adi setiawan uksw1 2
STUDI SIMULASI DALAM ESTIMASI BAYESIAN OBYEKTIF
Adi Setiawan
Program Studi Matematika Industri dan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana Jl Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak Dengan pemilihan distribusi prior dan fungsi kerugian khusus, metode Bayesian
obyektif menghasilkan suatu estimasi yang hanya tergantung pada distribusi anggapan dari
populasi dan data yang ada. Dalam makalah ini, akan dilakukan studi simulasi tentang estimasi
Bayesian obyektif untuk berbagai distribusi anggapan populasi yang biasa digunakan metode
Bayesian obyektif digunakan untuk menentukan estimator titik dari suatu parameter populasi.
Kata kunci : distribusi prior, fungsi kerugian, studi simulasi, metode Bayesian obyektif.
1. Pendahuluan
Dalam metode Bayesian, pemilihan prior dan fungsi kerugian sangatlah penting. Dalam metode
Bayesian obyektif digunakan prior yang nantinya akan memberikan pengaruh minimal dalam
inferensi dan menggunakan fungsi kerugian deskrepansi intrinsik. Dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana metode Bayesian obyektif digunakan dalam menentukan estimasi titik
jika dimiliki sampel yang dianggap berasal dari populasi yang berdistribusi eksponensial atau
populasi yang berdistribusi seragam.
2. Dasar Teori
Dalam pandangan Bayesian, hasil dari sembarang masalah inferensi yang dinyatakan dalam
distribusi posterior merupakan gabungan dari informasi yang disediakan oleh data dan informasi
prior relevan yang tersedia. Akan tetapi apabila tidak tersedia informasi prior, akan dipilih
fungsi prior yang relatif uninformative artinya fungsi prior yang memberikan pengaruh
minimum pada inferensi fungsi posterior.
Misalkan bahwa mekanisme probabilitas yang membangkitkan data yang tersedia x
dianggap sebagai p(x| ) untuk suatu dan kuantitas yang menjadi perhatian adalah
fungsi yang bernilai real () dari . Tanpa menghilangkan keumuman, hal itu juga dapat
dijelaskan berikut ini. Misalkan model probabilitas yang digunakan berbentuk { p ( x | , ) }
dengan adalah parameter nuisance yang dipilih. Dalam hal ini diperlukan untuk
mengidentifikasi fungsi prior bersama (,) yang akan mempunyai pengaruh minimal pada
distribusi posterior marginal dengan kuantitas yang menjadi perhatian yaitu
( | x) p( x | , ) ( , ) d .
Reference prior digunakan sebagai prior yang dapat memberikan pengaruh minimal pada
distribusi posterior. Dalam kasus dimensi satu, reference prior merupakan prior Jeffry. Dengan
menggunakan prior ini maka penyelesaian masalah estimasi hanya tergantung pada model
anggapan dan data pengamatan sehingga estimasi titik yang menggunakan metode ini
dinamakan sebagai estimasi titik Bayesian obyektif (Bernardo dan Juarez, 2003).
Diskrepansi intrinsik (intrínsic discrepancy) (p1, p2) antara dua fungsi densitas p1(x) dengan
x X1 dan p2(x) dengan x X2 didefinisikan sebagai
( p1 , p2 ) min K ( p2 ( x) | p1 ( x) ) , K ( p1 ( x) | p2 ( x) )
K ( p1 ( x) | p2 ( x)) p1 ( x) log
dengan
p1 ( x)
dx .
p2 ( x )
M 1 p1 ( x | ) , x 1 ( ) ,
X
Untuk dua keluarga fungsi densitas
M 2 p2 ( x | ) , x 2 ( ) ,
dan
* ( M 1 , M 2 ) min p1 ( x | ) , p2 ( x | ) .
dapat didefinisikan diskrepansi intrinsik
,
Fungsi kerugian (loss function) dalam kasus ini adalah diskrepansi intrinsik. Misalkan
bahwa deskripsi yang sesuai dari tingkah laku probabilistik dari kuantitas random x diberikan
oleh model
{ p ( x | , ), x , , } .
Diskrepansi intrinsik antara p ( x | , ) dan keluarga densitas
{ p ( x | 0 , ), }
* ( , ; 0 ) inf ( , ; 0 , 0 )
adalah
0
dengan
( , ; 0 , 0 ) min K ( 0 , 0 | , ) , K ( , | 0 , 0 ) .
Misalkan { p ( x | , ), x , , } adalah model parametrik yang dapat digunakan
untuk menggambarkan tingkah laku kuantitas random x. Didefinisikan intrinsik statistik
(intrinsic statistic) sebagai
d ( 0 | x) E * [ * | x] * ( , ; 0 ) * ( , | x) d d
dengan * ( , | x) adalah posterior referensi untuk parameter dari model p ( x | , ) bila
* ( , ; 0 ) adalah parameter yang menjadi perhatian. Intrinsik statistik merupakan ukuran
dari kekuatan bukti melawan penggunaan p ( x | 0 , ) sebagai proxy untuk p ( x | , ) . Proxy
terbaik dicapai pada suatu nilai yang menghasilkan kerugian terkecil.
Misalkan { p ( x | , ), x , , } adalah model parametrik yang sesuai untuk
menggambarkan tingkah laku probabilistik dari kuantitas random x. Estimator intrinsik
(intrinsic estimator) atau estimasi titik Bayesian obyektif didefinisikan sebagai yaitu parameter
yang meminimalkan statistik intrinsik
* * ( x) arg min d ( | x) .
~
~
Populasi Eksponensial
Misalkan dimiliki sampel x1, x2, ...., xn dari distribusi eksponensial dengan fungsi kepadatan
probabilitas
f ( x | ) e x
untuk x > 0. Deskrepansi intrinsik dari distribusi eksponensial adalah
x ( 0 , ) n min [ ( | 0 ) , ( 0 | ) ]
f (x | j )
( i | j ) f ( x | j ) ln
dx
0
f (x | i )
dengan
= i 1 ln i
j
j
.
g ( 0 / ) , 0 .
x ( 0 , )
g ( / 0 ) , 0
dengan g(x)= (x-1)-ln(x). Dapat dibuktikan bahwa reference prior dari parameter yang menjadi
perhatian adalah () = -1 dan reference posterior yang terkait adalah
( | x1 , ...., xn ) Gamma ( | n, t ) 1e nt .
Akibatnya
d ( 0 | x1 , ...., xn ) d ( 0 | t , n) n x ( 0 , ) Gamma ( | n, t ) d
Diperoleh intrinsik statistik
dengan t
x .
0
n
i 1
i
Populasi Seragam
f ( x | ) 1
Misalkan x1, x2, ...., xn sampel dari distribusi seragam dengan fungsi kepadatan probabilitas
untuk 0 x , > 0 dan misalkan t = max{ x1, x2, ...., xn }. Deskrepansi intrinsik dari
distribusi eksponensial adalah
x ( 0 , ) n min [ ( | 0 ) , ( 0 | ) ]
j 1 ln / dx log / ,
i
j
i
j
j
i
( i | j ) 0 j
, j i .
dengan
x ( 0 , ) n | ln( / 0 ) | .
Akibatnya
Karena ruang sampel dari X = [ 0, ] tergantung dari parameter maka hal ini bukan masalah
regular. Fungsi t merupakan statistik cukup, estimator konsisten dari yang mempunyai
distribusi sampling
^
p (t | ) n t n1 n
untuk 0 < t < . Dapat dibuktikan bahwa reference prior dari parameter yang menjadi perhatian
adalah () = -1 dan reference posterior yang terkait adalah
( | x1 , ...., xn ) n t n ( n1) , t.
d ( 0 | x1 , ...., xn ) d ( 0 | t , n) n | ln( / 0 ) | n t n ( n1) d
Diperoleh intrinsik statistik
t
3. Studi Simulasi dan Pembahasan
Kasus Sampel dari Populasi Eksponensial
Apabila diberikan ukuran sampel n dan statistik cukup t dengan sampel dianggap berasal dari
populasi yang berdistribusi eksponensial maka dapat ditentukan estimator titik Bayesian
obyektif yaitu nilai parameter * yang meminimalkan intrinsik statistik. Pada Gambar 1
diberikan gambar yang merupakan hasil perhitungan intrinsik statistik jika diberikan beberapa
nilai n dan t. Pada Gambar 1, estimator titik Bayesian obyektif dan MLE dari masing-masing
berturut-turut adalah 1,91, 3,91, 7,90, 4,98 dan 2, 4, 8, 5. Pada Gambar 2 diberikan
estimator titik Bayesian obyektif dengan n dan t yang bersesuaian sehingga menghasilkan
estimator titik Bayesian obyektif berturut-turut adalah 4,88, 4,96, 4,98 dan 4,99. Terlihat bahwa
untuk ukuran sampel yang membesar maka estimator tersebut akan mendekati nilai MLE
yaitu 5.
(b) n=20, t=5
4
3
2
0
1
Intrinsik Statistik
3
2
1
0
Intrinsik Statistik
4
5
(a) n=10, t=5
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
Theta
Theta
(c) n=40, t=5
(d) n=100, t=20
10
4
3
2
0
1
Intrinsik Statistik
5
4
3
2
1
0
Intrinsik Statistik
5
0
0
5
10
15
20
0
5
10
Theta
15
20
Theta
Gambar 1. Gambar nilai intrinsik statistik untuk beberapa nilai n dan t yang diberikan.
(b) n=60, t=12
5
4
3
2
0
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
Theta
(c) n=100, t=20
(d) n=200, t=40
10
4
3
2
1
0
0
1
2
3
4
Intrinsik Statistik
5
Theta
5
0
Intrinsik Statistik
1
Intrinsik Statistik
4
3
2
1
0
Intrinsik Statistik
5
(a) n=20, t=4
0
5
10
Theta
15
20
0
5
10
15
20
Theta
Gambar 2. Gambar nilai intrinsik statistik berturut-turut untuk nilai n =20, 60, 100, 200 dan t =4, 12, 20, 40 .
Simulasi dilakukan dengan cara membangkitkan sampel ukuran n dari distribusi eksponensial
dengan parameter dan dengan sampel tersebut akan diestimasi (ulang) parameter dengan
metode Bayesian obyektif. Apabila hal itu dilakukan sebanyak bilangan besar B (dalam
makalah ini digunakan B=100) maka untuk beberapa nilai n dan yang digunakan, akan
diperoleh histogram pada Gambar 3.
(b) Histogram Estimasi Theta jika n=30, theta=2
0.0
0.00
0.4
0.10
0.8
0.20
(a) Histogram Estimasi Theta jika n=10, theta=5
2
3
4
5
6
7
8
1.0
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
(d) Histogram Estimasi Theta jika n=100, theta=10
0.0
0.0
0.5
0.2
1.0
0.4
1.5
0.6
(c) Histogram Estimasi Theta jika n=60, theta=5
1.5
3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
8.0
8.5
9.0
9.5
Gambar 3. Histogram hasil simulasi untuk beberapa ukuran sampel n dan yang digunakan dalam simulasi.
Kasus Sampel dari Populasi Uniform
Gambar 4 merupakan hasil perhitungan intrinsik statistik jika diberikan beberapa nilai n dan
t = 2 dengan sampel dianggap berasal dari populasi yang berdistribusi seragam sehingga
estimator titik Bayesian obyektif dan MLE dari masing-masing berturut-turut adalah 2,135,
2,025, 2,005, 1,995dan 2. Hal itu berarti bahwa untuk ukuran sampel yang membesar maka
estimator tersebut akan cenderung mendekati nilai MLE yaitu 2.
50 100 150 200
0
Intrinsik Statistik
2
3
4
5
0
3
(c) n=200, t=2
3
Theta
4
5
5
4
5
600
Intrinsik Statistik
2
4
1000
(c) n=100, t=2
300
1
2
Theta
0 100
0
1
Theta
0 200
1
500
0
Intrinsik Statistik
(b) n=40, t=2
0 10 20 30 40 50
Intrinsik Statistik
(a) n=10, t=2
0
1
2
3
Theta
Gambar 4. Gambar nilai intrinsik statistik berturut-turut untuk nilai n =10, 40, 100, 200 dan t = 2 .
Simulasi dilakukan dengan cara membangkitkan sampel ukuran n dari distribusi seragam pada
(0, ) dengan parameter dan dengan sampel tersebut akan diestimasi (ulang) parameter
dengan metode Bayesian obyektif. Apabila hal itu dilakukan sebanyak bilangan besar B (dalam
makalah ini digunakan B=1000) maka untuk beberapa nilai n = 10, 40, 60, 100 dan =2 yang
digunakan, akan diperoleh histogram pada Gambar 5. Terlihat bahwa makin besar ukuran
sampel akan makin kecil variansi estimasinya.
(b) n=10, theta=2
0
0
2
5
4
10
6
15
8
10
20
(a) n=10, theta=2
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
1.0
1.2
1.6
1.8
2.0
1.8
2.0
(d) n=10, theta=2
0
0
20
5 10
40
20
60
30
80
(c) n=10, theta=2
1.4
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
1.0
1.2
1.4
1.6
Gambar 5. Histogram hasil simulasi untuk beberapa ukuran sampel n = 10, 40, 60, 100 dan = 2 yang digunakan
dalam simulasi.
4. Kesimpulan dan Saran
Estimasi titik Bayesian obyektif dapat digunakan untuk kasus sampel dari distribusi
eksponensial dan sampel dari distribusi seragam. Penelitian ini dapat dikembangkan untuk
berbagai macam distribusi yang lain.
Daftar Pustaka
[1] Bernardo, J. M. ( 2009 ) Statistics : Bayesian Methodology in Statistics, Comprehensive
Chemometrics ( S. Brown, R. Tauler dan R. Walczak eds) Oxford : Elsevier.
[2] Bernardo, J. M. dan M. A. Juarez ( 2003 ) Intrinsic Estimation, Bayesian Statistics 7,
Oxford : University Press.
[3] Bernardo, J. M. and Rueda, R. ( 2002 ) Bayesian hypothesis testing: A reference approach.
International Statistical Review 70, 351-372.
[4] Juarez, M. A. ( 2004 ) Objective Bayesian Methods for Estimation and Hypothesis Testing,
Valencia : University of Valencia.
[5] Setiawan, A. (2009) Estimasi Titik Bayesian Obyektif, Prosiding Seminar Sains dan
Pendidikan Sains , FSM UKSW, Salatiga.
Adi Setiawan
Program Studi Matematika Industri dan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana Jl Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak Dengan pemilihan distribusi prior dan fungsi kerugian khusus, metode Bayesian
obyektif menghasilkan suatu estimasi yang hanya tergantung pada distribusi anggapan dari
populasi dan data yang ada. Dalam makalah ini, akan dilakukan studi simulasi tentang estimasi
Bayesian obyektif untuk berbagai distribusi anggapan populasi yang biasa digunakan metode
Bayesian obyektif digunakan untuk menentukan estimator titik dari suatu parameter populasi.
Kata kunci : distribusi prior, fungsi kerugian, studi simulasi, metode Bayesian obyektif.
1. Pendahuluan
Dalam metode Bayesian, pemilihan prior dan fungsi kerugian sangatlah penting. Dalam metode
Bayesian obyektif digunakan prior yang nantinya akan memberikan pengaruh minimal dalam
inferensi dan menggunakan fungsi kerugian deskrepansi intrinsik. Dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana metode Bayesian obyektif digunakan dalam menentukan estimasi titik
jika dimiliki sampel yang dianggap berasal dari populasi yang berdistribusi eksponensial atau
populasi yang berdistribusi seragam.
2. Dasar Teori
Dalam pandangan Bayesian, hasil dari sembarang masalah inferensi yang dinyatakan dalam
distribusi posterior merupakan gabungan dari informasi yang disediakan oleh data dan informasi
prior relevan yang tersedia. Akan tetapi apabila tidak tersedia informasi prior, akan dipilih
fungsi prior yang relatif uninformative artinya fungsi prior yang memberikan pengaruh
minimum pada inferensi fungsi posterior.
Misalkan bahwa mekanisme probabilitas yang membangkitkan data yang tersedia x
dianggap sebagai p(x| ) untuk suatu dan kuantitas yang menjadi perhatian adalah
fungsi yang bernilai real () dari . Tanpa menghilangkan keumuman, hal itu juga dapat
dijelaskan berikut ini. Misalkan model probabilitas yang digunakan berbentuk { p ( x | , ) }
dengan adalah parameter nuisance yang dipilih. Dalam hal ini diperlukan untuk
mengidentifikasi fungsi prior bersama (,) yang akan mempunyai pengaruh minimal pada
distribusi posterior marginal dengan kuantitas yang menjadi perhatian yaitu
( | x) p( x | , ) ( , ) d .
Reference prior digunakan sebagai prior yang dapat memberikan pengaruh minimal pada
distribusi posterior. Dalam kasus dimensi satu, reference prior merupakan prior Jeffry. Dengan
menggunakan prior ini maka penyelesaian masalah estimasi hanya tergantung pada model
anggapan dan data pengamatan sehingga estimasi titik yang menggunakan metode ini
dinamakan sebagai estimasi titik Bayesian obyektif (Bernardo dan Juarez, 2003).
Diskrepansi intrinsik (intrínsic discrepancy) (p1, p2) antara dua fungsi densitas p1(x) dengan
x X1 dan p2(x) dengan x X2 didefinisikan sebagai
( p1 , p2 ) min K ( p2 ( x) | p1 ( x) ) , K ( p1 ( x) | p2 ( x) )
K ( p1 ( x) | p2 ( x)) p1 ( x) log
dengan
p1 ( x)
dx .
p2 ( x )
M 1 p1 ( x | ) , x 1 ( ) ,
X
Untuk dua keluarga fungsi densitas
M 2 p2 ( x | ) , x 2 ( ) ,
dan
* ( M 1 , M 2 ) min p1 ( x | ) , p2 ( x | ) .
dapat didefinisikan diskrepansi intrinsik
,
Fungsi kerugian (loss function) dalam kasus ini adalah diskrepansi intrinsik. Misalkan
bahwa deskripsi yang sesuai dari tingkah laku probabilistik dari kuantitas random x diberikan
oleh model
{ p ( x | , ), x , , } .
Diskrepansi intrinsik antara p ( x | , ) dan keluarga densitas
{ p ( x | 0 , ), }
* ( , ; 0 ) inf ( , ; 0 , 0 )
adalah
0
dengan
( , ; 0 , 0 ) min K ( 0 , 0 | , ) , K ( , | 0 , 0 ) .
Misalkan { p ( x | , ), x , , } adalah model parametrik yang dapat digunakan
untuk menggambarkan tingkah laku kuantitas random x. Didefinisikan intrinsik statistik
(intrinsic statistic) sebagai
d ( 0 | x) E * [ * | x] * ( , ; 0 ) * ( , | x) d d
dengan * ( , | x) adalah posterior referensi untuk parameter dari model p ( x | , ) bila
* ( , ; 0 ) adalah parameter yang menjadi perhatian. Intrinsik statistik merupakan ukuran
dari kekuatan bukti melawan penggunaan p ( x | 0 , ) sebagai proxy untuk p ( x | , ) . Proxy
terbaik dicapai pada suatu nilai yang menghasilkan kerugian terkecil.
Misalkan { p ( x | , ), x , , } adalah model parametrik yang sesuai untuk
menggambarkan tingkah laku probabilistik dari kuantitas random x. Estimator intrinsik
(intrinsic estimator) atau estimasi titik Bayesian obyektif didefinisikan sebagai yaitu parameter
yang meminimalkan statistik intrinsik
* * ( x) arg min d ( | x) .
~
~
Populasi Eksponensial
Misalkan dimiliki sampel x1, x2, ...., xn dari distribusi eksponensial dengan fungsi kepadatan
probabilitas
f ( x | ) e x
untuk x > 0. Deskrepansi intrinsik dari distribusi eksponensial adalah
x ( 0 , ) n min [ ( | 0 ) , ( 0 | ) ]
f (x | j )
( i | j ) f ( x | j ) ln
dx
0
f (x | i )
dengan
= i 1 ln i
j
j
.
g ( 0 / ) , 0 .
x ( 0 , )
g ( / 0 ) , 0
dengan g(x)= (x-1)-ln(x). Dapat dibuktikan bahwa reference prior dari parameter yang menjadi
perhatian adalah () = -1 dan reference posterior yang terkait adalah
( | x1 , ...., xn ) Gamma ( | n, t ) 1e nt .
Akibatnya
d ( 0 | x1 , ...., xn ) d ( 0 | t , n) n x ( 0 , ) Gamma ( | n, t ) d
Diperoleh intrinsik statistik
dengan t
x .
0
n
i 1
i
Populasi Seragam
f ( x | ) 1
Misalkan x1, x2, ...., xn sampel dari distribusi seragam dengan fungsi kepadatan probabilitas
untuk 0 x , > 0 dan misalkan t = max{ x1, x2, ...., xn }. Deskrepansi intrinsik dari
distribusi eksponensial adalah
x ( 0 , ) n min [ ( | 0 ) , ( 0 | ) ]
j 1 ln / dx log / ,
i
j
i
j
j
i
( i | j ) 0 j
, j i .
dengan
x ( 0 , ) n | ln( / 0 ) | .
Akibatnya
Karena ruang sampel dari X = [ 0, ] tergantung dari parameter maka hal ini bukan masalah
regular. Fungsi t merupakan statistik cukup, estimator konsisten dari yang mempunyai
distribusi sampling
^
p (t | ) n t n1 n
untuk 0 < t < . Dapat dibuktikan bahwa reference prior dari parameter yang menjadi perhatian
adalah () = -1 dan reference posterior yang terkait adalah
( | x1 , ...., xn ) n t n ( n1) , t.
d ( 0 | x1 , ...., xn ) d ( 0 | t , n) n | ln( / 0 ) | n t n ( n1) d
Diperoleh intrinsik statistik
t
3. Studi Simulasi dan Pembahasan
Kasus Sampel dari Populasi Eksponensial
Apabila diberikan ukuran sampel n dan statistik cukup t dengan sampel dianggap berasal dari
populasi yang berdistribusi eksponensial maka dapat ditentukan estimator titik Bayesian
obyektif yaitu nilai parameter * yang meminimalkan intrinsik statistik. Pada Gambar 1
diberikan gambar yang merupakan hasil perhitungan intrinsik statistik jika diberikan beberapa
nilai n dan t. Pada Gambar 1, estimator titik Bayesian obyektif dan MLE dari masing-masing
berturut-turut adalah 1,91, 3,91, 7,90, 4,98 dan 2, 4, 8, 5. Pada Gambar 2 diberikan
estimator titik Bayesian obyektif dengan n dan t yang bersesuaian sehingga menghasilkan
estimator titik Bayesian obyektif berturut-turut adalah 4,88, 4,96, 4,98 dan 4,99. Terlihat bahwa
untuk ukuran sampel yang membesar maka estimator tersebut akan mendekati nilai MLE
yaitu 5.
(b) n=20, t=5
4
3
2
0
1
Intrinsik Statistik
3
2
1
0
Intrinsik Statistik
4
5
(a) n=10, t=5
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
Theta
Theta
(c) n=40, t=5
(d) n=100, t=20
10
4
3
2
0
1
Intrinsik Statistik
5
4
3
2
1
0
Intrinsik Statistik
5
0
0
5
10
15
20
0
5
10
Theta
15
20
Theta
Gambar 1. Gambar nilai intrinsik statistik untuk beberapa nilai n dan t yang diberikan.
(b) n=60, t=12
5
4
3
2
0
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
Theta
(c) n=100, t=20
(d) n=200, t=40
10
4
3
2
1
0
0
1
2
3
4
Intrinsik Statistik
5
Theta
5
0
Intrinsik Statistik
1
Intrinsik Statistik
4
3
2
1
0
Intrinsik Statistik
5
(a) n=20, t=4
0
5
10
Theta
15
20
0
5
10
15
20
Theta
Gambar 2. Gambar nilai intrinsik statistik berturut-turut untuk nilai n =20, 60, 100, 200 dan t =4, 12, 20, 40 .
Simulasi dilakukan dengan cara membangkitkan sampel ukuran n dari distribusi eksponensial
dengan parameter dan dengan sampel tersebut akan diestimasi (ulang) parameter dengan
metode Bayesian obyektif. Apabila hal itu dilakukan sebanyak bilangan besar B (dalam
makalah ini digunakan B=100) maka untuk beberapa nilai n dan yang digunakan, akan
diperoleh histogram pada Gambar 3.
(b) Histogram Estimasi Theta jika n=30, theta=2
0.0
0.00
0.4
0.10
0.8
0.20
(a) Histogram Estimasi Theta jika n=10, theta=5
2
3
4
5
6
7
8
1.0
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
(d) Histogram Estimasi Theta jika n=100, theta=10
0.0
0.0
0.5
0.2
1.0
0.4
1.5
0.6
(c) Histogram Estimasi Theta jika n=60, theta=5
1.5
3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
8.0
8.5
9.0
9.5
Gambar 3. Histogram hasil simulasi untuk beberapa ukuran sampel n dan yang digunakan dalam simulasi.
Kasus Sampel dari Populasi Uniform
Gambar 4 merupakan hasil perhitungan intrinsik statistik jika diberikan beberapa nilai n dan
t = 2 dengan sampel dianggap berasal dari populasi yang berdistribusi seragam sehingga
estimator titik Bayesian obyektif dan MLE dari masing-masing berturut-turut adalah 2,135,
2,025, 2,005, 1,995dan 2. Hal itu berarti bahwa untuk ukuran sampel yang membesar maka
estimator tersebut akan cenderung mendekati nilai MLE yaitu 2.
50 100 150 200
0
Intrinsik Statistik
2
3
4
5
0
3
(c) n=200, t=2
3
Theta
4
5
5
4
5
600
Intrinsik Statistik
2
4
1000
(c) n=100, t=2
300
1
2
Theta
0 100
0
1
Theta
0 200
1
500
0
Intrinsik Statistik
(b) n=40, t=2
0 10 20 30 40 50
Intrinsik Statistik
(a) n=10, t=2
0
1
2
3
Theta
Gambar 4. Gambar nilai intrinsik statistik berturut-turut untuk nilai n =10, 40, 100, 200 dan t = 2 .
Simulasi dilakukan dengan cara membangkitkan sampel ukuran n dari distribusi seragam pada
(0, ) dengan parameter dan dengan sampel tersebut akan diestimasi (ulang) parameter
dengan metode Bayesian obyektif. Apabila hal itu dilakukan sebanyak bilangan besar B (dalam
makalah ini digunakan B=1000) maka untuk beberapa nilai n = 10, 40, 60, 100 dan =2 yang
digunakan, akan diperoleh histogram pada Gambar 5. Terlihat bahwa makin besar ukuran
sampel akan makin kecil variansi estimasinya.
(b) n=10, theta=2
0
0
2
5
4
10
6
15
8
10
20
(a) n=10, theta=2
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
1.0
1.2
1.6
1.8
2.0
1.8
2.0
(d) n=10, theta=2
0
0
20
5 10
40
20
60
30
80
(c) n=10, theta=2
1.4
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
1.0
1.2
1.4
1.6
Gambar 5. Histogram hasil simulasi untuk beberapa ukuran sampel n = 10, 40, 60, 100 dan = 2 yang digunakan
dalam simulasi.
4. Kesimpulan dan Saran
Estimasi titik Bayesian obyektif dapat digunakan untuk kasus sampel dari distribusi
eksponensial dan sampel dari distribusi seragam. Penelitian ini dapat dikembangkan untuk
berbagai macam distribusi yang lain.
Daftar Pustaka
[1] Bernardo, J. M. ( 2009 ) Statistics : Bayesian Methodology in Statistics, Comprehensive
Chemometrics ( S. Brown, R. Tauler dan R. Walczak eds) Oxford : Elsevier.
[2] Bernardo, J. M. dan M. A. Juarez ( 2003 ) Intrinsic Estimation, Bayesian Statistics 7,
Oxford : University Press.
[3] Bernardo, J. M. and Rueda, R. ( 2002 ) Bayesian hypothesis testing: A reference approach.
International Statistical Review 70, 351-372.
[4] Juarez, M. A. ( 2004 ) Objective Bayesian Methods for Estimation and Hypothesis Testing,
Valencia : University of Valencia.
[5] Setiawan, A. (2009) Estimasi Titik Bayesian Obyektif, Prosiding Seminar Sains dan
Pendidikan Sains , FSM UKSW, Salatiga.