikan arahan atau masukan yang

bermanfaat sehingga sekolah menjadi sekolah yang terbaik dan terunggul

di berbagai bidang, dan memperoleh peringkat A guna tercapainya

evaluasi diri.

b. Untuk lembaga/badan sertifikasi, hendaknya selalu menjalin hubungan

yang harmonis dengan pihak sekolah untuk menjadikan sekolah yang


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Burhanuddin, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, Malang: Rosindo, 2007

2. Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003

3. Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata

Langkah Penerapan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

4. Manajemen Mutu dalam http://elearning.amikom.ac.id/, diunduh 17 Desember 2015,

19.05 wib

5. Akhmad Syarief, Etika Profesi Pendidikan, Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2012

6. Widjaya Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

7. Sugeng Listyo, Implementasi System Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, Malang: UIN

Malang Press, 2009

8. Edward Sallis, Total Quality Management in Education, Yogyakarta: IRCiSOD, 2008

9. International Organization for Standardization dalam http://id.wikipedia.org/wiki/ISO,

diunduh 17 Desember 2015, 19.25 wib

10.Zuhrawaty, Panduan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001, Yogyakarta: Medpress,

2009

11.Mulyadi, Total Quality Management, Yogyakarta: Aditya Media, 1998

12.Nurhayati dan Abdul, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012

13.Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, Penerapan untuk mencapai

TQM, Jakarta: PPM, 2003

14.Made Piranta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988

15.Ety Rochaety, system Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

16.Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 1996

17.Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998

18.Zulian Zamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Yogyakarta: Ekonisia, 2001

19.Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001:

2000, Bandung: Alfabeta, 2006

20.Vincent Gaspersz, ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2003

21.W.J.S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


(6)

22.Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009

23.Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM), Yogyakarta:

Andi, 1995

24.Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2011

25.Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengarihunya, Jakarta: Rajawali Press, 1994

26.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

27.Sardimanam, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006

28.Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya,, 2009

29.Nawawi Ismail, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012

30.Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D), Bandung: Alfabeta, 2009

31.Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989

32.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000

33.Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya), Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

34.Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2001