SURAT EDARAN DIRJEN BEA DAN CUKAI NOMOR SE-19/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Jalan Jenderal A. Yani By Pass
Jakarta 13230
Kotak Pos 108 Jakarta 10002

Telepon 4890308
Faksimili 4897544
Website www.beacukai.go.id

17 April 2008
Yth. Para Kepala KPU dan KPPBC
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
di
Seluruh Indonesia

SURAT EDARAN
Nomor : SE- 19/BC/2008
TENTANG
PENOMORAN NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI (NPPBKC) SEBAGAI
PENGUSAHA PABRIK, TEMPAT PENYIMPANAN, IMPORTIR, PENYALUR, TEMPAT PENJUALAN

ECERAN ETIL ALKOHOL (EA) ATAU MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL (MMEA)
BERKAITAN DENGAN REORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, sebelum
menjalankan usaha sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang
kena cukai, penyalur atau pengusaha tempat penjualan eceran Barang Kena Cukai tertentu berupa
EA dan MMEA, pengusaha wajib memiliki izin dari Menteri Keuangan berupa NPPBKC. Sehubungan
dengan masih disusunnya peraturan pelaksanaan perizinan untuk penyalur, maka persyaratan
perizinan NPPBKC untuk penyalur disamakan dengan pengusaha tempat penjual eceran.
Kemudian berkaitan dengan telah dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
68/PMK.01/2007 tanggal 27 Juni 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, maka dipandang perlu untuk mengatur kembali sistem penomoran NPPBKC
sebagai berikut:
1. Penomoran NPPBKC untuk pengusaha yang berada di bawah pengawasan Kantor Pelayanan
Utama (KPU) terdiri dari 8 (delapan) digit dengan ketentuan sebagai berikut:
-

-


2 (dua) digit pertama adalah kode Kantor Pelayanan Utama (KPU) dengan kode sebagai
berikut:
KPU - ... (nomor kode KPU).
1 (satu) digit berikutnya adalah kode jenis usaha.
1 (satu) digit berikutnya adalah kode jenis Barang Kena Cukai.
4 (empat) digit berikutnya adalah nomor urut NPPBKC yang dikeluarkan oleh kantor yang
bersangkutan.

2. Penomoran NPPBKC untuk pengusaha yang berada di bawah pengawasan Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) terdiri dari 10 (sepuluh) digit dengan ketentuan sebagai
berikut:
-

2 (dua) digit pertama adalah kode Kantor Wilayah.
2 (dua) digit berikutnya adalah kode Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
1 (satu) digit berikutnya adalah kode jenis usaha.
1 (satu) digit berikutnya adalah kode jenis Barang Kena Cukai.
4 (empat) digit berikutnya adalah nomor urut NPPBKC yang dikeluarkan oleh kantor yang
bersangkutan.


3. Untuk kode jenis usaha dan kode jenis Barang Kena Cukai diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Untuk kode jenis usaha 1 = Pabrik; 2 = Importir; 3 = Tempat Penyimpanan; 4 = Tempat
Penjualan Eceran;
- Untuk kode jenis Barang Kena Cukai: 1 = EA; 2 = MMEA.
Contoh:
1. NPPBKC yang diberikan untuk Pabrik Minuman Mengandung Etil Alkohol PT. ”Y” adalah KPU
– 02.1.2.0001, artinya:
- KPU – 02 adalah kode untuk Kantor Pelayanan Utama Batam;
- 1 adalah kode untuk Pabrik Barang Kena Cukai
- 2 adalah kode untuk Minuman Mengandung Etil Alkohol; dan
- 0001 adalah nomor urut yang diberikan untuk Pabrik Minuman Mengandung Etil Alkohol
PT. ”Y”.
2. NPPBKC yang diberikan untuk Pabrik EA PT. ”X” adalah 1003.1.1.0019, artinya:
- 10 adalah kode untuk Kantor Wilayah Jawa Timur I;
- 03 adalah kode untuk Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe A2 Juanda;
- 1 adalah kode untuk Pabrik Barang Kena Cukai;
- 1 adalah kode untuk Etil Alkohol; dan
- 0019 adalah nomor urut yang diberikan untuk Pabrik Etil Alkohol PT. ”X”
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
April 2008
DIREKTUR JENDERAL,
ttd,ANWAR SUPRIJADI
NIP 120050332

Tembusan Yth :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
3. Para Kakanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.