Pembelajaran Fotografi menggunakan Video Tutorial (sesuai format)

Pembelajaran Fotografi Produk menggunakan
Video Tutorial
Dr. Ir. Francisca H. Chandra, M.T. (1), Yulius Widi Nugroho, S.Sn., M.Si.(2)
Sekolah Tinggi Teknik Surabaya
e-mail: : fhc@stts.edu(1), yulius@stts.edu(2)

ABSTRAK
Makalah ini merupakan bagian dari studi tentang pemakaian teknologi dalam pembelajaran,
khususnya teknologi video dalam bentuk video tutorial. Saat ini fotografi produk semakin diminati dan
dieksplorasi seiring kebutuhan memperkenalkan produk baik digunakan sebagai iklan maupun
keperluan mempresentasikan produk tersebut. Tentunya hal tersebut secara langsung akan
mempengaruhi pembelajaran tentang fotografi produk. Dalam pembelajaran fotografi produk
diperlukan pemahaman dan praktek yang intensif. Hal ini diatasi dengan mewajibkan mahasiswa
mempelajari teori sebelum perkuliahan dan selanjutanya pada waktu dikelas langsung melakukan
praktek. Metode pembelajaran seperti ini dikenal dengan nama metode Flipped Classroom. Dalam
metode Flipped Classroom, materi yang harus dipelajari siswa diberikan dalam bentuk video
pembelajaran. Media video dipilih karena video dapat menyajikan informasi, mengambarkan suatu
proses dan tepat, mengajarkan keterampilan, dapat mempengaruhi sikap dan dapat di ulang-ulang
sesuai kebutuhan. Video pembelajaran dapat berupa video presentasi, demo, dan penjelasan konsep
secara visual. Namun demikian proses pembelajaran tidak dapat berhasil secara maksimal jika hanya
mengandalkan teknologi , yang dalam hal ini adalah teknologi video. Pembelajaran hanya akan

berhasil jika teknologi dan pedagogi berjalan bersama-sama. Pada penelitian ini selain belajar melalui
video mahasiswa juga belajar secara aktif dengan mempraktekkan teori yang telah dipelajari
sebelumnya, dengan bekerja berkelompok dan dengan melakukan diskusi terhadap hasil foto yang
telah dicapai. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan video dalam pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar.
Kata kunci: Video Tutorial, Fotografi Produk, Media Pembelajaran, Flipped Classroom

PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan fotografi dewasa ini berdampak dengan banyaknya lembaga
pendidikan yang bisa menghantarkan untuk mengetahui dunia fotografi jauh lebih dalam lagi.
Beberapa orang memiliki kelebihan dengan bisa memotret dengan alamiah atau belajar secara
otodidak, namun ada juga yang mendapatkannya dengan mengikuti kursus atau sekolah formal. Pada
tahun 1980-an apabila ingin memperdalam ilmu fotografi haruslah keluar negeri. Namun saat ini di
dalam negeripun sekarang sudah menjamur tempat tempat belajar fotografi khususnya di kota-kota
besar di Indonesia. Selain itu hadirnya internet membuka kesempatan untuk belajar fotografi secara
mandiri.
Belajar merupakan kebutuhan hakiki manusia, dengan belajar manusia memperoleh
peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi. Berbagai upaya dilakukan oleh pengajar
untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan belajar. Salah satu metode pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi adalah metode Flipped Classroom. Sesuai dengan namanya “flip”

membalik, dalam metode “Flipped Classroom” urutan pembelajaran yang biasanya dilakukan dalam
metode tradisionil, maka dalam metode Flipped Classroom, urutan tersebut “dibalik”. Jika pada
pembelajaran tradisionil urutannaya adalah : pengajar menjelaskan teori, lalu memberikan latihan soal
untuk dikerjakan dirumah, maka pada metode pembelajaran Flipped Classroom, materi atau teori
harus dipelajari dirumah, sedangkan dikelas siswa mengerjakan soal atau latihan yang biasanya
dikerjakan dirumah. Materi yang diberikan untuk dipelajari haruslah dalam bentuk media yang mampu
“memaksa” siswa untuk mempelajarinya.

Media belajar diakui sebagai salah satu faktor keberhasilan belajar. Dengan media, peserta
didik dapat termotivasi, terlibat aktif secara fisik maupun psikis, memaksimalkan seluruh indera
peserta didik dalam belajar, dan menjadikan kebermaknaan dalam pembelajaran. Alasan-alasan inilah
yang membuat banyak pengembang media yang mengembangkan media pembelajaran sebagai
bentuk upaya optimalisasi potensi dan proses pembelajaran hingga mencapai target yang diharapkan.
Multimedia adalah kombinasi antara teks, grafik, audio, gambar gerak (animasi dan video) yang
dapat membuat daya tarik pengguna. Dengan kelebihan inilah, menjadikan multimedia digunakan
dalam proses pembelajaran. Melalui multimedia, pengguna/peserta didik tidak sekedar melibatkan
kemampuan inderawi yang ada serta memiliki kekuatan daya tarik semata, namun juga dapat
memberikan stimulan yang baik dalam merespon pengetahuan yang diajarkan secara komprehensip.
Sistem multimedia terdiri dari kombinasi media tradisional yang dihubungkan dengan komputer
untuk menyajikan teks, grafis, gambar, suara, dan video. Multimedia melibatkan lebih dari sekedar

pengintegrasian bentuk-bentuk tersebut ke dalam suatu program terstruktur, yang terdiri dari unsurunsur saling melengkapi satu dengan yang lain.
PEMBAHASAN
Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Adapun manfaat
media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa,selain itu ada
beberapa keuntungan menggunakan media dalam proses pembelajaran sebagai berikut (a)
Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, (b) Proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, (c) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, (d) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Sedangkan menurut Heinich, Molenda, Russel (2005) ada beberapa “keuntungan penggunaan
media dalam pembelajaran” sebagai berikut (a) Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang
bersifat konseptual, sehingga mengurang kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya, (b)
Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran, (c) Memberikan pengalamanpengalaman nyata
yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar, (d) Dapat mengembangkan jalan pikiran yang
berkelanjutan, e) Menyediakan pengalamanpengalaman yang tidak mudah didapat melalui materimateri yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.
Keunggulan video adalah dapat menyajikan informasi, mengambarkan suatu proses dan tepat
mengajarkan keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap
dan dapat di ulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan
minat siswa dalam belajar, focus terhadap materi, dapat lebih membuka pikiran, lebih aktif dengan
tanggapan dan pertanyaan (lebih kritis), sehingga suasana kelas lebih menyenangkan dan
meningkatkan kualitas hasil belajar (J.E Kemp 1985).
1.


Media Video
Sebuah media pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,
begitu juga dengan media video. Dalam penayangannya video tidak dapat berdiri sendiri, media video
ini membutuhkan alat pendukung seperti monitor atau LCD untuk memproyeksikan gambar maupun
speaker aktif untuk menampilkan suara agar terdengar jelas. Sebagai media pembelajaran, video
mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dan Kelemahan Video menurut Ronald Anderson
(1987: 105) media video memiliki kelebihan, antara lain :
a. Dengan menggunakan video (disertai suara atau tidak), kita dapat menunjukkan kembali gerakan
tertentu.
b. Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses belajar maupun nilai hiburan
dari penyajian itu.
c. Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi (kelas)
yang berbeda dan dengan jumlah penonton atau peserta yang tak terbatas dengan jalan
menempatkan monitor di setiap kelas.
d. Dengan video siswa dapat belajar secara mandiri.
a.
b.
c.
d.


Sedangkan keterbatasan penggunaan media video, antara lain :
Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.
Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor dan sistem
proyeksi video diperbanyak.
Ketika akan digunakan, peralatan video harus sudah tersedia di tempa penggunaan.
Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan
balik yang lain.

Sifat komunikasi dalam penggunaan media video hanya bersifat satu arah, siswa hanya
memperhatikan media video, hal inilah yang perlu diperhatikan oleh guru. Karena video bersifat dapat
diulang-ulang maupun diberhentikan, maka pengajar bisa mengajak berkomunikasi dengan siswa
tentang isi/pesan dari video yang dilihat, maupun tanya jawab tentang video yang disimak. Jadi
komunikasi tersebut tidak hanya satu arah.
Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012 : 302), antara lain :
a. Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik,
b. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat,
menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu,
c. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu keadaan tertentu, dan
d. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi

peserta didik.
Ada 2 macam video sebagai pembelajaran. Pertama, video yang sengaja dibuat atau didesain
untuk pembelajaran. Video ini dapat menggantikan pengajar dalam mengajar. Video ini bersifat
interaktif terhadap siswa. Hal inilah yang menjadikan video ini bisa menggantikan peran guru dalam
mengajar. Video semacam ini bisa disebut sebagai “video pembelajaran”. Pengajar yang
menggunakan media video pembelajaran semacam ini dapat menghemat energi untuk menjelaskan
suatu materi kepada siswa secara lisan. Peran pengajar ketika memilih menggunakan media
pembelajaran ini hanyalah mendampingi siswa, dan lebih bisa berperan sebagai fasilitator. Selain
dilengkapi dengan materi, video pembelajaran juga dilengkapi dengan soal evaluasi, kunci jawaban,
dan lain sebagainya sesuai dengan kreatifitas yang membuatnya. Biasanya satu video berisi satu
pokok bahasan.
Kedua, video yang tidak didesain untuk pembelajaran, namun dapat digunakan atau
dimanfaatkan untuk menjelaskan sesuatu hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Contohnya
adalah video dokumenter tentang pemotretan alam liar. Dengan video pemotretan alam liar tersebut
dapat ditampilkan, selain menarik perhatian siswa, dapat menjadikan siswa melihat proses dan
kondisi sebenarnya secara lebih detail dan konkret dibandingkan hanya menggunakan media gambar
saja. Penggunaan video ini juga dapat mengaktifkan daya kreatifitas siswa, menimbulkan pertanyaanpertanyaan kritis siswa serta menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Hanya saja media
video seperti ini membutuhkan penjelasan dan pengarahan lebih lanjut dari pengajar, karena video ini
bukan video yang interaktif. Oleh karena itu penggunaan media video ini memerlukan keterampilan
pengajar, agar dapat tercapai dengan baik.

2.

Video Tutorial
Video yang dibuat sebagai pembelajaran sering juga disebut video tutorial. Video tutorial adalah
rangkaian gambar hidup yang ditayangkan oleh seorang pengajar yang berisi pesan-pesan
pembelajaran untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran sebagai bimbingan
atau bahan pengajaran tambahan kepada sekelompok kecil peserta didik (Aria Pramudito: 2013).
Video merupakan rekaman peristiwa yang biasanya tanpa alur cerita yang tersusun rapi. Pada
jaman sekarang, video adalah sebutan untuk content yang ditampilkan menggunakan suatu device
atau software. Durasi yang terdapat pada video, biasanya cenderung lebih pendek apabila
dibandingkan dengan film yang mempunyai durasi lebih panjang. Meskipun hanya berupa video yang
cenderung memiliki durasi yang pendek, masyarakat lebih memahami video tutorial yang merupakan
format terbaru dan yang paling efektif.
MATERI PEMBELAJARAN
Video pembelajaran ini sangat singkat dan direncanakan dibuat berseri dengan durasi rata-rata
1 hingga 2 menit, mengingat media video membutuhkan space lebih besar sehingga terlalu berat
untuk diunggah atau diunduh. Materi yang disampaikan adalah tentang pemotretan benda atau
produk. Pada video pertama ditampilkan pengenalan material subjek benda, yaitu membedakan
karakter benda berkilau dan yang tidak berkilau. Tujuannya agar pelaksanaan pemotretan berjalan
lancar dan baik.

Ketika memotret benda berbahan kaca (benda berkilau), tidak harus memperhatikan di mana
cahaya berasal. Dalam penataan cahaya, akan terlihat sumber cahaya tercermin dalam permukaan
subjek. Ini tidak bagus dan harus dihindari. Juga, pastikan kamera dan fotografer tidak tercermin
dalam tembakan. (Robert Morrissey :2007)
Selain itu juga dibahas tentang karakter subjek foto yang tidak berkilau, yaitu dengan
memahami bayangan yang jatuh di sekitarnya dan di detail subjek foto. Fotografer harus jeli

menangkap bayangan tersebut, jika memang bayang yang ditangkap ciptakan bayangan dengan
lighting yang ada. Jika tidak mengiginkan bayangan pilihlah lampu yang siatnya lembut untuk
meminimalkan bayangan yang terbentuk.
Dengan memahami karakter subjek foto diharapkan fotografer akan sadar bahwa foto yang
dihasilkan akan lebih baik dan dapat maksimal dalam menampilkan kelebihan subjek foto (produk
yang difoto).

PEMBUATAN VIDEO
Untuk pembuatan video pembelajaran ini menggunakan cara pembuatan video secara umum
yaitu diawali dengan perancangan konsep visual atau sering disebut storyboard. Dalam pembuatan
gambar bergerak (video) selalu dibutuhkan storyboard sebagai acuan bagaimana tampilan visual atau
sudut pengambilan video dilakukan beserta jalannya alur cerita atau materi yang akan disampaikan.
Berikut langkah-langkah pembuatan video tutorial dijelaskan pada Gambar 1.1


Storyboard

Mempersiapkan Objek dan Cahaya

Shooting

Editing
Gambar 1.1 Skema proses pembuatan
1.

Storyboard
Langkah awal pembuatn video pembelajaran ini adalah pembuatan storyboard, hal ini untuk
memudahkan memudahkan dalam menentukan camera angle (sudut pengambilan pada kamera).
Kemudian melakukan persiapan menata objek dan tata pencahayaan sebelum shooting yang
sebenarnya, agar pelaksanaannya tidak terlalu banyak mengulang karena kesalahan.

Scene 1: Diawali tampilan dua macam benda dengan karakter yang berbeda.

Scene 2: Objek boneka dikeluarkan sementara, kemudian menjelaskan objek gelas dan

pantulan cahaya pada gelas.

Scene 3: Dicoba dari beberapa sudut cahaya hingga menghasilkan pantulan yang berbeda.

Scene 4: Objek boneka dimasukkan kembali, kemudian objek gelas dikeluarkan.

Scene 5: Menjelaskan bayangan disekitar benda dan detail benda.

Scene 6: Dicoba dari beberapa sudut cahaya hingga menghasilkan pantulan yang berbeda.
Kemudian selesai.

2.

Persiapan Objek dan Cahaya
Langkah berikutnuya mempersiapkan objek yang akan diambil, yaitu dua objek yang
berkarakter mengkilap dan tidak mengkilap. Pada video ini dipersiapkan objek gelas dan boneka
puzle. Tidak lupa terlebih dulu mempersiapkan background warna putih, menggunakan kertas putih
lebar hingga memenuhi frame video. Lighting atau cahaya yang digunakan adalah cahaya continuous
light, dari lampu spot dua arah (kanan dan kiri) dan satu lampu ruangan (dari atas)
3.

Shooting (Pengambilan gambar video)
Pengambilan gambar dilakukan sekaligus pengambilan suara. Sebenarnya lebih bagus
dilakukan secara terpisah untuk agar suara lebih jernih dan terkontrol. Menggunakan tripod agar
kamera tidak bergerak, karena dari awal diset tidak ada pengambilan angle dengan kamera bergerak.
Pada video kali ini dilakukan 3 shoot mengingat materi pembelajarannya sedikit.
4.
Editing
Langkah terakhir adalah edit 3 video mentah tadi digabungkan menjadi satu dan disesuaikan
ukuran penyajian akhirnya. Kemudian juga ditambah scene pembukaan (title) dan penutup pada akhir
video. Editing menggunakan editing video software.

PENUTUP
Hasil pembelajaran dengan menggunakan metode Flipped Classroom untuk mata kuliah
Fotografi Produk menunjukkan peningkatan hasil belajar dan mahasiswa menyukai adanya video
tutorial karena mereka dapat menayangkannya kannya berulang-ulang. Hal ini sesuai dengan
beberapa penelitian sebelumnya (Djajalaksana, 2013, Lioe et al, 2013, Yelamarthi, 2015, Maher,2014)
yang menunjukkan peningkatan hasil belajar dari implementasi Flipped Classroom. Namun ternyata
tidak semua mahasiswa mau menonton materi tersebut sebelum perkuliahan, atau kalaupun mereka
menontonnya mereka hanya melakukannya sambil lalu. Saat ini untuk membuat video pembelajaran
yang sederhana tidak terlalu sulit, tidak memerlukan perangkat khusus, namun tentunya hasil yang
diperoleh adalah tidka memadai baik dari segi kualitas gambar maupun penyajian. Tentunya ini
merupakan tantangan tersendiri bagi pengajar. Selain itu pada Flipped Classroom video tidak dapat
berdiri sendiri. Agar tujuan pembelajaran yang optimal dapat tercapai selain memanfaatkan teknologi
maka metode dan strategi pembelajaran lainnya sangatlah perlu. Pengajar harus mempu
mengintegrasikan pemakaian media dan strategi seperti misalnya belajar berkelompok, belajar
berpasangan, peer coaching, yang semuanya yang menunjang active learning. Selanjutnya tentunya
dengan memberikan kepada mahasiswa video tutorial dengan penyajian dan content yang
berkualitas. Dengan media video peserta didik dapat berdiskusi atau minta penjelasan kepada teman
sekelasnya, lebih berkonsentrasi, dan lebih terfokus dan lebih kompeten. Selain itu peserta didik
menjadi aktif dan termotivasi untuk mempraktekan latihan-latihan karena contoh dari media video
sangat jelas menggunakan audio visual yang sangat mudah ditangkap dan menarik.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Andi Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
PressMhd.
Aria Pramudito, (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial pada Mata Pelajaran
Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut di SMK
Muhammadiyah 1 Playen, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta
Djajalaksana, Y, dan Adelia, (2013). Studi Eksploratori atas Penerapan Konsep “Flipped
Classroom untuk matakuliah Statistika dan Probalistika di Program Studi Sistem Informasi
Kemp, J. E. & Dayton, D. K. (1985). Planning and producing instructional media. New York:
Harper and Row Publisher
Lailan Arqam. (2010). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Pada Mata Pelajaran
Kemuhammadiyahan Bagi Siswa Kelas I Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis
UNS
Lioe, L.T., Teo, C.W., C.L, and Lee, S. (2013) Asseing the effectiveness of Flipped Classroom
Pedagogy in promoting students learning experience. Human Computr Interaction – Nanyang
Girl’s High School Education Seminar

7.

Robert Morrissey, (2007), Mastering Light Guide for Commercial Photographer, Amherst Media,
Inc.
8. Maher, M. L., Lipford H., and Singh V. (2014). Flipped Classroom Strategies Using Online
Videos. http://cei.uncc.edu/sites/default/files/CEI%20Tech%20Report%203.pdf diakses tanggal 9
September 2015
9. Maher, M. L., Latulipe C., Lipford H., & Rorrer A. (2015). Flipped Classroom Strategies for CS
Education. SIG CSE 115 Proceeding of the 46th ACM Technical Sympsosum on Computer
Science Education . pages 218-223.
10. Smaldino S. E., Russel J. D., Heinich R., and Molenda M. (2005). Instructional Technology and
Media for Learning .Eight Edition. Pearson Merrill Prentice Hall.
11. Yelamarthi, Kumar. (2015). A Flipped First-Year Digital Circuits Course for Engineering and
Technology Students. IEEE Transactions on Education, Vol. 58, No. 3 August 2015.